Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGAMATAN EKOSISTEM
“CAPUNG”

DISUSUN OLEH:
NAMA : 1. SALSABILA FITRIYANA
2. FAHIRA

KELAS : X. 1

GURU MATA PELAJARAN


TENNI JULIANI, S. PD.

SMA NEGERI SURULANGUN


TAHUN AJARAN 2022 - 2023

Jl. Jenderal Sudirman No. 06 Kec.Rawas Ulu Kab.Musi Rawas Utara


E-mail : www.smansurulangun@yahoo.co.id

BAB I

1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak
terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem sebagai suatu tatanan
kesatuan yang secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup dan saling
mempengaruhi. Ekosistem sebagai penggabungan dari setiap unit biosistem. Melibatkan
interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energinya
menuju pada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi siklus materi antara organisme dan
anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energy, dalam ekosistem, organisme pada 
komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem.
Organisme kemudian beradaptasi lagi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga
memengaruhi lingkungan fisik untuk kelangsungan hidupnya.
Capung merupakan hewan yang berpenampilan indah dan menarik. Namun, mereka
sebenarnya predator ganas dengan rahang tajam, pengelihatan hampir 360 derajat, dan dapat
terbang mundur. Capung juga salah satu serangga yang menghuni bumi ini. Mereka telah
melalui berbagai tahapan evolusi hingga dapat menyempurnakan kemampuan terbang dan
menjadi makhluk cantik nan menakjubkan.

B. Perumusan Masalah
Bagaimana keanekaragaman dan kemerataan jenis capung yang terdapat di lingkungan
sekolah SMAN Surulangun?

C. Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui jika Keberadaan capung di dalam suatu
ekosistem bisa menjadi indikator keseimbangan alam. Dalam ekosistem, capung memiliki
peran besar dalam menjaga keseimbangan rantai makanan. Salah satu peran capung adalah
sebagai predator hama. Selain itu di dalam ekosistem capung juga dapat digunakan sebagai
indikator pencemaran lingkungan. Apabila lingkungan tercemar maka siklus hidup capung
akan terganggu dan akibatnya populasi capung akan menurun. Jadi keberadaan capung dalam
suatu lingkungan dapat menandakan bahwa disekitar lingkungan masih terdapat air bersih.

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ekosistem
Capung (Odonata) adalah komponen kenekaragaman hayati yang memiliki peran penting
dalam jaring makanan sebagai herbivora, karnivora, dan detrivor (Strong et al., 1984).
Odonata termasuk serangga predator, karena capung memakan serangga yang lebih kecil baik
di perairan maupun daratan, bahkan sesama jenis pun dapat menjadi sasaran.
Capung memiliki manfaat bagi ekosistem. Keberadaan capung dialam berperan sebagai
predator dan penyeimbang populasi serangga lain dalam ekosistem (Ansori, 2009). Jumlah
anggota dari ordo Odonata yang terrdapat dan tersebar di seluruh dunia diperkirakan
berjumlah sekitar 5000-6000 jenis pada berbagai macam habitat (Hanum et al., 2013). Jenis
capung yang ada di Indonesia berjumlah sekitar 700 spesies atau sekitar 15% dari jumlah
spesies capung didunia (Sigit et al., 2013). Di DIY memiliki 71 spesies capung atau 41% dari
sekitar 172 spesies yang tercatat di Pulau Jawa sedangkan luas kawasan DIY hanya 2,5% dari
luas Pulau Jawa. Jumlah dapat bertambah karena masih banyak lokasi yang belum disurvei
(Setiyono et al.,2017).
Capung (Odonata) dapat juga dijadikan sebagai indikator pada kualitas perairan, sebab saat
nimfa masa hidup capung hidup diperairan. Capung merupakan serangga air yang sangat
sensitif terhadap perubahan kandungan zat kimia pada lingkungan perairan, dan bila terjadi
perubahan jumlah nimfa capung dapat dijadikan sebagai indikator baik atau buruknya
kualitas perairan (Rini, 2011).Karena setelah capung melakukan kopulasi, capung
betinameletakkan 2 telurnya pada badan air. (Gerisson et al., 2006).
Habitat yang mendukung kehidupan capung adalah daerah dengan wilayah perairan. Hal
tersebut dikarenakan nimfa capung menghabiskan waktunya di dalam air. Habitat tersebut
diantaranya adalah sawah, danau, sungai, rawa, dan kolam (Patty, 2006). Capung dapat
ditemukan beraktifitas di beberapa tempat sepertidaerah pertanian, padang rumput, dan di
daerah persawahan serta di daerah perairan (Ansori, 2009).
Waduk merupakan perairan menggenang atau badan air yang memiliki ceruk, saluran masuk
(inlet), saluran pengeluaran (outlet) dan berhubungan langsung dengan sungai utama yang
mengairinya (Shaw et al., 2004). Satu - satunya waduk yang ada di Provinsi DIY, dan telah
menjadi salah satu obyek wisata di Desa Hargowilis, Kabupaten Kulon Progo adalah waduk
Sermo. Menurut (Sigit et al., 2013), di Indonesia saat ini kurangnya penelitian dan publikasi
tentang capung sehingga banyak data spesies yang kadaluarsa dan banyak juga data yang
perlu diperbaharui. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang keanekaragaman
capung. Dalam penelitian ini penelitian dilakukan di waduk Sermo, mengingat bahwa waduk

3
Sermo merupakan salah satu ekosistem perairan yang merupakan salah satu habitat dari
capung.
B. Komponen ekosistem
Ekosistem membutuhkan komponen untuk membentuknya. Menurut Cartono (2008, hlm.
28), ”Suatu ekosistem mempunyai dua komponen utama. Yaitu komponen abiotik terdiri atas
bagian tak hidup dan komponen biotik sebagai komponen hidup. Keduanya memiliki peranan
yang penting bagi ekosistem, tanpa salah satunya maka ekosistem tidak akan berfungsi”.
Sedangkan menurut Mulyadi (2010, hlm 5) mengatakan bahwa komponen biotik adalah
seluruh makhluk hidup didalam suatu ekosistem, menurut fungsinya komponen biotik
dibedakan kedalam tiga kelompok yaitu; produsen, konsumen dan pengurai.
Sedangkan komponen abiotik adalah faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
makhluk hidup diantaranya; cahaya matahari, udara, tanah, air dan suhu. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa komponen ekosistem terbagi menjadi komponen biotik dan komponen
abiotik yang saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya

4
BAB III
METODE PRATIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Insect net, botol koleksi, alat tulis, alat
dokumentasi, buku kunci determinasi serangga, buku kunci determinasi tumbuhan,
thermohigrometer, dan jam tangan. Bahan yang digunakan yaitu alkohol 70%.

B. Langkah-langkah pratikum
Pengambilan data dilakukan dengan metode VES “visual ecounter survey” pada lokasi yang
telah ditentukan. Pendataan jenis capung dilakukan dengan metode pengamatan langsung
capung yang hinggap pada tumbuhan. Diamati ciri-ciri morfologinya dan diidentifikasi secara
langsung, kemudian diamati bagian tumbuhan apa yang dihinggapi oleh capung tersebut.
Tumbuhan yang dihinggapi oleh capung juga diidentifikasi jenis atau spesiesnya.

C. Waktu dan tempat


Pengambilan data capung dilakukan di lingkungan sekolah SMAN Surulangun. Penelitian
dimulai pagi hari pukul 08.00- 11.00 WIB dan siang hari pukul 13.00- 15.00 WIB. Kondisi
fisik lingkungan pada lokasi penelitian juga di data. Kondisi lingkungan yang dicatat yaitu
suhu dan kelembaban udara.

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ketika penelitian berlangsung suhu lingkungan yang tercatat yaitu 21°C hingga 22°C.
Pengamatan dilakukan pukul 08.00-11.00 WIB dan 13.00-15.00 WIB. Pada waktu tersebut
merupakan waktu aktif capung sehingga dapat ditemukan jenis capung yang beragam dan
aktifitas capung lebih tinggi [3].
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 7 jenis tumbuhan yang dihinggapi capung yang
berasal dari 6 famili yang berbeda, yaitu famili Acanthaceae, famili Araceae, famili
Cyatheaceae, famili Agavacea (2 jenis), famili Heliconiaceae, dan famili Solanaceae. Capung
yang teramati hinggap di tanaman-tanaman tersebut yaitu Euphaea variegate, Vestalis
luctuosa, dan Coeliccia membranipes.
Capung jarum Euphaea variegate dijumpai hinggap pada tumbuhan famili Agavaceae dan
Solanaceae. Menurut Herlambang [4], Euphaea variegate mampu hidup pada berbagai tipe
habitat dan lebih menyukai hinggap pada tumbuhan di tepi sumber air. Bagian tumbuhan
yang digunakan capung untuk hinggap yaitu helaian daun bagian ujung.
Capung jarum Vestalis luctuosa dijumpai hinggap pada tumbuhan famili Acanthaceae,
Araceae, Cyatheaceae, dan Heliconiaceae. Bagian tumbuhan yang digunakan capung untuk
hinggap yaitu bagian daun. Berbeda dengan V. Luctuosa,
Membranepis dijumpai hinggap pada tumbuhan famili Heliconiaceae dan Araceae. Individu
jantan dan betina. membranipes sering dijumpai hinggap pada suatu tumbuhan yang dekat
dengan aliran air [5]. Bagian tumbuhan yang digunakan capung untuk hinggap yaitu bagian
daun.
Capung di alam berperan sebagai predator hewan kecil, terutama serangga. Ketiga capung
yang teramati pada penelitian ini merupakan capung jarum (anak bangsa Zygoptera). Capung
Zygoptera memiliki kecepatan terbang yang lebih lamban dibanding capung Anisoptera
sehingga gerakannya dalam memilih mangsa terbatasi. Berdasarkan hasil pengamatan, ketiga
jenis capung dalam penelitian ini hinggap pada bagian daun. Menurut Wibowo [6], capung
jarum lebih banyak menjadi predator serangga-serangga kecil yang menempel pada
tumbuhan seperti kepik dan wereng. Seragga-seranngga tersebut biasanya menempel pada
dau sehingga capung cenderung untuk hinggap di bagian daun. Sedangkan menurut Susanti
[3], capung dapat memangsa lalat dan nyamuk.

6
DOKUMENTASI

7
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan tumbuhan yang dihinggapi oleh capung di
Lingkungan sekolah SMA Negeri Surulangun yaitu dari family Acanthaceae, Araceae,
Cyatheaceae, Agavacea, Heliconiaceae, dan Solanaceae. Bagian tumbuhan yang digunakan
capung untuk hinggap yaitu bagian daun.

B. SARAN
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para
pembaca. Saran kami sebagai peneliti dan penulis laporan ini agar ada baiknya laporan yang
ditugaskan kepada kami dapatr menjadi karya tulis yang bisa menjadi salah satu bagian
penunjang atau masukan pembelajaran didalam pemahaman secara teori dan praktek pada
mata pelajaran biologi terutama tentang ekosistem makhluk hidup.

8
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gramedia.com/literasi/ekosistem/
http://himabio.student.uny.ac.id/mengenal-capung-lebih-dekat/
http://e-journal.uajy.ac.id/16084/2/BL012331.pdf
http://repository.unpas.ac.id/43740/6/9.%20BAB%20II.pdf
https://mamikos.com/info/?s=ekosistem%20capung
file:///C:/Users/user/Downloads/12582-Article%20Text-6085-1-10-20181107.pdf

Anda mungkin juga menyukai