Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II DASAR TEORI
2.1 Pengertian Benthos
2.2 Klasifikasi Benthos
2.3 Cara benthos memperoleh makanan
BAB III METODE PRATIKUM
3.1 Metode dilaboratorium
3.2 Alat dan Bahan
3.3 Prosedur kerja
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Bentos merupakan hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas atau di bawah
dasar laut atau pada wilayah yang disebut lubuk (benthic zone) maupun dasar daerah
tepian. Bentos berbeda dengan plankton yang hidup mengambang bebas di air.
Beberapa organisme bentik bahkan belum sepenuhnya dipahami sehingga penelitian
terus berlangsung untuk mengungkap rahasianya.

Semua organisme di dunia tergantung pada organisme bentik untuk bertahan hidup.
Organisme ini mengkonsumsi bangkai hewan yang tenggelam ke dasar laut,
mengeluarkannya sebagai kotoran, yang kemudian larut menjadi nutrisi yang akan
dibawa kembali ke permukaan dan dipergunakan oleh organisme lain. Dengan cara ini,
karbon tidak hanya tinggal di dasar laut, melainkan dikembalikan ke dalam siklus
kehidupan. Tanpa benthos, selama jutaan tahun semua karbon akan tetap tinggal di
dasar laut dan tidak bisa dimanfaatkan oleh organisme hidup lain.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis plankton berdasarkan pengamatan dibawah lup/ kaca
pembesar.
2. Mengetahui macam-macam benthos yang ada di Sungai.
3. Dapat mengelompokkan jenis benthos.
4. Memenuhi tugas mata kuliah biomonitoring.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian benthos
Istilah bentos berasal dari bahasa Yunani yang artinya "kedalaman laut". Bentos juga
digunakan dalam biologi air tawar untuk merujuk pada organisme di dasar air tawar, badan
air , seperti danau dan Sungai.
Bentos merupakan sebuah organisme yang tinggal di dalam, atau di dasar laut, dikenal
sebagai zona bentik. Mereka tinggal di dekat laut atau endapan lingkungan, dari pasang
surut di sepanjang tepi kolam, dan kemudian ke bawah abisal pada kedalaman. Kedalaman
air, suhu dan salinitas, dan jenis substrat lokal semua mempengaruhi ada tidaknya bentos di
suatu tempat .

2.2 klasifikasi benthos

 Berdasarkan Ukurannya
1. Makrobentos
Makrobentos adalah lebih besar, lebih terlihat, bentos yang lebih besar dari 0,5 mm.
Beberapa contoh adalah cacing polychaete , bivalvia , echinodermata , anemon laut ,
karang , spons, turbellarians dan lebih besar krustasea seperti kepiting, lobster dan
cumaceans .
2. Meiobentos adalah bentos kecil yang kurang dari 0,5 mm, tetapi lebih besar dari 32 μm
dalam ukuran. Beberapa contoh adalah nematoda, foraminiferans, beruang air, gastrotriches
dan lebih kecil krustasea seperti copepoda dan ostracodes .
3. Microbentos
Microbentos adalah bentos mikroskopis yang kurang dari 32 μm dalam ukuran. Beberapa
contoh adalah bakteri , diatom , siliata , amuba , Flagelata

 Berdasarkan jenis
1. Zoobentos, merupakan hewan milik bentos tersebut.
2. Phytobentos merupakan tanaman milik bentos tersebut.

2.3 Cara benthos memperoleh makanan


Sumber makanan utama untuk bentos adalah alga dan organik limpasan dari tanah. Di
perairan pantai dan tempat-tempat lain di mana cahaya mencapai bagian bawah, hewan
bentik seperti diatom yang mampu berfotosintesis dapat berkembang biak. Adapun cara dari
setiap bentos untuk memperoleh makanannya adalah sebagai berikut :
1. Filter feeder atau sering disebut suspension feeder, adalah hewan yang makan dengan
menyaring padatan tersuspensi dan partikel makanan dari air, biasanya dengan melewatkan
air melalui struktur penyaringan khusus. Contohya seperti spons dan bivalvia yang memiliki
tubuh yang keras. Proses ini dapat terjadi pada daerah yang berpasir.
2. Deposit feeders, adalah binatang atau hewan yang mengkonsumsi sisa-sisa makanan
pada substratum di bagian bawah air. Seperti polychaetes yang memiliki permukaan tubuh
yang lunak. Ikan, bintang laut, siput, cumi, dan krustasea yang merupakan predator.
organisme bentik, seperti bintang laut , tiram , kima , teripang , bintang rapuh dan anemon
laut , memainkan peran penting sebagai sumber makanan bagi ikan dan manusia .
BAB III
METODE PRATIKUM
3.1 metode di laboratorium

Hari/ tanggal : Kamis, September 2023


Waktu : 15.00 s/d selesai
Lokasi : Laboratorium jurusan Kesehatan lingkungan

3.2 Alat dan bahan

 Lup / kaca pembesar


 Tisu
 Sampel benthos
 Handscoon

3.3 prosedur kerja

1. Siapkan alat dan bahan.


2. Ambil kapas dan letakkan di tempat pemeriksaan.
3. Ambil sampel benthos yang berada di dalam plastic sampel menggunkan handscoon.
4. Kemudian letakkan sampel enthos di atas tisu.
5. Selanjutnya identifikasi benthos menggunkan lup/kaca pembesar.
6. Catat hasil identifikasi yang diperoleh.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang kami dapatkan selama melakukan identifikasi yaitu berupa keong dan siput yang
termasuk ke dalam zoobenthoos karena mereka biasanya hidup di dasar perairan, baik di
laut, sungai, maupun danau. Benthos merujuk pada organisme yang mendiami substrat di
dasar perairan, dan siput serta keong sering ditemukan di sana, berinteraksi dengan sedimen
dan lingkungan dasar laut atau sungai.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar
perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang (Kendeigh, 1980; Odum 1993;
Rosenberg dan Resh, 1993). Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan
seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki
perairan (Lind,1985), serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan
(Odum,1993). Struktur komunitas zoobentos dipengaruhi berbagai faktor lingkungan abiotik
dan biotik. Secara abiotik, faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan
makrozoobentos adalah faktor fisika-kimia lingkungan perairan, diantaranya; penetrasi
cahaya yang berpengaruh terhadap suhu air; substrat dasar. Sebagai organisme dasar
perairan, bentos memiliki habitat yang relatif tetap.
Dengan sifat yang demikian, perubahan-perubahan kualitas air dan substrat tempat
hidupnya sangat mempengaruhi komposisi maupun kemelimpahannya. Komposisi maupun
kemelimpahan makroinvertebrata tergantung kepada kepekaan/ toleransinya terhadap
perubahan lingkungan. Jenis benthos yang di dapat dari keseluruhan adalah keong dan
siput yang termasuk dalam kelas gastropoda.
5.2 Saran
kepada masyarakat, khususnya masyarakat yang menghuni pemukiman disekitar aliran
sungai agar tidak membuang sampah ke badan sungai karena dapat mencemari air sungai
sehingga mengganggu pertumbuhan biota air seperti makrozoobentos.
LAMPIRAN DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
Amini, S. 2008. Pertumbuhan Mikroalgae (nitzchia closterium) dengan Perlakuan pupuk. Balai
Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan Perikanan Jakarta
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.USU Press. Medan.
Boyd, C E. 1988.Water Quality in Warmwater Fish Pound FourthPrinting. Auburn University
Agricultural Experiment Station. Alabama.
Effendie, H. 2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Dayadan Lingkungan Perairan.
Kanisius. Yogyakarta.
Fardiaz, S. 1992.Polusi Air dan Udara. Kanisus. Yogyakarta.
Fitriana, Y. R. 2006. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Makrozoobentos di Hutan
Mangrove Hasil Rehabilitasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali.
Biodiversitas, (7): 67-72.
Gosling, E. 2003. Bivalve Molluscs. Biology, Ecology and Culture. Fishing News
Books, Blackwell Publishing. Great Britain. 455p
Hutabarat, S dan Evans, M., 1985.Pengantar Oseanografi. VC Press. Jakarta.
Lingga, Pinus. 1999.Ikan Mas Kolam Air Deras. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mahanal, S. 2008.Pengembangan Perangkat Pembelajaran Deteksi Kualitas Sungai dengan


Indikator Biologi Berbasis Konstruktivistik untuk Memberdayakan Berpikir Kritis dan Sikap
Siswa SMA terhadap Ekosistem Sungai di Malang. Disertasi tidak diterbitkan.
Malang:Program Pasca sarjana Universitas Negeri Malang.
Nybakken, JW. 1992. Biologi Laut satu Pendekatan Ekologis. Jakarta. PT Gramedia.
Nybakken, JW. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta. PT. Gramedia.
Nybakken, JW. 1998. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta. PT. Gramedia.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Saunder Com. Philadelphia 125 pp.
Pescod. 1973.Investigation of Rational Effluent and StreamStandar for Tropical Countries. Asean
institute of Technologi. Bangkok.
Prihantini, N. B. 2005. Pertumbuhan Chlorella spp. dalam medium ekstrak tauge(MET) dalam
variasi pH awal. Vol 9: 1-6 diakses pada Sabtu, 14 April2012 pkl 20:06
Setiadi, Dede. 1989. Dasar-dasar Ekologi.IPB Press. Bogor.
Soeseno, S. 1970.Limnologi untuk Sekolah Perikanan Menengah Atas. IPB. Bogor.
Sumich, J. L., 1999. An Introduction to The Biology of Marine Life. 7 th. ed. McGraw-Hill. New
York. pp: 73 – 90; 239 – 248; 321 - 329
Suripin.2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air.Yogyakarta. Andi Yogyakarta.
Suin NM. 2002. Metoda Ekologi. Universitas Andalas.Padang.
Wardoyo, S. T. H. 1981.Kriteria Kualitas Air untuk KeperluanPertanian dan Perikanan. Training
Analisa dampak lingkunganPPLH, UNDP- PUS DPSL. IPB. Bogor.
Welch, P. S. 1952.Limnology . McGraw-Hill Book Company. New York.
Wetzel, RG. And GE. Likens. 1995.Limnology Analysis. SpringerVerlag. New York.
Wibisono, M.S. 2004. Pengantar Ilmu Kelautan Edisi 2. UI Press. Jakarta.Wirakusumah,
Sambas. 2003. Dasar-dasar Ekologi. UI Press. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai