FILUM PORIFERA
OLEH:
ABSATRAK
Praktikum avertebrata air dengan melakukan pengamatan terhadap morfologi dan anatomi
filum porifera dilakukan pada hari Sabtu tanggal 3 Desember tahun 2022 pukul 10:00-
12:00 WITA dan bertempat di Laburatorium Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo Kendari. Avertebrata air merupakan
hewan yang tidak memiliki tulang belakang yang habitatnya di dalam perairan laut, periran
tawar maupun perairan payau. Kata porifera berasal dari bahasa latin porus (lubang) dan
fere (mengandung). Praktikum avertebrata air dengan filum porifera ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengamati morfologi dan anatomi pada filum porifera dengan
organisme/objek pengamatan yaitu spons (S. officinalis). Alat-alat yang digunakan pada
praktikum avertebrata air yaitu baki, kertas laminating, mistar, pingset, pisau bedah, pisau
cutter, penggaris, lap halus, lap kasar, sedangkan bahan yang digunakan yaitu sunglight,
tisu, alkohol 70% dan spons (S. officinalis) sebagai bahan yang digunakan untuk
mengamati morfologi dan anatominya. Metode yang dilakukan pada pratikum avertebrata
air yaitu dengan mengamati morfologi dan anatomi pada filum porifera. Hasil pengamatan
morfologi pada spons yaitu terdapat ostium sebagai lubang masuknya air, oskulum sebagai
lubang keluarnya air. Adapun hasil pengamatan pada anatomi spons yaitu spons memiliki
spongosol, Flagellate chamber, Choanoccyte layer, incurret canal. Spons juga memiliki 3
tipe saluran air yaitu, ascon, sycon, dan leucon, adapun tipe saluran yang dimiliki oleh
spons yang dipraktikumkan yaitu tipe sycon.
Kata Kunci : Avertebrata air, anatomi, morfologi, Porifera, spons.
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Porifera merupakan salah satu hewan primitif yang hidup menetap (sedentaire)
dan bersifat non selective filter feeder (menyaring apa yang ada). Sponge tampak sebagai
hewan sederhana, tidak memiliki jaringan, sedikit otot maupun jaringan saraf serta organ
dalam. Hewan tersebut memberikan sumbangan yang penting terhadap komunitas benthik
laut dan sangat umum dijumpai di perairan tropik dan sub tropic. Persebaran mulai dari
zona intertidal hingga zona subtidal suatu perairan.
Porifera dalam bahasa Latin, berarti porus artinya berpori, sedangkan fer artinya
membawa. Porifera adalah hewan multiseluler atau metazoa yang paling sederhana. Hewan
ini memiliki ciri yaitu tubuhnya berpori seperti busa atau spons, sehingga porifera disebut
juga sebagai hewan spons. Ciri-ciri tubuh porifera meliputi ukuran, bentuk, struktur dan
fungsi tubuh. Beberapa jenis porifera ada yang seukuran butiran beras, jenis lainnya, tinggi
spons raksasa yang ukuran tubuhnya dapat mencapai 2 m dan diameter hingga 2 meter.
Porifera melakukan reproduksi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi secara
aseksual terjadi dengan pembentukan berupa tunas/pucuk dan gemmule. Gemmule disebut
juga tunas internal. Umumnya porifera dapat menghasilkan ovum dan juga sperma pada
satu individu, sehingga porifera merupakan hewan bersifat Hemafrodit, yakni jenis hewan
yang memiliki 2 jenis kelamin (Marzuki, et al., 2018).
Spons tampak sebagai hewan sederhana, tidak memiliki jaringan, sedikit otot
maupun saraf serta organ dalam. Hewan tersebut memberikan sumbangan yang penting
terhadap komunitas benthik laut dan sangat umum dijumpai di perairan tropik dan sub
tropik. Persebaran mulai dari zona intertidal hingga zona subtidal suatu perairan.
Komunitas spons laut disuatu wilayah perairan mampu menjadi salah satu bioindikator
kualitas perairan laut mengingat sifat dari spons laut yang immobile serta persebarantelur
dan larvanya akan selalu terbatasi oleh barrier yang ada mengharuskan spons tersebut selalu
beradaptasi terhadap komponen-komponen fisik maupun biotik yang terdapat pada wilayah
tersebut. Salah satu interaksi ekologis inter spesies yang mampu mempengaruhi komposisi
struktur komunitas spons (Porifera) adalah kompetisi ruang antara spons dan organisme
benthik lain terutama coral (Subagio, et al., 2031).
Sponge merupakan salah satu penyusun pada ekosistem pesisir dan laut, terutama
pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun. Perubahan iklim dan kondisi
lingkungan dapat mempengaruhi kehidupan dari sponge. Maka dilakukan penelitian untuk
mengetahui sebaran komposisi dan kepadatan sponge menggunakan metode transek belt
(transek kuadran) dengan ukuran 5x5 m, kemudian menghitung jumlah dari setiap jenis
sponge yang terdapat dalam transek. Lokasi penelitian terbagi atas 3 (tiga) zona eutrofikasi
yang menunjukkan kondisi eutrofikasi yang berbeda. Sebanyak 49 spesies yang
teridentifikasi berasal dari 16 famili 8 ordo. Komposisi dan Kepadatan sponge pada zona
dalam sebanyak 11 famili dengan kepadatan 0,96 ind/m2,, lebih rendah dibandingkan
dengan komposisi dan kepadatan pada zona tengah dan zona luar. Hal tersebut terkait
dengan adanya perbedaan kondisi lingkungan dari ketiga zona yang terbagi berdasarkan
kondisi eutrofikasi tersebut (Haris, 2014).
Sponge termasuk hewan yang bersifat filter feeder (menyaring makanan). Sponge
laut hidupnya menetap (immobile) dan dapat hidup di berbagai habitat seperti pasir, karang
mati, batu serta pada media apapun yang mempunyai struktur keras. Sponge berperan
dalam siklus Karbon, siklus Silikon dan siklus Nitrogen serta melakukan asosiasi dengan
organisme lain dimana sponge memiliki peran sebagai produsen primer dan produsen
sekunder dalam penyediaan mikrohabitat. Secara ekologi, sponge merupakan salah satu
biota penyusun ekosistem pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan
padang lamun baik di perairan tropik maupun subtropik. Keanekaragaman jenis sponge di
suatu habitat umumnya ditentukan oleh kondisi perairan yang jernih dan tidak memiliki
arus kuat. Sponge juga dapat ditemui pada setiap kondisi kedalaman yang berbeda dengan
tingkat kecerahan yang cukup untuk pertumbuhannya. Meiofauna memiliki peran ekologi
pada ekosistem akuatik karena berperan penting dalam siklus biogeokimia, rantai makanan,
dan aliran energy, serta berpotensi sebagai bioindikator kualitas lingkungan. Selain itu,
sedimen yang dihasilkan oleh sponge, berupa calcareus ooze dan siliceous ooze berperan
dalam memasoksedimen biogenous ke pantai secara terus-menerus melalui angkutan
sedimen (sediment transport), sehingga pantai-pantai terhindar dari abrasi (Haris, A, et al.,
2019)
Struktur dan fungsi tubuh spons khususnya permukaan luar, tersusun atas sel-sel
berbentuk pipih dan berdinding tebal yang disebut pinakosit. Pinakosit berfungsi sebagai
pelindung. Diantara pinakosit terdapat pori-pori yang membentuk saluran air yang
bermuara di spongosol atau rongga tubuh. Spongosol dilapisi oleh sel “berleher” yang
memiliki flagelum, yang disebut koanosit. Flagelum yang bergerak pada koanosit berfungsi
untuk membentuk aliran air satu arah, sehingga air yang mengandung makanan dan oksigen
masuk melalui pori/ostium ke spongosol. Di spongosol, makanan ditelan secara fagositosis
(bentuk spesifik endositosis yang melibatkan internalisasi vesikuler terhadap partikel padat)
dan oksigen diserap secara difusi oleh koanosit. Sisa pembuangan dikeluarkan melalui
lubang yang disebut osculum (Marzuki, et al., 2018).
Berdasarkan uraian diatas, maka dari itu sangat penting dilakukan praktikum
avertebrata air mengenai filum porifera dengan tujuan untuk mengamati dan mengenal lebih
jauh tentang struktur tubuh morfologi dan anatomi filum porifera
Tujuan praktikum untuk mengetahui filum Porifera secara morfologi dan anatomi
serta dapat mengamati dan mengklasifikasi filum Porifera yaitu sponge (S. officinalis).
Manfaat praktikum sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan serta jenis-jenis mengenai filum Porifera.
II. METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 3 Desember 2022, pukul 10:00
– 11:50 WITA dan bertempat di Laboratorium MSP Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Haluoleo Kendari.
Alat yang digunakan pada saat praktikum ini adalah sebagai berikut; Baki, untuk
meletakkan organisme yang akan diamati. Kertas laminating, sebagai alas untuk organisme
yang diamati. Pinset, untuk mengambil atau memindahkan bahan dari toples ke baki.
Toples, untuk menyimpan bahan pengamatan yang diambil dari laut. Mistar, untuk
mengukur organisme yang diamati. Cutter, untuk membedah organisme yang sedang
diamati. Tisu, untuk membersihkan alat-alat praktikum serta meja praktikum.
Bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah; Sponge (spongilla sp.),
sebagai obyek yang diamati. Alcohol 70%, untuk mengawetkan bahan pengamatan serta
sunlight, sebgai pembersih alat dan meja praktikum.
C. Metode Pengamatan
Metode yang dilakukan pada pratikum avertebrata air tentang filum porifera yaitu
dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap morfologi dan anatomi organisme
filum porifera yaitu spons (S. officinalis) yang telah diambil dari perairan Tanjung tiram.
Adapun prosedur kerja dari filum porifera, yaitu menyiapkan alat dan bahan, meletakkan
spons di atas kertas laminating, mendokumentasikan bagian morfologi spons, mencatat
hasil pengamatan morfologi spons, selanjutnya melakukan pembedahan kemudian
mengidentifikasi bagian anatomi, mendokumentasikan bagian dari anatomi spons, mencatat
hasil pengamatan anatomi dan terakhir membersihkan dan menestralisasikan alat-alat yang
digunakan dan meja laboratorium.
A.Hasil
Hasil pengamatan Morfologi dan Anatomi spons ( S. officinalis ) dapat dilihat pada
Gambar 1 dan 2.
IV. PENUTUP
A. Simpulan
Pada pratikum avertebrata air pengamatan morfologi dan anatomi pada filum porifera
yaitu pada spons (S. officinalis). Pada pengamatan morfologi spons diperoleh hasil bawah
morfologi spons terdiri atas dua bagian yaitu ostium dan osculum, ostium berfungsi sebagai
jalan masuknya air ke dalam tubuh porifera adapun osculum berfungsi sebagai jalan
keluarnya air. Pada pengamatan struktur anatomi spons diperoleh hasil bahwa anatomi
spons terdiri atas beberapa bagian diantaranya yaitu Flagellata Chamber (flagella)
berfungsi sebagai penghasil arus air dan menangkap makanan, Incurret canal (kanal
incurret) berfungsi sebagai saluaran mengalirnya air Spongocoel berfungsi sebagai rongga
luas tempat masuknya air yang nantinya air akan keluar melalui lubang besar yaitu osculum.
B. Saran
Saran saya pada praktikum kali ini adalah praktikan agar tetap menjaga dan
meningkatkan kedisplinannya terhadap waktu, praktikan juga diharapakan agar tidak
melakukan Gerakan tambahan yang bisa menggangu konsentrasi sesama prkatikan
DAFTAR PUSTAKA
Haris, A, et al. 2014. Komposisi dan Jenis Kepadatan Sponge (porifera: Demospongie) di K
epulauan Spermonde Kota Makasar. Jurnal Biota. 19(1), 0853-8670.
Marzuki, I, dan Erniati. 2017. Skrining Spons Potensial Sebagai Biodegrator Hidrokarbon
Berdarkan Data Morfologi. Jurnal Prosiding Seminar Hasil Penelitian.
Marzuki, I, et al. 2018. Eksplorasi Spons Indonesia. Makassar, Nas Media Pustaka
Subagio, I, B, dan Aunurohim. 2013. Struktur Komunitas Spons Laut (Porifera) di Pantai
Pasir Putih, Situbondo. Jurnal Sains dan Seni Pomitis. 2(2), 2337-3520.