BIOLOGI UMUM
ACARA 11
EKOLOGI
DI SUSUN OLEH:
2021
A. Pendahuluan
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru yang baru mucul
pada tahun 70-an. akan tetapi ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap
cabang biologinya. Ekoogi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat
mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk
hidup dan dengan benda tak hidup didalam tempat hidupnya atau
linkungannya.Ekologi , biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi
dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba
memperkirakan dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai
makanan manusia dan tingkat tropik (Odum,1998). Ekologi adalah ilmu yang
mempelajari interaksi selang organisme dengan lingkungannya.Bersumber dari
kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu").Ekologi diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi selang
makhluk hidup dan lingkungannya.Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh
Ernst Haeckel (1834 - 1914).Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai
kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Faktor yang mempengaruhi suhu tanah yaitu faktor luar dan faktor
dalam.Yang dimaksud factor luar yaitu radiasi matahari, awan, curah hujan, angin,
dan kelembapan udara sedangkan factor dalam yaitu factor tanah, struktur tanah,
kadar air tanah, kandungan bahan organic, dan warna tanah makin tinggi suhu
maka semakin cepat pematangan pada tanaman (Ardhana, 2012).pH adalah
tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur dengan menggunakan
skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan sifat
basa mempunyai pH 7 hingga 14. pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat
penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N),
Potasium/kalium (K), dan pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam
jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit
(Budi, 2009).
Tanah berkembang dari bahan induk yang berupa batuan dan bahan
organik selanjutya batuan dikelompokan menjadi batuan beku, sedimen dan
metamorfose.batuan basa umumnya mempunyai pH tinggi dibandingkan dengan
yang berkembang dibawah padang rumput.hutan tanaman dengan daun kecil
(konifer) dapat menyebabkan lebih masam dibandingkan dengan hutan tanaman
berdaun lebar (Ardhana, 2012).Menjaga keseimbangan alam Dalam
mengeksploitasi alam lingkungan, manusia harus memperhatikan bagaimana
menjaga keseimbangan alam, lingkungan, dan habitat yang ada tanpa merusaknya
B. Tujuan
Tali raffia
Thermometer
Kloroform
Botol atau toples
Psychometer atau hygrometer
Luxmeter
Kertas buram
2) Langkah kerja
a. Faktor biotik
Hewan
Ambil fotonya.
Tumbuhan
Pada lokasi (habitat) yang telah disediakan buat kuadrat (plot) berukuran
1 x 1 m2 untuk sampling rumput dan herba, 4 x 4 m2 untuk sampling perdu,
dan 10 x 10 m2 untuk sampling pohon dengan menggunakan tali rafia
. Lakukan pengamatan dan catat jenis vegetasi pohon yang terdapat pada
plot percobaan, kemudian catat deskripsi atau ciri-cirinya lalu beri nama
ilmiah spesiesnya
1. Faktor abiotik
a. Suhu tanah
Suhu tanah dapat diukur dengan menggunakan soil thermometer. Akan
tetapi dapat juga digunakan thermometer biasa. Thermometer
dimasukkan kedalam tanah sampai kedalaman 10 cm dengan bantuang
sebatang besi atau kayu. Biarkan thermometer tersebut beberapa menit,
setelah itu suhu dapat dilihat pada skala thermometer.
b. Kelembaban udara
Pengukuran dengan alat psychometer, dengan cara tetesi bagian-bagian
berlubang pada ujung psichometer dengan air, kemudian putar-putar
setinggi badan selama kurang lebih 5 menit. Catat suhu kering dan suhu
basah yang tertera pada alat, cocokkan dengan tabel, maka akan
didapatkan kelembaban relative udara.
c. Intensitas cahaya
Intensitas cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keragaman suatau habitat. Metode pengukuran intensitas cahaya
menggunakan luxmeter. Secara hati-hati arahkan sensor cahaya
luxmeter kearah sumber cahaya lalu perhhatikan display hingga
menunjukkan hasil yang stabil.
d. pH tanah
Pengukuran pH tanah dapat dilakukan secara langsung di lapangan
dengan menggunakan soil tester. Selain itu dapat dilakukan di
laboratorium dengan menggunakan kertas Ph. Tanah sampel ditimbang
100 gram dan dimasukkan kedalam bejana gelas dan diberi aquades
250cc dan selanjutnya diaduk-aduk dengan batang pengaduk dan
didiamkan seama 24 jam. Setelah itu ukur pHnya dengan menggunakan
pH meter atau kertas pH.
D. Hasil Pengamatan
a. Faktor abiotik
Tabel 1. vegetasi tumbuhan
4. Galing(Cayratia
trifolia)
5 Calincing tanah
(Oxalis barrelieri)
6 Rumput israel(Asystasia
gangetica)
7 Gandasuli
(Hedychium
coronarium)
8 Pohonpisang(Musa p
aradisiaca)
Tabel hewan yang terdapat di serasah 30 x 30 cm
2. Faktor abiotik
Tabel 3. Fisis suhu udara menggunakan termometer
NO Lokasi Suhu
1. Hutan rindang 31 C
NO Lokasi Suhu
27 C
1. Hutan rindang
Tabel 7. Fisis Ph tanah
NO Lokasi Ph
tanah
7.0
1. Hutan rindang
E. Pembahasan
1. Klasifikasi tumbuhan
• Plot 10x10
a. Pohon sengon (alibizia chincis)
(sunda) dan sengon laut (jawa), di daerah Maluku dikenal dengan nama
sika, di daerah Sulawesi dikenal dengan nama tedehu pute dan di Papua
negara lain yaitu batai (Perancis, Jerman, Italia, Usa dan Kanada), Kayu
2008)
selawoku, selawaku merah, seka, sika, sika bot, sikas, tawa sela (Maluku);
bae, bai, wahogon, wai, wikkie (Papua). Nama umum dinegara lain: Puah
plume, white albizia (Inggris); kayu machis (Malaysia); white albizia (Papua
New Guinea, Pulau Solomon dan Taompala (Sulawesi Selatan). Tanaman ini
dibawa oleh Tysmann untuk ditanam dikebun Raya Bogor pada tahun 1871
Sesuai dengan gambar di atas, gulma ini mempunyai ciri khas daun
berbentuk oval dan bagian bawah lebih lebar, panjang daun 6-10 cm,
panjang tangkai daun 1-2 cm dan lebarnya 3-6 cm, mempunyai tiga tulang
daun yang nyata terlihat, memiliki batang yang tegak, berkayu, ditumbuhi
rambut-rambut halus, bercorak garis-garis membujur yang paralel,
tingginya bisa mencapai 5 meter bahkan bisa lebih, bercabang-cabang
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arales
Famili : Araceae
Genus : Amorphophallus
Species : Amorphophallus paeoniifolius
d. Galing(Cayratia trifolia)
Kingdo : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio: Angiospermae
Kelas: Dicotyledoneae
Ordo : Vitales
Suku: Vitaceae
Marga : Cayratia
Spesies : Cayratia trifolia L.
Kerajaan : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Geraniales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Oxalis
Spesies : Oxalis barrelieri L.
Oxalis barrelieri L. merupakan tumbuhan gulma yang di temukan
di stasiun 1-4. Merupakan tumbuhan yang memiliki batang basah dan
tegak. Batang silindris seperti tabung dan sedikit halus, berukuran
pendek, berwarna hijau. Memiliki daun majemuk, dengan tiga anak daun
berbentuk bulat telur, tangkai daun sedikit panjang, dengan tepi daun
rata. Bunga berbentuk terompet yang tumbuh di ketiak daun dengan
pangkal bunga berwarna kuning, dengan kelopak bunga berwarna hijau.
Memiliki buah agak bulat seperti belimbing, tumbuhan ini memiliki sistem
perakaran tunggang.
Ragnum : Plantarum
Sub ragnum : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus : Hedychium
Spesies : Hedychium coronarium Koenig
• Plot 1 x 1 m2
Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Klade : Trakeofit
Klade : Angiospermae
Klade : Monokotil
Klade : Commelinida
Memesan: Poales
Jenis : A. Hispidus
Kingdom : plantae
Klade : trakeofit
Keluarga : cyperaceae
Marga : carex
Carex sylvatica "menyerupai kecil C. pendula", tingginya hingga
sekitar 15-60 sentimeter (6-24 inci), atau hingga 150 cm (5 kaki) dalam
keadaan luar biasa. Ia rizom sangat pendek, memberi tanaman padat
kepedulian bentuk (berumbai). Daunnya panjang 5–60 cm (2.0–23.6
inci), lebar 3–7 mm (0.12–0.28 inci)[1] dan tebal 1,0-1,3 mm (0,04-0,05
inci), dengan 17-31 selari urat. Daunnya mempunyai sedikit keel, atau
dilipat dengan lembut menjadi bentuk M dalam keratan rentas.
Kingdom : plantae
Divisi : magnoliphtya
Kelas : mangnoliopsida
Ordo : caryophyllales
Famili : amaranthaceace
Sub famili : amaranthoideae
Genus : amaranthus L.
2. Klasifikasi hewan
• Semut merah (Seleponosis)
Klasifikasi semut api merah menurut Taib (2012) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : Hymnenoptera
Family : Formicidae
Genus : Solenospis
Species : Solenopsis invicta
Ciri – ciri
Secara umum semut ini termasuk berukuran kecil, panjang 2-6 mm,
warnanya merah tua gelap. Semut ini sangat agresif dan mudah bersiaga
menyerang jika sarangnya diganggu. Sarangnya berbentuk cembung dengan
ketinggian bisa mencapai 40 sentimeter, biasanya lubang masuk dan keluar
tidak jelas, struktur dalam lubang menyerupai lembaran-lembaran sarang
tawon madu, dan bisa mempunyai 80-250 ribu pekerja dalam satu koloni.
Semut api termasuk makhluk hidup dalam kingdom Animalia, dan
tergolong hewan avertebrata yang termasuk pada kelas insekta. Hewan ini
mudah ditemukan karena dapat hidup di daratan bahkan di dalam rumahpun
mereka dapat ditemukan. Tubuh semut api terdiri atas tiga bagian, yaitu
kepala, mesosoma (dada), dan metasoma (perut). Semut api memiliki
eksoskeleton atau kerangka luar yang memberikan perlindungan dan juga
sebagai tempat menempelnya otot. Menurut Tarumingkeng (2001) dalam
Taib (2012) bahwa, semut api memiliki lubang-lubang pernapasan di bagian
dada bernama spirakel untuk sirkulasi udara dalam sistem respirasi mereka.
Pada kepala semut api terdapat banyak organ sensor. Semut api memiliki
mata majemuk yang terdiri dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil dan
tergabung untuk mendeteksi gerakan dengan sangat baik. Mereka juga punya
tiga oselus di bagian puncak kepalanya untuk mendeteksi perubahan cahaya
dan polarisasi.
Larva terdiri dari 6 stadia instar, larva instar 1-5 berwarna pucat
kemudian berwarna cokelat hingga hijau muda dan berubah menjadi
lebih gelap pada tahap perkembangan akhir, lama stadia l arva
sekitar 12-20 hari. Larva instar akhir (stadia 6) atau instar 3 adalah
stadia larva yang paling mudah diidentifikasi Terlihat empat titik
hitam yang membentuk persegi di segmen kedua terakhir (segmen
ke-8 abdomen) tubuhnya. Kepala berwarna gelap; terdapat bentukan
huruf Y terbalik berwarna lebih terang di bagian depan kepala..
Imago atau Ngengat, memiiki bentangan sayap selebar 3-4 cm, sayap
bagian depan berwarna cokelat gelap, sedangkan sayap belakang
berwarna putih keabuan. Ngengat hidup 2-3 minggu sebelum mati.
Ngengat betina dalam satu siklus hidupnya mampu bertelur hingga
1000 telur.
Umumnya larva S. litura mempunyai titik hitam arah lateral pada setiap
abdomen. Larva muda berwarna kehijau-hijauan, instar pertama tubuh larva
berwarna hijau kuning, panjang 2,0 sampai 2,74 mm dan tubuh berbulu-bulu
halus, kepala berwarna hitam dengan dengan lebar 0,2-0,3 mm. Instar kedua,
tubuh berwarna hijau dengan panjang 3,75-10,0 mm, bulu-bulunya tidak
terlihat lagi dan pada ruas abdomen pertama terdapat garis hitam meningkat
pada bagian dorsal terdapat garis putih memanjang dari toraks hingga ujung
abdomen, pada toraks terdapat empat buah titik yang berbaris dua-dua.
Larva instar ketiga memiliki panjang tubuh 8,0-15,0 mm dengan lebar 0,5-0,6
mm (Desy dkk, 2013).
Pada bagian kiri dan kanan abdomen terdapat garis zig-zag berwarna
putih dan bulatan hitam sepanjang tubuh. Instar keempat, kelima dan keenam
agak sulit dibedakan. Untuk panjang tubuh instar keempat 13-20 mm, instar
kelima 23-35 mm, dan instar keenam 35-50 mm. Mulai instar keempat warna
bervariasi, mempunyai kalung/bulan sabit berwarna hitam pada segmen
abdomen yang keempat dan kesepuluh (Hera, 2007).
Pada sisi lateral dan dorsal terdapat garis kuning. Ulat Spodoptera litura yang
baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam
kecoklat-coklatan. Ulat berkepompong
dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwarna
coklat kemerahan dangan panjang sekitar 1,6 cm. Imago berupa ngengat
dengan warna hitam kecoklatan, pada sayap depan ditemukan spot-spot
berwarna hitam dengan strip-strip putih dan kuning. Sayap belakang
biasanya berwarna putih (Hera, 2007).
Peran ulat grayak
Manfaat lainnya dari ulat bulu adalah sebagau salah satu buota
penyeimbang ekosistem bumi. Seperti sudah pernah kita ketahui
sebelumnya, satu ekosistem buni terdiri dari beberapa spesies hewan
yang menempatkan diri mereka dari suatu bentuk rantai makanan.
• Belalang(Caelifera)
klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Artopoda
Class : Insecta
Ordo : Orthoptera
Sub-Ordo : Caelifera
Family : Acrididae
Genus : Dissosteira
Spesies : Dissosterira carolina
ciri – ciri
1. Memiliki 2 pasang antena khusus pada tubuhnya, yang berukuran
lebih pendek dari tubuh belalang dan juga memiliki ovipositor pendek.
2. Memiliki femur belakang yang kuat dan panjang, yang digunakan
untuk melompat. Belalang memiliki 6 pasang kaki untuk melompat. Kaki
belakang digunakan untuk melompat, sedangkan kaki depan digunakan
untuk berjalan
3. Tubuh belalang terdiri dari buku-buku, terdiri dari kepala, dada
(thorax) dan perut (abdomen)
4. Memiliki sayap yang digunakan untuk terbang, walaupun pada
beberapa jenis belalang, sayang ini tdk dapat digunakan untuk terbang
Peran belalang
Di alam, belalang berperan sebagai pemangsa, pemakan bangkai,
pengurai material organik nabati dan hewani, pemakan bagian
tumbuhan hidup dan mati, dan musuh alami dari berbagai jenis serangga
lainnya (Borror et al)
• Luwing merah(Diploda)
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Artropoda
Subfilum : Myriapoda
Kelas : Diplopoda (De Blainville in Gervais, 1844)
Ciri – ciri
a. Tubuhnya berbentuk silindris dan beruas-ruas (25-100 segmen) terdiri
atas kepala dan badan. Setiap segmen (ruas) mempunyai dua pasang
kaki, dan tidak mempunyai taring bisa (maksiliped). Pada ruas ke tujuh,
satu atau kedua kaki mengalami modifikasi sebagai organ kopulasi.
b. Pada kepala terdapat sepasang antena yang pendek, dengan dua
kelompok mata tunggal.
c. Hidup di tempat yang lembab dan gelap dan banyak mengandung
tumbuhan yang telah membusuk.
d. Respirasi dengan trachea yang tidak bercabang.
e. Alat ekresi berupa dua buah saluran malphigi.
Dari ordo ini dapat kita salah satu spesies yaitu luing pil (Arthrosphae a
rmagna). Hewan ini memiliki ukuran yang lebih kecil atau pendek, dengan
hanya memiliki 11-13 segmen tubuh (Racheboeuf, 2004), dan mampu
menggulung menjadi bentuk sebuah bola jika diganggu. Keluwing pil adalah
herbivora, mencari makanan di materi pembusukan tanaman (Anonim,
2007).
Keluwing yang termasuk dalam genus Arthrosphaera adalah penghuni
daerah tropis yang sangat melimpah pada horizon tanah atas di hutan di
kawasan lembab. Mereka endemik dan bisanya berperan dalam
pembentukan berbagai tipe humus. Mereka terbatas dalam daerah
persebaran yang luas di wilyah Indo-Australia, Afrika Selatan dan
Madagaskar. Semenanjung India dihuni oleh sekitar 27 spesies
Arthrosphaera. Mereka diketahui berasal dari wilayah yang cukup curah
hujan, hutan tertentu di Ghats Barat dan Ghats Timur. Genus Arthrosphaera
memiliki ukuran tubuh yang besar (panjang 3-6 cm, lebar 1,5-3 cm) dan jika
diganggu akan menggulung menjadi pil raksasa, karena itulah disebut dengan
Keluwing Pil (Ashwini dan Sridhar, 2006).
Peran kaki seribu
Mayoritas kaki seribu adalah dekomposer yang berarti mereka hidup dari
memakan sisa-sisa tumbuhan. Kaki seribu memiliki peran penting dalam
menjaga kebersihan lantai hutan & meningkatkan kesuburan tanah karena
kotoran yang dikeluarkannya membantu meningkatkan kandungan zat-zat
hara dalam tanah yang pada gilirannya bisa dimanfaatkan oleh tumbuhan.
Selain sisa-sisa tumbuhan, kaki seribu juga mau memakan lumut & jamur.
Beberapa spesies kaki seribu juga memiliki sifat omnivora alias pemakan
tumbuhan & daging di mana daging yang dimakannya merupakan daging
hewan-hewan kecil semisal serangga.
• Semut hitam(Dolichodenus tharacius)
Semut punya cakar pada kakinya yang berjumlah tiga pasang. Fungsinya
adalah untuk membantu merayap. Semut juga punya aorta punggung yang
berfungsi seperti jantung. Tubuhnya terdiri dari tiga bagian yaitu kepala,
dada, dan perut.
2. Faktor Abiotik
Untuk faktor abiotik berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan
didapatkan kelembaban udara relative nya sebesar 95% dengan suhu udara
31°C, pH tanah nya 7,0 dengan suhu tanah sebesar 27°C, serta intensitas
cahaya yang diperoleh yaitu 925Cd. Kelembaban udara di lokasi hutan
rindang tergolong sangat tinggi karena kelembaban nya berada di atas rata-
rata. Dimana para ahli tenaga kesehatan memaparkan bahwa tingkat
kelembaban udara atau yang disebut dengan Relative Humidity (RH) ini
normalnya berada pada kisaran 45% – 65% sebagai tingkat yang ideal..
Faktor utama yang mempengaruhi suhu udara, yaitu durasi atau lama
penyinaran matahari, sudut datangnya sinar matahari, ketinggian suatu
tempat, kondisi geografis suatu wilayah, ada tidaknya awan, perbedaan garis
lintang dari suatu wilayah, juga pergerakan angin dan arus laut. Untuk pH
tanah di hutan rindang tergolong netral karena tidak melebihi/mengurangi
tingkat kemasaman rata-rata nya. Kemasaman tanah yang ideal untuk
tanaman berkisar antara pH 5,5 – 7,5, tergantung jenis tanaman yang
dibudidayakan. Pada kondisi tanah masam kuat atau basa kuat, pertumbuhan
tanaman akan terganggu. pH tanah di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
bahan induk tanah, pengendapan, vegetasi alami, pertumbuhan tanaman,
kedalaman tanah dan pupuk nitrogen. Kemudian untuk suhu tanah nya di
bawah sedikit dari suhu rata-rata nya karena suhu tanah rata-rata di lahan
terbuka sebesar 27,6°C (berkisar 27,2-28,3°C) pada kedalaman 5 cm, 27,4°C
(berkisar 27,0- 27,9°C) pada kedalaman 10 cm, 27,0°C (berkisar 26,6-27,6°C)
pada kedalaman 20 cm, dan 26,9°C (berkisar 26,5- 27,5°C) pada kedalaman
30 cm. Faktor pengaruh suhu tanah yaitu faktor luar (eksternal) dan faktor
dalam (internal). Faktor eksternal yaitu radiasi matahari keawanan, curah
hujan, angin dan kelembapan udara sedangkan faktor internal yaitu tekstur
tanah, struktur dan kadar air tanah, Dari pengamatan terlihat bahwa faktor
penentu perubahan suhu dan kelembaban salah satunya adalah intensitas
cahaya matahari. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan tidak
langsung intensitas cahaya matahari terhadap suhu dan kelemban, dengan
naiknya intensitas cahaya akan diikuti dengan naiknya suhu, sedangkan
kelembaban nya turun.
F. Kesimpulan
Komponen biotik berupa hewan dan tumbuhan yang dibagi menjadi 3 plot
Achmatim, Budi. 2009. Belajar JQuery dari Buku “Learning JQuery”, [online],
(http://achmatime.net/2009/01/21/belajar-jquery-dari-buku-
learningjquery/, diakses tanggal 28 Januari 2011.
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crop in Indonesia. PT Ichtiar Baru-Van Hove. Revised
by Van der Laan. Jakarta.
Way, M.J. and K.C. Khoo. 1992. Role of ant in pest management. Annual Review of
Entomology. 37: 479-503
Verma, S and Singh, S.P., 2008, Current and Future Status of Herbal Medicines,
Veterinary World, 1(11), 347-350
H. Lampiran