Anda di halaman 1dari 18

1

TUGAS MAKALAH MIKROBIOLOGI LAUT


PENGELOMPOKAN MIKROORGANISME LAUT

DISUSUN OLEH:
JULIVIO RIVALDO MEWOH
H041171025

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
2

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL 1
DAFTAR ISI 2
BAB 1. PENDAHULUAN 3
I.1 Latar Belakang 3
I.2 Rumusan Masalah 4
BAB 2. ISI 5
II.2 Pengelompokan Mikroorganisme Laut 5
II.2.1 Pengelompokan Mikroorganisme Laut Berdasarkan Kedalaman 5
II.2.2 Pengelompokan Mikroorganisme Berdasarkan Habitat di Perairan laut
6
II.2.3 Pengelompokan Mikroorganisme Berdasarkan Fisiologis Mikroba 9
II.2.4 Pengelompokan Mikroba berdasarkan Salinitas (kadar garam) 10
II.2.5 Pengelompokan Bakteri Dalam sedimen Laut 12
BAB 3. PENUTUP 17
III.1 Kesimpulan 17
DAFTAR PUSTAKA 18
3

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Laut atau lautan meliputi kurang lebih 70 % dari permukaan bumi

dibandingkan perairan air tawar, laut memiliki variasi yang rendah pada suhu

dan pH, pengecualian pada daerah vulkanik pada dasar laut (hydrothermal vents)

yang suhunya dapat mencapai hingga 3500C. Suhu air pada permukaan laut

didaerah tropical berada sekitar 30-40oC dan 00C di daerah kutub dan daerah

kedalaman.

pH air laut berada sekitar netral hongga alkali yaitu pH 6,5-8,5. Rentang

pH ini dimungkinkan oleh pertumbuhan mikroorganisme dan kecukupan akan

carbon dioksida yang terlarut di dalam air untuk mendukung kehidupan

organisme fotosintik.

Lingkungan laut memiliki teknanan hidrostatik yang tinggi dibanding

perairan air tawar. Tekanan hidrostatik meningkat seiring pertambahan

kedalaman air sekitar 1 atm untuk 10 meter, jadi tekanan pada kedalaman 100

meter adalah 100 kali lebih besar dari daerah permukaan air. Berbagai

mikroorganisme telah diisolasi dari Laut Pasifik yang memiliki kedalaman lebih

dari 1000 meter.

Konsentrasi nutrient bervariasi dalam air laut, tergantung pada kedalaman

dan jarak dari pantai. Nutrien banyak pada daerah sekitar muara sungai dan

sekitar pantai ketika aliran air keluar dari daratan. Nutrient diperairan laut

relative terlarut dan mengenap di dasar laut maupun pesisir menyebabkan

menjadi medium peetumbuhan bakteri decomposer yang baik.


4

Faktor-faktor tersebut membuat berbagai mikroorganisme laut

dikelompokan berdasarkan pengaruh tersebut yaitu pengelompokan berdasarkan

kedalaman vertical lautan, pengelompokan berdasarkan habitat, pengelompokan

berdasarkan fisiologi mikroba, pengelompokan mikroba berdasarkan salinitas,

dan pengelompokan bakteri dalam sedimen laut yang akan dibahas secara rinci

di bab 2.

I.2 Rumusan Permasalahan

1. Bagaiman pengelompokan mikroorganisme laut berdasarkan kedalaman

vertical lautan?

2. Bagaiamana pengelompokkan mikroorganisme laut berdasarkan habitat

dilautan?

3. Bagaimana pengelompokka mikroorganisme laut berdasarkan salinitas?

4. Bagaimana pengelompokna bakteri dalam sedimen laut?


5

BAB 2

ISI

II.2 Pengelompokan Mikroorganisme Laut

II.2.1 Pengelompokan Mikroorganisme Laut Berdasarkan Kedalaman

Vertikal Lautan

Air laut mengandung konsentrasi garam yang berkisar antara 3,3 – 3,7

gram/100 ml air sehingga organisme yang hidup di lingkungan laut harus

mentolerir salinitas tinggi tetapi tidak mentolerir salinitas yang bervariasi.

Lingkungan laut memiliki tekanan hidrostatik yang tinggi di

dibandingkan perairan air tawar. Tekanan hidrostatik meningkat seiring

pertambahan kedalaman air sekitar 1 atm untuk 10 meter, jadi tekanan pada

kedalaman 100 meter adalah 100 kali lebih besar dari daerah permukaan air.

Berbagai mikroorganisme telah diisolasi dari laut pasifik yang memiliki

kedalaman lebih dari 1000 meter.

Terdapat hubungan antara tekanan dan bentuk kehidupan bakteri.

Olehnya mikroorganisme dapat dikelompokkan atas tiga golongan berdasarkan

pada kedalaman vertical lautan yaitu:

1. Barotoleran : Mikroorganisme yang memperbanyak diri pada tekanan 0-

400 atm, tetapi tumbuh optimal pada tekanan 1 atmosfir. Contohnya

fitoplankton meliputi cyanobacteria, diatomea, dinoflagellate,

chlamidomonade, berbagai Protista seperti radiolaria, foraminifera,dll,


6

algae, dan beberapa jenis bakteri seperti kelompok coliform,

pseudomonas, vibrio dll.

2. Barofile : Bakteri yang menyukai lingkungan bertekanan tinggi.

Contohnya kelompok pseudomonas, vibrio, dll

3. Barofil Moderat : memiliki pertumbuhan yang optimal pada 400 atm

namun masih bisa berkembang pada tekanan 1 atm. Contohnya kelompok

Achromobacter, flavobacterium, dll

4. Barofil ekstrim : hanya dapat memperbanyak diri pada lingkungan yang

bertekanan tinggi, Contohnya kelompok archaebacteria.

II.2.2 Pengelompokan Mikroorganisme Berdasarkan Habitat di Perairan

laut

Terdapat beberapa jenis habitat untuk pertumbuhan mikroorganisme

diperairan laut yaitu:

1. Pada permukaan laut terdapat neuston umum juga disebut pleuston.

Batasan ini awalnya diperkenalkan oleh Naumann (1917) untuk

mikrohabitat yang kaya akan polisakarida-protein yang terletak pada

daerah interface air dan udara

2. Nekton meliputi organisme yang sejumlah besar merupakan hewan yang

berenang seperti ikan yang dapat mengkonsumsi plankton. Organisme ini

menghasilkan debris organic yang berupa seston

3. Epibiotik merupakan habitat yang berada dipermukaan inanimate

(komumunitas biofiling) atau animate yang diatasnya melekat suatu

kommunitias.
7

4. Pelagik merupakan habitat dalam kolom air. Domulai dari permukaan

turun ke dasar air. Berdasarkan kedalamaannya dalam kolom air

dibedakan atas: epipelagic ( mulai dari permukaan sampai sekitar 100 m),

mesopelagic, bathypelagic dan abbysopelagic

5. Benthos, merupakan kehidupan di dasar laut seperti di interface sedimen

dan laut disebut habitat bentik.

II.2.2.1 Habitat Planktonik

Baktriplankton berupa suspense yang hidup pada bahan-bahan organisme

yang larut, dibebaskan oleh fitoplankton dan zooplankton berupa dekomposisi

bahan planktonic di dalam kolom air. Sebaliknya ada bakteri yang bebas

berenang yang menghasilkan vitamin B12 yang dibutuhkan oleh spesies

fitoplankton, juga dapat membebaskan senyawa yang mengandung unsur N & P

yang akan dimakan atau dikonsumsi oleh organisme uniseluler seperti amuba

dan dinoflagellate.

II.2.2.2 Habitat Neustonik

Interface laut-udara atau 0,1 milimeter pertama dari air laut adalah satu-

satunya area terjadinya pertukaran, dengan tingkat intensitas cahaya yang tinggi

dengan karakter fisik dan kimiawi yang luas (lapisan organic, slicks, debris).

Signifikannya dari populasi bacterial neuston erat kaitannya besarnya peranan

dari rantai makanan, tersedia sebagai sumner makanan bagi protozoa (Tintinnids,

Radiolaria, Amuba) yang juga ditemukan padat pada daerah interface.

Choanoflagellates (chrysophyta) dan Dinoflagellata (phyrrophyta) umum

ditemukan di daerah ini yang berupa single sel, beberapa diantaranya adalah

phagotrophic pemangsa pada lapisan neustonic.


8

II.2.2.3 Habitat Epibiotik

Epibiotik merupakan sarana dalam persiapan substrak bagi organisme

eukarotik yang berperan sebagai sumber makanan untuk protozoa sessile dan

protozoa mobile dan merupakan alat dalam paket partikel organic untuk

asimilasi dalam rantai makanan (bahan detritus). Bakteri biasanya merupakan

mikroorganisme pertama yang dapat diteksi pada permukaan baru sebagai

spesies pioner.

Epibakteria melekat pada permukaan, berkembang biak cepat dan

menguasai seluruh permukaan. Hasilnya adalah berupa lapisan bakteri yang

ditutupi oleh Diatomea yang lambat laun mengambil alih kedudukan populasi

bakteri. Protozoa dapat menjadi padat, ckup untuk mengontrol populasi bakteri

melalui grazing yang akhirnya menyebabkan keseimbangan antara keduanya.

II.2.2.4 Habitat Benthik

Diduga bahwa studi tentang populasi mikroba di lautan paling baik pada

daerah sediment. Bakteri laut berada pada area tersebut memiliki tipe

metabolism yang bervariasi di daerah neritic dan daerah kedalaman.. Sumber

makanan utama adalah berasal dari produksi organic didaerah zone fotik, turun

dan mengendap di daerah dasar laut karena telah terdekomposisi dalam

siklusnya. Zobel melaporkan sekitar 100 sellulose digester, 100.000 fermenter

glucose per/gram ditemukan di lumpur dasar. Jadi Nampak sebagai miniature

pyramid dari para digester yang satu dengan yang lainnya saling bergantung.

Banyak bakteri yang dapat mencerna lebih dari satu phicocollide dari alga laut

seperti:

- Pseudomonas gelattica
9

- Elavabacterium polysiphoniae

Sedang asam alginate oleh bakteri Bacterium alganicup dan carrageen oleh

bakteri Psedomonas sp.

Sedang digester chitin dikenal juga ada pada daerah sediment laut seperti:

- Bacillus chitonous

- Desulfovibrio

II.2.2.4 Habitat Endobiotis

Kontak langsung bakteri laut dengan organisme lain termasuk hubungan

jenis symbiosis atau biotis. Tingkatan dari mutualisme, kommensalisme sampai

parasitisme. Sel-sel bakteri ditemukan didalam system vakuola dari sejumlah

alga hijau coenocytic, termasuk:

- Caulerpa

- Penicullcus

- Bryopsis

Hubungan kommensalisme dapat mencakup hubungan antara fungi dan

cyanobakteria yang ditemukan dalam asosiasi Lichenes. Hubungan symbiosis

yang terkenal adalah parasitisme, dimana bakteri pathogen diindentifikasi

sebagai organisme penyebab penyakit pada hewan dan tumbuhan laut.

Contohnya penyakit yang menyerang organismen laut yang bernilai tinggi yaitu

ikan, crustacea dan Bivalvia. Andrew dan sieburt melaporkan sejumlah penyakit

pada alga. Bakteri berasosiasi dengan alga (chondrus, chysto clonium dan focus)

pada Chondrous bakteri berbentuk oval.

II.2.3 Pengelompokan Mikroorganisme Berdasarkan Fisiologis Mikroba


10

Mikroba laut dapat dibedakan menjadi kedalam 2 kelompok besar

berdasarkan mampu tidaknya mikroba menghasilkan makanannya yaitu

kelompok heterotropic dan autotroph. Autotroph merupakan kelompok mikroba

yang mampu menghasilkan energi sendiri melalui cara chemolithotroph yaitu

fotosintesis, denitrifikasi, sulfato reduktris, dan metanogen. Heterotropic

merupakan kelompok mikroba yang memanfaatkan energi dari senyawa

organic (saprofit dan parasit).

II.2.4 Pengelompokan Mikroba berdasarkan Salinitas (kadar garam)

Semua mikroba yang mampu tumbuh dan berkembang pada berbagai

kondisi bergaram atau tidak bergaram disebut halotolerant sedangkan

mikroorganisme yang pertumbuhan dan perkembangannya hanya dapat terjadi

apabila mengandung garam disebut halophilik.

II.2.4.1 Kelompok Mikroba Halophilik

Kuschner 1978 mengelompokkan bakteri non-halotoleran (halophile)

pada yang mampu tumbuh dan berkembang dalam konsentrasi garam paling

rendah 0,2 M akan NaCl. Bakteri halophile dikelompokkan dalam 3 golongan :

1. Halophile lemah yaitu mikroorganisme yang tumbuh pada konsentrasi

0,05-0,8 M NaCl

2. Halophile moderat yaitu mikroorganisme yang memperlihatkan kapasitas

tumbuh pada konsentrasi NaCl yang lebih tinggi dari air laut. Umumnya

mikroorganisme tersebut tumbuh pada konsentrasi NaCl antara 0,5 dan

2,5 M

3. Halofile ekstrim yaitu mikroorganisme yang menerima dapat tumbuh

pada konsentrasi NaCl diatas 2,5 M


11

Bakteri halophile dibedakan atas 3 kategori dalam fungsi konsentrasi

akan NaCl yang dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan yang maksimum:

A. Bakteri Halofile Rendah

Sebagian besar Eubakteria halofil rendah memiliki tipe matabolisme aerobi

chimioorganotrof, dapat ditemukan di laut dangkal dan dalam.

Genus yang paling representatif adalah:

- Vibro

- Pseudomonas

- Flavobacterium

Suatu sifat utama bakteri laut adalah ketidak mampuan tumbuh dan

berkembang pada ketiadaan NaCl. Tuntutannya akan Na+ adalah spesifik

untuk pertumbuhan untuk transport substrak. Selain dari Na+ bakteri

halophile juga membutuhkan ion K+, Mg+ dan Ca+ dalam konsentrasi yang

lebih tinggi dibandingkan dari bakteri yang hidup di darat atau bakteri air

tawar (Korngold dan Kushner 1986). Seringkali bakteri kelompok ini

akhirnya memperlihatkan karakter berupa lisis dalam lingkungan hypotonis.

Secara umum spesies halofile rendah dan moderat adalah tercakup dalam

Eubacteria.

B. Bakteri Halophile Ekstrim

Prokariot halophile ekstream diwakili dari kelompok Arachaebacteria

halofil dengan 1 (satu) familia yaitu Halobacteriacea yang mengandung

Guanin + Citosin yang tinggi. Memiliki 6 (enam) genus yaitu :

- Halobacterium

- Halococcus
12

- Haloarcula

- Haloaferax

- Nitrobacterium

- Nitromonococcus

Kelompok yang memiliki warna merah pada media oleh karena

kemampuannya memproduksi C5- karotein (bacterioruberina) dan

membutuhkan yang tinggi akan ion Mg++ mengandung protein dan lemak

yang bersifat asam.

C. Bakteri Halofil Moderat

Kebutuhan ion Na+ untuk perumbuhan dan transport membrane pada

bakteri halofil moderat. Na+ dibutuhkan untuk transport dan oksidasi substrat

serta retensi dari solute intraseluler. Hal ini Nampak pada:

1. Vibrio costicola yang mengakmulasi asam L-amino iso butirat (AIB)

oleh transport aktif yang bergantung pada ion Na+

2. Alteromonas haloplanktis kebutuhan Na+ untuk transport tidak

bergantung padanya untuk pembentukan energi

3. Pseudomonadaceae laut, ion Na+ diperlukan pada transport dari

fruktosa dan amino iso butirat, demikian pula untuk oksidasi alanine

4. Pseudomonas doudoroffii dan Vibrio algolyniticus membutuhkan

secara spesifik akan Na+ untuk transport berbagai substrat yang

dicobakan

5. Delaya aesta, Na+ dibutuhkan untuk transport dari 8-11 metabolit

yang diberikan untuk mengaktifkan NADH- quinon oxyreduktase.


13

6. Alteromonas haloplanktis, akumulasi nutrient dalam sel hanya dapat

terjadi oleh adanya ion K-+ dalam medium

II.2.5 Pengelompokan Bakteri Dalam sedimen Laut

Dekomposisi bahan-bahan organic biogen dan antropogen menjadi

produk anorganik disebut sebagai Mineralisasi, yang terutama terjadi melalui

oksidasi mikroba. Kekhususan dari tipe proses fisiologis dari setiap kelompok

mikroorganisme penghuninya didasarkan pada type molekul yang dapat

digunakan sebagai akseptor akhir hydrogen atau electron. Diketahui ada 2 type

metabolism yaitu :

1. Proses respirasi dimana electron dihasilkan oleh dehydrogenase substrat

dipindahkan pada akseptor electron organic (terutama O2, Nitrat, Sulfat

dan Carbonat)

2. Proses fermentasi dimana substarat organic berperan sebagai donor dan

sebagai akseptor electron tanpa interfensi dari suatu akseptor exogen.

Bakteri anaerob menggunakan system metabolism berbeda-beda berdasarkan

akseptor electron yang digunakan. Sebagian besar strain bakteri mampu

melibatkan dalam proses mineralisasi bahan organic ketiadaan cahaya dan

oksigen, sehingga dibedakan atas:

- Bakteri Fermentatif

- Bakteri Denitrifikasi

- Bakteri Sulfato-reduktris

II.2.5.1 Bakteri Fermentatif

Bakteri Fermentatif merupakan bakteri pad proses metabolisnya

melibatkan suatu senyawa organic sebagai akseptor electron, tipe


14

mikroorganisme yang dapat melakukan proses ini dapat berasal dari kelompok

anaerobi fakultatif dan anaerobi obligat. Bakteri fermentative anaerobi obligat

memperlihatkan potensial katabolisme bervariasi dibandingkan bakteri

fermentative anaerobi obligat memperlihatkan potensial katabolisme bervariasi

dibandingkan bakteri fermentative anaerobi fakultatif beberapa strain

diantarannya dapat mendegradasi alcohol, asam organic, asam amino, purin atau

pirimidin sedangkan karbohidrat terutama glukosa merupakan substrat yang

digemari untuk fermentasi.

Jalur Fermentatif utama dalam Sedimentasi Laut maupun pesisir:

- Fermentasi etanol: dimana piruvat dikonversi menjadi etanol dan gas

karbon, dilakukan oleh sejumlah yeast dan sebagaian kecil jenis bakteri

(Zymomonas mobilis)

- Fermentasi Laktat : disebut homolaktat bila laktat adalah satu-satunya

metabolit yang dibentuk (Lactobacillus casei) dan heterolaktat bilamana

ada produksi sampingan etanol dan gas karbon ( Bifidobacterium

bifidum)

- Fermentasi asetat : dengan asetat sering disertai gas karbon dan hydrogen

molekuler sebagai produk akhir terbesar ( Clostridium aceticum)

- Fermentasi propionate: yang mana propionat adalah suatu metabolit final

(Bacteroides ruminicola, Propionibacterium pentosaceum)

- Fermentasi butirat; yang mana metabolit final terbesar adalah butirat

(Clostridium butyricum, Butyrivibrio fibrisolvens)

- Fermentasi campuran; dengan akumulasi suatu campuran asam organic,

etanol, hydrogen molekuler dan gas karbon yang mana proporsi masing-
15

masing bervariasi tergantung spesies bakteri (Ruminococcus albus,

Clostridium locheadii).

Dalam lingkungan anoksik, populasi bakteri fermentative yang terlibat

dimana menempati urutan pertama dalam mineralisasi dengan menghidrolisa

bahan partikel dan dengan memfermentasi senyawa yang diperoleh. Sebagai

mata rantai pertama dari rantai makanan detritus anaerob, bakteri fermentative

memainkan peranan yang sama dalam berbagai ekosistem mikroba anoksik baik

dalam sediment laut.

II.2.5.2 Bakteri Denitrifikasi

Denitrifikasi dapat didefinisikan sebagai reduksi dissimilasi nitrat (NO 3-)

menjadi produk gas: Oksid nitrat (N 2O) dan nitrogen molekuler (N2) merupakan

suatu proses respirasi anaerobi dimana nitrat digunakan sebagai akseptor electron

terminal.

Dalam sedimen, jumlah bakteri denitrifikasi mencapai antara 105 sampai

1010 bakteri per gram sedimen kering. Jenis bakteri yang paling banyak dikenal

dalam proses denitrifikasi yaitu yang tergolong dalam genus Pseudomonas.

II.2.5.3 Bakteri Sulfat-Reduksi

Bakteri sulfat-reduksi merupakan bakteri yang dapat melakukan

dissimilasi sulfat, prosesnya disebut juga respirasi sulfat. Sulfat digunakan

sebagai akseptor electron terminal. Sejumlah kecil sulfur reduksi diassimilasi,

sebenarnya hamper seluruhnya dibebaskan ke dalam lingkungan, terutama dalam

bentuk hydrogen sulfur (H2S). Sebaliknya reduktasi asimilasi sufat merupakan


16

penggabungan atom sulfur dalam sulfoprotein. Proses ini dilakukan oleh

tanaman hijau, dan jamur.

Sejak tahun 1980 semua bakteri sulfato reduksi yang telah diisolasi oleh

para ahli tergolong kedalam 2 genera yaitu:

- Desulvovibrio, merupakan bakteri tidak bersporulasi

- Desulfotomaculum, untuk bakteri yang bersporulasi

Namun beberapa tahun terakhir ini isolasi berbagai starai baru bakteri

sulfato-reduksi oleh para ahli, berhasil ditemukan 7 genus baru yaitu :

- Desulfobacter

- Desulfobacterium

- Desulfobulbus

- Desulfococcus

- Desulfomonas

- Desulfonema

- Desulfosarcina
17

BAB 3

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini bahwa terjadinya pembagian atau

pengelompokan mikroorganisme laut tidak lepas dari factor-faktor lingkungan

sehingga mikroba yang memiliki pertumbuhan dan sifat fisiologi bisa bertumbuh

dan berkembang di suatu lokasi serta mendominasi lingkungan tersebut.


18

DAFTAR PUSTAKA

Austin B. 1993, Marine Microbilogy, Cambridge University Press

Sleigh M.A 1988, Microbe in the Sea, Ellis Horwood Limited

Presscott, Harley, and Klein, 2005 Microbiology 4 thedition, W.C Brown

publisher

Anda mungkin juga menyukai