Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI UMUM
ACARA 11
EKOLOGI

DI SUSUN OLEH:

Nama Praktikan : Alfi Syaifuddin


NIM : 2108016040
Dosen Pengampu : Andang Syaifuddin M.Si
Asisten Dosen : Ria Utami
Bulan Ayu

PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2021
A. Pendahuluan

Vegetasi terbentuk oleh semua spesies tumbuhan dalam suatu wilayah


(flora) dan memperlihatkan pola distribusi menurut ruang (spatial) dan waktu
(temporal). Saling melengkapi antara organisme dan lingkungannya merupakan
hubungan timbal balik antar makhluk hidup dan lingkungannya atau biasa disebut
istilah ekologi.ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dan lingkungannya. Ruang lingkup ekologi meliputi
populasi, komuitas, ekosistem, dan biosfer.Populasi adalah kumpulan individu
sejenis yang memiliki kemampuan berbiak silang disuatu tempat pada waktu
tertentu.Kounitas yaitu kumpulan populasi yang saling berinteraksi disuatu
daerah.Ekosistem yaitu hubungan timbal balik antara komponen biotik dengan
komponen abiotik yang mempengaruhinya.Biosfer yaitu bagian bumi yang
ditempati makhluk hidup.Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan pada tahun
1866 oleh E. Haeckel (ahli biologi jerman) Ekologi didefinisikan sebagai kajian
yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme-organisme hidup
dengan lingkungan fisik dan biotik secara menyeluruh atau ilmu yang
mempelajari hubungan timal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya
(biotik dan abiotik) dalam suatu ekosistem (Anonim, 2012).

Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru yang baru mucul
pada tahun 70-an. akan tetapi ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap
cabang biologinya. Ekoogi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat
mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk
hidup dan dengan benda tak hidup didalam tempat hidupnya atau
linkungannya.Ekologi , biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi
dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba
memperkirakan dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai
makanan manusia dan tingkat tropik (Odum,1998). Ekologi adalah ilmu yang
mempelajari interaksi selang organisme dengan lingkungannya.Bersumber dari
kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu").Ekologi diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi selang
makhluk hidup dan lingkungannya.Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh
Ernst Haeckel (1834 - 1914).Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai
kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.

Spesies atau jenis yaitu individu yang mempunyai persamaan secara


morfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling kawin dengan sesamanya
(interhibridasi) yang menghasilkan keturunan yang fertile (subur) untuk
melanjutkan generasinya kumpulan makhluk hidup satu spesies atau satu jenis
inilah yang disebut dengan populasi.Metode luas minimum dilakukan dengan cara
menentukan luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil dan didalamnya
terdapat berbagai jenis vegetasi tumbuhan. Syarat untuk pengambilan contoh
haruslah repsentative bagi seluruh vegetasi yang dianalisis (Badriah, 2011).

Suhu tanah berpengaruh terhadap proses-proses metabolisme dalam


tanah, seperti mineralisasi, respirasi mikroorganisme dan akar serta penyerapan
air dan hara oleh tanaman.fluktuasi suhu tanah bergantung pada kedalaman
tanah. Karena pola tingkah laku perambatan panas tersebut maka fluktasi suhu
tanah akan tinggi pada permukaan dan akan semakin kecil dengan bertambahnya
kedalaman.Suhu tanah maksimum akan tercapai pada saat intensitas radiasi
matahari mencapai maksimum, tetapi untuk lapisan yang lebih dalam, suhu
maksimum tercapai beberapa waktu kemudian. Semakin lama untuk lapisan
tanah yang lebih dalam.Hal ini disebabkan karena dibutuhkan waktu untuk
perpindahan panas dari permukaan kelapisan-lapisan tanah tersebut.Suhu tanah
umunya rata-rata lebih besar dari pada suhu pada suhu atmosfer sekililingnya.Hal
ini disebabkan oleh penyimpanan panas ditanah lebih lama dari pada
diudara.Pengukuran suhu tanah umumnya dilakukan 5,10,20,50, tergantung dari
ukuran yang ditentukan.Pengukuran suhu tanah dilakukan pada tanah yang
tertutup rumput atau ternaungi maupun ditanah terbuka (Ratiningsih, 2003).

Faktor yang mempengaruhi suhu tanah yaitu faktor luar dan faktor
dalam.Yang dimaksud factor luar yaitu radiasi matahari, awan, curah hujan, angin,
dan kelembapan udara sedangkan factor dalam yaitu factor tanah, struktur tanah,
kadar air tanah, kandungan bahan organic, dan warna tanah makin tinggi suhu
maka semakin cepat pematangan pada tanaman (Ardhana, 2012).pH adalah
tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur dengan menggunakan
skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan sifat
basa mempunyai pH 7 hingga 14. pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat
penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N),
Potasium/kalium (K), dan pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam
jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit
(Budi, 2009).

Tanah berkembang dari bahan induk yang berupa batuan dan bahan
organik selanjutya batuan dikelompokan menjadi batuan beku, sedimen dan
metamorfose.batuan basa umumnya mempunyai pH tinggi dibandingkan dengan
yang berkembang dibawah padang rumput.hutan tanaman dengan daun kecil
(konifer) dapat menyebabkan lebih masam dibandingkan dengan hutan tanaman
berdaun lebar (Ardhana, 2012).Menjaga keseimbangan alam Dalam
mengeksploitasi alam lingkungan, manusia harus memperhatikan bagaimana
menjaga keseimbangan alam, lingkungan, dan habitat yang ada tanpa merusaknya
B. Tujuan

a. Menyebutkan komponen-komponen biotik dan abiotik pada ekosistem.

b. Menjelaskan hubungan-hubungan timbal balik antara komponen biotik dan


abiotik.
c. Mampu melakukan pengukuran secara kuantitatif dari masing-masing
komponen abiotik.
C. Cara Kerja

1) Alat dan Bahan

Tali raffia
Thermometer
Kloroform
Botol atau toples
Psychometer atau hygrometer
Luxmeter
Kertas buram

PH meter atau kertas PH


Buku catatan
Kamera atau handphone

2) Langkah kerja

a. Faktor biotik
Hewan

mengambil sampel serasah dengan metode kuadrat seluas 30 x 30


cm2.

Kemudian serasah tersebut dimasukkan kedalam kantong plastik


dan dibawa ke laboratorium

kloroform. Setelah itu serasah tersebut dituangkan di atas kertas


buram.

Identifikasikan serta hitung jumlah hewan-hewan yang didapat


dan selanjutnya dimasukkan ke dalam botol koleksi atau toples.

Ambil fotonya.
Tumbuhan

Pada lokasi (habitat) yang telah disediakan buat kuadrat (plot) berukuran
1 x 1 m2 untuk sampling rumput dan herba, 4 x 4 m2 untuk sampling perdu,
dan 10 x 10 m2 untuk sampling pohon dengan menggunakan tali rafia

. Lakukan pengamatan dan catat jenis vegetasi pohon yang terdapat pada
plot percobaan, kemudian catat deskripsi atau ciri-cirinya lalu beri nama
ilmiah spesiesnya

ambilah foto spesimennya untuk dilakukan uji dengan referensi.

1. Faktor abiotik
a. Suhu tanah
Suhu tanah dapat diukur dengan menggunakan soil thermometer. Akan
tetapi dapat juga digunakan thermometer biasa. Thermometer
dimasukkan kedalam tanah sampai kedalaman 10 cm dengan bantuang
sebatang besi atau kayu. Biarkan thermometer tersebut beberapa menit,
setelah itu suhu dapat dilihat pada skala thermometer.

b. Kelembaban udara
Pengukuran dengan alat psychometer, dengan cara tetesi bagian-bagian
berlubang pada ujung psichometer dengan air, kemudian putar-putar
setinggi badan selama kurang lebih 5 menit. Catat suhu kering dan suhu
basah yang tertera pada alat, cocokkan dengan tabel, maka akan
didapatkan kelembaban relative udara.
c. Intensitas cahaya
Intensitas cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keragaman suatau habitat. Metode pengukuran intensitas cahaya
menggunakan luxmeter. Secara hati-hati arahkan sensor cahaya
luxmeter kearah sumber cahaya lalu perhhatikan display hingga
menunjukkan hasil yang stabil.
d. pH tanah
Pengukuran pH tanah dapat dilakukan secara langsung di lapangan
dengan menggunakan soil tester. Selain itu dapat dilakukan di
laboratorium dengan menggunakan kertas Ph. Tanah sampel ditimbang
100 gram dan dimasukkan kedalam bejana gelas dan diberi aquades
250cc dan selanjutnya diaduk-aduk dengan batang pengaduk dan
didiamkan seama 24 jam. Setelah itu ukur pHnya dengan menggunakan
pH meter atau kertas pH.

D. Hasil Pengamatan

a. Faktor abiotik
Tabel 1. vegetasi tumbuhan

NO Plot 10 x10 m2 Plot 4 x 4 m2 Plot 1 x 1 m2


1.
Pohon sengon (alibizia Gelagah (Saccharum Rumput karpet
chincis) spontaneum) kecil(Artharoxon
hispidus)
Pohon glodokan
2. tiang(polytahia Minjongan Rumput carex (Carex
longifolia) (chromolena Syidatica)
odyrota)
Suweng
3. (Amorphophallus Bayam
paeoniifolius) pasir(Cyathura
prostrata)

4. Galing(Cayratia
trifolia)

5 Calincing tanah
(Oxalis barrelieri)

6 Rumput israel(Asystasia
gangetica)

7 Gandasuli
(Hedychium
coronarium)

8 Pohonpisang(Musa p
aradisiaca)
Tabel hewan yang terdapat di serasah 30 x 30 cm

NO Taksa Nama Ilmiah


Semut merah Seleponosis
1.
Ulat grayak (Spodoptera litura)
2.
Belalang Caelifera
3.
Luwing merah Diploda
4.
Semut hitam Dolichodenus tharacius
5.

2. Faktor abiotik
Tabel 3. Fisis suhu udara menggunakan termometer

NO Lokasi Suhu
1. Hutan rindang 31 C

Tabel 4. Fisis intensitas cahaya mrenggunkan luxmeter

NO Lokasi Intensitas cahaya


1. Hutan rindang 925 Cd

Tabel 5. Fisis kelembaban udara

NO Lokasi Kelembaban Kelembaban Selisih Kelembaban


udara basah udara kering udara relative

1. Hutan rindang - - - 95%

Tabel 6. Fisis suhu tanah dengan menggunakan soiltermometer

NO Lokasi Suhu
27 C
1. Hutan rindang
Tabel 7. Fisis Ph tanah

NO Lokasi Ph
tanah
7.0
1. Hutan rindang

E. Pembahasan

1. Klasifikasi tumbuhan
• Plot 10x10
a. Pohon sengon (alibizia chincis)

Berikut adalah klasifikasi ilmiah dari tanaman sengon (warisno, 2009)


Kingdom Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Subkingdom Tracheobionta (tanaman vasculer)
Superdivision Spermatophyta (tanaman berbiji)
Division Magnoliophyta (tanaman berbunga)
Classis Magnoliopsida (dikotil)
Subclassis Rosidae Ordo Fabales
Familia Fabaceae (leguminoceae)
Genus Paraserianthes
Spesies Paraserianthes falcataria L. Nielsen.

Sengon (Paraserianthes falcataria) dapat dikelompokkan

kedalam famili Leguminoceae dengan sub-famili Mimosaidae dan

memiliki beberapa nama lokal. Untuk di Indonesia, sengon dikenal

dengan beberapa nama sesuai dengan tempat tumbuh tanaman yang

bersangkutan. Di daerah Jawa sengon dikenal dengan nama jeungjing

(sunda) dan sengon laut (jawa), di daerah Maluku dikenal dengan nama
sika, di daerah Sulawesi dikenal dengan nama tedehu pute dan di Papua

dikenal dengan bae/wahagon. Sengon juga memiliki beberapa nama di

negara lain yaitu batai (Perancis, Jerman, Italia, Usa dan Kanada), Kayu

machis (Serawak- Malaysia), dan puah (Brunei Darussalam) (Siregar,

2008)

Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) memiliki nama lokal di

Indonesia: Jeungjing, sengon laut (Jawa); Tedehu pute (Sulawesi); rare,

selawoku, selawaku merah, seka, sika, sika bot, sikas, tawa sela (Maluku);

bae, bai, wahogon, wai, wikkie (Papua). Nama umum dinegara lain: Puah

(Brunei); Albizia batai, Indonesia Albizia, Moluca, Paraserianthes, Peacock

plume, white albizia (Inggris); kayu machis (Malaysia); white albizia (Papua

Nugini); falcata, moluccan sau (Filipina) (Krisnawati, 2011).

Sengon (Paraserianthes falcataria) adalah tanaman yang termasuk

famili Leguminoceae yang merupakan tanaman asli di Maluku, Papua, Papua

New Guinea, Pulau Solomon dan Taompala (Sulawesi Selatan). Tanaman ini

dibawa oleh Tysmann untuk ditanam dikebun Raya Bogor pada tahun 1871

(Achmad, 2004 dalam Ismail 2008).

Meskipun tanaman sengon tumbuh besar dan berkembang sangat cepat,

namun ternyata tanaman ini berkerabat dekat dengan tanaman kedelai,

kacang hijau, kacang tanah, bengkuang dan sebagainya. Tanaman sengon

masih satu famili dengan tanaman-tanaman tersebut (Warisno, 2009).

b. Pohon glodokan tiang(polytahia longifolia)


Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Polyalthia
Spesies : Polyalthia longifolia Sonn.

Pohon Glogok atau juga di sebut pohon glodokan tiang mempunyai


istilah latin Polyalthea longifolia pendula adalah jenis tumbuhan yang
banyak di tanam di pinggir jalan atau dalam taman-taman rumah.
Menurut Singh (2008), Glodokan tiang atau yang disebut Ashok adalah
tumbuhan asli India da Srilanka. Namun, nama Ashok merupakan
nama yang telah banyak dikenal di India Utara, meskipun nama Ashok
tersebut berasal dari nama Sita Ashok. Pohon ini dapat mencapai tinggi
hingga 25 kaki dan membentuk bangun kolumnar. Daunnya glossy
berwarna hijau, panjang, dengan tepi daun bergelombang.

Ashok umumnya terlihat seperti pohon yangdipenuhi daun


sehingga sulit terlihat batangnya, tetapi kadang-kadang cabangnya
tidak terumbai ke bawah melainkan horizontal sehingga batangnya
dapat terlihat dengan jelas. Pohon ini sangat taerkenal di India. Batangnya
halus dan derwarna coklat keabu-abuan. Bunganya muncul selama bulan
Maret hingga April. Selama periode pendek yakni selama 2 hingga 3
minggu, pohon ini dipenuhi dengan bunga berbentuk bintang dengan
warna hijau pucat. Bunga ini muncul pada clusters dari ketiak seluruh
cabang dan ranting. Setiap bunga terdiri dari kaliks yang kecil, petals
berwarna hijau yang panjang dan berjumlah 6 yang tersusun dalam
dua lingkaran (Singh, 2008).
• Plot 4 x 4 m2

a. Gelagah (Saccharum spontaneum)

Klasifikasi Kingdom :Plantae


Subkingdom :Tracheobionta
Superdivision :Spermatophyta
Division :Magnoliophyta
Class :Liliopsida
Subclass :Commelinidae
Order :Cyperales
Family :Poaceae
Genus :Saccharum
L. Species :Saccharum spontaneum (Chandra dkk, 2010)

Rimpang menahun dengan tinggi rumpun mencapai 1-4 m atau


lebih. Daun kaku atau keras, panjang 20 cm atau lebih, menyirip, biasanya
warna daun keunguan, dan halus; ligula membulat atau memiliki bangun
segitiga dengan panjang sekitar 2 mm, serta diselaputi rambut-rambut
pendek; bentuk daun lurus- 12 meruncing, panjang 50-90 cm dan lebar 5-
5 (-40) mm, permukaan daun licin, tepi daun kasar. Perbungaan malai
(tandan majemuk) dengan panjang 20-60 cm; setiap tandan berukuran 3-
15 cm.
b. Minjongan (chromolena odyrota)

Klasifikasi tumbuhan kirinyuh (Chromolaena odorata L.)


sebagai berikut (Chakraborty et al, 2011)
: Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Phylum : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Chromolaena
Spesies : Chromolaena odorata L. King & H.E. Robins.
Kirinyuh (Chromolaena odorata L.) dalam bahasa Inggris disebut siam
weed, merupakan spesies berbunga semak dalam keluarga bunga
matahari. Tumbuhan ini asli Amerika Utara, dari Florida dan Texas
termasuk Meksiko dan Karibia, telah dikenal luas di Asia, Afrika barat, dan
sebagian daerah di Australia. Tumbuhan ini telah digunakan sebagai obat
tradisional di Indonesia (Chakraborty et al, 2011).

Kirinyuh (Chromolaena odorata L.) merupakan gulma berbentuk


semak berkayu dapat berkembang cepat sehingga sulit dikendalikan,
diduga 10 kirinyuh memiliki efek allelopati. Tumbuhan ini merupakan
gulma padang rumput yang penyebarannya sangat luas di Indonesia tidak
hanya di lahan kering atau pegunungan, tetapi juga di lahan rawa dan
lahan basah lainnya. Daun mudah hancur, dan cairan yang dihasilkan
dapat digunakan untuk mengobati luka kulit. Gulma ini diperkirakan
sudah tersebar di Indonesia sejak tahun 1910-an (Prawiradiputra, 2007).

Sesuai dengan gambar di atas, gulma ini mempunyai ciri khas daun
berbentuk oval dan bagian bawah lebih lebar, panjang daun 6-10 cm,
panjang tangkai daun 1-2 cm dan lebarnya 3-6 cm, mempunyai tiga tulang
daun yang nyata terlihat, memiliki batang yang tegak, berkayu, ditumbuhi
rambut-rambut halus, bercorak garis-garis membujur yang paralel,
tingginya bisa mencapai 5 meter bahkan bisa lebih, bercabang-cabang

c. Suweng (Amorphophallus paeoniifolius)

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arales
Famili : Araceae
Genus : Amorphophallus
Species : Amorphophallus paeoniifolius

Menurut Kriswidarti (2002), tanaman suweg terdiri dari dua jenis


yaitu Amorphophallus paeoniifolius varietas sylvestris dan
Amorphophallus paeoniifolius varietas hortensis. Varietas sylvestris
merupakan tanaman liar yang belum banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat karena menimbulkan rasa gatal ketika dikonsumsi,
sedangkan varietas hortensis tidak banyak menimbulkan rasa gatal
sehingga banyak dikonsumsi oleh masyarakat dengan cara direbus. Rasa
gatal pada umbi suweg ini disebabkan karena adanya kristal oksalat.
Menurut Rosman et al, (1994) dari 100g umbi suweg mengandung
kurang lebih 382 mg kristal oksalat. Untuk menghilangkan rasa gatal ini
perlu dilakukan proses perendaman dengan menggunakan air bersih
selama 12 jam agar asam oksalat dapat larut dalam air dan bebas keluar.
Suweg memiliki batang semu, mempunyai satu daun tunggal yang
terpecah-pecah menjadi tiga dengan tangkai daun yang tegak keluar dari
umbinya. Tangkai daun berwarna hijau belang putih, panjangnya 50-150
cm. Bunga muncul setelah daun hilang dari permukaan tanah, terdiri dari
tangkai bunga, seludang dan tongkol. Tinggi tangkai bunga berkisar 50-
120 cm, berwarna hijau dengan noda-noda putih, sedangkan tongkolnya
mengeluarkan bau yang kurang 8 sedap. Umbi ini memiliki kulit yang
bewarna coklat tua dengan daging yang bewarna jingga hingga
kemerahan.

Diameter umbi yang telah tumbuh dapat mencapai 40 cm dengan


tinggi mencapai 30 cm dengan bentuk bundar dan bobotnya dapat mencapai
5 kg. Umbi suweg dapat dikonsumsi setelah dikupas, diiris, dicuci, dan
dikukus untuk menghilangkan rasa gatal (Kasno, 2007)

d. Galing(Cayratia trifolia)

Kingdo : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio: Angiospermae
Kelas: Dicotyledoneae
Ordo : Vitales
Suku: Vitaceae
Marga : Cayratia
Spesies : Cayratia trifolia L.

Tanaman Galing-galing (Cayratia trifolia L) merupakan


tanaman yang berasal dari family vitaceae umumnya dikenal
sebagai fox grape. Tanaman ini biasanya ditemukan di dataran
rendah baik di daerah tropis maupun subtropics di kawasan Asia,
India, dan Australia (Purushothama, dkk., 2001). Tanaman
Galinggaling merupakan jenis tanaman herba lemah. Tanaman
Galing-galing memiliki daun trifoliated dengan panjang 2-3 cm,
tangkai daun panjang dan bulat telur sampai lonjong. Bunga-bunga
kecil putih kehijauan dan coklat dalam warna (Tutul, 2010). Buah
berdaging, ungu gelap atau hitam, hampir bulat dengan diameter
sekitar 1 cm (Vardana, 2008)
e. Calincing tanah (Oxalis barrelieri)

Kerajaan : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Geraniales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Oxalis
Spesies : Oxalis barrelieri L.
Oxalis barrelieri L. merupakan tumbuhan gulma yang di temukan
di stasiun 1-4. Merupakan tumbuhan yang memiliki batang basah dan
tegak. Batang silindris seperti tabung dan sedikit halus, berukuran
pendek, berwarna hijau. Memiliki daun majemuk, dengan tiga anak daun
berbentuk bulat telur, tangkai daun sedikit panjang, dengan tepi daun
rata. Bunga berbentuk terompet yang tumbuh di ketiak daun dengan
pangkal bunga berwarna kuning, dengan kelopak bunga berwarna hijau.
Memiliki buah agak bulat seperti belimbing, tumbuhan ini memiliki sistem
perakaran tunggang.

Steenis (2005) menyatakan tumbuhan ini adalah semak menahun,


tegak atau merayap. Tangkai daun panjang pada pangkalnya melebar
menjadi pelepah. Anak daun bentuk jantung terbalik, panjang dan lebar.
Bunga dalam payung tunggal di ketiak dengan 2-8 bunga. Daun mahkota
kuning dengan pangkal hijau, panjang 3-8 mm. Benang sari di depan daun
mahkota. Tangkai putik berambut. Tangkai buah bengkok. Buah tegak
bentuk garis dengan ujung menyempit, dengan celah membujur, elastis
membuka menurut ruang, dimana bijinya dilemparkan. Habitat di tegalan,
kebun, dan jalan setapak di hutan.

f. Rumput israel(Asystasia gangetica)

Klasifikasi dari tanaman ini adalah sebagai berikut :


Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Asteridae
Order : Scrophulariales
Family : Acanthaceae
Genus : Asystasia Blume
Species : Asystasia gangetica L. T. (Anderson Tilloo S.Ket al, 2012)

Asystasia gangetica tumbuh merambat dan bercabang, batangnya


berbentuk segi empat dengan panjang hingga 2 meter. Bentuk daun saling
berlawanan dan tidak terdapat stipula. Panjang tangkai daun 0,5-6 cm dengan
daun yang berbentuk ovutus dengan panjang 4-9 cm dan lebar 2-5 cm. Bentuk
pangkal daun segitiga sungsang Cuneatus atau berbentuk jantung Cordatus saat
daun masih kecil.
Ujung daun berbentuk meruncing Acuminatus dan permukaan daun
berbulu pendek dan lembut Pubescens. memiliki 4-6 urat daun vena lateralis di
setiap sisi pelepah. Bentuk perbungaan majemuk dan berderet mengarah pada
satu sisi dengan panjang deret bunga mencapai 25 cm. Tangkai bunga memiliki
panjang hingga 3 mm dan kelopak bunga dengan panjang 4-10 mm. Bunga
biasanya berwarna putih atau putih dengan bintik-bintik keunguan Grubben
G.J.H, 2004.
Periode dari penyebaran bibit hingga munculnya benih Asystasia gangetica
membutuhkan waktu 8 minggu di daerah terbuka atau terkena sinar matahari
langsung, tetapi bisa memakan waktu 2 minggu lebih lama di daerah yang
sebagian tertutup. Tanpa penyiangan, proporsi Asystasia gangetica dalam semak
dari perkebunan kelapa sawit muda meningkat dalam jangka waktu 2 tahun dari
25 menjadi 84 . Asystasia gangetica memiliki daya serap tinggi terhadap nutrisi
dalam tanah dan mengganggu penyerapan nutrisi spesies lain sehingga
dikategorikan sebagai gulma. Asystasia gangetica memiliki palatabilitas dan daya
cerna yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pakan hewan Grubben G.J.H,
2004

g. Gandasuli (Hedychium coronarium)

Ragnum : Plantarum
Sub ragnum : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus : Hedychium
Spesies : Hedychium coronarium Koenig

Gandasuli yang mempunyai nama ilmiah Hedychium coronarium


Koenig adalah tanaman herba dengan tinggi 1,5 sampai dengan 2 meter.
Gandasuli mempunyai beberapa nama daerah antara lain adalah
gandasuli (Sunda), gondasuli (Jawa tengah dan Melayu), bhalimbing bulu
(Madura), manasuli, mandasuli, mandasuling (Belitung), dagasuli,
dagahuli (Halmahera). Gandasuli juga mempunyai nama asing yaitu
ginger lily (Inggris), dan chiang hua( Cina ), kamia ( Pilipina )

h. Pohon pisang(Musa paradisiaca)


Kingdom : plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Famili : Musaceae
Genus : Musa Spesies : Musa paradisiaca L.

Pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman yang sudah sangat


populer di Indonesia. Namun, budidaya pisang belum dilakukan secara
efisien karena belum diusahakan secara perkebunan yang
menguntungkan. Kebanyakan pisang ditanam oleh rakyat sebagai bahan
selingan atau sebagian saja di lahan-lahan pekarangan (Winarti, 2010).

Berbagai jenis pisang yang ditanam di Indonesia, antara lain :


pisang kepok, pisang ambon, pisang tanduk, pisang raja, pisang ijo, pisang
puri ayu, pisang kuning, pisang susu, pisang mas, pisang cavendish dll.
sebagai bahan pangan biasanya pisang disajikan dalam bentuk segar
sebagai buah-buahan (Winarti, 2010). Buah pisang termasuk jenis buah
klimaterik, yaitu jenis buah yang mengalami kenaikan kecepatan respirasi
dengan cepat setelah dipanen/dipetik dari pohonnya. Kenaikan
kecepatan respirasi ditandai dengan berbagai perubahan baik fisik
maupun kimia yaitu perubahan warna, tekstur, karbohidrat, gula total dan
total asam. Kenaikan laju respirasi pada pada buah-buahan klimaterik
adalah indikasi dimulainya proses pematangan (Winarti, 2010). Pisang
kepok merupakan pisang berbentuk agak gepeng dan persegi seperti
terlihat pada Gambar 1. Karena bentuknya gepeng, ada yang
menyebutnya pisang gepeng. Ukuran buahnya kecil, panjangnya 10- 12
cm dan beratnya 80-120 g. Kulit buahnya sangat tebal dengan warna
kuning kehijauan dan kadang bernoda cokelat.

• Plot 1 x 1 m2

a. Rumput karpet kecil(Artharoxon hispidus)

Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Klade : Trakeofit
Klade : Angiospermae
Klade : Monokotil
Klade : Commelinida
Memesan: Poales
Jenis : A. Hispidus

Hispidus kadang-kadang dianggap abadi, seperti di Bhutan di


mana ia digambarkan sebagai 'biasanya abadi' ,tetapi lebih sering
digambarkan sebagai tahunan. Ini adalah tanaman yang luas, berakar
pada simpul dengan batang berbunga hingga 30 cm; node berbulu.
Daunnya relatif pendek dan lebar, lonjong sempit hingga panjang 5
cm dan lebar 15 mm, berdaun di pangkal dan berujung tajam,
bervariasi gundul atau berbulu di tepinya. Liga 0,5-3 mm.
Perbungaan satu set hingga 10 ras atau lebih, panjang hingga 5 cm,
hijau pucat atau ungu, beragam gundul hingga berbulu pendek.
Spikelet sessile hingga 7 mm; lanset glume bawah, cembung, 6-9-
nerved dengan urat scabrid. Lem bagian atas sedikit lebih panjang
dengan tenda hingga 11 mm dalam bentuk tipikal tetapi mungkin
jauh lebih pendek dan hampir tidak ada. Spikelet bertangkai kadang-
kadang ada di ujung raceme, tetapi biasanya tidak ada dengan pedicel
berupa tunggul hingga 2 mm. Kepala sari 2, panjangnya sekitar 1 mm.
b. Rumput carex (Carex Syidatica)

Kingdom : plantae
Klade : trakeofit
Keluarga : cyperaceae
Marga : carex
Carex sylvatica "menyerupai kecil C. pendula", tingginya hingga
sekitar 15-60 sentimeter (6-24 inci), atau hingga 150 cm (5 kaki) dalam
keadaan luar biasa. Ia rizom sangat pendek, memberi tanaman padat
kepedulian bentuk (berumbai). Daunnya panjang 5–60 cm (2.0–23.6
inci), lebar 3–7 mm (0.12–0.28 inci)[1] dan tebal 1,0-1,3 mm (0,04-0,05
inci), dengan 17-31 selari urat. Daunnya mempunyai sedikit keel, atau
dilipat dengan lembut menjadi bentuk M dalam keratan rentas.

Separuh bahagian atas atau ketiga batang beruang perbungaan,


biasanya terdiri dari 3-5 wanita pancang dan lonjakan lelaki apikal
tunggal, yang mungkin merangkumi beberapa bunga betina di
pangkalnya. Paku betina masing-masing masing-masing berukuran 2,0-
6,5 cm (0,8-2,6 inci), dan digantung pada panjang dan kasar peduncles,
timbul dari dalam selubung daun panjang Lonjakan lelaki lebih nipis, dan
panjangnya 1,4 cm (0,4-1,6 inci).

c. Bayam pasir (Cyathula prostrate L)

Kingdom : plantae
Divisi : magnoliphtya
Kelas : mangnoliopsida
Ordo : caryophyllales
Famili : amaranthaceace
Sub famili : amaranthoideae
Genus : amaranthus L.

Daunya berbenyuk lonjong dengan daun tidak terlalu


tebal dan bentuknya kecil. Satu tangkai bisa terdapat 5-6 helai
daun. Manfaat Rebusan bagian udara tanaman diminum sebagai
pengobatan batuk. Infus seluruh tanaman diambil sebagai obat
untuk demam dan disentri. Rebusan digunakan sebagai pencuci
untuk menghilangkan sakit kepala Getah tanaman digunakan
sebagai obat tetes telinga untuk mengobati otitis dan sakit
kepala[310.
Tanaman ini dihaluskan dan diaplikasikan sebagai tapal
pada luka, luka bakar dan patah tulang, di mana ia bertindak
sebagai hemostatik dan cicatrizant Abu tanaman yang terbakar,
dicampur dengan air, dioleskan ke tubuh sebagai obat kudis dan
penyakit kulit lainnya. Akarnya digunakan sebagai obat aborsi.
Rebusan akarnya digunakan sebagai obat disentri, masuk angin
dan batuk, rematik dan sakit gembur-gembur. Akarnya digunakan
dalam pengobatan buang air kecil yang tidak normal dan sering.
Akarnya digunakan sebagai plester untuk mengobati gatal ulat, di
sekitar leher untuk batuk dan di perut untuk cacingan atau herpes
zoster Daunnya, dihaluskan dengan air, adalah obat kolera. Batang
dan daunnya adalah pencahar ringan. Daunnya digunakan untuk
meredakan iritasi tenggorokan. Rebusan daunnya dioleskan pada
gigitan ular. Jus dari daun maserasi dioleskan pada luka dan
memar sebagai antiseptik .Daun maserasi dioleskan pada luka
untuk menghentikan pendarahan Jus batangnya digunakan
sebagai obat aborsi. Rebusan diambil sebagai diuretik dan untuk
meningkatkan debit menstruasi. Bunga sebagai ekspektoran.

2. Klasifikasi hewan
• Semut merah (Seleponosis)

Klasifikasi semut api merah menurut Taib (2012) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : Hymnenoptera
Family : Formicidae
Genus : Solenospis
Species : Solenopsis invicta

Ciri – ciri
Secara umum semut ini termasuk berukuran kecil, panjang 2-6 mm,
warnanya merah tua gelap. Semut ini sangat agresif dan mudah bersiaga
menyerang jika sarangnya diganggu. Sarangnya berbentuk cembung dengan
ketinggian bisa mencapai 40 sentimeter, biasanya lubang masuk dan keluar
tidak jelas, struktur dalam lubang menyerupai lembaran-lembaran sarang
tawon madu, dan bisa mempunyai 80-250 ribu pekerja dalam satu koloni.
Semut api termasuk makhluk hidup dalam kingdom Animalia, dan
tergolong hewan avertebrata yang termasuk pada kelas insekta. Hewan ini
mudah ditemukan karena dapat hidup di daratan bahkan di dalam rumahpun
mereka dapat ditemukan. Tubuh semut api terdiri atas tiga bagian, yaitu
kepala, mesosoma (dada), dan metasoma (perut). Semut api memiliki
eksoskeleton atau kerangka luar yang memberikan perlindungan dan juga
sebagai tempat menempelnya otot. Menurut Tarumingkeng (2001) dalam
Taib (2012) bahwa, semut api memiliki lubang-lubang pernapasan di bagian
dada bernama spirakel untuk sirkulasi udara dalam sistem respirasi mereka.
Pada kepala semut api terdapat banyak organ sensor. Semut api memiliki
mata majemuk yang terdiri dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil dan
tergabung untuk mendeteksi gerakan dengan sangat baik. Mereka juga punya
tiga oselus di bagian puncak kepalanya untuk mendeteksi perubahan cahaya
dan polarisasi.

Peran semut merah

222Hewan ini dapat menggali sejumlah besar tanah sehingga


menyebabkan terangkatnya nutrisi tanah. Semut api membentuk simbiosis
dengan berbagai serangga, tumbuhan, dan fungi. Tanpa bersimbiosis dengan
semut, organisme tersebut akan menurun populasinya hingga punah. Selain
sebagai pemangsa, semut api juga adalah mangsa yang penting bagi berbagai
serangga, laba-laba, reptil, burung, kodok, bahkan bagi tumbuhan karnivora.

• Ulat grayak (Spodoptera litura)

Klasifikasi Ulat Grayak (S. litura)


Klasifikasi ulat grayak termasuk ke dalam:
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Spodoptera
Spesies : Spodoptera litura
Ciri –ciri
Telur diletakkan berkelompok di bawah atau atas permukaan daun,
awalnya berwarna putih bening atau hijau pucat, hari berikutnya
berubah menjadi hijau kecoklatan, dan berwarna cokelat saat akan
menetas.

Larva terdiri dari 6 stadia instar, larva instar 1-5 berwarna pucat
kemudian berwarna cokelat hingga hijau muda dan berubah menjadi
lebih gelap pada tahap perkembangan akhir, lama stadia l arva
sekitar 12-20 hari. Larva instar akhir (stadia 6) atau instar 3 adalah
stadia larva yang paling mudah diidentifikasi Terlihat empat titik
hitam yang membentuk persegi di segmen kedua terakhir (segmen
ke-8 abdomen) tubuhnya. Kepala berwarna gelap; terdapat bentukan
huruf Y terbalik berwarna lebih terang di bagian depan kepala..

Pupa berwarna cokelat gelap biasanya berada di permukaan tanah,


masa berpupa berlangsung selama 12-14 hari sebelum tahap dewasa
muncul.

Imago atau Ngengat, memiiki bentangan sayap selebar 3-4 cm, sayap
bagian depan berwarna cokelat gelap, sedangkan sayap belakang
berwarna putih keabuan. Ngengat hidup 2-3 minggu sebelum mati.
Ngengat betina dalam satu siklus hidupnya mampu bertelur hingga
1000 telur.

Umumnya larva S. litura mempunyai titik hitam arah lateral pada setiap
abdomen. Larva muda berwarna kehijau-hijauan, instar pertama tubuh larva
berwarna hijau kuning, panjang 2,0 sampai 2,74 mm dan tubuh berbulu-bulu
halus, kepala berwarna hitam dengan dengan lebar 0,2-0,3 mm. Instar kedua,
tubuh berwarna hijau dengan panjang 3,75-10,0 mm, bulu-bulunya tidak
terlihat lagi dan pada ruas abdomen pertama terdapat garis hitam meningkat
pada bagian dorsal terdapat garis putih memanjang dari toraks hingga ujung
abdomen, pada toraks terdapat empat buah titik yang berbaris dua-dua.
Larva instar ketiga memiliki panjang tubuh 8,0-15,0 mm dengan lebar 0,5-0,6
mm (Desy dkk, 2013).
Pada bagian kiri dan kanan abdomen terdapat garis zig-zag berwarna
putih dan bulatan hitam sepanjang tubuh. Instar keempat, kelima dan keenam
agak sulit dibedakan. Untuk panjang tubuh instar keempat 13-20 mm, instar
kelima 23-35 mm, dan instar keenam 35-50 mm. Mulai instar keempat warna
bervariasi, mempunyai kalung/bulan sabit berwarna hitam pada segmen
abdomen yang keempat dan kesepuluh (Hera, 2007).
Pada sisi lateral dan dorsal terdapat garis kuning. Ulat Spodoptera litura yang
baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam
kecoklat-coklatan. Ulat berkepompong
dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwarna
coklat kemerahan dangan panjang sekitar 1,6 cm. Imago berupa ngengat
dengan warna hitam kecoklatan, pada sayap depan ditemukan spot-spot
berwarna hitam dengan strip-strip putih dan kuning. Sayap belakang
biasanya berwarna putih (Hera, 2007).
Peran ulat grayak

Manfaat lainnya dari ulat bulu adalah sebagau salah satu buota
penyeimbang ekosistem bumi. Seperti sudah pernah kita ketahui
sebelumnya, satu ekosistem buni terdiri dari beberapa spesies hewan
yang menempatkan diri mereka dari suatu bentuk rantai makanan.

• Belalang(Caelifera)

klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Artopoda
Class : Insecta
Ordo : Orthoptera
Sub-Ordo : Caelifera
Family : Acrididae
Genus : Dissosteira
Spesies : Dissosterira carolina
ciri – ciri
1. Memiliki 2 pasang antena khusus pada tubuhnya, yang berukuran
lebih pendek dari tubuh belalang dan juga memiliki ovipositor pendek.
2. Memiliki femur belakang yang kuat dan panjang, yang digunakan
untuk melompat. Belalang memiliki 6 pasang kaki untuk melompat. Kaki
belakang digunakan untuk melompat, sedangkan kaki depan digunakan
untuk berjalan
3. Tubuh belalang terdiri dari buku-buku, terdiri dari kepala, dada
(thorax) dan perut (abdomen)
4. Memiliki sayap yang digunakan untuk terbang, walaupun pada
beberapa jenis belalang, sayang ini tdk dapat digunakan untuk terbang

Belalang memiliki 3 bagian tubuh utama seperti kepala, dada


(thorak) dan perut (abdomen). Selain itu tetdapat juga anggota tubuh
lainnya seperti kaki yang bersendi berjumlah 6, sayap 2 pasang untuk
terbang dan sepasang antena sebagai alat sensor.Kaki pada belalang
memiliki 2 fungsi yang berbeda seperti kaki pada bagian depan digunakan
untuk berjalan, dan bagian kaki yang lebih panjang digunakan untuk
melompat.
Belalang tidak memiliki telinga, tetapi bisa mmerasakan getaran di
udara dengan bantuan alat sensor yang disebut dengan tympanum. Pada
belalang tympanum terletak di abdomen pertama. Belalang memiliki lima
mata yang terdiri dari mata (2 compound eye dan 3 ecelli). Alat
pernafasan belalang berupa trakea. Belalang merupakan serangga dengan
kerangka luas (exoskeleton). Membedakan belalang betina dengan yang
jatan dapat dilihat dari ukuran tubuhnya. Belalang betina memiliki ukuran
tubuh lebih besar berkisar 58-71 mm sedangkan yang jantan memiliki
ukuran tubuh lebih kecil berkisar 49-63 mm.

Peran belalang
Di alam, belalang berperan sebagai pemangsa, pemakan bangkai,
pengurai material organik nabati dan hewani, pemakan bagian
tumbuhan hidup dan mati, dan musuh alami dari berbagai jenis serangga
lainnya (Borror et al)
• Luwing merah(Diploda)

Klasifikasi

Kerajaan : Animalia
Filum : Artropoda
Subfilum : Myriapoda
Kelas : Diplopoda (De Blainville in Gervais, 1844)

Ciri – ciri
a. Tubuhnya berbentuk silindris dan beruas-ruas (25-100 segmen) terdiri
atas kepala dan badan. Setiap segmen (ruas) mempunyai dua pasang
kaki, dan tidak mempunyai taring bisa (maksiliped). Pada ruas ke tujuh,
satu atau kedua kaki mengalami modifikasi sebagai organ kopulasi.
b. Pada kepala terdapat sepasang antena yang pendek, dengan dua
kelompok mata tunggal.
c. Hidup di tempat yang lembab dan gelap dan banyak mengandung
tumbuhan yang telah membusuk.
d. Respirasi dengan trachea yang tidak bercabang.
e. Alat ekresi berupa dua buah saluran malphigi.

Dari ordo ini dapat kita salah satu spesies yaitu luing pil (Arthrosphae a
rmagna). Hewan ini memiliki ukuran yang lebih kecil atau pendek, dengan
hanya memiliki 11-13 segmen tubuh (Racheboeuf, 2004), dan mampu
menggulung menjadi bentuk sebuah bola jika diganggu. Keluwing pil adalah
herbivora, mencari makanan di materi pembusukan tanaman (Anonim,
2007).
Keluwing yang termasuk dalam genus Arthrosphaera adalah penghuni
daerah tropis yang sangat melimpah pada horizon tanah atas di hutan di
kawasan lembab. Mereka endemik dan bisanya berperan dalam
pembentukan berbagai tipe humus. Mereka terbatas dalam daerah
persebaran yang luas di wilyah Indo-Australia, Afrika Selatan dan
Madagaskar. Semenanjung India dihuni oleh sekitar 27 spesies
Arthrosphaera. Mereka diketahui berasal dari wilayah yang cukup curah
hujan, hutan tertentu di Ghats Barat dan Ghats Timur. Genus Arthrosphaera
memiliki ukuran tubuh yang besar (panjang 3-6 cm, lebar 1,5-3 cm) dan jika
diganggu akan menggulung menjadi pil raksasa, karena itulah disebut dengan
Keluwing Pil (Ashwini dan Sridhar, 2006).
Peran kaki seribu
Mayoritas kaki seribu adalah dekomposer yang berarti mereka hidup dari
memakan sisa-sisa tumbuhan. Kaki seribu memiliki peran penting dalam
menjaga kebersihan lantai hutan & meningkatkan kesuburan tanah karena
kotoran yang dikeluarkannya membantu meningkatkan kandungan zat-zat
hara dalam tanah yang pada gilirannya bisa dimanfaatkan oleh tumbuhan.
Selain sisa-sisa tumbuhan, kaki seribu juga mau memakan lumut & jamur.
Beberapa spesies kaki seribu juga memiliki sifat omnivora alias pemakan
tumbuhan & daging di mana daging yang dimakannya merupakan daging
hewan-hewan kecil semisal serangga.
• Semut hitam(Dolichodenus tharacius)

klasifikasi semut hitam D. thoracicus adalah sebagai berikut :


Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Hymenoptera
Famili : Formicidae
Sub famili : Dolichoderinae
Genus : Dolichoderus
Spesies : Dolichoderus thoracicus Smith
Ciri – ciri
Semut memiliki mata majemuk. Semut tidak memiliki sistem peredaran
darah tertutup. Ciri khusus semut lainnya adalah hidup berkoloni yang
berguna untuk bekerja sama untuk mencari makan, membuat sarang, dan
melindungi diri.

Semut punya cakar pada kakinya yang berjumlah tiga pasang. Fungsinya
adalah untuk membantu merayap. Semut juga punya aorta punggung yang
berfungsi seperti jantung. Tubuhnya terdiri dari tiga bagian yaitu kepala,
dada, dan perut.

Semut memiliki tiga oselus di bagian puncak kepalanya yang berfungsi


untuk mendeteksi perubahan cahaya dan polarisasi. Semut juga punya
tiga pasang kaki, sehingga totalnya enam kak. Bernapas dengan
menggunakan spirakel yaitu lubang-lubang pada bagian dada.

Semut hitam Dolichoderus thoracicus Smith merupakan spesies


semut yang daerah penyebarannya tersebar luas di Asia Tenggara,
terutama di daerah dengan ketinggian kurang dari 1.300 meter di atas
permukaan laut. Semut hitam banyak dijumpai pada tanaman jeruk,
kakao, kopi, dan mangga (Kalshoven, 1981).
Sarang semut hitam biasanya berada di atas permukaan tanah
(tumpukan seresah daun kering) dan juga pelepah daun kelapa (jika
kakao ditanam bersama dengan kelapa) atau di tempat-tempat lain yang
kering dan gelap serta tidak jauh dari sumber makanan (Way and Khoo,
1992). Semut hitam D. thoracicus biasanya keluar dari sarangnya pada
waktu pagi dan sore hari ketika suhu tidak terlalu panas. Semut akan
menuju pucukpucuk tanaman untuk mendapatkan cahaya matahari
sambil menjalankan aktivitasnya. Akan tetapi pada siang hari ketika suhu
udara panas, semut akan bersembunyi pada tempat-tempat yang
terlindung dari sengatan sinar matahari secara langsung, seperti di dalam
sarang, di balik dedaunan, di tanah, dan lain-lain (Elzinga, 1978 dalam
Rahmawadi, 1997). Semut hitam D. thoracicus termasuk dalam Ordo
Hymenoptera (serangga bersayap bening) dan masuk dalam Familia
Formicidae. Menurut Kalshoven (1981).
Peran semut hitam
a) Sarang semut di tanah membuat udara dapat masuk ke dalam tanah
b) Beberapa jenis semut memakan serangga pengganggu (hama)
c) Semut pemakan tanaman membantu lingkungan dengan memakan
tanaman yang mengganggu
d) Semut menyuburkan tanah ketika memproses makanannya
e) Semut dapat berperan sebagai dekomposer
f) Semut membantu menyebarkan biji-bijian

2. Faktor Abiotik
Untuk faktor abiotik berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan
didapatkan kelembaban udara relative nya sebesar 95% dengan suhu udara
31°C, pH tanah nya 7,0 dengan suhu tanah sebesar 27°C, serta intensitas
cahaya yang diperoleh yaitu 925Cd. Kelembaban udara di lokasi hutan
rindang tergolong sangat tinggi karena kelembaban nya berada di atas rata-
rata. Dimana para ahli tenaga kesehatan memaparkan bahwa tingkat
kelembaban udara atau yang disebut dengan Relative Humidity (RH) ini
normalnya berada pada kisaran 45% – 65% sebagai tingkat yang ideal..
Faktor utama yang mempengaruhi suhu udara, yaitu durasi atau lama
penyinaran matahari, sudut datangnya sinar matahari, ketinggian suatu
tempat, kondisi geografis suatu wilayah, ada tidaknya awan, perbedaan garis
lintang dari suatu wilayah, juga pergerakan angin dan arus laut. Untuk pH
tanah di hutan rindang tergolong netral karena tidak melebihi/mengurangi
tingkat kemasaman rata-rata nya. Kemasaman tanah yang ideal untuk
tanaman berkisar antara pH 5,5 – 7,5, tergantung jenis tanaman yang
dibudidayakan. Pada kondisi tanah masam kuat atau basa kuat, pertumbuhan
tanaman akan terganggu. pH tanah di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
bahan induk tanah, pengendapan, vegetasi alami, pertumbuhan tanaman,
kedalaman tanah dan pupuk nitrogen. Kemudian untuk suhu tanah nya di
bawah sedikit dari suhu rata-rata nya karena suhu tanah rata-rata di lahan
terbuka sebesar 27,6°C (berkisar 27,2-28,3°C) pada kedalaman 5 cm, 27,4°C
(berkisar 27,0- 27,9°C) pada kedalaman 10 cm, 27,0°C (berkisar 26,6-27,6°C)
pada kedalaman 20 cm, dan 26,9°C (berkisar 26,5- 27,5°C) pada kedalaman
30 cm. Faktor pengaruh suhu tanah yaitu faktor luar (eksternal) dan faktor
dalam (internal). Faktor eksternal yaitu radiasi matahari keawanan, curah
hujan, angin dan kelembapan udara sedangkan faktor internal yaitu tekstur
tanah, struktur dan kadar air tanah, Dari pengamatan terlihat bahwa faktor
penentu perubahan suhu dan kelembaban salah satunya adalah intensitas
cahaya matahari. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan tidak
langsung intensitas cahaya matahari terhadap suhu dan kelemban, dengan
naiknya intensitas cahaya akan diikuti dengan naiknya suhu, sedangkan
kelembaban nya turun.

F. Kesimpulan

Komponen biotik berupa hewan dan tumbuhan yang dibagi menjadi 3 plot

1.Plot 10 x 10 m2 (pohon sengon, pohon glodokan pisang)

2.Plot 4 x 4 m2 ( gelagah,minjongan,suweg,galing,calincing tanah,rumput


israel,gandasuli,pohon pisang)

3. Plot 1 x 1 m2 (rumput karpet kecil, rumput carex, bayam pasir)

4. Plot 30 x 30 cm2 (semut merah, ulat hijau,belalang,luwing merah,semut


hitam)
Komponen abiotik berupa lingkungan seperti udara, tanah, intensitas
cahaya, kelembaban suhu di sekitar hutan rindang kampus 2 UIN
WALISONGO. Adanya hubungan timbal balik antara komponen biotik
berupa hewan yang menempati biotik berupa tumbuhan. Dan abiotik
berupa hewan atau tumbuhan menempati abiotik sekitar lingkungan
seperti udara, dan tanah. ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang
terbentuk oleh tumbuhan timbal balik yang tak terpisahkan. Komunitas
merupakan kumpulan berbagai populasi yang hidup di suatu waktu dan
daerah tertentu suhu udara 31 C, intensitas cahaya 925 Cd, kelembaban
udara 95%, suhu tanah 27 C dan pH tanah 7,0
G. Daftar pustaka
Agustiyan,Windy. 2013. Ciri-ciri Kelas Diplopoda.
http://windyagustiyan.blogspot.co.uk/2013/05/ciri-ciri-kelas-
diplopoda.html. Diakses pada tanggal 2 Maret 2017.

Achmatim, Budi. 2009. Belajar JQuery dari Buku “Learning JQuery”, [online],
(http://achmatime.net/2009/01/21/belajar-jquery-dari-buku-
learningjquery/, diakses tanggal 28 Januari 2011.

Ardiyano, Devi Putri. 2011. Kelas Diplopoda.


http://deviputriardiyani.blogspot.co.uk/2011/07/kelas-
diplopoda.html. Diakses pada tanggal 2 Maret 2017.

Desy, dkk. 2013. Uji Patogenisitas Bacillus thuringiensis dan Metarhizium


anisopliae Terhadap Mortalitas Spodoptera litura Fabr (Lepidoptera:
Noctuidae) Di Laboratorium, Jurnal Agroeteknologi Usu

Elzinga, R.J. 1978. Fundamentals of Entomology. Departement of Entomology Kansa


State University. New Delhi.

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crop in Indonesia. PT Ichtiar Baru-Van Hove. Revised
by Van der Laan. Jakarta.

Way, M.J. and K.C. Khoo. 1992. Role of ant in pest management. Annual Review of
Entomology. 37: 479-503

(Purushothama, dkk., 2001).

Verma, S and Singh, S.P., 2008, Current and Future Status of Herbal Medicines,
Veterinary World, 1(11), 347-350
H. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai