Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS POPULASI ARTHROPODA TANAH DAN VEGETASI TUMBUHAN

PADA LABORATORIUM ALAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Feni Armadani
E-mail : feniarmadani@student.unri.ac.id, phone : +6282385798017
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA
Uniersitas Riau Pekanbaru 28293

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kepadatan populasi Arthropoda di


permukaan tanah dan mengetahui jumlah kerapatan populasi tumbuhan (seedlings,
saplings, dan trees) serta mengukur diameter pohon. Pratikum ini dilakukan di
Laboratoriun Alam Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam , Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau pada hari kamis tanggal 12 dan tanggal 19 oktober 2017. Pratikum
populasi hewan dilakukan dengan metode dinamis dengan menggunakan alat pitfal-
trap dan populasi tumbuhan dilakukan dengan metode sampling yaitu transek secara
sistemaris berdampingan. Untuk mengetahui kepadatan populasi hewan Arthropoda
permukaan tanah dilakukan pencacahan pada setiap pitfal-trap yang telah dipasang
dan untuk mengetahui kerapatan populasi tumbuhan (seedlings, saplings, dan trees)
dengan cara menghitung jumlah populasi pada setiap plot serta mengukur diameter
pohon dengan mrnggunakan meteran. Dari hasil pratikum diperoleh bahwa Dari
penelitian tersebut didapatkan hasil pada plot 10 X 10 terdapat 4 spesies tumbuhan,
sedangkan pada plot 5 X 5 dan 1 X 1 terdapat 3 spesies tumbuhan. Pada tingkat ordo
jenis serangga yang ditemukan adalah sebanyak 10 ordo yaitu Hemiptera,
Neuroptera, Diptera, Entotrophi, Scorpionida, Isoptera, Araneae, Orthoptera,
Hymenoptera dan Coleoptera. Kelompok ordo yang tertinggi jumlah individu yang
ditemukan adalah pada ordo Hemiptera dengan jumlah 131 spesies.
.
Kata Kunci : vegetasi, arthropoda, metode kuadran, metode pitfall trap
PENDAHULUAN
Lingkungan merupakan hal yang paling penting untuk dilindungi dan dijaga
kelestariannya karena merupakan tempat dimana seluruh makhluk hidup tinggal. Baik
manusia, hewan maupun tumbuhan serta faktor biotik dan abiotik sebagai
pendukungnya. Terdapat berbagai ilmu yang mempelajari tentang lingkungan dan
salah satunya adalah ekologi.
Ekologi telah dikenal oleh manusia sejak lama sesuai dengan sejarah peradaban
manusia. Dalam hal ini bukan hanya manusia yang bisa berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya, akan tetapi juga makhluk-makhluk hidup lainnya. Interaksi
antara setiap organisme dengan lingkungannya merupakan proses yang tidak
sederhana, melainkan suatu proses yang kompleks. Ekologi sendiri merupakan suatu
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan
hidupnya disebut ekologi. Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Enerst
Haeckel, seorang ahli biologi bangsa Jerman. Ekologi berasal dari bahasa Yunani
yaitu Oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu/telaah. Oleh karena itu
ekologi berarti ilmu tentang rumah (tempat tinggal) makhluk hidup. Dengan
demikian ekologi biasanya diartinya sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Riberu, 2002).
Vegetasi dalam artian lain merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya
terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam
mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara
sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Analisa
vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur)
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat
terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam
hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun
keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. (Natassa dkk, 2010).
Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu
yang membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi
seorang ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam populasi
mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau satuan
volume adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas), yang masuk
(imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota mempengaruhi ukuran dan
rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi ekologi adalah
keragaman morfologi dalam suatu populasi alam sebaan umur, komposisi genetik dan
penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1972).
Jika suatu wilayah berukuran luas/besar, vegetasinya terdiri atas beberapa
bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol. Sehingga terdapat berbagai
tipe vegetasi. Contoh bentuk pertumbuhan (growth form): termasuk herba tahunan
(annual), pohon selalu hijau berdaun lebar, semak yang meranggas pada waktu
kering, tumbuhan dengan umbi atau rhizome, tumbuhan selalu hijau berdaun jarum,
rumput menahun (perennial), dan semak kerdil (Soetjipta, 1994).
Hewan dan tumbuhan cenderung menunjukkan tingkat pertumbuhan yang lebih
baik jika faktor-faktor beragam bila dibandingkan dengan jika faktor-faktor tetap.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan disini adalah faktor-faktor udara, tanah,
organisme, dan beberapa faktor stabil yang mempengaruhi ekosistem. Organisme lain
dan beberapa faktor stabil yang lain adalah kemiringan tanah, arah hadapan,
ketinggian, lintang, letak, dan pH. Ini mempengaruhi tanaman dan tumbuhan secara
tidak langsung melalui pengaruh tersebut terhadap faktor tanah dan udara (Odum,
1993).
Secara umum tanah bagi serangga tanah berfungsi sebagai tempat hidup, tempat
pertahanan, dan seringkali makanan (Borror et al, 1997). Sedangkan peranan
terpenting dari serangga tanah dalam ekosistem adalah sebagai perombak bahan
organik yang tersedia bagi tumbuhan hijau. Nutrisi tanaman yang berasal dari
berbagai residu tanaman akan melalui proses dekomposisi sehingga terbentuk humus
sebagai sumber nutrisi tanah (Sutedjo, 2005). Selain itu Suharjono (1997), dalam Rao
(1994) menyebutkan bahwa beberapa jenis serangga permukaan tanah dapat dijadikan
sebagai indikator terhadap kesuburan tanah.
Serangga serangga tanah ini menurut Daly (1981) biasa ditemukan di tempat
teduh, tanah yang lembab, sampah, padang rumput, di bawah kayu lapuk, dan tempat
lembab yang serupa. Keberadaan serangga tanah di suatu lingkungan menurut
Kramadibrata (1995) dipengaruhi oleh faktor faktor lingkungan, baik itu faktor
biotik maupun faktor abiotik. Faktor abiotik meliputi tanah, air, suhu, cahaya, dan
atmosfir. Sedangkan faktor biotik meliputi tumbuhan dan hewan yang ada di
lingkungan.
Jumlah jenis serangga tanah yang terdapat pada suatu tempat tertentu
menunjukkan keanekaragaman. Keanekaragaman makhluk hidup yang menempati
bumi memiliki arti yang penting ditinjau dari berbagai alasan. Menurut Wallwork
(1970), keanekaragaman hayati berperan penting dalam menjaga kestabilan
ekosistem. Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas
memiliki kompleksitas yang tinggi. Interaksi akan melibatkan transfer energi (jaring
makanan), predasi, kompetisi, dan pembagian relung (Borror et al, 1997).
Keanekaragaman serangga tanah di setiap tempat berbeda beda, sebagaimana
disebutkan oleh Resosoedarmo, et al. ( 1985), keanekaragaman rendah terdapat pada
komunitas dengan lingkungan yang ekstrim, misalnya daerah kering, tanah miskin,
dan pegunungan tinggi. Sedangkan keanekaragaman tinggi terdapat di daerah dengan
komunitas lingkungan optimum, misalnya daerah subur, tanah kaya, dan daerah
pegunungan.
Tujuan pratikum ini adalah untuk mengetahui vegetasi tumbuhan dan hewan
arthropoda permukaan tanah di Arboretum Universitas Riau.

METODELOGI
Penelitian tentang Survei dan Diskripsi Komunitas Tumbuhan (Analisis
Vegetasi) dan Survei dan Diskripsi Komunitas Analisis Hewan Arthropoda
Permukaan Tanah telah dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 26 dan 30 November
2016 di Arboretum Universitas Riau. Praktikum ini dilakukan dengan metode
eksperimen yaitu dengan cara melakukan percobaan, mengamati proses dan
menuliskan hasil percobaan.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian analisis vegetasi yaitu
pancang, tali rafia, gunting, kantong specimen dan alas plastik putih. Sedangkan alat
dan bahan yang digunakan dalam penelitian analisis hewan arthropoda permukaan
tanah yaitu alcohol (70 %), botol sampel, gelas plastik (5 buah) , tali rafia, meteran
tanah atau tongkat pengukur (100 cm), penggali tanah (cetok) dan spanduk bekas.
Cara kerja percobaan analisis vegetasi dilakukan dengan dua cara kerja.
Adapun cara kerja pertama melakukan sampling pohon dengan menyediakan semua
alat dan bahan, membuat garis transek 50 m di tempat yang telah ditunjuk oleh
asisten. Membagi garis menjadi lima bagian sama panjang, yaitu masing-masing 20
m dan member nomor 1, 2, 3, 4 dan 5 secara berurutan untuk masing-masing bagian.
Selanjutnya membuat plot berukuran 20x20 m pada bagian nomor 1, 3 dan 5.
Membuat plot 3 ada di sebelah kiri garis transek. Kemudian di dalam masing-masing
plot dibuat 2 subplot, yang masing-masing berukuran 5x5 m dan 2x2 m
menggunakan pancang dan tali raffia untuk member batas kedua subplot. Mengukur
diameter setinggi dada (diameter at breast height/dbh atau 130 cm dari permukaan
tanah) dari setiap pohon yang ada dalam plot berukuran 20x20 m, dimulai dari yang
hanya berdiameter 5 cm. Selanjutnya mentabusi dengan tabel dan membuat histogram
pohon berdasarkan kelas diameter batang. Mengambil sampel daun, bunga dan buah
(apabila memungkinkan) dari setiap pohon yang ada. Kemudian lakukan hal yang
sama terhadap subplot 5x5 m dan subplot 2x2 m. Melakukan pemeriksaan terhadap
spesimen yang terkumpul dalam masing-masing karung di atas alas putih.
Mengelompokkan isi dari masing-masing karung berdasarkan persamaan morfologi
mereka dan menghitung dan mencatat individu yang mewakili masing-masing
morfogenesis dalam tabel data mentah.

Teknik analisis data :


1. Kerapatan
Rumus :
Jumlah individu suatu jenis
=

2. Menentukan keanekagaraman (index of diversity)
Rumus :
H= -i = l (pi) ln pi
3. Indek similar
Rumus :
2J
=
( )

Cara kerja kedua melakukan pembuatan diagram profil dengan menggambarkan


skematis profil pohon-pohon yang ada dalam masing-masing plot. Memperhatikan
jarak antar pohon, posisi pohon, ukuran batang, tinggi pohon (ditaksir dengan
secermat mungkin), kelebatan tajuk agar skema yang dibuat menunjukkan keadaan
yang sebenarnya. Memberi nomor sebagai pengganti nama spesies (pohon dengan
nama yang sama diberi nomor yang sama). Kemudian menyambungkan profil pohon
dari sampling plot pertama, kedua dan ketiga.
Cara kerja percobaan analisis hewan arthropoda permukaan tanah dilakukan
menggunakan metode pitfall trap atau perangkap jebakan. Percobaan dilakukan
dengan menyediakan dengan semua alat dan bahan. Membawa semua alat dan bahan
tersebut menuju tempat yang ditunjukkan asisten. Tempat-tempat mewakili 2 jenis
keadaan, hutan alam dan jenis lingkungan dengan vegetasi bukan hutan alam.
Menggali tanah terlebih dahulu kemudian meletakkan gelas yang dibawa, diletakkan
di permukaan benar-benar sama dengan permukaan tanah selajutnya menuangkan
sekitar 10 mL alkohol ke dalam gelas tersebut. Karena pada saat percobaan musim
hujan makan dibuat atap di atas jebakan. Kemudian setelah 5x24 jam, dilakukan
pengumpulan sampel serangga atau arthropoda yang masuk ke dalam perangkap
dalam gelas dan member label kelompok dan jenis habitat. Memeriksa sampel
serangga atau arthropoda yang diperoleh di Arboretum. Menggunakan buku refrensi
yang disediakan dan internet untuk memilah sampel menurut kelas, ordi dan apabila
memungkinkan ketingkat familia. Kemudian melanjutkan pemilihan sampel dari
masing-masing ordo menurut morfospesies yang dijumpai. Morfospesies adalah dasar
identifikasi tahap awal yang semata-mata berdasarkan cirri-ciri morfologi yang
dijumpai. Mentabulasi hasil secara kolektif (untuk seluruh kelompok dalam satu
kelas) ke dalam tabel.

Teknik analisis data :


1. Menentukan keanekagaraman (index of diversity)
Rumus :
H= -i = l (pi) ln pi
2. Kekayaan spesies (richness)
Rumus :
S1
=
ln()
3. Kemerataan (evenness)
Rumus :

H
=
ln()

4. Dominansi spesies (dominance)


Rumus :
D = (pi)2
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisa Vegetasi Tumbuhan


Tabel 1.1 Data Diameter Pohon 5 cm (Plot 10 X 10)
PLOT SPESIES TINGGI TAJUK DIAMETER LINGKARAN
(m) (m) (cm) (cm)
1 Actinodaphne 30 5 30 120
cuneata
2 Alstonia 8 2.5 17 46
scholaris
Alstonia 8 2.5 13 36
scholaris
Archidendron 10 5 27 84
pauciflorum
3 Alstonia 7 1.3 9 30
scholaris
Garcinia 5 1.3 10 27
artroviridis
Garcinia 9 2.5 24 54
artroviridis

Tabel 1.2 Data Diameter Pohon 5 cm (Plot 5X 5)


PLOT SPESIES TINGGI DIAMETER
(m) (cm)
1 Aleurites moluccana 2 1.3
Aleurites moluccana 2 1.5
Aleurites moluccana 1.5 1
2 Syzygium elliptilimbum 5 4
Syzygium elliptilimbum 5 3
Syzygium elliptilimbum 4 4
Syzygium elliptilimbum 2 1.3
Syzygium elliptilimbum 2.5 2
3 Garcinia artroviridis 2 1
Garcinia artroviridis 2 1
Garcinia artroviridis 2 1
Garcinia artroviridis 2.5 2
Garcinia artroviridis 3 2
Garcinia artroviridis 3.5 3
Garcinia artroviridis 2 1
Garcinia artroviridis 1.5 0.7

Tabel 1.3 Data Tumbuhan Semai (Plot 1 X 1)


PLOT SPESIES TINGGI
(m)
1 Aleurites moluccana 80
Aleurites moluccana 60
2 Syzygium elliptilimbum 30
Syzygium elliptilimbum 15
3 Garcinia artroviridis 30
Garcinia artroviridis 40
Garcinia artroviridis 25
Garcinia artroviridis 50
Garcinia artroviridis 51
Garcinia artroviridis 54
Garcinia artroviridis 52
Garcinia artroviridis 52
Garcinia artroviridis 20
Garcinia artroviridis 10

Berdasarkan data hasil pengamatan berupa tabel dapat diketahui bahwa secara
umum, luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis
yang terdapat pada areal, dimana semakin meningkat keanekaragaman jenis maka
semakin luas area petak. Walaupun keanekaragaman spesies itu tidak terlalu
bervariasi, dimana pada plot 10 X 10 terdapat 4 spesies tumbuhan, sedangkan pada
plot 5 X 5 dan 1 X 1 terdapat 3 spesies tumbuhan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area)
yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu
yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut,maka makin luas petak
contoh yang digunakan (Sugianto ,1994).
Pada lokasi lahan tersebut persebaran vegetasi spesies tanaman masih kurang
dikarenakan pada lahan tempat penelitian permukaan tanahnya kurang rata dan
adanya aktivitas manusia. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Menurut
Wirakusumah (2003) Faktor faktor persebaran vegetasi antara lain karena faktor:
Abiotik : faktor yang merupakan lingkungan sekitar, bukan makhluk hidup, seperti
hewan, tanaman, dan manusia. Yang termasuk diantaranya ada tiga kategori: -
Klimatik (iklim), -Relief (bentuk permukaan bumi), dan -Edafik (tanah). Biotik :
faktor yang merupakan makhluk hidup, yang dapat saling berpengaruh karena
kehidupannya. Yang termasuk diantaranya antara lain:- Tanaman, -Hewan, -Aktivitas
Manusia.
Tabel1. 4 Rekapitulasi total spesies
NO Nama Spesies Jumlah Spesies
1 Actinodaphne cuneata 1
2 Aleurites moluccana 6
3 Syzygium elliptilimbum 7
4 Garcinia artroviridis 25
5 Alstonia scholaris 3
6 Archidendron pauciflorum 1
7 Swietenia macrophylla 7
8 Aceccia denticulosa 2
9 Ficus benjamina 1
10 Hevea brasiliensis 4
11 Heritiera elata 4
N 60

Berdasarkan hasil pengamatan, maka dianalisis menurut beberapa parameter


penghitungan dengan menggunakan keanekaragaman (diversity) yaitu kerapatan,
indeks keanekaragaman (index of diversity) dan Indeks similar.

1. Kerapatan

Jumlah individu suatu jenis


=

60
= = 0.22
276

2. Keanekaragaman (index of diversity)


H= -i = l (pi) ln pi
H= - (-1.897)
H = 1.897
3. Indek similar

2J
=
( )

Cs = 1.57

Tabel 1.5 Data keseluruhan

Komponen Transek 4 ( Kelompok 7 & 8)


Kerapatan 0,22
Keanekaragaman 1,897
Indeks similar 1,57

2. Analisis Hewan Arthropoda Permukaan Tanah


Tabel 2.1 Tabel Rekapitulasi total spesies
No. Nama Spesies Jumlah
1 Siphanta acuta 131
2 Myrmelleon sp 1
3 Chironomus plumosus 30
4 Campodea falsomi silvestri 90
5 Scorpiones sp 2
6 Isoptera sp 1
7 Araneus diadematus 1
8 Gryllus asimilis 2
9 Dolichoderus sp 14
10 Coleoptera linnaeus 4
N 276

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis arhtropoda permukaan tanah


cukup banyak dan beragam. Menurut Wallwork (1970) menjelaskan bahwa Filum
Arthropoda merupakan kelompok hewan tanah yang pada umumnya menunjukkan
dominansi tertinggi di antara organisme penyusun komunitas hewan tanah. Rao
(1994) juga melaporkan bahwa kelompok makrofauna tanah di habitat hutan tanaman
industri sengon sebagian besar termasuk dalam Filum Arthropoda.
Pada tingkat ordo jenis serangga yang ditemukan adalah sebanyak 10 ordo yaitu
Hemiptera, Neuroptera, Diptera, Entotrophi, Scorpionida, Isoptera, Araneae,
Orthoptera, Hymenoptera dan Coleoptera. Kelompok ordo yang tertinggi jumlah
individu yang ditemukan adalah pada ordo Hemiptera dengan jumlah 131 spesies.
Berdasarkan hasil pengamatan, maka dianalisis menurut beberapa parameter
penghitungan dengan menggunakan keanekaragaman (diversity) yaitu dengan indeks
keanekaragaman (index of diversity), kekayaan spesies (richness), kemerataan
(evenness), dan dominansi spesies (dominance) sebagai berikut.

1. Indeks keanekaragaman (index of diversity)


H= -i = l (pi) ln pi
H= - (-1.28)
H = 1.28
2. Kekayaan spesies (richness)
S1
=
ln()
10 1
= = 1.60
ln(276)
3. Kemerataan (evenness)
H
=
ln()
1.28
= = 0.55
2.30
4. Dominansi spesies (dominance)
D = (pi)2
= 0.34

Tabel 2.2 Data Keseluruhan

Komponen Transek 4 ( Kelompok 7 & 8)


Kenakeragaman 1,28
Kemerataan 0,55
Kekayaan 1,60
Dominansi 0,34
Keanekaragaman juga dipergunakan untuk mengetahui pengaruhi faktor
lingkungan abiotik terhadap komunitas Wirakusumah (2003).

KESIMPULAN

Keanekargaman spesies dari plot satu sampai plot tiga tidak begitu bervariasi,
dimana kadang-kadang spesies yang ditemukan pada plot pertama ditemukan pula
pada plot selanjutnya. Hal ini disebabkan karena penempatan lokasi dari plot pertama
sampai plot terakhir sangat berdekatan dan juga dari kondisi permukaan tanah yang
tidak rata dan adanya gangguan dari aktivitas manusia. Jadi, pada pengamatan kami
dilapangan didapatkan hasil berupa spesies yang tidak menunjukkan kenekaragaman
yang bervariasi.
Jenis arhtropoda permukaan tanah cukup banyak dan beragam. Pada tingkat
ordo ada jenis serangga yang ditemukan adalah sebanyak 10 ordo yaitu Hemiptera,
Neuroptera, Diptera, Entotrophi, Scorpionida, Isoptera, Araneae, Orthoptera,
Hymenoptera dan Coleoptera. Kelompok ordo yang tertinggi jumlah individu yang
ditemukan adalah pada ordo Hemiptera dengan jumlah 131 spesies.

DAFTAR PUSTAKA

Borror, D. J., C. A. Triplehorn dan N. F. Johnson. 1997. Pengenalan Pelajaran


Serangga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Daly, U. Howell. 1981. Introduction to Insect Biology and Diversity. Kagasuka:. Mc


Graw Hill International Book Company.

Kramadibrata, I. 1995. Ekologi Hewan. Bandung: ITB.

Natassa, dkk. 2010. Analisa Vegetasi dengan Metode Kuadran.


(http://riyantilathyris.wordpress.com/2010/11/26/laporan-analisis-vegetasi/)
(Tanggal akses: 1O Desember 2016): Makasssar.

Odum, E . P. 1972. Fundamentals of Ecology. W. B. Saunder Company Philadelphia.


London Toronto.

Rao, N. N. S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Jakarta:


Universitas Indonesia Press.
Resosoedarmo, S. Kuswata, K., Aprilani, S. 1985. Pengantar Ekologi. Jakarta:
Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional.

Riberu, Paskalis. 2002. Pembelajaran ekologi. Jurnal pendidikan penabur. No 1/Th.


I.Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.

Soetjipta.1994. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Dan
Peningkatan Mutu Tenaga Pendidikan. Yogyakarta.

Sugianto.A, 1994. Ekolgi Kuantitatif, Metode Analisis Populasi dan Komunitas.


Usaha : Persada Malang.

Suhardjono, Y. R. 1999. Buku Pegangan Pengelolaan Koleksi. Bogor: Balai


Penelitian dan Pengembangan Zoologi Pusat dan Penelitian dan Pengembangan
Biologi LIPI.

Sutedjo, M. M dan A.G.Kartasapoetra. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: Rineka


Cipta.

Wallwork, J. A. 1970. Ecology of Soil Animals. London: Mc Graw Hill.

Wirakusumah, Sambac. 2003. Dasar-Dasar EkologiBagi Populasi dan Komunitas.


Jakarta: UI-Press.

Anda mungkin juga menyukai