Anda di halaman 1dari 16

PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR EDAFIK (TEMPERATUR,

KELEMBABAN, DAN pH) DAN MOT PADA TANAMAN MUDA (UMUR


1 MINGGU) DAN TANAMAN TUA (UMUR 2 TAHUN) SEREH WANGI
(Cymbopogon nardus), DI KEBUN PERCOBAAN MANOKO LEMBANG
LAPORAN
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekologi Umum yang
diampu oleh :
Dr. H. Yusuf Hilmi Adisendjaja, M.Sc.
Dr. Amprasto, M.Si.
Hj. Tina Safaria Nilawati, S.Si., M.Si.
Rini Solihat, S,Pd., M.Si.

Oleh :
Kelompok 2
Biologi C 2015
Diardy Shauman R 1501974
Mega Maurizka Fitri 1506797
Putri Allinya 1500118
Tomie Permana 1503842
Widya Nur Septiani 1506533

PROGRAM STUDI BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
A. Judul
Perbandingan faktor-faktor edafik (temperatur, kelembaban, dan
ph) dan mot tanaman muda ( umur 1 minggu) dan tua (umur 2 tahun)
sereh wangi (Cymbopogon nardus) , di Kebun Percobaan Manoko
lembang
B. Latar Belakang
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan
bahan organik. Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di
bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan
hara dan air sekaligus penopang akar.
Tanaman sereh wangi adalah salah satu komoditi atsiri yang sangat
prospektif. Dari hasil penyulingan daunnya diperoleh minyak serai wangi
yang disebut dengan Citronella Oil.
Karena merupakan tanaman komiditi yang sangat prospektif, maka
pemeliharaan yang baik dapat mengefektifkan pemeliharaannya, tentu saja
setiap umur dan pertumbuhan tumbuhan memiliki kebutuhan, kadar air
yang cenderung berbeda dan hal tersebut pun mempengaruhi perlakuan
pemeliharaannya
C. Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan faktor-faktor edafik (temperatur,
kelembaban, pH) tanaman muda dan tua sereh wangi (Cymbopogon
nardus) , di Kebun Percobaan Manoko ?
D. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah terdapat kecenderungan perbedaan antara setiap faktor edafik
yang diukur?
2. Pada titik mana dan faktor edafik apa yang paling tinggi?
3. Faktor apa yang menyebabkan kecenderungan perbedaan hasil dari
faktor edafik yang diukur?
E. Tujuan
Mengetahui perbandingan faktor-faktor edafik (temperatur,
kelembaban, pH) tanaman muda dan tua sereh wangi (Cymbopogon
nardus) , di Kebun Percobaan Manoko ?
F. Dasar Teori
Secara geologis tanah dapat disebut bagian dari bumi yang terluar
mempunyai ketebalan lapisan yang relatif tipis. Tanah berasal dari hasil
pelapukan batuan, dimana dalam proses pembentukannya sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, seperti bahan induk, iklim,
topografi, vegetasi atau organisme dan waktu. Dalam proses pembentukan
tanah, faktor-faktor tersebut bekerja secara dinamis dan stimultan melalui
proses fisika, kimia, biologis, maupun proses ketiga-tiganya bekerja secara
bersamaan serta saling berinteraksi. Proses pembentukan tanah berjalan
terus menerus dan saling mempengaruhi, dominasi dari masing-masing
faktor pembentuk tanah sangat beragam. (Balittanah, 2015).
Ditinjau dari segi asal-usul, tanah merupakan hasil alihrupa
(transformation) dan alihtempat (translocation) zat-zat mineral dan
organik yang berlangsung di permukaan daratan di bawah pengaruh
faktor-faktor lingkungan yang bekerja selama waktu sangat panjang, dan
berbentuk tubuh dengan organisasi dan morfologi tertentu (Schroeder,
1984). Terdapat lima faktor pokok yang mempengaruhi pembentukan
tanah dan menentukan rona bentangtanah, yaitu bahan induk, iklim,
organisme hidup, timbulan dan waktu. (Notohadiprawiro, 2006).
1. Bahan Induk
Bahan induk tanah dapat berasal dari batuan atau longgokan
biomassa mati sebagai bahan mentah, yang berasal dari batuan akan
menghasilkan tanah mineral, sedangkan yang berasal dari longgokan
biomassa mati akan menghasilkan tanah organik.
2. Iklim
Iklim berpengaruh langsung atas suhu tanah dan air yang
terkandung dalam tanah, serta berdaya pengaruh tidak langsung
melalui vegetasi. Hujan dan angin dapat menimbulkan degradasi tanah
dan erosi. Energi pancar matahari menentukan suhu badan pembentuk
tanah dan dengan demikian menentukan laju pelapukan bahan mineral,
dekomposisi serta humifikasi bahan organik. Suhu dan kelembaban
udara menentukan laju evaporasi dari tanah.
3. Organisme hidup
Faktor ini dibagi menjadi dua yaitu faktor yang hidup di dalam
tanah (bakteri, jamur, akar tumbuhan, cacing tanah, dsb) dan hidup di
atas tanah. Jasad-jasad penghuni tanah mengaduk tanah, mempercepat
pelapukan batuan, menjalankan perombakan bahan organik,
mencampur bahan organik dan bahan mineral, dan membuat lorong-
lorong dalam tubuh tanah yang memperlancar gerakan air dan udara.
Vegetasi adalah sumber utama bahan organik tanah, vegetasi
bergantung pada hasil interaksi antara batuan, iklim dan tanah.
4. Timbulan
Timbulan (relief) atau bahan lahan (landform) menampilkan
tampakan lahan berupa tinggi tempat, kelerengan dan kiblat lereng.
Timbulan merupakan faktor penting persyarat (conditioning factor)
yang mengendalikan pengaruh faktor iklim, organisme hidup yang
akan mengendalikan laju dan arah proses pembentukan tanah.
5. Waktu
Waktu dimasukkan kedalam faktor karena semua proses
pembentukan tanah maju sejalan dengan waktu. Tahap evolusi yang
dicapai tanah tidak selalu bergantung pada lama kerja berbagai faktor,
karena intensitas faktor dan interaksinya mungkin berubah-ubah
sepanjang perjalanan waktu.
Salah satu contoh dari faktor tanah adalah organisme hidup.
Organisme hidup ini dapat berupa tanaman salah satunya adalah tanaman
sereh wangi (Cymbopogon nardus). Berikut merupakan taksonomi dari
tanaman sereh wangi :
Kingdom : Plantae
Phylum : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Sub Class : Commelinidae
Order : Poales
Family : Poaceae
Genus : Cymbopogon
Species : Cymbopogon nardus
(Anonim, Tanpa Tahun)

Serai wangi (Cymbopogon nardus) merupakan salah satu jenis


tanaman minyak atsiri. Dari hasil penyulingan daunnya diperoleh minyak
serai wangi yang dikenal sebagai citronella oil . Tanaman ini banyak
dibudidayakan di Indonesia, India bagian selatan, Srilangka dan Malaysia.
Cymbopogon nardus merupakan tanaman menahun dengan tinggi antara 50-
100 cm. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 10-33 oC
dengan sinar matahari yang cukup. Pertumbuhan tanaman yang baik dapat
diperoleh pada daerah dengan curah hujan berkisar antara 700-3000 mm
dengan hari hujan tersebar cukup merata sepanjang tahun. Tanaman ini
dapat tumbuh optimal hingga ketinggian 1000 mdpl dengan pH antara 5-7.
(Litbang Pertanian, 2016).

Untuk menjaga kesuburan tanah dan kestabilan produksi, tanaman


serai wangi perlu dipupuk. Pupuk berpengaruh pada produksi daun dan
banyaknya minyak atsiri yang dihasilkan per-hektar. (Rusli et.al, 1990).
Pemupukan tanaman serai wangi dilakukan bersamaan dengan
penggemburan, dosisnya tergantung pada kondisi tanah baik sifat fisik
maupun kesumburannya. Pupuk NPK (37; 65; 65) dengan dosis 150-200
kg/ha, 50 kg KCl/ha (Risfaheri, 1990).
G. Alat Bahan
Tabel G.1 Alat yang digunakan dalam pengamatan edafik

No. Nama Alat Jumlah

1. Soil correr 1 unit

2. Soil tester 1 unit

3. Termometer 1 unit

4. Meteran 1 unit

5. Alat tulis 1 unit

6. Kamera 1 unit

7. Buku catatan 1 unit

8. Gelas ukur 10 ml 1 unit

9. Pipet tetes 3 unit

10. Tabung erlenmeyer 1 unit

11. Batang pengaduk 1 unit

Tabel G.2 Bahan yang digunakan dalam Pengamatan Edafik

No. Nama Bahan Jumlah

1. Kr2Cr2O7 10 ml

2. H2SO4 20 ml

3. H3PO4 10 ml

4. NaF 0,2 g

5. Diphenylamin 30 tetes

6. Ferros solution 161 tetes


7. Sampel tanah tanaman sereh 0,05 g
wangi muda

8. Sampel tanah tanaman sereh 0,05 g


wangi dewasa

H. Metode
a) Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini kami menggunakan jenis penelitian Deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengumpulkan data untuk
menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian mengenai
status terakhir dari subyek penelitian. Penelitian deskriptif berusaha
untuk memperoleh deskriptif lengkap dan akurat dari suatu situasi
b) Waktu dan Tempat

Hari : Kamis, 8 Maret 2018

Waktu : 10.00-Selesai WIB

Tempat : Kebun Percobaan Manoko, Lembang

Gambar H.1 Lokasi Kebun Percobaan Manoko, Lembang

c) Desain dan Teknik

Jenis teknik dalam pengambilan sampel dengan menggunakan teknik


stratified sampling. dilakukan dengan cara mencampur subjek-subjek
didasarkan pada tempat yang memilki rona lingkungan yang berbeda.
Kami mengambil 2 titik, titik A (Cymbopogon nardus usia 1 minggu),
titik B (Cymbopogon nardus usia 2 tahun). Dengan desain penelitian
sebagai berikut ;

Tabel H.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Gambar

Titik B (Cymbopogon nardus usia 1 Titik A (Cymbopogon nardus usia 2


minggu) tahun)

Luas : 30x85 m Luas : 30x85 m


Keterangan
Kuadran : 5x5 m Kuadran : 5x5 m

Kedalaman sampling : 15 cm Kedalaman sampling : 15 cm

Titik yang diambil : 5% (6 titik) Titik yang diambil : 5% (6 titik)

Pengamatan pada setiap titik pada dua zona yang berbeda dilakukan 3 kali
pengulangan. Pengambilan titik yang diambil secara acak pada dua zona
disesuaikan dengan luas zona tersebut

Tabel H.2 Peta Kuadran Penelitian di Kebun Percobaan, Manoko Lembang

A B C A B C

1 1

2 2

Peta Kuadran 3 3

4 4

5 5

6 6
7 7

8 8

9 9

Titik A (Cymbopogon Titik B (Cymbopogon


nardus usia 1 minggu) nardus usia 2 tahun)

Luas : 30x85 m Luas : 30x85 m

Kuadran : 5x5 m Kuadran : 5x5 m


Keterangan
Kedalaman sampling : 15 Kedalaman sampling : 15
cm cm

Titik yang diambil : 5% (6 Titik yang diambil : 5% (6


titik) titik)

I. Langkah Kerja

Titik Pengamatan ditentukan

Dibuat kuadran seluas 5 x 5 m dengan mengambil


5% dari luas tempat pengamatan

Dilakukan pemilihan kuadran secara random


sampling dengan 3 kali pengulangan

Pengukuran edafik (pH, kelembaban, dan


temperatur tanah) dilakukan sesuai dengan kuadran
yang telah dipilih

Diagram H.1 Langkah Kerja Pengamatan di lapangan


20 ml H2SO4
Sampel Aquades
ditambahkan ke
tanah sebanyak 100 Tambahkan
dalam larutan
tanaman ml beberapa
10 ml kemudian diaduk
sereh wangi ditambahkan tetes ferrous
Kr2Cr2O7 secara hati hati
muda lalu 10 ml solution
ditambahka (jangan sampai
sebesar 0,05 H3PO4, 0,2 sampai
n kemudian partikel tanah
g gm NaF, dan larutan
larutan menempel pada
dituangkan 30 tetes berwarna
diaduk tabung
ke dalam Diphenylamin hijau
erlenmeyer) lalu
tabung ditambahkan sunlight
diamkan selama
erlenmeyer pada larutan
30 menit

Ulangi
prosedur
Hitung
tersebut
dengan
untuk
menggunak
sampel
an rumus :
tanah
10 (1 - T/S)
tanaman
x 1,34
sereh wangi
dewasa

Diagram H.2 Pengujian MOT (Materi Organik Tanah)

J. Hasil Pengamatan

Tabel I.1 Hasil pengukuran pada titik A (Dewasa)


Nilai Pengulangan
Kuadran Pengukuran Alat Nilai Rata-Rata
1 2 3
C1 pH Soil Tester 6,6 6,8 7,0 6,8
Kelembaban Soil Tester 25 20 24 23
Tanah (%)
Suhu (°C) Termometer 22 22 22 22

C5 pH Soil Tester 6,8 6,7 6,8 6,7


Kelembaban Soil Tester 24 22 23 23
Tanah (%)
Suhu (°C) Termometer 22 22 22 22

C7 pH Soil Tester 6,8 6,8 6,8 6,8


Kelembaban Soil Tester 23 22 23 22,67
Tanah (%)
Suhu (°C) Termometer 22 22 22 22

C9 pH Soil Tester 5,7 5,7 5,7 5,7

Kelembaban Soil Tester 30 29 30 29,67


Tanah (%)
Suhu (°C) Termometer 22 22 22 22

B9 pH Soil Tester 6,8 6,8 6,8 6,8

Kelembaban Soil Tester 20 19 20 19,67


Tanah (%)
Suhu (°C) Termometer 22 22 22 22

B4 pH Soil Tester 6,8 6,7 6,7 6,7


Kelembaban Soil Tester 15 20 17 17,34
Tanah (%)
Suhu (°C) Termometer 22 22 22 22

Tabel I.2. Hasil pengukuran pada titik B (Muda)


Nilai Pengukuran
Kuadran Pengukuran Alat Nilai Rata-Rata
1 2 3
C1 pH Soil Tester 5,7 5,8 5,3 5,6
Kelembaban Soil Tester 21 20 21 20,3
Tanah (%)
Suhu (oC) Termometer 27 25 24 25,3
C7 pH Soil Tester 5,7 5,4 5 5,4
Kelembaban Soil Tester 19 21 20 20
Tanah (%)
Suhu (oC) Termometer 26 25 24 25
C9 pH Soil Tester 5,7 5,6 5,6 5,6
Kelembaban Soil Tester 19 21 20 20
Tanah (%)
Suhu (oC) Termometer 26 25 25 25,3
B9 pH Soil Tester 5 5 5,7 5,2

Kelembaban Soil Tester 17 18 18 17,7


Tanah (%)
Suhu (oC) Termometer 24 24 24 24

C5 pH Soil Tester 4 4,2 4,5 4,2

Kelembaban Soil Tester 19 19 20 19,3


Tanah (%)
Suhu (oC) Termometer 24,2 22 25 23,7

B4 pH Soil Tester 4,3 4,5 3,7 4,2

Kelembaban Soil Tester 20 19 19 19,7


Tanah (%)
Suhu (oC) Termometer 24 25 25 24,7
Tabel I.3. Hasil MOT (Materi Organik Tanah) Titik A dan Titik B

Jenis Tanah Hasil Perhitungan Gambar Keterangan Keterangan

• Reagen
blank/blanko =
62.21 ml
Tanah • Sampel titrasi
%MOT = 10 (1 - ) x 1.34
Tanaman Tanaman muda =
Dewasa 27.84 ml
= 10 (1 - ) x 1.34
Gambar 1. Hasil MOT
(umur 2
tanah tanaman dewasa • Sampel titrasi
tahun) = 8.3% Tanaman tua =
(Dokumentasi 23.68 ml
Kelompok, 2018)
• Pipet kalibrasi
blanko (1 ml = 18
tetes)
• Pipet kalibrasi
sampel ( 1 ml =
15 tetes)
Tanah • S is the ml of
%MOT = 10 (1 - ) x 1.34
Tanaman ferrous solution
Muda used in the
= 10 (1 - ) x 1.34
(umur 1 Gambar 2. Hasil MOT titration of reagen
tahun) = 7.37% blank
tanah tanaman muda
(Dokumentasi • T is the ml of
Kelompok, 2018) ferrous solution
used in the titraton
of sample

K. Pembahasan
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi suatu
pertumbuhan tanaman, baik itu faktor dari luar maupun faktor dari dalam.
Faktor terpenting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan adalah pH
karena dapat menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh
tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada pH
6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara akan mudah larut
dalam air.Kelembaban dan temperatur tanah yang baik membuat tanah
menjadi memiliki ruang pori yang cukup sehingga sirkulasi udara di dalam
tanah dapat berjalan dengan baik. Tanah mengandung berbagai unsur
mikro seperti Timbal, T embaga, Cadmium dan lain-lain. Kandungan rata-
rata Pb secara alamiah pada tanah yaitu 10 ppm. Faktor yang dapat
mempengaruh kondisi tanah diantaranya curah hujan, karena jika curah
hujan tinggi maka dapat menurunkan nilai temperature tanah dan mampu
meningkatkan kelembaban tanah sehingga lambat laun berdampak pada
terbawanya unsur-unsur mikro dalam tanah dari tempat tinggi ke tempat
yang rendah (Karmina dkk, 2017).
Tanaman sereh wangi memiliki pH pertumbuhan optimal kisaran
5-7 dan memiliki drainase yang baik. Untuk pertumbuhan daun yang baik
diperlukan iklim yang lembab, sehingga pada musim kemarau
pertumbuhannya menjadi agak lambat. Dari data yang diperoleh dari hasil
pengamatan, pada tanaman dewasa cenderung lebih mampu mengontrol
pH tanah agar tetap netral. Hal ini dikarenakan tumbuhan dewasa memiliki
kebutuhan nutrisi yang lebih banyak dibandingkan tumbuhan muda. Selain
itu, tumbuhan dewasa memiliki struktur tubuh yang lebih sempurna, Pada
grafik kuadran C9 (dewasa) menunjukkan pH tanah asam, mungkin hal ini
dipengaruhi oleh pemberian pupuk yang tidak merata pada titik tersebut.
Suhu mempengaruhi kelembaban tanah. Kelembaban tanah
merupakan air yang mengisi sebagian atau seluruh pori-pori tanah.
Hubungannya dengan suhu, semakin rendah suhu, semakin sedikit air
yang diserap oleh akar dan begitupun sebaliknya. Pada tumbuhan dewasa
yang memiliki suhu lebih rendah, maka kelembaban tanahnya lebih tinggi.
Rata-rata suhu tanah pada sereh muda sebesar 24,7 oC dan pada sereh
muda sebesar 22 oC, Sereh muda memiliki suhu yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sereh dewasa, hal ini dikarenakan sereh dewasa
memiliki daun yang lebih lebar sehingga tanah disekitar akar tertutup dari
cahaya matahari dan suhu tanah menjadi lebih rendah dibanding dengan
sereh muda yang tidak terdapat daun yang menutupi tanah sekitar yang
membuat suhu tanah menjadi tinggi. Faktor suhu ini mempengaruhi
kelembaban tanah, yang dapat dilihat dari nilai kelembaban sereh muda
dengan nilai kelembaban 19,5% yang merupakan nilai rendah dibanding
dengan sereh dewasa yang memiliki nilai kelembaban sebesar 22,5%.
Tinggi atau rendahnya temperature dapat dipengaruhi oleh faktor
luar (radiasi matahari, awan, curah hujan, kecepatan angina dan
kelembaban udara) dan faktor dalam (struktur tanah, kadar air, kandungan
bahan organic dan pH). Semakin tinggi suhu maka semakin cepat
pematangan pada tanaman (Ardhana dan Gede, 2012).
Temperatur tanah juga mempengaruhi aktivitas microbial tanah
dan aktivitas ini sangat terbatas pada temperature dibawah 10 oC, Laju
optimum aktivitas biota tanah yang menguntungkan pada kisaran 18-30 oC
seperti bakteri pengikat N pada tanah berdrainase baik (Pathan and
Colmer,2002).
Pengukuran materi organic pada kedua sampel tanah dari titik
sereh muda dan dewasa, dilakukan menggunakan titrasi ferrous. Dari hasil
akhir didapatkan kecenderungan perbedaan keduanya sebesar 1% bila
dilihat dari kadar organic yang terkandungnya. Setelah dilakukan uji
MOT, didapatkan hasil perhitungan yang sejalan dengan pengukuran
faktor edafik yang tertera pada tabel hasil pengamatan diatas. Tanaman
Sereh wangi dewasa mengandung bahan organic yang lebih banyak
dibandingkan tanaman muda, ditunjang dengan suhu yang stabil dan
kelembaban yang cukup tinggi pula.
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme yang
melakukan proses dekomposisi akan berbanding lurus dengan jumlah
bahan organic yang terbentuk. Suhu yang terlalu ekstrim salah satunya
akan menyebabkan proses perombakan oleh mikroorganisme terhambat
sehingga bahan organic yang terbentuk akan semakin sedikit pula.
L. Kesimpulan
Terdapat kecenderungan perbedaan faktor edafik (suhu, pH,
Kelembaban dan MOT) pada dua zona yang terdiri dari satu spesies yang
sama tetapi berbeda dari sisi umur yaitu tanaman muda (umur 1 minggu)
dan tanaman dewasa (umur 2 tahun) tanaman sereh wangi (Cymbopogon
nardus) di Kebun Percobaan Manoko, Lembang.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Tanpa Tahun. Cymbopogon narudus. http://www.oils4life/epages/


[18 Maret 2018]

Ardhana dan I. P. Gede. 2012. Ekologi Tumbuhan. Udayana Universitas


Press. Bali.

Balittanah. 2015. Tanah.


http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/en/berita-
terbaru/ [18 Maret 2018]

Karmina,H dkk. 2017. Kompleksitas Pengaruh Temperature dan


Kelembaban Tanah terhadap Nilai pH Tanah di Perkebunan Jambu
Biji Varietas Kristal (Psidium guajava) Bumiaji, Kota Batu. Jurnal
Kultivasi : Departemen of Corp Science, Padjadjaran University.
Vol. 16 (3).

Litbang.Pertanian. 2016. Serai Wangi, Tanaman Penghasil Atsiri Yang


Potensial. http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/info-
teknologi/serai-wangi-tanaman-penghasil-atsiri-yang-potensial/ [18
Maret 2018]

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2006. Tanah dan Lingkungan. Surabaya :


Gadjah Mada

Pathan, S. M. and T. D. Colmer. 2002. Reduced Leaching of Nitrate,


Ammonium and Phosphorus in a Sandy Soil by Fly Ash
Amendment, Journal of Soil Research. 40 (3): 1201-1211.

Risfaheri. 1990. Pengaruh Penjemuran dan Pelayuan Daun Serai Wangi


Terhadap Rendaman dan Mutu Minyaknya. Bogor : Puslitbangtri
124-128

Scroeder, D. 1984. Soils Facts and Concepts. Int J Potash Inst. Bern 140 h

Anda mungkin juga menyukai