Anda di halaman 1dari 27

26

4
Serangga Pesisir

PANDUAN PRAKTEK

JAMILI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
2019
27

A. Teori
Serangga merupakan makhluk hidup yang mendominasi bumi. Kurang lebih 1
juta spesies serangga telah dideskripsi (dikenal dalam ilmu pengetahuan), dan diperkirakan
masih ada sekitar 10 juta spesies serangga yang belum dideskripsi (Tarumingkeng, 2001,
dalam Ruslan, 2009). Keanekaragaman yang tinggi dalam sifat-sifat morfologi, fisiologi
dan perilaku adaptasi dalam lingkungannya, dan demikian banyaknya jenis serangga yang
terdapat di muka bumi, menyebabkan banyak kajian ilmu pengetahuan, baik yang murni
maupun terapan, menggunakan serangga sebagai model.
Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi.
Fosil-fosilnya dapat dirunut hingga ke masa Ordovicius. Fosil kecoa dan capung raksasa
primitif telah ditemukan. Sejumlah anggota Diptera seperti lalat dan nyamuk yang
terperangkap pada getah juga ditemukan. Hewan ini juga merupakan contoh klasik
metamorfosis. Setiap serangga mengalami proses perubahan bentuk dari telur hingga ke
bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi. Pergantian tahap bentuk tubuh ini
seringkali sangat dramatis. Di dalam tiap tahap juga terjadi proses "pergantian kulit" yang
biasa disebut proses pelungsungan. Tahap-tahap ini disebut instar. Ordo-ordo serangga
seringkali dicirikan oleh tipe metamorfosisnya (Isfaeni, 2010).
Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian
utama, sementara bentuk pradewasa biasanya menyerupai moyangnya, hewan lunak beruas
mirip cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala (caput), dada (thorax),
dan perut (abdomen).
Serangga mampu hidup dimanapun, bahkan ada serangga yang mampu hidup
tanpa oksigen sekalipun. Hal ini dikarenakan serangga mampu beradaptasi dengan segala
kondisi yang membuat variasi morfologi sesuai dengan cara adaptasi mereka dengan
lingungannya. Ada serangga yang mampu terbang, serangga yang hidup di air dan banyak
yang hidup di terestrial atau diatas permukaan tanah.
Serangga tanah adalah serangga yang hidup di tanah, baik yang hidup di
permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah (Suin,1997 ) Penguraian akan
menjadi lebih sempurna apabila hasil ekskresi fauna ini dihancurkan serangga pemakan
bahan organik yang mambusuk, membantu merubah zat-zat yang membusuk menjadi zat-
zat yang lebih sederhana. Banyak jenis serangga yang sebagian atau seluruh hidup mereka
di dalam tanah. Tanah tersebut memberikan serangga suatu pemukiman atau sarang,
pertahanan dan seringkali makanan. Tanah tersebut diterobos sedemikian rupa sehingga
28

tanah menjadi lebih mengandung udara, tanah juga dapat diperkaya oleh hasil ekskresi dan
tubuhtubuh serangga yang mati. Serangga tanah memperbaiki sifat fisik tanah dan
menambah kandungan bahan organiknya (Borror dkk., 1992). Wallwork (1976) dalam
Ruslan (2009), menegaskan bahwa serangga tanah juga berfungsi sebagai perombak
material tanaman dan penghancur kayu. Szujecki (1987) dalam Rahmawaty (2000),
mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan serangga tanah di hutan,
adalah, struktur tanah berpengaruh pada gerakan dan penetrasi, kelembaban tanah dan
kandungan hara berpengaruh terhadap perkembangan dalam daur hidup, suhu tanah
mempengaruhi peletakan telur, cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya. Jumlah
famili dan individu serangga permukaan tanah dari Ordo Coleoptera, Diptera dan
Hymenoptera lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan ordo yang lain. Hal ini dapat
disebabkan karena serangga tersebut merupakan serangga yang umum dan banyak jumlah
suku yang beraktivitas di permukaan tanah (Borror dkk., 1992). Aktifitasnya sebagai
dekomposer dalam ekosistem sangat berperan penting bagi kehidupan. Serangga tanah
merupakan salah satu kelompok serangga yang memegang peranan penting dalam
ekosistem. Serangga tanah memiliki kemampuan untuk beradaptasi di permukaan tanah
dan di dalam tanah. Serangga permukaan tanah dapat melubangi tanah sehingga tanah
menjadi lebih mengandung udara.
Tidak semua hewan dalam suatu komunitas biotik individu populasinya dapat
dihitung atau kerapatan populasinya dapat diukur. Dalam hal ini pengetahuan mengenai
kelimpahan dalam kerapatan relatif sudah cukup, meskipun besar populasi yang
sebenarnya tidak kita ketahui namun gambaran mengenai kelimpahan populasi yang
berupa suatu indeks sudah dapat memberikan informasi mengenai banyak hal. Misalnya
mengenai berubah-ubahnya populasi hewan di suatu area pada waktu yang berbeda atau
berbeda-bedanya populasi-populasi hewan pada area atau komunitas yang berbeda. Teknik
dan penentuan indeks kelimpahan itu banyak sekali macamnya tergantung dari spesies
hewan berikut kekhasan prilakunya serta macam habitat yang ditempatinya.
Dalam mempelajari kelimpahan serangga ada beberapa metode dan peralatan yang
dapat digunakan, antara lain :
1. Metode Perangkap Jebak (Pitfall trap).
Menurut Safrinet, 2000, pit fall trap adalah suatu jebakan yang menggunakan
gelas pelastik, pot tanaman, yang digunakan untuk menjebak burung atau serangga yang
tidak terbang khususnya kumbang, laba laba, pseudoscorpion, belalang dan yang yang
29

hidup di atas pemukaan tanah. Gelas ditempatkan di lubang yang rata dengan tanah. Dalam
perangkap diisi dengan suatu larutan yang mampu membunuh dan mengawetkan serangga
yang terjebak. Penambahan umpan kedalam jebakan bisa membuat jebakan semakin
efektif. Tipe jenis umpan bergantung spesimen apa yang ingin didapatkan. Berikut ini
beberapa model alat jebak seperti tanpak pada gambar berikut

Gambar Pitfall trap


Metode perangkap jebak ( pitfall trap) umumnya digunakan untuk mengambil
sampel serangga permukaan tanah maupun serasah yang menutupinya. Pengumpulan
hewan permukaan tanah dengan memasang perangkap jebak tergolong pada pengumpulan
hewan tanah secara dinamik. Perangkap jebak sangat sederhana, yang mana hanya berupa
bejana atau gelas plastik yang ditanam di tanah. Agar air hujan tidak masuk ke dalam
perangkap maka perangkap diberi atap dan agar air yang mengalir di permukaan tanah
tidak masuk ke dalam perangkap maka perangkap dipasang pada tanah yang datar dan
agak sedikit tinggi. Jarak antar perangkap sebaliknya minimal 5 m. Perangkap jebak pada
prinsipnya ada dua macam, yaitu perangkap jebak tanpa umpan penarik, dan perangkap
dengan umpan. Kelompok hewan tanah sangat banyak dan beranekaragam, mulai dari
protozoa, Nematoda, anaelida, mollusca, arthropoda hingga vertebrata.
Pada perangkap tanpa umpan, hewan tanah yang berkeliaran di permukaan tanah
akan jatuh terjebak, yaitu hewan tanah yang kebetulan menuju ke perangkap itu, sedangkan
perangkap dengan umpan, hewan yang terperangkap adalah hewan yang tertarik oleh bau
umpan yang diletakkan di dalam perangkap, hewan yang jatuh dalam perangkap akan
terawat oleh formalin atau zat kimia lainnya yang diletakkan dalam perangkap tersebut.
30

Dalam studi ekologi hewan tanah, pengukuran faktor lingkungan abiotik penting
dilakukan karena besarnya pengaruh faktor abiotik itu terhadap keberadaan dan kepadatan
populasi kelompok hewan ini. Dengan dilakukannya pengukuran faktor lingkungan
abiotik, maka akan dapat diketahui faktor yang besar pengaruhnya terhadap keberadaan
dan kepadatan populasi hewan yang di teliti. Tidak pula dapat dipungkiri, bahwa dalam
mempelajari ekologi hewan tanah perlu diketahui metode-metode pengambilan contoh di
lapangan karena hewan itu relatif kecil dan tercampur dengan tanah. Analisis statistik pun
perlu diketahui agar didapat kesimpulan yang sahih dari penelitian yang dilakukan.
Salah satu yang cukup sulit dalam mempelajari ekologi hewan tanah adalah
masalah pengenalan jenis. Pada tanah hidup hampir semua golongan hewan mulai dari
protozoa sampai mamalia. Seseorang yang mempelajari ekologi hewan tanah minimal
dapat mengenal kelompok (genera atau famili, minimal ordo) dari hewan tanah yang
dipelajari. Untuk studi tetentu haruslah dapat diidentifikasi sampai tingkat jenis (spesies)
dari hewan tanah yang diteliti. Hewan tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik yang
hidup di permukaan tanah maupun yang hidup di dalam tanah. Tanah itu sendiri adalah suatu
bentangan alam yang tersusun dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil proses
pelapukan batu-batuan dan bahan organik yang terdiri dari organisme tanah dan hasil
pelapukan sisa tumbuhan dan hewan lainnya. Jelaslah bahwa hewan tanah merupakan bagian
dari ekosistem tanah. Dengan demikian, kehidupan hewan tanah sangat di tentukan oleh
faktor fisika-kimia tanah, karena itu dalam mempelajari ekologi hewan tanah faktor fisika-
kimia tanah selalu diukur. Pengukuran faktor fisika-kimia tanah dapat di lakukan langsung
di lapangan dan ada pula yang hanya dapat diukur di laboraturium. Untuk pengukuran
faktor fisika-kimia tanah di laboraturium maka di lakukan pengambilan contoh tanah dan
dibawa ke laboraturium.
2. Light Traps
Light Trap atau perangkap cahaya pada dasarnya digunakan berdasarkan perilaku
kebanyakan serangga yang tertarik akan sumber cahaya. Dapat digunakan pada berbagai
panjang gelombang cahaya sebagai agen atraktan. Jenis-jenis variasi perangkat jebakan ini
dapat dilengkapi dengan menggunakan corong yang mengarahkan pada bak pengumpulan
koleksi. Corong atau bak penampung dapat dibuat dari metal, plastik, kayu atau Hard
paper. Perangkat jebakan dapat dipasang dengan atau tanpa pelindung. Namun, jika
digunakan untuk beberapa hari pelindung diperlukan untuk mencegah air hujan masuk.
Pelindung bisa menggunakan bahan apa saja yang kuat dan kedap air.
31

Light Traps
3. Metode yellow pan trap
Metode yellow pan trap digunakan untuk menjebak serangga pada daerah
permukaan tanah serta serangga yang tertarik dengan warna kuning. Yellow pan trap
merupakan cara cepat dan mudah untuk menangkap serangga.
Perangkap kuning, dapat dibuat berbentuk persegi atau silinder dengan bahan
karton, map plastik warna kuning, triplek, botol air mineral, dst. Selanjutnya, perangkap
dilapisi dengan lem serangga, vaselin, oli atau minyak jelantah dan dipasang di setiap
tanaman sejak tanaman muda. Perangkap diganti setiap 2-4 minggu sekali.

Gambar Perangkap kuning


4. Metode Jaring (Sweeping net)
Teknik ini merupakan yang paling umum dan sering dilakukan oleh para kolektor
untuk mencari dan mengumpulkan serangga. Peralatan yang digunakan sederhana. Selain
peralatan dasar, peralatan tambahan yang digunakan cukup dengan menggunakan jaring
serangga. Pengumpulan serangga dilakukan dengan cara menangkap langsung serangga-
serangga dengan bantuan jaring. Metode pengamatan yang dilakukan mencakup metode
transek baik mengikuti jalur maupun transek garis. Namun lebih sering digunakan metode
transek jalur karena menyesuaikan dengan serangga yang memiliki mobilitas tinggi.
32

Ayungkan ke kiri dan ke kekanan Sweeping net di permukaan padang rumput, setiap
melangkah 1 kali ayunkan.

Sweeping net
Ada tiga jenis jaring yang umum dipakai untuk menangkap serangga, yaitu:
(1) Aerial nets adalah jaring yang digunakan dengan bantuan tangan untuk menangkap
serangga yang aktif terbang, seperti: kupu-kupu, capung, lebah, dan tawon. Sebaiknya
gagang jaring dibuat dari bahan yang sangat ringan dan jaringnya terbuat dari kain kasa
yang lembut. Biasanya kain kasa yang dipakai berwarna putih, tetapi beberapa ahli lebih
suka menggunakan kain kasa yang berwarna hitam untuk menghindari terjadinya pantulan
cahaya yang membuat takut serangga sebelum terjaring. Semua serangga yang telah
ditangkap kemudian dibunuh dengan cara dimasukkan kedalam botol pembunuh.
(2) Sweep nets adalah jaring yang digunakan dengan bantuan tangan untuk menangkap
serangga-serangga kecil yang gesit dan berada di rerumputan atau pada pucuk-pucuk
tanaman, seperti: kumbang Coccinellidae, wereng Cicadellidae dan Delphacidae. Semua
serangga yang telah ditangkap kemudian dibunuh dengan cara dimasukkan kedalam botol
pembunuh.
(3) Aquatic nets adalah jaring yang digunakan dengan bantuan tangan untuk menangkap
serangga-serangga yang hidup didalam air [serangga air], seperti: larva Trichoptera dan
Lepidotera.

5. Windowpane Trap
Sederhana dan tidak terlalu mahal, peralatan yang digunakan yaitu sebuah barir
(penghalang) yang dibuat dari pegangan kaca jendela atau lainnya kemudian ditaruh tegak
33

lurus di atas tanah atau digantungkan. Bagian bawah dari jebakanini disimpan bak
penampung yang diisi dengan cairan pembunuh seperti alkohol atau lainnya sehingga
ketika serangga-serangga terbang menuju kaca penghalang akan jatuh menuju bak dan
mati. Serangga-serangga yang terkumpul dalam bak segera dicuci bersih dengan alkohol
atau dikeringkan lalu diawetkan segera agar tidak rusak. Jenis metode jebakan ini kurang
cocok untuk mengumpulkan jenis Lepidoptera dewasa ataupun serangga-serangga lainnya
yang rusak apabila dikoleksi dalam cairan.

Windowpane Trap
6. Metode beating sheets
Metode ini dilakukan dengan cara penggoyangan tumbuhan dengan keras yang
dibawahnya telah dipasang beating sheets. Penangkapan dengan cara ini sangat sesuai
untuk serangga-serangga yang tidak bersayap terutama efektif untuk serangga yang
berklamufase dengan tumbuhan atau tersembunyi dan juga untuk serangga-serangga yang
pergerakannya lamban, seperti: serangga ordo Phasmatodea, beberapa serangga ordo
Coleoptera, Hemiptera, dan Hymenoptera. Semua serangga yang telah ditangkap kemudian
dibunuh dengan cara dimasukkan kedalam botol pembunuh.

Beating sheets
34

7. Penangkapan serangga dengan menggunakan tangan/pinset/kuas


Cara penangkapan ini efektif untuk serangga yang relatif besar dan pergerakannya
relatif tidak begitu gesit, seperti: ulat daun, belalang sembah, kumbang, dan semut.
Penangkapan dengan menggunakan tangan perlu suatu pengalaman dan keterampilan
khusus. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketika hendak menangkap serangga-serangga
yang beracun atau bersengat, seperti ulat api famili Limacodidae dan semut subfamili
Ponerine maka perlu alat bantu berupa pinset. Sedangkan kuas juga dapat digunakan
sebagai alat bantu untuk menangkap serangga-serangga kecil yang lunak, seperti: nimfa
Ephemeroptera dan Plecoptera.
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah mengenal dan mempelajari serangga pada ekosistem
pesisir dan pulau kecil
C. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini antara lain meliputi; lup,
Mikroskop stereo, Thermometer, Kamera digital, alat tulis menulis, jaring serangga, kotak
serangga, kertas label, Soil tester, Roll meter, dan Handrefractometer. Bahan-bahan yang
digunakan yaitu:alkohol 70%, Buku identifikasi Pelajaran Pengenalan Serangga (Borror et
al, 1976). Alat dan bahan lainnya disajikan pada gambar beikut :
35

Gambar 1. Alat dan Bahan


D. Cara Kerja
1. Metode Perangkap Jebak (Pitfall trap)
Perangkap jebak dengan jumlah yang sama dipasang secara acak pada lahan
pengamatan dengan vegetasi yang berbeda macamnya. Untuk memudahkan pengenalan
lokasi tiap perangkap, cabang perdu terdekat berilah tanda dengan menggunakan tali rafia.
Pasangkan perangkap-perangkap itu pada pagi hari dan hasilnya diambil pada sore hari.
Hasil penangkapan yang dipasang sore hari diambil pada pagi hari esoknya. Kumpulkan
hasil perangkap itu (berikut larutan Pengawnya) dalam katung-kantung atau botol film
yang masing-masing telah diberi label yang lengkap. Pengerjaan selanjutnya meliputi
identifikasi dan pencacahan jumlah individu tiap takson yang didapat, dilakukan di
laboratorium.
Satuan kelimpahan relative disini adalah jumlah individu perwaktu (malam, siang hari) per
perangkap, karena itu maka lamanya waktu serta jumlah perangkap yang dipasang pada
lahan-lahan pengamatan yang diperbandingkan harus sama. Dari data masing-masing
kelompok kerja diisikan dalam lembaran data. Untuk selanjutnya dikomplikasikan dari
seluruh kelompok kerja.
1. Penentuan Lokasi
Lokasi pengambilan sampel dipilih pada 2 (dua) kondisi habitat yang berbeda yaitu
hutan homogen dan hutan heterogen. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di jalur
Cikaweni dan pengumpulan data dilakukan menggunakan metode perangkap jebak (pit fall
trap).
2. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara memasang sepuluh perangkap jebak pada
kedua habitat. Perangkap diisi dengan larutan alcohol 70% dan ditambahkan larutan asam
asetat 5% sebanyak 1 tetes pada masing-masing perangkap. Perangkap dipasang secara
random dan dibiarkan selama 3 hari kemudian sampel yang tertangkap dikumpulkan.
36

Pemasangan Perangkap Jebak

Penangkapan serangga dilakukan dalam dua kali pengambilan, yaitu pada pukul
07.00-09.00 dan sore hari pukul 15.00-17.00 WIB. Prosedur pengambilan sampel serangga

3. Pengukuran Faktor Lingkungan


Pengambilan data factor lingkungan dilakukan pada pagi hari, siang hari dan sore
hari. Data yang diambil meliputi suhu udara, kelembaban udara, kelembaban tanah, pH
tanah dan ketebalan serasah pada tiap perangkap jebak.

4. Identifikasi Sampel
Sampel yang didapat kemudian dibawa ke laboratorium Zoologi Universitas
Nasional untuk diidentifkasi ,dengan mengunakan buku identifikasi ,Pictorial Keys To Soil
Animals Of China (Yin Wenying et al, 2000), The Insects Of Australia Volume I&II
(Anonymous, 1991) dan Pengenalan Pelajaran Serangga edisi keenam.

Analisis Data
a. Jenis-Jenis serangga
Untuk mengetahui jenis-jenis serangga yang ditemukan, akan dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
(i) Koleksi serangga yang telah dikumpulkan dikeluarkan dari botol koleksi dikeluarkan,
selanjutnya serangga dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari.
(ii) Koleksi serangga setelah kering kemudian di pinning (penusukan dengan jarum),
pada suatu kertas karton dengan ukuran tertentu ( untuk teksidermis serangga).
37

Perlakuan proses pinning pada beberapa ordo terdapat perlakuan yang berbeda
(Cristian Natalis Lekatompessy, 2008) yaitu :
1) Ordo Coleoptera : jarum ditusuk melalui pangkal sayap kanan hingga jarum
menembus di bagian belakang kaki tengah.
2) Ordo Orthoptera : jarum ditusuk melalui bagian belakang dari prothoraks agak
ke kanan dari garis tengah.
3) Ordo Hymenoptera & Diptera : jarum ditusuk melalui thoraks atau sedikit
kebelakang pangkal sayap depan dan disebelah kanan dari garis tengah.
4) Ordo Hemiptera : jarum ditusuk melalui scutellum sedikit ke sebelah kanan
dari garis tengah.
Spesimen serangga yang telah di pinning kemudian di deskripsi berdasarkan
morfologinya, meliputi; Tubuh : ukuran tubuh (panjang), bersayap/tidak, warna dominan;
Kepala : Bentuk kepala, bentuk antena, tipe mulut, jumlah ruas kepala, dan warna; Dada :
Bentuk sayap, jumlah ruas dada, dan warna; Perut : Jumlah ruas perut, dan warna, dan
jumlah serangga yang ditemukan. Pengenalan masing-masing jenis yang ditemukan,
disesuaikan dengan buku panduan identifikasi yang digunakan hingga tingkat famili.
Data jenis-jenis serangga yang diperoleh, nantinya akan dianalisis secara deskriptif
lalu ditampilkan dalam bentuk tabulasi dan foto.
b. Indeks Keanekaragaman Serangga ( Diversity Index)
Untuk mengetahui keanekaragaman serangga dalam satu kawasan digunakan indeks
keanekaragaman jenis yang dikemukakan oleh Shanon dan Wiener (Reynold, 1988)
yakni :

H’ = - [(ni/N) Ln (ni/N)]
Dimana :

H’ = Keanekaragaman Jenis Serangga


ni = Jumlah Individu Tiap Jenis Serangga
N = Jumlah Total Individu Seluruh Serangga
38

Metode Kerja
Penentuan plot sampling. Plot sampling untuk pengambilan data digunakan metode garis
berpetak. Pada tegakan monokultur A. marina dibuat sebanyak dua jalur. Jarak antar jalur
dan petak dalam jalur pada tegakan monokultur A. marina adalah 20 meter. Plot sampling
pada tegakan campuran A. marina dan R. mucronata dibuat satu jalur, panjang jalur 220
m dan lebar 10 m dengan arah sejajar garis pantai, sedangkan pada tegakan campuran S.
alba dan R. mucronata di Kawasan Mangrove Tol Sedyatmo dibuat satu jalur, panjang
jalur 220 m dan lebar 10 m dengan arah tegak lurus sungai Cengkareng Drain. Pada setiap
jalur dibuat petak ukuran 10 m x 10 m dengan jarak antar petak dalam jalur adalah 20 m.
Masing-masing tipe tegakan dibuat sebanyak delapan petak.

Penangkapan serangga. Penangkapan serangga dilakukan dengan menggunakan metode


yellow pantrap. Metode yellow pan trap digunakan untuk menjebak serangga pada daerah
permukaan tanah serta serangga yang tertarik dengan warna kuning. Yellow pan trap
merupakan cara cepat dan mudah untuk menangkap serangga. Yellow pan trap yang
digunakan yaitu berupa nampan bulat berwarna kuning dengan diameter 30 cm.
Penangkapan serangga dilakukan pada plot sampling yang digunakan untuk analisis
vegetasi. Yellow pan trap diletakkan di dalam petak berukuran 10 m x 10 m dan diisi
dengan larutan detergen agar serangga yang terjebak tidak terbang dan mati. Yellow pan
trap dipasang selama 12 jam dari pukul 17.00 WIB sampai pukul 05.00 WIB. Setiap petak
diletakkan sebanyak lima buah yellow pan trap dengan posisi diagonal. Pengumpulan
serangga dengan yellow pan trap dilakukan selama tiga hari pada masing-masing
tipe tegakan.
39

Core sampler digunakan untuk mengkoleksi serangga-serangga di dalam tanah


Sampel tanah diambil menggunakan core sampler pada kedalaman 5 cm pada
masing- masing kuadran. Sampel tanah diambil dan dimasukkan dalam kantung kain
blacu kemudian diletakkan didalam boks sampel agar selama perjalanan menuju
laboratorium sampel tanah terhindar dari hujan dan panas. Sesampainya di
laboratorium sampel tanah di timbang dulu, kemudian diproses dengan corong Barlese
Tullgren yang dimodifikasi.

(b). Prosedur pengambilan sampel serangga


Penangkapan serangga dilakukan dalam dua kali pengambilan, yaitu pada pukul
07.00-09.00 dan sore hari pukul 15.00-17.00 WIB. Prosedur pengambilan sampel serangga
akan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
(i). Penangkapan serangga dengan jaring serangga, dengan cara mengayunkan jaring di
sekitar dedaunan sebanyak 50 kali ayunan dalam waktu tiga menit.
(ii). Penangkapan serangga dengan cara beating, yaitu dengan menempatkan kain penadah
yang berukuran 1 m2 dibawah tangkai/ ranting pohon, kemudian tangkai/ ranting
pohon tersebut digoyangkan sebanyak 10 kali selama tiga menit.
(iii). Penangkapan serangga dengan tangan, untuk sampel larva (ulat), langsung diambil
dengan tangan, menggunakan alat bantu pinset.
Setiap serangga yang tertangkap dicatat dulu ciri morfologisnya (warna, bentuk),
kemudian disimpan atau dimasukkan kedalam botol koleksi yang telah di isi alkohol
secukupnya, selanjutnya dibawa ke laboratorium zoologi FMIPA Unhalu untuk
diidentifikasi dan dideskripsi.
( c ). Pengukuran Faktor Lingkungan
Pengambilan data faktor lingkungan dilakukan pada pagi hari, dan sore hari, pada
saat pengambilan sampel serangga. Data yang diambil meliputi suhu dan kelembaban
udara.

III.3 Prosedur Percobaan

Pada percobaan ini dilakukan prosedur kerja sebagai berikut :

1. Pilihlah lokasi di padang rumput yang ada di sekitar kampus, kemudian lakukan

penangkapan serangga dengan menggunakan jaring serangga.


40

2. Ayungkan ke kiri dan ke kekanan Sweeping net di permukaan padang rumput, setiap

melangkah 1 kali ayunkan, lakukan 20-30 ayunan (20-30 langkah).

3. Gulung jaringa sweeping net agar serangga tidak lepas, kemudian masukkan kedalam

botol pembunuh yang berisi alkohol 70% dengan kapas. Biarkan sebentar sampai

serangga mati, kemudian masukkan kedalam botol sampel.

4. Lakukan penjaringan serangga dengan Sweeping net sebanyak 10 kali pada lokasi yang

berbeda di padang rumput.

5. Di laboratorium, dilakukan pengamatan dan perhitungan.

6. Usahakan serangga yang tadi diambil satu per satu secara acak.

7. Amati serangga no.1, kemudian pada lembar kerja berilah tanda + , ambillah serangga

no.2 dan letakkan berdampingan dengan serangga no.1 dan amati. Jika serangga no.2

berbeda dengan no.1 beri tanda + pada lembar kerja, tetapi apabila sama, maka beri

tanda 0 pada lembar kerja.

8. Masukkan serangga no.1 kembali kedalam botol yang lain, kemudian lanjutkan

pengamatan dengan mengambil sampel no.3, lakukan seperti point 7 sampai semua

sampel teramati.

9. Perhatikan bahwa tiap serangga yang diambil hanya dibandingkan dengan hewan

sebelumnya.

10. Setelah selesai pengamatan sampel, lakukan perhitungan indeks keanekaragaman atau

indeks diversitas (LD) Kennedy :

ID Kennedy=Jumlah tanda+ ¿ ¿
Jumlah serangga yang diamati

11. Lakukan pengamatan beberapa kali dan ambil harga rata-ratanya.


41

Pembuatan Spesimen

Setiap serangga yang tertangkap dalam perangkap dicatat dulu ciri


morfologisnya (warna, bentuk), kemudian disimpan atau dimasukkan kedalam botol
koleksi yang telah di isi alkohol secukupnya. Setelah itu serangga dikeringkan dengan
cara dijemur di bawah sinar matahari dan setelah kering kemudian di pinning
(penusukan dengan jarum). Secara khusus beberapa ordo terdapat perlakuan dalam
proses pinning yaitu :
 Ordo Coleoptera : jarum ditusuk melalui pangkal sayap kanan hingga jarum
menembus di bagian belakang kaki tengah.
 Ordo Orthoptera : jarum ditusuk melalui bagian belakang dari prothoraks agak ke
kanan dari garis tengah.
 Ordo Hymenoptera & Diptera : jarum ditusuk melalui thoraks atau sedikit
kebelakang pangkal sayap depan dan disebelah kanan dari garis tengah.
 Ordo Hemiptera : jarum ditusuk melalui scutellum sedikit ke sebelah kanan dari
garis tengah.
Spesimen serangga yang telah di pinning kemudian di deskripsi berdasarkan
morfologinya disesuaikan dengan buku panduan identifikasi yang digunakan hingga
tingkat famili.
Variabel Pengamatan

Variabel Pengamatan meliputi :


1. Variabel utama : yaitu morfologi serangga lantai hutan secara umum.
2. Variabel penunjang : meliputi keadaan umum lokasi penelitian; tinggi tempat,
vegetasi sekitar tempat tumbuh, jenis tanah, dan iklim.
Pengumpulan data :
1. Tubuh : Ukuran tubuh (panjang), bersayap/tidak, warna dominan, dan jumlah
serangga yang ditemukan.
2. Kepala : Bentuk kepala, bentuk antena, tipe mulut, jumlah ruas kepala, dan
warna.
3. Dada : Bentuk sayap, jumlah ruas dada, dan warna.
4. Perut : Jumlah ruas perut, dan warna.

1. Penangkapan serangga dengan menggunakan aspirator

Aspirator digunakan untuk menangkap serangga yang kecil dan pergerakannya sangat cepat,
seperti: parasitoid ordo Hymenoptera, lalat Agromyzidae, trip, dan afid. Aspirator ini bisa digunakan
langsung untuk menyedot serangga pada tanaman atau serangga-serangga kecil yang berada di
dalam jaring serangga [kombinasi]. Semua serangga yang telah ditangkap kemudian dibunuh
dengan cara dimasukkan kedalam botol pembunuh.

2. Penangkapan serangga dengan menggunakan tangan/pinset/kuas

Cara penangkapan ini efektif untuk serangga yang relatif besar dan pergerakannya relatif tidak
begitu gesit, seperti: ulat daun, belalang sembah, kumbang, dan semut. Penangkapan dengan
menggunakan tangan perlu suatu pengalaman dan keterampilan khusus. Hal yang perlu
diperhatikan adalah ketika hendak menangkap serangga-serangga yang beracun atau bersengat,
seperti ulat api famili Limacodidae dan semut subfamili Ponerine maka perlu alat bantu berupa
pinset. Sedangkan kuas juga dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menangkap serangga-
serangga kecil yang lunak, seperti: nimfa Ephemeroptera dan Plecoptera.
42

3. Penangkapan serangga dengan menggunakan jaring serangga

Ada tiga jenis jaring yang umum dipakai untuk menangkap serangga, yaitu:

(1) Aerial nets adalah jaring yang digunakan dengan bantuan tangan untuk menangkap serangga
yang aktif terbang, seperti: kupu-kupu, capung, lebah, dan tawon. Sebaiknya gagang jaring dibuat
dari bahan yang sangat ringan dan jaringnya terbuat dari kain kasa yang lembut. Biasanya kain
kasa yang dipakai berwarna putih, tetapi beberapa ahli lebih suka menggunakan kain kasa yang
berwarna hitam untuk menghindari terjadinya pantulan cahaya yang membuat takut serangga
sebelum terjaring. Semua serangga yang telah ditangkap kemudian dibunuh dengan cara
dimasukkan kedalam botol pembunuh.

(2) Sweep nets adalah jaring yang digunakan dengan bantuan tangan untuk menangkap
serangga-serangga kecil yang gesit dan berada di rerumputan atau pada pucuk-pucuk tanaman,
seperti: kumbang Coccinellidae, wereng Cicadellidae dan Delphacidae. Semua serangga yang
telah ditangkap kemudian dibunuh dengan cara dimasukkan kedalam botol pembunuh.

(3) Aquatic nets adalah jaring yang digunakan dengan bantuan tangan untuk menangkap
serangga-serangga yang hidup didalam air [serangga air], seperti: larva Trichoptera dan
Lepidotera.

4. Penangkapan serangga dengan menggunakan beating sheets

Metode ini dilakukan dengan cara penggoyangan tumbuhan dengan keras yang dibawahnya telah
dipasang beating sheets. Penangkapan dengan cara ini sangat sesuai untuk serangga-serangga
yang tidak bersayap terutama efektif untuk serangga yang berklamufase dengan tumbuhan atau
tersembunyi dan juga untuk serangga-serangga yang pergerakannya lamban, seperti: serangga
ordo Phasmatodea, beberapa serangga ordo Coleoptera, Hemiptera, dan Hymenoptera. Semua
serangga yang telah ditangkap kemudian dibunuh dengan cara dimasukkan kedalam botol
pembunuh.

5. Penangkapan serangga dengan menggunakan kain/wadah bentuk kerucut sebagai tadah

Metode ini dilakukan dengan cara penyemprotan zat beracun atau insektisida pyrethroid pada
tumbuhan yang dibawahnya telah dipasang kain sebagai wadah serangga-serangga yang mati dan
jatuh. Cara ini sangat efektif untuk serangga-serangga yang hidup pada kanopi pohon, seperti
beberapa serangga ordo Hymenoptera, Hemiptera, dan Phasmatodea yang tidak bisa dijangkau
oleh tangan atau jaring serangga.

6. Penangkapan serangga dengan menggunakan corong Berlese

Metode ini dilakukan dengan cara mengambil seresah tumbuhan yang kemudian diletakkan di
dalam corong Berlese. Cara ini efektif untuk menangkap serangga-serangga sangat kecil yang
hidup di dalam seresah umumnya berperan sebagai pengurai bahan organik, seperti: beberapa
jenis semut, kumbang Tenebrionidae, Thysanura, dan beberapa Hexapoda bukan serangga
seperti Collembola, Protura, dan Diplura.

7. Penangkapan serangga dengan menggunakan perangkap

Macam-macam perangkap yang biasa digunakan untuk koleksi serangga adalah:

a. Pitfall, digunakan untuk memerangkap serangga yang aktif berjalan diatas tanah, seperti semut,
kumbang Carabidae dan Tenebrionidae.
b. Lampu, digunakan untuk menangkap serangga yang aktif pada malam hari, seperti Noctuidae,
Saturniidae, dan Sphingidae.
c. Feromon Seks atau Seks Feromoid, digunakan untuk menarik serangga jantan yang terpikat,
seperti Plutella xyllostela
d. Aroma pakan sebagai zat pemikat [Methyl Eugenol dan Cue Lure] digunakan untuk menangkap
serangga yang membutuhkan pakan tertentu yang beraroma dan mutlak diperlukan untuk
kepentingan seksualnya, seperti Bactroceraspp. dan Dacus spp.
43

B. Metode Pengawetan Serangga


Pengawetan serangga yang benar membutuhkan suatu pengetahuan dan keterampilan yang
cukup. Serangga awetan [Spesimen] sangat penting untuk keperluan penelitian terutama yang
berkaitan dengan biodiversitas serangga. Pengawetan serangga yang salah dapat berakibat fatal
bagi spesimen yang disimpan. Pengawetan serangga diperlukan peralatan-peralatan khusus
seperti:
- Relaxing dish
- Pinset
- Span block
- Pinning block
- Jarum serangga
- Jarum penthol
- Lem PVAC
- Kertas karding
- Botol koleksi
- Alkohol 80%
- Kertas label
- Pensil atau tinta tahan luntur

Pengawetan serangga dan artropoda lain dilakukan dengan cara yang berbeda-beda pada setiap
spesies dan fase tumbuhnya. Ada dua cara pengawetan yang umum dilakukan, yaitu pengawetan
kering dan pengawetan basah.

Pengawetan kering dilakukan untuk serangga-serangga yang bertubuh keras [umumya fase
imago] dengan cara di pin [ditusuk dengan jarum preparat atau di karding]. Jarum yang digunakan
untuk menusuk spesimen serangga harus jarum anti karat atau stainless steel (bukan dari baja
hitam atau dari kuningan) sebab jarum non-stainless akan cepat berkarat apabila terkena cairan
tubuh serangga. Ukuran diameter dan panjang jarum bervariasi mulai dari nomor 00 sampai 9.
Apabila jarum ditusukkan secara tidak langsung ke tubuh serangga, seperti halnya karding, jarum
stainless steel tidak perlu dipergunakan, cukup dengan jarum dari baja. Beberapa serangga besar
akan berubah warna atau kotor apabila diawetkan kering, oleh sebab itu perlu dilakukan proses
pengeluaran isi perut atau ‘gutting’ sebelum serangga di pin. Buat belahan sedikit di salah satu sisi
pleural membrane diantara sternal dan tergal plates. Pergunakan pinset untuk mengeluarkan
alimentary canal, alat pencernaan makanan perlu hati-hati jangan sampai sambungan anterior dan
posterior patah. Bagian perut kemudian dibersihkan dengan cermat dengan kapas dan tissue.
Perutnya kemudian dibentuk kembali dengan diisi kapas agar bentuk abdomen kembali seperti
sebelumnya. Belahan pada ujung pleural membrane kemudian dirapatkan kembali dan harus
tertutup kembali sebelum serangga kering.

Pengawetan basah dilakukan untuk serangga-serangga yang bertubuh lunak [umumnya fase larva]
dilakukan dengan cara menyimpan serangga didalam botol yang telah diisi dengan alkohol 80%,
dengan ketentuan bahwa spesimen yang diawetkan dalam alkohol harus disimpan dalam botol
gelas dengan tutup yang rapat. Menggunakan botol plastik tidak baik untuk tempat spesimen
karena mudah retak apabila diisi dengan alkohol. Pilih botol yang cukup besarnya agar spesimen
tidak tertekuk dan hancur, selain itu juga akan memudahkan pengambilan pada saat akan
diteliti/diamati.

Setiap spesies serangga dan artropoda lain mempunyai kekhasan cara pengawetan, secara umum
dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

LABA-LABA
Matikan dan awetkan dalam 80% ethanol. Sedikit ditambah glycerol pada ethanol akan membuat
spesimen lemas (fleksibel).

COLLEMBOLA
Matikan dalam 80% ethanol. Jernihkan dalam KOH dan slide mount di euparal dengan spesimen
diletakkan pada sisi kanan. Peletakan gelas obyektif dan de glass dengan menggunakan kutek tak
berwarna.
44

PROTURA
Matikan dalam 80% ethanol. Jernihkan dalam KOH dan slide mount di euparal dengan spesimen
diletakkan pada sisi ventral. Peletakan gelas obyektif dan de glass dengan menggunakan kutek tak
berwarna.

DIPLURA
Matikan dalam 80% ethanol, jernihkan dalam KOH dan slide mount dalam euparal. Peletakan
gelas obyektif dan de glass dengan menggunakan kutek tak berwarna.

THYSANURA
Matikan dan awetkan dalam 80% ethanol.

ODONATA
Matikan dalam botol pembunuh, sebaiknya capung dewasa dibiarkan hidup selama satu atau dua
hari di dalam kertas amplop agar isi perutnya terserap tubuh. Serangga yang mati akan mengalami
pembusukan isi perutnya sehingga akan mempengaruhi warna kulit perutnya atau bahkan putus
karena busuk. Setelah capung dewasa mati, tusuklah dengan jarum serangga pada bagian tengah
mesothorax (jarum harus keluar dari bagian bawah tubuh diantara pasangan kaki pertama dan kaki
kedua). Kembangkan kedua pasang sayapnya dengan ketentuan letak anterior pinggir sayap
belakang tegak lurus dengan tubuh dan letak sayap depan simetris.

ORTHOPTERA
Matikan belalang dewasa dalam botol pembunuh. Tusuklah dengan jarum serangga pada bagian
kanan mesothorax (biasanya pada dasar sayap depan bagian kanan) belalang dewasa;
bentangkan sayap bagian kiri dengan pinggir anterior sayap belakang membentuk garis tegak
lurus dengan tubuh; atur kaki dengan sempurna dan antena yang panjang diatur menjulur ke
belakang di atas tubuh.

MANTODEA
Matikan dalam botol pembunuh, untuk nimfa awetkan dalam 80% ethanol. Belalang sembah
dewasa diawetkan dengan cara ditusuk dengan jarum serangga pada garis tengah mesothorax
bagian kanan dan kembangkan sayap depan dan belakang sebelah kiri dengan pinggir anterior
sayap belakang membentuk garis tegak lurus dengan tubuh. Isi perut belalang sembah betina
yang besar harus dibersihkan dan diisi dengan kapas.

HEMIPTERA
Matikan dalam botol pembunuh. Tusuklah dengan menggunakan jarum pada bagian skutelum
bagian kanan. Serangga yang kecil harus dikarding dengan cara menempelkan bagian tengah
thorax (antara sepasang kaki depan dengan sepasang kaki tengah) pada ujung kertas segitiga;
posisi kepala berada disebelah kiri.

THYSANOPTERA
Matikan dalam 80% ethanol. Awetkan dalam lembaran kertas persegi panjang dengan bagian
ventral menghadap ke atas, bentangkan sayap-sayapnya, kaki-kaki dan luruskan antenanya.

NEUROPTERA
Matikan dalam botol pembunuh. Awetkan dalam lembaran kertas karding dengan cara
menempelkan bagian tengah thorax (antara sepasang kaki depan dengan sepasang kaki tengah)
pada ujung kertas segitiga; posisi kepala berada disebelah kiri. Larvanya awetkan dalam 80%
ethanol.

COLEOPTERA
Tusuklah serangga dewasa tepat pada anterior elytron sebelah kanan sehingga jarum keluar
diantara coxa tengah dan belakang; atur kaki-kakinya sehingga ruas-ruas tarsi dapat terlihat
dengan jelas. Spesies dengan ukuran sangat kecil dikarding dengan cara menempelkan bagian
tengah thorax (antara sepasang kaki depan dengan sepasang kaki tengah) pada ujung kertas
segitiga; posisi kepala berada disebelah kiri. Larva diawetkan dalam 80% ethanol.

DIPTERA
45

Tusuklah serangga dewasa pada bagian tengah mesothorax sebelah kanan. Atur sayap-sayapnya
untuk spesies yang besar sehingga sayap mengembang pada sisi anterior membentuk posisi
tegak lurus. Serangga yang ukuran tubuhnya kecil dikarding dengan cara menempelkan bagian
tengah thorax (antara sepasang kaki depan dengan sepasang kaki tengah) pada ujung kertas
segitiga; posisi kepala berada disebelah kiri, sayapnya dinaikkan ke atas dan kaki-kakinya diatur
ke arah bawah. Serangga dewasa famili Tipulidae diawetkan dalam 80% ethanol atau dilem
dibagian thorax pada kartu segiempat sehingga kaki-kakinya menempel pada kartu dengan setetes
lem pada setiap tibia. Larva diawetkan dalam 80% ethanol.

LEPIDOPTERA
Tusuklah dengan jarum pada bagian garis tengah mosthorax untuk serangga dewasa; atur kedua
sayapnya dengan ketentuan sayap depan bagian posterior tegak lurus dengan badan, sayap
kedua menyesuaikan. Pengaturan posisi sayap dilakukan pada span block. Larvanya diawetkan
dalam 80% ethanol.

HYMENOPTERA
Tusuklah serangga dewasa pada bagian kanan garis tengah mesothorax; atur sayapnya agar
terlihat jelas venasinya. Spesies yang kecil dan atau semua jenis semut perlu dikarding dengan
cara menempelkan bagian tengah thorax (antara sepasang kaki depan dengan sepasang kaki
tengah) pada ujung kertas segitiga; posisi kepala berada disebelah kiri. Larvanya diawetkan dalam
80% ethanol.

C. Informasi label untuk spesimen

Serangga-serangga yang telah diawetkan harus diberi label agar mempunyai arti ilmiah. Label
berisi informasi dasar mengenai tempat serangga ditemukan, tanggal serangga ditemukan, dan
nama kolektornya. Selain itu juga perlu dituliskan nama spesies dan pendeterminasinya (dalam hal
ini hanya sampai Ordo).

Lokasi:
Nama lokasi serangga itu ditemukan perlu dicatat sedemikian rupa sehingga tempat itu dapat
ditemukan pada peta dengan baik. Nama kota atau desa tidak boleh disingkat untuk mencegah
diartikan keliru dengan tempat lain oleh seseorang yang kurang mengenal daerah tersebut.
Dengan meningkatnya penggunaan koleksi data-base dan kebutuhan yang berkaitan dengan
standarisasi data secara internasional maka label-label di museum spesimen perlu mencantumkan
pula garis lintang utara dan selatan seperti contoh sebagai berikut: 36002’S 142038’E.

Tanggal koleksi:
Tanggal koleksi akan memberi data tentang musim saat koleksi. Tulis hari/tanggal, bulan, dan
tahun. Pergunakan sesuai perjanjian internasional dalam menulis hari dan tahun merujuk angka
Arab dan bulan dengan angka Roman; sebagai alternative bulan dapat disingkat seperti
03.viii.1993 atau 03 Aug. 1993. jangan ditulis seperti ini: 03.08.1993 sebab dapat diartikan di
beberapa Negara sebagai bulan Maret tanggal 8, 1993. Jangan menyingkat tahun 1993 dengan
’93. apabila beberapa hari berturut-turut dipergunakan untuk koleksi di sebuah lokasi, maka hari-
hari tersebut dapat ditulis sebagai berikut: 03-06.xi.1994.

Kolektor:
Nama kolektor memungkinkan untuk berhubungannya kolektor dari suatu tempat (dalam/luar
negeri) untuk saling bekerjasama dalam mencari informasi lebih lanjut atau menimbang kebenaran
dari label yang tercantum. Tulis ejaan nama akhir kolektor atau nama depan disingkat.
Data lain: banyak informasi yang penting, tetapi tidak ada relevansinya atau tidak tersedia untuk
semua serangga. Biasanya ditulis dalam label tersendiri sebagai tambahan data-data primer.
Misalnya:
• Catatan tentang inang serangga parasitik dan tanaman inang dari serangga fitopagus (apabila
informasi tersebut dapat diketahui).
• Macam habitat secara rinci yang meliputi ketinggian tempat, tipe ekologi, dan kondisi cuaca saat
koleksi.
Label untuk spesimen yang dipin dan atau dikarding harus dicetak rapi dengan tinta hitam yang
tidak luntur dan berkualitas baik. Ukuran label tidak boleh lebih besar dari 18 mm x 8 mm dan
46

apabila label pertama terlalu kecil untuk data, beberapa data harus ditulis lagi pada label kedua
yang dideretkan di bawah label pertama di bawah pin spesimen tersebut. Label harus berjarak dari
spesimen agar mudah dibaca dari atas. Label untuk spesimen di dalam alkohol harus ditulis
dengan tinta hitam yang tidak luntur dengan kertas yang baik. Ukuran label tidak boleh lebih dari 5
x 2 cm; klasifikasi spesimen dan data koleksi harus ditulis pada label tersebut. Label harus
dimasukkan ke dalam botol bersama-sama dengan spesimen tidak ditempel dengan lem diluar
botol.

Jumiatin, E., B. Yanuwiadi, dan A.S. Leksono. 2013. Keanekaragaman Komunitas Arthropoda
Kanopi yang Berpotensi Polinator pada Tanaman Apel (Malus Sylvestris Mill.) di Lahan
Apel Desa Bumiaji. Biotropika, 1(3): 119-123.

Purnomo, H. Dan N.T. Haryadi. 2007. Entomologi. Jember: Center of Society Studies.

Simanjuntak, R. H dan Hadikastowo. 1996. Mengumpulkan dan Mengawetkan Serangga. Jakarta:


Penerbit Bhratara.

Suryanto, W.A. 2010. Hama dan Penyakit Tanaman Pangan, hortikultura, dan Perkebunan
Masalah dan Solusinya. Yogyakarta: Kanisius.

Taha, A.M., B.H. Homam., A.F.E. Afsah, dan M.E.S. Fatma. 2012. Effect of Trap Color on
Captures of Tuta Absoluta Moths (Lepidoptera: Gelechiidae). Environmental Science and
Engineering, 3(1): 43-48.

Thein, M.M., T. Jamjanya, dan Y. Hanboonsong. 2011. Evaluation of Colour Traps to Monitor
Insect Vectors of Sugarcane White Leaf Phytoplasma. Insectology, 1(1): 117-118.

BEBERAPA MACAM PERANGKAP SERANGGA

Serangga sebagai bagian dari komunitas ekosistem bumi telah menjadi penentu
keberadaan dan perkembangan ekosistem di muka bumi. Interaksi antara serangga dengan
47

manusia sudah berlansung sejak manusia ada dan hidup di dunia. Serangga mempunyai
peran penting dalam kehidupan manusia. Begitu juga kerugian yang besar akibat gangguan
kesehatan hewan dan manusia yang disebabkan oleh penyakit yang ditularkan dan
disebarkan oleh serangga. Manusia selalu lebih sering melihat serangga secara
antroposentris yaitu sebagai kelompok organisme yang lebih banyak mendatangkan
kerugian daripada keuntungan bagi kehidupan manusia. Namun pada hakekatnya
aspek-aspek positif dan manfaat serangga bagi kehidupan manusia jauh lebih besar
daripada aspek-aspek yang merugikan. Serangga memiliki tingkatan taksonomi yang
menghimpun dari beberapa famili dan tingkatan klasifikasinya yang di sebut dengan ordo.
Menurut Purnomo dan Haryadi (2007), ordo pada serangga terdapat 24 macam dan sudah
ada lebih dari 1.000.000 spesies yang sudah diberi nama. Macam-macam ordo yang 24
tersebut beberapa diantaranya yaitu yaitu Orthoptera, Hymenoptera, Lepidoptera,
Homoptera, Orthoptera, Hemiptera, Blattodea, Thrycoptera, Pthyroptera dan lain-lain.
Ordo-ordo serangga tersebut memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang berbeda-beda.

Terdapat beberapa metode perangkap yang dapat digunakan untuk menangkap


serangga, diantaranya yaitu:
1. Sweep Net
Sweep net merupakan jaring serangga. Alat ini dapat dibuat dari kayu, kawat, kain
kelambu (Simanjuntak dan Hadikastowo, 1996). Jaring serangga dibuat dari bahan yang
ringan dan kuat, yaitu kain kasa atau blacu. Panjang tangkai jaring sekitar 75-100 cm.
Mulut jaring terbuka dengan garis tengah 30 cm, panjang kantong kain kasa sekitar dua
kali panjang garis tengah lingkaran mulut jaring. Jaring serangga dapat digunakan dengan
dua cara, mengayunkan pada tanaman, dalam keadaan ini diperlukan kecepatan dan
keterampilan, khususnya bagi serangga yang terbang cepat. Kedua menyapukan disekitar
tanaman, di sini akan diperoleh jumlah dan jenis serangga yang relatif kecil. Jaring
serangga (Sweep net) lebih sesuai digunakan untuk menangkap serangga-serangga yang
menempel atau terdapat pada tanaman-tanaman perdu. Berikut merupakan bentuk dari
sweep net yaitu :
48

Gambar 1. Sweep Net (Jaring Serangga)

2. Pitfall Trap
Pitfall trap atau perangkap jebak adalah piranti yang biasanya digunakan untuk
menangkap dan mempelajari serangga penggali tanah, rayap, kumbang ataupun serangga-
serangga lain yang mempunyai mobilitas di atas tanah. Perangkat jebakan dibenamkan di
dalam tanah dimana permukaan tanah sejajar dengan ujung atas bibir kaleng atau gelas
plastik yang berisi cairan alkohol. Bagian atas perangkat jebakan sebaiknya ditutup dengan
sebuah cover atau pelindung lainnya untuk mencegah masuknya air hujan maupun
vertebrata kecil jatuh ke sumur jebakan. Alat ini sering digunakan untuk menangkap
serangga dari ordo Coleoptera seperti kumbang dan kepik. Berikut adalah gambar dari
Pitfall trap yaitu :
49

Gambar 2. Pitfall Trap


3. Sticky Trap
Sticky trap adalah perangkap serangga yang dirancang berdasarkan prefensi
serangga terhadap suatu warna tertentu. Sticky trap dibuat berdasarkan sifat serangga yang
menyukai warna kuning mencolok. Hal tersebut disebabkan warna kuning yang mencolok
mirip dengan warna kelopak bunga yang sedang mekar sempurna (Suryanto, 2010).
Perangkap kuning dapat dibuat berbentuk persegi atau silinder dengan bahan karton, map
plastik warna kuning, triplek, botol air mineral, dan sebagainya (Taha et al., 2012).
Perangkap warna kuning atau sticky trap lebih menarik bagi serangga dibandingkan
dengan perangkap warna oranye, putih, biru, hijau dan tak berwarna (Thein et al., 2011).
Perangkap kuning juga lebih efektif dalam menangkap hama dibandingkan dengan
perangkap biru (Jumiatin dkk, 2013). Fungsi warna kuning sebenarnya untuk menarik
hama mendekat karena pada saat malam hari perangkap kuning terlihat menyala.
Sementara itu lem untuk mengikat, agar hama tidak bisa terbang dan mati, selain
menghemat biaya obat, dengan cara penggunaan perangkap kuning membuat produktivitas
tanaman semakin meningkat.
50

Gambar 3. Sticky Trap pada Tanaman Kopi

4. Malaise Trap
Malaise trap merupakan perangkap seperti rumah atau tenda jaring yang berwarna
putih. Perangkap ini digunakan untuk mengoleksi lalat, lebah dan tabuhan (Purnomo dan
Haryadi, 2007). Perangkat jebakan ini terdiri dari empat buah jaring vertikal yang
dibentangkan pada sumbu yang sama masing-masing membentuk sudut 90 0 satu sama
lainnya. Bagian atasnya ditutup oleh kain yang berbentuk segiempat yang disesuaikan
sedemikian rupa sehingga menuju pada satu outlet tabung pengumpul yang diletakkan
pada ujung bagian atas tiang pada sumbu utama. Tabung pengumpul dapat diberikan cairan
pembunuh ataupun atraktan, bergantung kebutuhan kolektor. Perangkap jebakan ini
bekerja dengan mekanisme menjebak serangga-serangga yangcenderung bergerak ke atas
pada satu outlet tabung pengumpul, dimana desain dari tabung pengumpul dibuat
sedemikian rupa sehingga serangga-serangga dapat masuk namun tidak bias keluar dari
tabung tersebut. Berikut gambar dari malaise trap yaitu :
51

Gambar 4. Malaise Trap

5. Barlese Trap
Barlese Trap merupakan salah satu perangkap yang digunakan untuk menangkap
serangga dan tungau yang hidup leaf litter, humus dan lain-lain (Purnomo dan Haryadi,
2007). Metode ini dilakukan dengan cara mengambil seresah tumbuhan yang kemudian
diletakkan di dalam corong Barlese. Cara ini efektif untuk menangkap serangga-serangga
sangat kecil yang hidup di dalam seresah umumnya berperan sebagai pengurai bahan
organik, seperti beberapa jenis semut, kumbang Tenebrionidae, Thysanura, dan beberapa
Hexapoda bukan serangga seperti Collembola, Protura, dan Diplura. Berikut gambar dari
barlese trap yaitu :
52

Gambar 5. Barlese Trap

Anda mungkin juga menyukai