Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PERLINGKUPAN

II.1 Deskripsi Kegiatan


Rencana Kegiatan Lingkungan (RKL) akan dibuka di daerah dataran tinggi
dengan ketinggian >600 Mdpl. Adapun tahapan kegiatan pembangunan dilakukan
melalui tiga tahap yaitu tahap pra konstruksi, konstruksi dan operasional. Uraian
masing-masing tahapan sebagai berikut;

II.1.1 Pra Konstruksi


a. Survei dan Penentuan Lokasi Bangunan
Di area calon lokasi terlebih dahulu dilakukan pengukuran untuk
mengetahui luas lahan yang akan digunakan, begitu juga dengan pengukuran jalan
akses dari desa menuju ke lokasi pembangunan. Selain itu juga dilakukan kegiatan
survei seperti melakukan pengumpulan data tentang komponen-komponen yang
ada di area tersebut.
Pembangunan kawasan pariwisata terletak di Desa/Kelurahan Kaballangan,
Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan dengan
letak 30 38’ 50’’ LS – 1190 36’ 58 BT. Untuk lebih jelasnya posisi geografis
pembangunan kawasan pariwisata disajikan pada Gambar-2.1.

Gambar-2.1 Peta rencana pembangunan proyek kawasan pariwisata


b. Pembebasan Lahan
Pembebasan lahan merupakan kegiatan lanjutan dari penentuan tapak
proyek, yaitu melakukan ganti-rugi lahan masyarakat yang nantinya masuk
kedalam area proyek. Pembebasan lahan ini tidak dilakukan sekaligus tapi secara
bertahap. Lahan yang dibebaskan yaitu:
a. Saluran air
b. Jalan akses menuju ke lokasi pembangunan
Lahan yang digunakan untuk pembangunan proyek merupakan tanah milik
pribadi dengan ditandai dengan adanya bukti berupa sertifikat kepemilikan tanah.
Selain itu akan dilakukan proses pembayaran ganti-rugi secara langung kepada
masyarakat yang lahannya terlibat kedalam area proyek. Dialog akan dilakukan
secara intensif sampai dicapai suatu kesepakatan harga.
Beberapa perlengkapan dan peralatan harus disiapkan terlebih dahulu
seperti, Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB) yang didapatkan di Dinas
Pemerintahan Daerah setempat. Selain itu beberapa bukti peraturan perundang-
undangan yang mendukung dalam pelaksanaan kegiatan harus diadakan terlebih
dahulu. Selain itu peralatan seperti alat-alat berat dan mesin juga harus disiapkan
supaya proses pembebasan dan pembabatan lahan dapat berjalan dengan lancar.
Kegiatan pada tahap pra-konstruksi ini akan menimbulkan dampak terhadap
lingkungan (khusus dampak sosial) yaitu pada proses pemersihan lahan dengan
menggunakan alat-alat besar dan mesin selama beberapa hari dikarenakan bunyi
dari alat tersebut sangat menggaggu masyarakat sekitar dan juga mobil truk yang
keluar masuk kelokasi dengan melalui perumahan warga akan membuat warga
semakin resah dan terganggu.

II.1.2 Konstruksi
a. Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
Mobilisasi tenaga kerja mencakup tenaga kerja yang didatangkan dari luar
lokasi maupun yang berasal dari sekitar lokasi proyek. Tenaga kerja yang
dominan adalah tenaga kerja yang digunakan khusus pada tahap konstruksi.
Tenaga kerja yang memang tidak memerlukan keahlian khusus, sebanyak
mungkin diambil dari penduduk lokal yang ada disekitar lokasi proyek. Jika
tenaga kerja lokal yang ada masih belum mencukupi, baru akan diambil tenaga
kerja dari luar lokasi. Klasifikasi dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan pada
saat konstruksi yang direncanakan dapat dilihat pada Tabel-2.1.

Tabel-2.1 Klasifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja pada Kegiatan


Pembangunan Kawasan Pariwisata

Jenis Pekerjaan/ Jumlah Pekerja


Posisi Lokal Nasional
Konstruksi Jalan Akses
Engineer - 2
Operator Alat Berat - 4
Supir 1 2
Mandor - 2
Buruh 8 2
Konstruksi Kolam Renang dan Waterway
Pengawas - 2
Engineer - 2
Security - 2
Buruh 10 8
Operator Alat Berat - 4
Konstruksi Pondok Penginapan
Pengawas - 2
Engineer - 2
Buruh 12 6
Supir 1 1
Operator Alat Berat - 3
Security - 2
Konstruksi Rumah Makan
Pengawas - 1
Engineer - 1
Operator Alat Berat - 2
Buruh 6 4
Security - 1
Konstruksi Bendung Waterfall
Pengawas - 1
Engineer - 1
Buruh 3 4
Operator Alat Berat - 2
Security - 1

b. Mobilisasi Material dan Peralatan


1) Material
Material merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam tahap konstruksi
maupun operasional. Uraian masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut.
a) Material batu, pasir, semen, kerikil dan sebagainya yang telah
didatangkan dari kota sebagai bahan baku pembangunan pondasi
bendung waterfall, kolam renang dan bendung waterway.
b) Waktu yang digunakan untuk membangun pondasi waterfall, kolam
renang dan bendung waterway adalah 3 bulan 15 hari, dikarenakan
ukuran bangunan yang relatif luas dan juga waktu pengantaran material
ke lokasi proyek mengalami keterlambatan selama beberapa hari.
c) Pembangunan jalan akses dilakukan setelah pondasi waterfall, kolam
renang dan bendung waterway selesai dan memakan waktu 2 bulan 24
hari. Dimana panjang dari waterway ini berjarak 6 km sampai di sungai
dekat pemukiman penduduk desa Kaballangan.
d) Setelah pembangunan jalan akses selesai, dilanjutkan pembangunan pada
konstruksi pondok penginapan dan rumah makan.
e) Material kayu (papan, balok, triplex dan sebagainya) juga didatangkan
dari kota sebagai bahan baku pembangunan pondok penginapan dan
rumah makan.
f) Waktu yang digunakan untuk membangun pondok penginapan dan
rumah makan adalah 3 bulan 2 hari, dikarenakan pondok penginapan
yang terbuat dari kayu dibangun sebanyak 6 buah dengan diameter 10x6
meter yang didalamnya terdapat 2 kamar, 1 wc, ruang tengah dan teras
depan. Sedangkan untuk pembangunan rumah makan yang juga terbuat
dari kayu dibangun sebanyak 2 buah dengan diameter 12x6 meter.
g) Untuk kebutuhan air untuk keperluan pencampuran semen, pencucian
alat dan juga untuk tahap operasional mendatang akan di pasangkan pipa
dan dipompa dari sungai Beinang yang ada di area lokasi pembangunan
lalu di simpan dalam banker dan tangki reservoir yang telah disediakan.
h) Sementara untuk memenuhi kebutuhan energi listrik selama proses
kontruksi maupun untuk tahap operasional mendatang, maka diperlukan
alat pembangkit tenaga listrik berupa genset sebanyak 5 buah. Konstruksi
proyek akan membutuhkan tenaga listrik sekitar 10.000 kVa. Peralatan
pembangkit listrik akan dipasang di setiap sudut batas lokasi
pembangunan serta jauh dari rumah penginapan. Tenaga listrik yang
dihasilkan akan didistribusikan ke lokasi konstruksi.

2) Peralatan
Peralatan merupakan suatu benda yang digunakan untuk mengerjakan
sesuatu dan juga memiliki fungsi yang berbeda di setiap alat tersebut. Jenis-jenis
peralatan yang akan digunakan untuk pembangunan kawasan pariwisata antara
lain adalah bulldozer, backhoe, dump truk dan tractor shovel. Untuk lebih
jelasnya peralatan pada kegiatan pembangunan kawasan pariwisata dapat dilihat
pada Tabel-2.2.
Tabel-2.2 Jenis peralatan yang digunakan

NO. PERALATAN KAPASITAS JUMLAH


Keperluan Umum
1. Bulldozer 11 ton 2
2. Backhoe 0.15 m3 1
3. Dump truk 4 ton 6
4. Tractor shovel whell 0.6 m3 1
5. Gerobak besi 100 kg 10
Untuk Lain-lain
1. Seng 1x4 meter 50 set
2. Ember - 20
3. Baskom - 15
4. Gergaji - 10
5. Tang - 10
6. Paku - 20 kg
7. Meteran 100 meter 10
8. Palu - 15
9. Senso - 3
10. Generator listrik 400 kVA 4
11. Tangki air 1.5 ton/hari 6
12. Water pump Ø 50 4 kW 3
13. Simple cable crane 3 ton 1
14. Linggis - 5
15. Cangkul - 10

Kegiatan pembangunan proyek kawasan pariwisata tersebut dilakukan


dengan menggunakan alat-alat berat seperti excavator, trailer, truk dan lain-lain,
sehingga pengoperasian alat berat tersebut mempunyai potensi dampak pada
komponen lingkungan fisik seperti:
1. Kebisingan mesin besar yang digunakan dalam bekerja tentu juga akan
menghasilkan kebisingan suara yang besar, sehingga hal tersebut tentu sangat
mengganggu masyarakat yang tinggal disekitar area pembangunan tersebut.
2. Pencemaran udara yang dihasilkan oleh mesin alat berat seperti debu dan asap
merupakan sumber pencemaran udara. Kegiatan masalah ini sudah pasti dialami,
namun dampak tersebut tidak akan memakan jangka waktu yang lama bila
dibandingkan dengan dampak positif yang akan didapatkan terkhusus kepada
masyarakat sekitar
3. Pencemaran tanah dan air Tumpahan oli dan solar serta bahan bakar lainnya
dapat mencemari tanah dan juga mencemari air, karena ketika hujan turun tentu
oli terserap oleh tanah permukaan juga terbawa oleh air menuju ke sungai.
4. Gangguan pada kondisi hidrologi Kalau air ini sudah tercemar maka kondisi
hidrologi terganggu. Ini dapat berdampak buruk bagi kelangsungan yang ada
didalamnya.
Maka dari itu, segala jenis kegiatan yang dilakukan pada tahap konstruksi
harus benar-benar hati-hati agar tidak terlalu mengganggu masyarakat yang ada di
area proyek.
II.1.3 Operasional
a. Operasional Pondok Penginapan
Terdapat 6 buah rumah penginapan yang akan di operasikan pada kawasan
pariwisata. Penginapan ini merupakan rumah panggung beralas papan, beratap
seng dan berdinding kayu ukir dan memiliki panjang 15 meter dan lebar yaitu 7
meter. Desain dari ke enam rumah penginapan tersebut sama dan tidak memiliki
perbedaan sedikitpun baik bagia luar maupun bagian dalam rumah penginapan.
Harga yang diberikan kepada wisatawan lokal maupun wisatawan luar
daerah tidaklah sama jumlahnya, dimana wisatawan lokal akan dikenakan biaya
sebesar Rp. 50.000 per malam dengan fasilitas yang memadai, sedangkan untuk
wisatawan luar daerah akan dikenakan biaya sebesar Rp. 100.000 per malam
dengan fasilitas yang memadai pula.
b. Operasional Rumah Makan
Rumah makan yang didirikan dikawasan pariwisata tersebut berjumlah 2
buah dengan ukuran dan desain yang sama pula. Rumah makan ini merupakan
rumah panggung yang beralas papan, beratap seng dan tidak memiliki dinding, hal
tersebut dikarenakan konsumen atau wisatawan lebih senang makan dan minum di
daerah yang terbuka sambil menikmati langsung keindahan alam bila
dibandingkan dengan berada didalam ruangan. Ada banyak menu makanan dan
minuman langsung dari hasil alam yang dapat disajikan di rumah makan ini
dengan harga yang relatif murah.
c. Operasional Kolam Renang
Kolam renang yang memiliki ukuran panjang 50 meter dan lebar 20 meter
dibangun tepat didepan pondok penginapan agar mereka bisa merasa nyaman dan
benar-benar menikmati kadaan tersebut dengan tidak adanya rasa bosan dan
sebagainya. Para wisatawan dapat memanjakan diri dengan berenang di kolam
renang tersebut tanpa dikenakan biaya sepeserpun, disebabkan biaya hanya
dikenakan pada saat baru masuk kedalam kawasan pariwisata dan juga biaya
penginapan.

II.2 Alternatif yang Dikaji dalam AMDAL


Alternatif lokasi telah dianalisis dan ditetapkan melalui kajian kelayakan
lokasi dan penggunaan teknologi yang digunakan sudah melalui berbagai uji coba
dan diterapkan di beberapa Negara. Dengan demikian kajian alternatif lokasi dan
teknologi tidak dianalisis dalam dokumen AMDAL ini.

II.3 Rona Umum Lingkungan Hidup Awal


Rona lingkungan disebut pula Environmental Setting atau Environmemtal
Baseline yang merupakan keadaan lingkungan sebelum proyek dibangun. Untuk
Studi Evaluasi (SEL) rona lingkungan dapat disebut sebagai keadaan lingkungan
sewaktu dilakukan penelitian atau survei. Selain itu juga merupakan gambaran
keadaan lingkungan di tempat proyek yang akan dibangun di daerah sekitarnya.
Rona lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia (pemukiman, pertanian
dan sebagainya). Adapun kegunaan rona lingkungan dalam proses pendugaan
lingkungan mempunyai dua kegunaan utama yaitu:
1. Pendugaan keadaan lingkungan dimasa yang akan datang tanpa proyek.
2. Keadaan lingkungan dimasa yang akan datang tanpa proyek.
Untuk dapat melakukan pendugaan ini diperlukan pemahaman mengenai
komponen-komponen lingkungan dan hubungan timbal balik antara komponen
tersebut. Untuk dapat mengetahui komponen tersebut dengan jelas maka harus
dilakukan survei secara langsung ke area pembangunan proyek seperti survei
komponen geo-fisik-kimia, komponen sosial-ekonomi-budaya dan komponen
biologi.
Berdasarkan aspek biologi, jenis-jenis biota hasil survei yang ada di area
proyek tersebut antara lain:
Tabel-2.3 Nama-nama komponen yang ada di wilayah pembangunan.
NO. NAMA BIOTA NAMA ILMIAH
1. Ayam Ghallus ghallus
2. Kambing Capra sp.
3. Sapi Bos sp.
4. Burung Aves
5. Nenas Ananas comosus
6. Mangga Mangifera indica L.
7. Tikus Rattus norvegicus
8. Kucing Felis catus
9. Kera Macaca Maura
10. Ular Piton Phyton reticulates
11. Ular Daun Cryptelytrops albolabris
12. Katak Rana cancrifora
13. Semut Hitam Dolichoderus thoracicus
14. Lebah Apis dorsata
15. Laron Macrotermes sp.
16. Lalat Sarcophaga sp.
17. Tupai Callosciurus notatus
18. Cacing Lumbricus terrestris
19. Kaki Seribu Trigoniulus corallines
20. Anjing Canis familiaris
21. Kumbang Coleopteran sp.
22. Jambu Biji Psidium guajava
23. Nangka Artocarpus integra
24. Jeruk Citrus sp.
25. Papaya Carica papaya L.
26. Kirinyuh Chromolaena odorata Kunth.
27. Anggrek Hutan Dendrobium sp.
28. Beringing Ficus benjamina
29. Jati Tectona grandis L.
30. Bunga Tasbih Canna indica L.
31. Lumut Briophyta
32. Cemara Gunung Casuarina equisetifolia
33. Cemara Norfolk Araucaria heterophylla
34. Rambutan Nephelium lappaceum L.
35. Mahoni Swietenia mahagoni L.
36. Belinjo Gnetum gnemon
37. Paku-pakuan Pteridophyta
38. Jamur Kayu Ganoderma applanatum
39. Benalu Loranthus sp.
40. Rumput Teki Cyperus rotundus L.
Usaha atau kegiatan yang akan dibangun di kawasan pariwisata ini dapat
dilihat dalam uraian Tabel-2.4 sebagai berikut.
Tabel-2.4 Jenis kegiatan pembangunan yang ada dikawasan pariwisata.
NO. JENIS BANGUNAN LUAS LAHAN JUMLAH
(ha)
1. Pondok Penginapan 20 ha 6
2. Rumah Makan 20 ha 2
3. Waterpark 15 ha 1
4. Bendung Waterfall 30 ha 1
5. Panjat Tebing 35 ha 1
6. Lokasi Camp 160 ha 1
7. Lahan Tak Terpakai 270 ha -
JUMLAH 550 ha 12

Kegiatan tersebut akan menimbulkan beberapa dampak yang mungkin


akan berpengaruh pada tingkat keanekaragaman hayati dan lingkungan. Adapun
dampak pada komponen mungkin juga terjadi berupa:
1. Adanya penurunan populasi vegetasi darat akibat kegiatan land clearing.
2. Gangguan dari pencemaran air permukaan.
3. Gangguan dari pencemaran tanah dan udara.
Maka dari itu, segala jenis kegiatan yang dilakukan harus benar hati-hati
agar tidak terlalu mengganggu masyarakat yang ada di area proyek.

II.4 Hasil Pelibatan Masyarakat


Berdasarkan hasil survei sekitar 30% masyarakat desa kaballangan tidak
menginginkan adanya pembangunan proyek di sebabkan oleh beberapa faktor:
1. Lahan yang akan digunakan sebagai jalan akses merupakan bagian dari lahan
perkebunan masyarakat.
2. Mengganggu kehidupan masyarakat sekitar.
3. Sumber air penduduk setempat berkurang dan tidak stabil.
4. Budaya yang kental akan memudar sedikit demi sedikit.
Namun sekitar 70% masyarakat desa kaballangan yang merespon dan
memberikan tanggapan baik apabila proyek tersebut dibangun, antara lain:
1. Dapat meningkatkan penghasilan masyarakat sekitar dari segi ekonomi.
2. Meningkatkan nama baik daerah di mata masyarakat luar.
3. Sebagai peluang untuk bekerja.
4. Dapat menikmati akhir pekan tanpa harus keluar daerah dengan
mengeluarkan biaya yang relatif tinggi.

II.5 Dampak Penting Hipotetik (DPH)


Hipotetik atau hipotesa merupakan kesimpulan sementara dari hasil survey.
Apabila dilihat dari aspek biologi, sosial dan budaya, lebih dari 30% masyarakat
desa kaballangan yang tidak setuju dengan adanya pembangunan proyek tersebut.
Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Aspek biologi
Menurut masyarakat sekitar lokasi proyek apabila pembangun tersebut
dilaksanakan maka keasrian hutan lebat akan hilang begitupun dengan lumut hijau
yang mendominasi kawasan tersebut. Selain itu biota yang hidup akan merasa
terganggu sehingga perlahan akan hilang untuk mencari tempat yang baru.
2. Aspek sosial dan budaya
Masyarakat desa kaballangan sangatlah menjunjung tinggi nilai sosial dan
budaya seperti gotong royong dan tradisi yang ada, apabila kawasan pariwisata
tersebut laris dan banyak pengunjung disetiap harinya tentu akan banyak pengaruh
dari para wisatawan luar terhadap masyarakat setempat. Misalnya dari segi
pakaian, tingkah laku, bahasa dan sebagainya akan membuat kaum muda mereka
perlahan meninggalkan tradisi leluhurnya dan pada akhirnya akan benar-benar
hilang. Selain itu kegiatan-kegiatan sosial juga perlahan akan memudar
disebabkan banyaknya tiruan yang datang dari luar.
BAB III
EVALUASI DAMPAK PENTING HIPOTETIK

1. Tahap Prakontruksi
Dampak hipotetik yang mungkin muncul yaitu dampak sosial dan ekonomi
karena dalam pembebasan lahan perlu perizinan kepada masyarakat mengenai
jalan akses menuju ke lokasi dan penggunaan air yang bearasal dari sumber air
yang sama dengan masyarakat. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan
tersebut akan diberi kompensasi kepada masyarakat dan akan dibangun
bendungan yang alirannya akan tergai dua yaitu sebagian ke masyarakat dan
sebagian ke tempat wisata.
2. Tahap Kontruksi
a. Mobilisasi alat berat
Menciptakan kebisingan dan penurunan kualitas udara. Solusi yaitu
mobilisasi alat berat sebaiknya pada dini hari.
b. Mobilisasi tenaga kerja
Mobilisasi tenaga kerja baik masysrakat lokal maupun dari luar direkrut
sebagai tenaga kerja dalam kontruksi akan membangun tempat tinggal sementara
sehingga banyak limbah domestik yang dihasilkan. Solusinya yaitu tidak
membuang sampah sembarangan dan dibuatkan penampungan sampah.
c. Pembangunan fasilitas
Pembangunan fasilitas akan menghilangkan vegetasi sehingga ketika
vegetasi hilang maka fauna juga akan hilang karena kehilangan tempat tinggal.
Luas total lahan yang akan digunakan yaitu 550 ha dimana 280 ha untuk
pembangunan fasilitas dan 270 ha untuk lahan tak terpakai. Solusi penghilangan
vegetasi bukan menggundulkan vegetasi tetapi setiap bangunan yang didirikan
tetap memiliki pohon di sekitarnya dan 270 ha lahan tak terpakai tetap dipelihara
floranya dengan penataan yang baik.
d. Kebisingan dan pencemaran udara
Kebisingan dan pencemaran udara tidak dianggap sebagai dampak penting
karena kontruksi jauh dari pemukiman warga dan masih banyak tanaman yang
dapat menyerap residu pencemaran udara.
3. Tahap Operasional
a. Penerimaan tenaga kerja
Dampaknya yaitu masuknya orang baru dan menetap di daerah wisata
tersebut dan memungkinkan masuknya penyakitnya dari luar dan dihasilkan
limbah organik dan anorganik. Oleh karena itu solusinya yaitu tenaga kerja yang
diterima hanya masyarakat lokal.
b. Pemeliharaan kawasan pembangunan
Karena adanya pondok penginapan membutuhkan sumber air untuk
mengaliri kamar mandi dan saluran pembuangan air. Tidak menjadi sangat
penting karena sumber air berasal dari bendungan yang telah dibuat dan saluran
pembuangan air sesuai dengan standar.
c. Rumah makan
Mengahasilkan limbah domestik dan menjadi dampak yang sangat penting.
Solusi yaitu dibuatkan tempat pembuangan.
d. Waterpark
Pergantian air kolam dilakukan satu kali dalam seminggu. Pada umumnya
banyak kolam renang yang menggunakan bahan kimia seperti kaporit. Akan tetapi
para pengelola kolam renang, mengguna-kan zat-zat kimia tersebut tanpa
mengetahui takaran yang pas. Selain dari penambahan kaporit yang melebihi
ambang batas, polutan yang terkandung dalam air kolam renang berasal dari
orang-orang yang berenang di dalamnya, yaitu berasal dari keringat, ludah, urin,
dll. Maka diperlukan pengolahan air yang baik dan aman. Telah dilakukan
pengembangan metode elektrokimia untuk sensor dan pemisahan secara
elektrokimia. Salah satu pemisahan secara elektrokimia yang baik dan aman
adalah dengan metode elektrokoagulasi.

Anda mungkin juga menyukai