Anda di halaman 1dari 8

Bentos

Bentos adalah organisme-organisme yang hidup pada dasar perairan (Ramli,


1989). Menurut Odum (1993) bentos adalah organisme yang melekat atau
beristirahat pada dasar atau hidup di dasar endapan. Beberapa contoh bentos
antara lain kerang, bulu babi, bintang laut, cambuk laut, terumbu karang dan
lain-lain. Beberapa jenis benthos di atas tidak hanya ditemukan di lingkungan
pesisir dimana ada cahaya, namun beberapa diantaranya juga telah ditemukan
di laut dalam dimana tidak terdapat cahaya sedikitpun. Berdasarkan ukurannya,
hewan bentos yang tersaring dengan saringan bentos berukuran 0,5 mm disebut
makrobentos (Setyobudiandi, 1997).

Bentos merupakan salah satu kelompok organisme yang berperan penting


dalam ekosistem laut. Berbagai jenis hewan (zoobentos) dan tumbuhan
(fitobentos) yang hidup di dasar perairan tergolong dalam kelompok organisme
ini. Berdasarkan ukurannya, bentos dibagi menjadi 3 (Mare, 1942; Coull dan
Wales 1983 dalam Knox, 2001), yaitu : mikrobentos (< 500 m), meiobentos
(500-1000 m) dan makrobentos (>1000 m). Dengan demikian, tumbuhan
yang berukuran besar dan hidup di dasar perairan disebut makrofitobentos dan
hewan berukuran besar yang hidup di dasar perairan disebut makrozoobentos
(Knox, 2001).

Makrozoobentos

Makrozoobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem


perairan sehubungan dengan peranannya sebagai organisme kunci dalam jaring
makanan. Selain itu tingkat keanekaragaman yang terdapat di lingkungan
perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran. Dengan adanya
kelompok bentos yang hidup menetap (sesile) dan daya adaptasi bervariasi
terhadap kondisi lingkungan, membuat hewan bentos seringkali digunakan
sebagai petunjuk bagi penilaian kualitas air.

Zoobentos adalah hewan yang melekat atau beristirahat pada dasar atau hidup
di dasar endapan (Odum, 1993). Hewan ini merupakan organisme kunci dalam
jaring makanan karena dalam sistem perairan berfungsi sebagai pedator,
suspension feeder, detritivor, scavenger dan parasit.

Salah satu kelompok penting dalam ekosistem perairan. Pada umumnya mereka
hidup sebagai suspension feeder, pemakan detritus, karnivor atau sebagai

pemakan plankton. Berdasarkan cara makannya, makrobentos dikelompokkan


menjadi 2.

Filter feeder, yaitu hewan bentos yang mengambil makanan dengan menyaring
air.
Deposit feeder, yaitu hewan bentos yang mengambil makanan dalam substrat
dasar.
Kelompok pemakan bahan tersuspensi (filter feeder) umumnya tedapat dominan
disubstrat berpasir misalnya moluska-bivalva, beberapa jenis echinodermata dan
crustacea. Sedangkan pemakan deposit banyak tedapat pada substrat
berlumpur seperti jenis polychaeta.

Berdasarkan keberadaannya di perairan, makrobentos digolongkan menjadi


kelompok epifauna, yaitu hewan bentos yang hidup melekat pada permukaan
dasar perairan, sedangkan hewan bentos yang hidup didalam dasar perairan
disebut infauna. Tidak semua hewan dasar hidup selamanya sebagai bentos
pada stadia lanjut dalam siklus hidupnya. Hewan bentos yang mendiami daerah
dasar misalnya, kelas polychaeta, echinodermata dan moluska mempunyai
stadium larva yang seringkali ikut terambil pada saat melakukan pengambilan
contoh plankton.

Komunitas bentos dapat juga dibedakan berdasarkan pergerakannya, yaitu


kelompok hewan bentos yang hidupnya menetap (bentos sesile), dan hewan
bentos yang hidupnya berpindah-pindah (motile). Hewan bentos yang hidup
sesile seringkali digunakan sebagai indikator kondisi perairan (Setyobudiandi,
1997).

Distribusi bentos dalam ekonomi perairan alam mempunyai peranan penting dari
segi aspek kualitatif dan kuantitatif. Untuk distribusi kualitatif, keadaan jenis
dasar berbeda terdapat aksi gelombang dan modifikasi lain yang membawa
keanekaragaman fauna pada zona litoral. Zona litoral mendukung banyak jumlah
keanekaragaman fauna yang lebih besar daripada zona sublitoral dan profundal.
Populasi litoral dan sublitoral, khususnya bentuk mikroskopik. Terdapat banyak
serangga dan moluska, dua kelompok ini biasanya sebanyak 70% atau lebih dari
jumlah komponen spesies yang ada. Dengan peningkatan kedalaman yang
melebihi zona litoral, jumlah spesies bentik biasanya berkurang. Pengaruh
perbedaan jenis substrat dasar dimodifikasi oleh massa alga filamen yang
menutupi luas area. Substrat dasar lumpur sering digambarkan sebagai
pendukung jumlah spesies (Welch, 1952).

Lingkungan ekstrem bukan berarti tidak ada kehidupan. Hasil pengamatan


dengan kapal selam Shinkai 6500 tahun 1995 pada kedalaman 6.500 meter di
Palung Jepang menunjukkan adanya hewan bentos yaitu moluska (kerang)
echinodermata (bintang laut, bintang mengular, tripang), coelenterata (anemon,
gorgonia), dan cacing laut (Polychaeta).

Deposit-feeder dan scavenger yang memakan endapan (partikel sedimen) dan


bangkai. Misalnya Echinodermata (tripang, bintang laut), siput, cacing laut.
Hewan tersebut merupakan pembersih laut karena mempercepat proses
penguraian bangkai hewan laut maupun sampah di laut. Hewan penyaring air
(filter-feeder) dan partikel terlarut sepertti kerang (Bivalvia) dan Pogonophora
(hewan dalam tabung) juga merupakan biota yang hidup di laut dalam.

Bentos di laut Dalam

Beberapa hewan benthos di laut dalam biasanya tidak memiliki mata. Mereka
umumnya banyak yang merupakan hewan tingkat rendah atau avertebrata dan
hanya sedikit sekali yang merupakan hewan tingkat tinggi atau vertebrata.
Hewan moluska seperti kerang dan siput tidak memiliki organ yang banyak terisi
gas, karena seluruh jaringannya rapat dan padat. Jadi, saat diangkat ke
permukaan hewan tersebut tidak pecah tapi laju metabolismenya turun.

Dari pengalaman ekspedisi Galathea diketahui bahwa khususnya benthos yang


hidup di laut dalam adalah teripang (Holothuroidea). Hewan ini merupakan
hewan yang paling dominan hidup di dasar laut dalam. Kelangkaan sumber
makanan di dasar laut dalam memang tidak dapat menunjang kehadiran hewanhewan pemangsa. Hanya hewan-hewan pemakan detritus atau pemakan
partikel-partikel organik di dasar seperti teripang yang paling cocok dalam
lingkungan dasar laut dalam.

Di samping itu, di laut dalam juga ditemukan hewan karang atau koral. Karang
laut dalam mampu hidup hingga kedalaman 2.000 meter dengan suhu yang
sangat dingin yakni hingga 4C. Di samping itu, karena tidak tersedia sinar
matahari maka tidak ditemukan zooxanthellae yang bersimbiosis dalam tubuh

koral tersebut. Sumber energinya diduga diperoleh dari bahan-bahan yang


terbawa arus atau plankton-plankton mati yang tenggelam.

Sumber Makanan Bentos

Sumber makanan utama bagi bentos adalah plankton dan organik air hujan dari
daratan. Kedalaman air, suhu dan salinitas, dan jenis substrat lokal semua
mempengaruhi apa bentos hadir. Pada perairan pantai dan tempat-tempat lain di
mana cahaya mencapai bagian bawah, benthic photosynthesizing diatom dapat
berkembang biak. Penyaring pengumpan, seperti spons dan pelecypods,
mendominasi keras, dasar berpasir. Pemakan deposit, seperti polychaetes,
mengisi dasar lembut. Ikan, bintang laut, siput, cephalopods, dan udangudangan penting predator dan pemulung. Benthic organisme, seperti bintang
laut, kerang, kerang, teripang, bintang rapuh dan anemon laut, memainkan
peran penting sebagai sumber makanan bagi ikan dan manusia.Wilayah perairan
merupakan media yang rentan terhadap pencemaran. Berbagai jenis pencemar
baik yang berasal dari sumber perumahan, industri, gejala alam, dan lainnya
banyak memasuki badan air. Setelah terakumulasi maka secara langsung
ataupun tidak langsung pencemar tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas
air.

Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya


berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang.
Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah Crustacea,
Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida. Klasifikasi
benthos menurut ukurannya : Makrobenthos merupakan benthos yang memiliki
ukuran lebih besar dari 1 mm (0.04 inch), contohnya cacing, pelecypod,
anthozoa, echinodermata, sponge, ascidian, and crustacea. Meiobenthos
merupakan benthos yang memiliki ukuran antara 0.1 1 mm, contohnya
polychaete, pelecypoda, copepoda, ostracoda, cumaceans, nematoda,
turbellaria, dan foraminifera. Mikrobenthos merupakan benthos yang memiliki
ukuran lebih kecil dari 0.1 mm, contohnya bacteri, diatom, ciliata, amoeba, dan
flagellata.

Faktor-faktor Yang Mempegaruhi Keberadaan Bentos

Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh


berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang
berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber
makanan bagi hewan bentos dan interaksi spesies serta pola siklus hidup dari
masing-masing spesies dalam komunitas. Adapun faktor abiotik adalah fisikakimia air yang diantaranya: suhu, arus, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen
biologi (BOD) dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan
substrat dasar. Makrozoobentos dapat bersifat toleran maupun bersifat sensitif
terhadap perubahan lingkungan. Organisme yang memiliki kisaran toleransi
yang luas akan memiliki penyebaran yang luas juga. Sebaliknya organisme yang
kisaran toleransinya sempit (sensitif) maka penyebarannya juga sempit.
Makrozoobenthos yang memiliki toleran lebih tinggi maka tingkat kelangsungan
hidupnya akan semakin tinggi. Tingkat pencemaran terhadap perairan dapat
dilihat dengan identifikasi makrozoobenthos yang terdapat di wilayah tersebut.

Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh


berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang
berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber
makanan bagi hewan bentos. Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang
diantaranya: suhu, arus, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD)
dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan substrat
dasar.

Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya


berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang
(Kendeigh, 1980; Odum 1993; Rosenberg dan Resh, 1993). Hewan ini
memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses
dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan (Lind,
1985), serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan (Odum,
1993).

Berdasarkan ukurannya, zoobentos dapat digolongkan ke dalam kelompok


zoobentos mikroskopik atau mikrozoobentos dan zoobentos makroskopik yang
disebut juga dengan makrozoobentos. Menurut Cummins (1975),
makrozoobentos dapat mencapai ukuran tubuh sekurang-kurangnya 3 5 mm
pada saat pertumbuhan maksimum. APHA (1992) menyatakan bahwa
makrozoobentos dapat ditahan dengan saringan No. 30 Standar Amerika.
Selanjutnya Slack et all. (1973) dalam Rosenberg and Resh (1993) menyatakan
bahwa makrozoobentos merupakan organisme yang tertahan pada saringan
yang berukuran besar dan sama dengan 200 sampai 500 mikrometer.

Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea,


Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida (Cummins,
1975). Taksa-taksa tersebut mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam
komunitas perairan karena sebagian dari padanya menempati tingkatan trofik
kedua ataupun ketiga. Sedangkan sebagian yang lain mempunyai peranan yang
penting di dalam proses mineralisasi dan pendaurulangan bahan-bahan organik,
baik yang berasal dari perairan maupun dari daratan (Janto et all., 1981 dalam
Nurifdinsyah, 1993).

Metode Pengambilan Bentos

Pengambilan makrozoobentos di laut menggunakan alat ekman grab yang


berukuran 0,15 x 0,15 m. Pengeruk Ekman secara khusus cocok untuk
pengambilan sampel dasar yang lunak dan berlumpur. Pengeruk Ekman ini
adalah alat standart yang digunakan secara luas untuk studi kuantitatif dasar
lunak. Badan pengeruk adalah suatu kotak bujur sangkar atau segi empat.
Pembukaan yang lebih rendah ditutup dengan sepasang gigi mirip sekop, yang
digerakkan oleh per. Bila menutup gigi-gigi akan menutup kotak secara rapat
dan bila ditarik terpisah, keseluruhan dasar kotak akan terbuka. Pengeruk
diturunkan dengan gigi-gigi dibiarkan terbuka, pada saat mencapai dasar,
sebuah pemberat diturunkan. Ini akan melepaskan per yang memegang gigi-gigi
terbuka. Gigi-gigi akan menutup, dan selama proses ini bahan dasar diserok
dengan gigi-gigi itu. Kotak pengeruk dibuat dengan ukuran khusus sedemikian,
sehingga daerah dasar yang diketahui dapat diambil sampelnya (Michael, 1995).

Cara penanganan sampel makrobentos

Sampel dari masing-masing substrat berikut hewan makrozoobentos yang


terdapat dalam alat keruk Ekman ditumpahkan ke dalam ember berisi air.
Substrat disaring dengan menggunakan saringan yang mempunyai lebar lubang
dengan ukuran 0,5 mm.
Material yang tertinggal disortir dengan tangan dan makrozoobentos yang
ditemukan ditampung dalam botol kemudian diberi alkohol 70%
Identifikasi makrozoobentos di laboratorium Biologi dengan menggunakan buku
panduan Taksonomi Hewan dan Zoologi Invertebrata.

Habitat Bentos

Bentos hidup di dasar perairan, hidupnya ada yang melekat pada permukaan
dasar perairan dan juga ada yang hidup di dalam dasar perairan. Hewan bentos
hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas
lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya.
Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktorfaktor lingkungan dari waktu ke waktu karena hewan bentos terus menerus
terbawa oleh air yang kualitasnya berubah-ubah (Oey, et al1., 1978). Diantara
hewan bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan
lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok
invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos
(Rosenberg dan Resh, 1993).

Sistem Reproduksi Hewan Bentos

Sistem reproduksi hewan bentos seperti moluska umumnya terjadi melalui


fertilisasi eksternal. Namun, beberapa spesies diketahui melakukan pembuahan
melalui fertilisasi internal. Moluska umumnya memiliki sepasang gonad atau
sepasang organ reproduksi akan tetapi hanya satu gonad saja yang berkembang.
Pada gastropoda, salah satu dari sepasang gonad akan menghilang dan gonad
yang lainnya akan menggulung bersama dengan massa visceral. Saluran gonad
selalu berkembang dari nefridium kanan. Jika nefridium kanan masih berfungsi
untuk membawa hasil ekskresi seperti ditemukan pada ordo Archaeogastropoda,
maka saluran gonad tersebut dikenal dengan nama saluran urogenitalia karena
bersama-sama digunakan untuk mengeluarkan urine dan gamet. Sebagian besar
gastropoda memiliki organ kelamin jantan dan betina yang terpisah (dioecious).
Adapula individu yang bersifat hermafrodit (dimana organ kelamin jantan dan
betina berada dalam satu individu). Namun hanya satu gonad saja (ovotestis)
yang masih tersisa (Brusca, 2002).

Pada kebanyakan gastropoda, sistem reproduksi terisolasi dimana organ


reproduksi betina dilengkapi dengan silia atau struktur serupa tabung yang
membentuk vagina dan oviduk (pallial duct). Tabung tersebut berkembang ke
arah dalam dari dinding mantel dan berhubungan dengan saluran genital.
Oviduk dapat pula terspesialisasi membentuk kantong penyimpan sperma atau
saluran untuk mengeluarkan telur. Sebuah kantung yang disebut seminal

receptacle terletak di sekitar ovarium pada akhir saluran oviduk. Telur akan
dibuahi di kantung ini sebelum memasuki saluran sekretori oviduk yang panjang.
Pada gastropoda betina, juga ditemukan semacam kantung untuk kopulasi
(copulatory bursa) yang terletak pada akhir saluran oviduk dimana sperma
diterima saat terjadi perkawinan (mating). Sperma yang masuk akan melalui
sebuah saluran sempit bersilia dalam oviduk dan tiba di seminal receptacle
dimana akan terjadi fertilisasi internal. Kelenjar sekretori pada oviduk mengalami
modifikasi membentuk kelenjar yang menghasilkan albumin dan sebuah kelenjar
mukosa. Kebanyakan gastropoda dari Subkelas Opistobranchia mengeluarkan
telur yang telah dibuahi ke lingkungan perairan dan meletakkannya pada
struktur seperti jelly yang terbuat dari mukopolisakarida atau semacam
serabut/benang-benang yang sangat halus yang dihasilkan oleh kelenjar
sekretori (Brusca, 2002).

Pada gastropoda yang memproduksi selubung, kapsul atau cangkang telur,


individu jantan umumnya memiliki penis sebagai alat untuk mentransfer sperma
(spermatofor). Fertilisasi internal kemudian terjadi sebelum selubung telur
terbentuk. Penis gastropoda berasal dari dinding tubuh yang berkembang
memanjang dan muncul dibelakang tentakel kepala bagian kanan. Saluran
genital jantan disebut vas deferens termasuk kelenjar prostat yang berfungsi
menghasilkan cairan semen (seminal). Pada kebanyakan moluska, daerah awal
dari saluran oviduk berfungsi sebagai tempat untuk menampung atau menimpan
sperma yang disebut juga seminal vesicle (Brusca, 2002).

Anda mungkin juga menyukai