Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM ENTOMOLOGI

PERCOBAAN 2
PENGENALAN HABITAT SERANGGA

OLEH:

NAMA : MEGAWATI PANIGFAT


STAMBUK : 03102011023
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN PEMBIMBING : ADMIYANI SAMBO ADCU,S.Si

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

2022
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Serangga merupakan hewan dari filum Artropoda, yang mempunyai jumlah

anggota terbesar. Hampir lebih dari 72 % hewan termasuk kedalam golongan

serangga. Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus dijaga

kelestariannya dari kepunahan maupun keanekaragaman jenisnya. Keanekaragaman

serangga diyakini dapat digunakan sebagai salah satu bioindikator kondisi suatu

ekosistem (Hasni, 2012).

Serangga permukaan tanah adalah salah satu kelompok yang penting dari

organisme- organisme di ekosistem tanah. Hewan tersebut mempunyai peranan yang

sangat menonjol dalam proses dekomposisi material organik di tanah, proses tersebut

sangat menentukan siklus material tanah. Kehidupan serangga permukaan tanah juga

tergantung pada tumbuh-tumbuhan dan faktor fisika-kimia tanah habitatnya, sehingga

perubahan yang terjadi terhadap vegetasi tumbuhan dan faktor fisika-kimia tanah

akan berpengaruh terhadap keberadaan dan kepadatan serangga permukaan tanah

(Nurdin,2013).

Serangga menempati habitat disemua daerah di atas permukaan bumi, baik di

darat, laut dan udara dapat dijumpai serangga. Mereka hidup sebagai pemakan

tumbuhan, hewan lainnya, bahkan menghisap darah manusia dan mamalia lainnya.

Serangga menempati berbagai tipe habitat mulai dari daerah kering hingga daerah
basah, dari daerah panas hingga kutub. Habitat merupakan suatu ruang atau tempat

dimana suatu organisme dapat hidup dan berkembang baik secara optimal. Ruang

atau tempat yang dimaksud diatas yaitu terdiri dari tempat kawin dan istirahat, tempat

bertelur dan tempat-tempat lainnya dimana suatu organisme melakukan segala

aktivitas kehidupan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah bagaimana memahami

pengenalan habitat serangga.

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah ubtuk memahami

pengenalan habitat serangga.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum kali ini adalah bagaimana

memahami pengenalan habitat serangga.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Serangga

Serangga merupakan spesies hewan yang jumlahnya paling dominan di antara

spesies hewan lainnya dalam filum Anthropoda. Mula-mula perkembangan

Anthropoda dimulai dari bentuk tubuhnya, yaitu dimulai dengan terbentuknya alat-

alat tambahan pada bagian ventral tubuh, terbentuknya sepasang mata dan antenna

pada bagian prostomium, terjadinya ruas-ruas pada pasangan kaki, serta terjadinya

persatuan antara prostomium dan segmen postoral membentuk struktur caput yang

disebut procephalon, kemudian tiga pasang alat tubuh berikutnya yang mengalami

modifikasi bentuk yang memendek dan hanya berfungsi untuk mendorong makanan

ke mulut.

B. Jenis Serangga

Serangga merupakan hewan yang memiliki jumlah terbesar di bumi, sehingga

dengan dominasi tersebut menjadikan serangga sebagai penyambung kebutuhan dalah

siklus energi dengan berbagai peran yang dilakukan. Serangga terbagi dalam

beberapa jenis berdasarkan peran atas tingkatan trofik dalam ekosistem yaitu

herbivora, karnivora, detrivor, dan pollinator

Serangga yang termasuk dalam golongan ini adalah serangga hama, karena

beberapa serangga dapat menimbulkan kerusakan dan kerugian karena menyerang

tanaman yang dibudidayakan oleh pertain yang akhirnya produksi turun. Contoh dari

serangga herbivora ini yaitu belalang (Dissostura sp), belalang sembah (Stagmomatis
sp), kecoa (Blattaorentalis), dan walang sangit (Leptocorixa acuta). Serangga

karnivora terdiri dari predator dan parasitoid, peran serangga karnivora ini bisa jadi

memangsa hewan-hewang pemakan tumbuhan sebagai parasit atau bahkan juga

menjadi kanibal terhadap sesama serangga sebagai predator. Umumnya serangga

karnivora dari ordo Hymenopteram coleopteran, dan diptera. Contohnya adalah semut

tentara (Dorylinae). Serangga ini sangat berguna pada proses jarring-jaring makanan,

perannya sebagai decomposer akan dimanfaaatkan oleh tumbuhan. Golongan

serangga 10 detritivor yang sering kali ditemukan adalah dari ordo Coleoptera,

Blattaria, Diptera, dan Isoptera. Salah satu contohnya adalah Reticulitermis fllavipes

(Untung, 2013).

C. Ciri – Ciri Serangga

Umumya tubuh serangga terbagi atas 3 ruas utama tubuh (caput, torak, dan

abdomen). Serangga pada bagian kepala, terdapat mulut, antena, mata majemuk dan

mata tunggal. Pada bagian torak, ditemukan tungkai tiga pasang dan spirakel.

Sedangkan di bagian abdomen dapat dilihat membrane timpani, spirakel, dan alat

kelamin. Pada bagian depan apabila dilihat dari samping dapat ditentukan letak frons,

clypeus, vertex, gena, occiput, alat mulut, mata majemuk, mata tunggal, postgena,

dan antena. Antena merupakan organ penerima rangsangan, seperti bau, rasa, raba,

dan panas. Pada dasarnya, antena serangga terdiri atas tiga ruas. Ruas dasar

dinamakan scape. Scape ini masuk ke dalam daerah yang menyelaput pada kepala.

Ruas kedua dinamakan pedisel dan ruas berikutnya secara keseluruhan dinamakan
flagela (tunggal=flagelum) Bentuk antena serangga sangat bervariasi berdasarkan

jenis dan stadiumnya. Torak juga merupakan daerah lokomotor pada serangga dewasa

karena pada torak terdapat tiga pasang kaki dan dua atau satu pasang sayap (kecuali

ordo Thysanura tidak bersayap).

D. Habitat Serangga

Serangga merupakan kelompok organisme dominan. Keberadaan serangga

pada suatu tempat dapat menjadi indikator biodiversitas, kesehatan ekosistem, dan

degradasi lahan. Serangga dapat dibedakan berdasarkan pada habitatnya yaitu

serangga yang hidup pada habitat air, udara dan tanah. serangga tanah merupakan

jenis serangga yang hidup di tanah, baik itu yang hidup pada permukaan tanah

maupun yang hidup di dalam tanah, ,keberadaan serangga ini sangat erat

hubungannya dengan keadaan lingkungan dimana ia hidup dan mempunyai potensi

yang tidak ternilai, terutama dalam membantu perombakan bahan organik tanah,

sehingga serangga tanah menjadi salah satu mahkluk penyeimbang lingkungan.

Beberapa diantaranya bahkan dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesuburan

tanah atau keadaan tanah,Suin (2012).

E. Faktor Yang Mempengaruhi

Setiap jenis serangga mempunyai kesesuaian terhadap lingkungan tertentu.

Oleh karena itu, faktor fisik lingkungan, terutama suhu,cahaya dan kelembaban

sangat berpengerauh terhadap keberadaan serangga. Kondisi lingkungan yang

berbeda menyebabkan kelimpahan serangga tiap tipe habitat berbeda. Suhu


berpengaruh terhadap aktivitas serangga, penyebaran geografis dan lokal, serta

perkembangan. Kelembaban mempengaruhi penguapan cairan tubuh serangga dan

pemilihan habitat yang cocok (Haneda et al., 2013).

Temperatur atau suhu merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat

menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu tanah

akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Fluktuasi suhu tanah

lebih rendah dari suhu udara, sehingga suhu tanah sangat tergantung dari suhu udara.

Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam satu hari satu malam tergantung

musim. Fluktuasi juga tergantung pada keadaan cuaca, topografi daerah dan keadaan

tanah (Suin, 2012). Suhu tanah dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, semakin

rendah intensitas cahaya maka suhu tanah semakin rendah (Suin, 2012).

Kelembaban tanah atau kadar air tanah dapat ditetapkan secara langsung

melalui pengukuran perbedaan berat tanah (disebut metode gravimetri) dan secara

tidak langsung melalui pengukuran sifat-sifat lain yang berhubungan erat dengan air

tanah (Hermawan, 2005 dalam Rizqiyyah, 2016). Banyak jenis fauna tanah

mempunyai batas toleransi sempit terhadap kelembaban. Jika kondisi kelembaban

lingkungan sangat tinggi hewan dapat mati atau bermigrasi ke tempat lain. Kondisi

yang kering kadang-kadang juga mengurangi adanya jenis tertentu karena

berkurangnya populasi, di samping itu kelembaban juga mengontrol berbagai macam

hewan antara lain aktivitas bergerak dan makan (Susanto, 2000 dalam Rizqiyyah,

2016).
F. Peranan Serangga Terhadap Habitat

Serangga memiliki peranan yang menguntungkan maupun merugikan dalam

kehidupan. Peran merugikan serangga di bidang pertanian dan kehidupan adalah

sebagai hama tumbuhan budidaya, sebagai vektor pembawa penyakit pada tanaman,

dan sebagai penyebab penyakit pada manusia. Peran positif serangga adalah sebagai

polinator atau penyerbuk, sebagai dekomposer atau pengurai, sebagai predator atau

parasitoid (musuh alami), sebagai bioindikator lingkungan, sebagai penghasil bahan-

bahan yang bermanfaat dalam bidang kesehatan.


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 28 Oktober 2022 Pukul 15.30

WITA-selesai, bertempat di Laboratorium Biologi Unit Ekologi, Jurusan Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu kawasan yang banyak terdapat

serangga.

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan Kegunaan


No. Nama Alat Kegunaan
1 2 3
1. Toples Untuk mengambil hewan kecil
2. Jaring Untuk menangkap serangga

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan pengamatan.

2. Menentukan lokasi pengamatan.

3. Mengamati berbagai macam serangga yang terdapat dilokasi tersebut.

4. Mendokumentasi hasil pengamatan.

5. Mendeskripsikan hasil pengamatan.


DAFTAR PUSTAKA

Hasni, Ruslan., Komposisi dan Kenaekaragaman Serangga Permukaan Tanah pada


Habitat Hutan Homogen dan Heterogen Di Pusat. Pendidikan Konservasi
Alam (PPKA) Bodogol, Suka Bumi, Jawa Barat, Jurnal Vis Vitalis, Vol. 2
(2012).

Nurdin Muhammad, Suin., Serangga Permukaan Tanah Di Ladang Serta Belukar dan
Hutan Di Dekatnya Di Bukit Pinang-Pinang Padang Sumatera Barat, Jurnal
Matematika dan Pengetahuan Alam, Vol. 2,(2013).

Haneda, FN, Kusuma, C & Kusuma, FD, 2013, Keanekaragaman Serangga di


Ekosistem Mangrove. Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 04 No. 01 April 2013,
Hal. 42 – 46.

Anda mungkin juga menyukai