Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I.
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ekosistem perairan yang ada di indonesia terdiri dari ekosistem sungai,
ekosistem laut, dan ekosistem danau. Ekosistem yang termasuk ekosistem air
tenang adalah danau sedangkan laut dan sungai termasuk ekosistem air mengalir
atau tidak tenang. Didalam ekosistem tersebut terdapat tumbuh-tumbuhan dan
hhidup berbagai macam organisme yang berukuran mikro maupun makro.
Ekosistem yang ada merupakan Suatu bentuk ekositem yang mempunyai peran
penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air
(catchment area) bagi daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu perairan sangat
dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan disekitarnya.
Sebagai suatu ekosistem, perairan mempunyai berbagai komponen biotik dan
abiotik yang saling berinteraksi membentuk suatu jalinan fungsional yang saling
mempengaruhi. Komponen pada ekosistem sungai akan terintegrasi satu sama
lainnya membentuk suatu aliran energi yang akan mendukung stabilitas ekosisten
tersebut.

Bentos merupakan organisme perairan yang keberadaannya dapat


dijadikan indikator perubahan kualitas biologi perairan sungai (Canter dan Hills,
1979). Hal ini disebabkan adanya respon yang berbeda terhadap suatu bahan
pencemar yang masuk dalam perairan sungai dan bersifat immobile (Hynes, 1974;
Hilsenshoff, 1977).

Menurut Fahrul (2007) bahwa bentos merupakan hewan yang hidup


didasar perairan atau dipermukaan dasar perairan. Berdasarkan ukuranya bentos
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu makro bentos, mesobentos dan mikrobentos.
Hewan yang hidup didasar dan ukuranya 3-5 mm termasuk dalam makrobentos.
Hewan yang berukuran 0,1 1 mm termasuk dalam mesobentos sedangkan yang
berukuran dibawah 0,1 mm termasuk dalam mikrobentos. Menurut Hawkes
(1979) bahwa peranan bentos diperairan sangat penting dan dalam penelitian
bentos berperan dalam menentukan indikator kualitas perairan karena sifat bentos
2

yang diam atau menetap dan tidak banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan
baik arus ataupun gelombang. Kehidupan bentos dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor. Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi kehidupan bentos
tersebut yaitu tipe sedimen, salinitas dan kedalaman (Sahala,1985).

Diantara bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap


perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok
invertebrate, dikenal dengan makrozoobenthos (Rosenberg, 1993).

Makrozoobenthos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus


hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali.
Hal ini membuat penulis mengangkat latar belakang supaya dapat memberi
pengetahuan kepada para pembaca agar bisa mengetahui bagaimana cara
pengambilan bentos yang baik sehingga bisa mengetahui kualitas suatu perairan.
lubang. Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti
dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki
perairan serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan.
Makrozoobenthos dapat bersifat toleran maupun bersifat sensitif terhadap
perubahan lingkungan. Organisme yang memiliki kisaran toleransi yang luas akan
memiliki penyebaran yang luas juga. Sebaliknya organisme yang kisaran
toleransinya sempit (sensitif) maka penyebarannyajuga sempit (Odum, 1993)

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk dapat mengetahui bagaimana cara
pengembilan bentos dan cara mengidentifikasi bentos yang ada di suatu perairan.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Benthos
Bentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik yang
sesil, merayap maupun menggali lubang. Bentos hidup di pasir, lumpur, batuan,
patahan karang atau karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman
mempengaruhi pola penyebaran dan morfologi fungsional serta tingkah laku
hewan bentik. Hal tersebut berkaitan dengan karakteristik serta jenis makanan
bentos.

Bentos adalah organisme yang hidup di dasar laut atau sungai baik yang
menempel pada pasir maupun lumpur. Beberapa contoh bentos antara lain kerang,
bulu babi, bintang laut, cambuk laut, terumbu karang dan lain-lain. Hewan bentos
hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas
lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya.
Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-
faktor lingkungan dari waktu ke waktu. karena hewan bentos terus menerus
terbawa oleh air yang kualitasnya berubah-ubah. Diantara hewan bentos yang
relatif mudah di identifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan
adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok
ini lebih dikenal dengan makrozoobentos.

Makrozoobentos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung


dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat
tinggi.Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang
berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber
makanan bagi hewan bentos. Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang
diantaranya: suhu sebagai stabilisator sehingga perbedaan suhu dalam air lebih
kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat dibandingkan di udara, arus dapat
mempengaruhi distribusi gas terlarut; garam dan makanan serta organisme dalam
air, oksigen terlarut (DO) berpengaruh terhadap fotosintesis organisme, kebutuhan
oksigen biologi (BOD) mempengaruhi respirasi organisme dalam air dan kimia
4

(COD), serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan substrat dasar. Hewan
bentos, terutama yang bersifat herbivor dan detritivor, dapat menghancurkan
makrofit akuatik yang hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam
perairan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, sehingga mempermudah
mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen perairan

2. Klasifikasi Bentos

-Klasifikasi Bentos menurut ukurannya :

a. Microfauna

Hewan yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0,1 mm. Contohnya bacteri,
diatom, ciliata, amoeba, dan flagellata.

b. Meiofauna

Merupakan benthos yang mempunyai ukuran antara o.1 mm sampai 1,0


mm. Contohnya nematoda, cepepoda, dan foraminifera.

c. Makrofauna

Merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih dari 1 mm(0.04 inch).


Contohnya cacing, annelida, molusca, sponge, dan crustacea.

- Berdasarkan Tempat Hidupnya Bentos Diklasifikasikana:

a. Epifauna

Adalah hewan yang hidupnya diatas permukaan dasar lautan. Contohnya,


kepiting, siput laut, dan bintang laut.

b. Infauna

Adalah hewan yang hidupnya dengan cara menggali lubang pada dasar
lautan.Contohnya cacing, tiram, macoma, dan remis.
5

3. Ciri-ciri Benthos

Benthos sendiri mempunyai berbagai ciri-ciri yang diantaranya menurut


Sudarjanti dan Wijarni (2006) adalah :

Mempunyai toleransi yang berbeda terhadap berbagai tipe pencemaran dan


mempunyai reaksi yang cepat.
Ditemukan melimpah di perairan, terutama di ekosistem sungai,
dipengaruhi oleh berbagai tipe polutan yang ada.
Mempunyai keanekaragaman yang tinggi dan mempunyai respon terhadap
lingkungan yang stress.
Hidup melekat didasar perairan.
Mempunyai siklus hidup yang panjang.

4. Peranan Bentos di Perairan

Bentos sebenarnya memiliki peranan yang penting dalam suatu ekosistem.


Berikut ini akan diuraikan pentingnya keberadaan bentos dalam suatu ekosistem:

Bentos berfungsi dalam proses rantai makananBentos merupakan bagian


penting dari rantai makanan, terutama untuk ikan. Banyak invertebrata
memakan alga dan bakteri, yang berada di ujung bawah rantai makanan.
Beberapa rusak dan makan daun dan bahan organik lainnya yang masuk
air. Karena kelimpahan mereka dan posisi sebagai "perantara" dalam rantai
makanan air, bentos memainkan peran penting dalam aliran alami energi
dan nutrisi. Invertebrata bentos yang sudah mati akan membusuk dan
kemudian meninggalkan nutrisi yang digunakan kembali oleh tanaman air
dan hewan lainnya dalam rantai makanan.
Bentos dapat digunakan untuk melihat kualitas air pada suatu
perairanTidak seperti ikan, bentos tidak bisa bergerak banyak sehingga
mereka kurang mampu menghindar dari efek sedimen dan polutan lain
yang mengurangi kualitas air. Oleh karena itu, bentos dapat memberikan
informasi mengenai kualitas air sungai dan kualitas air danau. siklus hidup
lama mereka memungkinkan penelitian yang dilakukan oleh ahli ekologi
6

akuatik untuk menentukan setiap penurunan kualitas lingkungan. Bentos


merupakan grup yang sangat beragam hewan air, dan sejumlah besar
spesies memiliki berbagai tanggapan terhadap stres seperti polutan
organik, sedimen, dan toxicants. bentik makroinvertebrata Banyak
berumur panjang, yang memungkinkan deteksi peristiwa masa lalu seperti
pencemaran tumpahan pestisida dan ilegal dumping.

5. Jenis Benthos di Perairan


1. Zoobentos.

Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya


berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang
(Odum, 1993). Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan
seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang
memasuki perairan (Lind disitasi Ardi, 2002), serta menduduki beberapa
tingkatan trofik dalam rantai makanan (Odum, 1993). Zoobentos membantu
mempercepat proses dekomposisi materi organik. Hewan bentos, terutama
yang bersifat herbivor dan detritivor, dapat menghancurkan makrofit akuatik
yang hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam perairan
menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, sehingga mempermudah
mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen perairan.

Berbagai jenis zoobentos ada yang berperan sebagai konsumen primer dan
ada pula yang berperan sebagai konsumen sekunder atau konsumen yang
menempati tempat yang lebih tinggi. Pada umumnya, zoobentos merupakan
makanan alami bagi ikan-ikan pemakan di dasar ("bottom feeder") (Pennak,
1978). Romimohtarto dan Sri (2001) mengatakan bahwa fauna bentik terdiri
dari lima kelompok, yaitu Mollusca, Polychaeta, Crustacea, Echinodermata
dan kelompok lain yang terdiri dari beberapa takson kecil seperti Sipunculidae
(owak-owak), Pogonophora dan lan-lain.Berbagai jenis zoobentos ada yang
berperan sebagai konsumen primer dan ada pula yang berperan sebagai
konsumen sekunder atau konsumen yang menempati tempat yang lebih tinggi.

Pada umumnya, zoobentos merupakan makanan alami bagi ikan-ikan


pemakan di dasar ("bottom feeder") Perubahan salinitas dan DO
7

mempengaruhi kehidupan biota perairan, termasuk komunitas


makroinvertebrata bentos (biota perairan yang tidak bertulang belakang yang
hidup di dasar sungai, berukuran > 1 mm). Nilai pH menunjukkan derajat
keasaman atau kebasaan suatu perairan. Toleransi organisme air terhadap pH
bervariasi. Hal ini tergantung, pada suhu air, oksigen terlarut dan adanya
berbagai anion dan kation serta jenis dan stadium organisme.Suhu air yang
tinggi dapat menambah daya racun senyawa-senyawa beracun seperti NO3,
NH3, dan NH3N terhadap hewan akuatik, serta dapat mempercepat kegiatan
metabolisme hewan akuatik.

Sumber utama senyawa ini berasal dari sampah dan limbah yang
mengandung bahan organik protein. Oksigen terlarut sangat penting bagi
pernafasan zoobentos dan organisme-organisme akuatik lainnya. Kelarutan
oksigen dipengaruhi oleh faktor suhu, pada suhu tinggi kelarutan oksigen
rendah dan pada suhu rendah kelarutan oksigen tinggi. Tiap-tiap spesies biota
akuatik mempunyai kisaran toleransi yang buerbeda-beda terhadap konsentrasi
oksigen terlarut di suatu perairan. Spesies yang mempunyai kisaran toleransi
lebar terhadap oksigen penyebarannya luas dan spesies yang mempunyai
kisaran toleransi sempit hanya terdapat di tempat-tempat tertentu saja.

Berdasarkan kandungan oksigen terlarut (DO), Kualitas perairan atas


empat yaitu; tidak tercemar (> 6,5 mg/l), tercemar ringan (4,5 6,5 mg/l),
tercemar sedang (2,0 4,4 mg/l) dan tercemar berat (< 2,0 mg/l). Cahaya
matahari merupakan sumber panas yang utama di perairan, karena cahaya
matahari yang diserap oleh badan air akan menghasilkan panas di perairan. Di
perairan yang dalam, penetrasi cahaya matahari tidak sampai ke dasar, karena
itu suhu air di dasar perairan yang dalam lebih rendah dibandingkan dengan
suhu air di dasar perairan dangkal. Suhu air merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi aktifitas serta memacu atau menghambat
perkembangbiakan organisme perairan.

Pada umumnya peningkatan suhu air sampai skala tertentu akan


mempercepat perkembang biakan organisme perairan.Zoobentos membantu
mempercepat proses dekomposisi materi organik. Hewan bentos, terutama
8

yang bersifat herbivor dan detritivor, dapat menghancurkan makrofit akuatik


yang hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam perairan
menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, sehingga mempermudah
mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen perairan

.2. Phytobentos

Merupakan tanaman milik bentos tersebut.

Cara menentukan kualitas perairan berdasarkan Benthos yang ada di


perairan tersebut salah satunya yaitu dengan pendekatan kualitatif dimana kita
melihat jenis-jenis dari pada Benthos yang hidup diperairan itu sendiri. jenis-jenis
bentos berdasarkan tingkat kerusakan perairan dikemukakan oleh Mulyanto
(1995) sebagai berikut :

Perairan bersih adalah Planaria, Perla, Isoperia, Leuctra, Nemoura,


Eodyonurus dan Ephemera.
Perairan tercemar organik ringan adalah Caenis, Ephemerella, Baetis,
Limnophillus dan Hydropsyche.
Perairan tercemar organik sedang adalah Simulium, Lymnaea dan Physa.
Perairan tercemar organik berat adalah Chironomous dan Tubifex.

Komunitas bentos termasuk beraneka ragam spesies dari larva serangga, termasuk
nyamuk-nyamuk kecil, lalat, lalat naga muda dan jenis cacing-cacingan (Jamil,
2001).

Menurut Hakim (2009), makrozoobenthos yang memilki toleran yang luas akan
memilki penyebaran yang luas juga seperti contohnya jenis ephemeroptera.
Sebaliknya organisme yang kisaran tolerasinya sempit (sensitif) maka
penyebaranya juga sempit seperti jenis lalat batu dan tricoptera.

6. Cara Bentos mencari Makan

Sumber makanan utama untuk bentos adalah alga dan organik limpasan
dari tanah. Di perairan pantai dan tempat-tempat lain di mana cahaya mencapai
9

bagian bawah, hewan bentik seperti diatom yang mampu berfotosintesis dapat
berkembang biak.

Adapun cara dari setiap bentos untuk memperoleh makanannya adalah


sebagai berikut :

Filter feeder atau sering disebut suspension feeder, adalah hewan yang
makan dengan menyaring padatan tersuspensi dan partikel makanan dari
air, biasanya dengan melewatkan air melalui struktur penyaringan khusus.
Contohya seperti spons dan bivalvia yang memiliki tubuh yang keras.
Proses ini dapat terjadi pada daerah yang berpasir.
Deposit feeders, adalah binatang atau hewan yang mengkonsumsi sisa-sisa
makanan pada substratum di bagian bawah air. Seperti polychaetes yang
memiliki permukaan tubuh yang lunak. Ikan, bintang laut, siput, cumi, dan
krustasea yang merupakan predator.
Organisme bentik, seperti bintang laut , tiram , kima , teripang , bintang
rapuh dan anemon laut , memainkan peran penting sebagai sumber
makanan bagi ikan dan manusia

7. Faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi bentos.

Sebagaimana kehidupan biota lainnya, penyebaran jenis dan populasi


komunitas bentos ditentukan oleh sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Sifat fisik
perairan seperti pasang surut, kedalaman, kecepatan arus, kekeruhan atau
kecerahan, substrat dasar dan suhu air. Sifat kimia antara lain kandungan oksigen
dan karbondioksida terlarut, pH, bahan organik, dan kandungan hara berpengaruh
terhadap hewan bentos. Sifat-sifat fisika-kimia air berpengaruh langsung maupun
tidak langsung bagi kehidupan bentos. Perubahan kondisi fisika-kimia suatu
perairan dapat menimbulkan akibat yang merugikan terhadap populasi bentos
yang hidup di ekosistem perairan (Setyobudiandi, 1997).

Oksigen adalah gas yang amat penting bagi hewan. Perubahan kandungan
oksigen terlarut di lingkungan sangat berpengaruh terhadap hewan air. Kebutuhan
oksigen bervariasi, tergantung oleh jenis, stadia, dan aktivitas. Kandungan oksigen
10

terlarut mempengaruhi jumlah dan jenis makrobentos di perairan. Semakin tinggi


kadar O2terlarut maka jumlah bentos semakin besar.

Nilai pH menunjukkan derajad keasaman atau kebasaan suatu perairan


yang dapat mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan air. pH tanah atau
substrat akan mempengaruhi perkembangan dan aktivitas organisme lain. Bagi
hewan bentos pH berpengaruh terhadap menurunnya daya stress.

Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air,
membatasi zona fotosintesis dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman.
Kekeruhan, terutama disebabkan oleh lumpur dan partikel yang mengendap,
seringkali penting sebagai faktor pembatas. Kekeruhan dan kedalaman air
pempunyai pengaruh terhadap jumlah dan jenis hewan bentos.

Tipe substrat dasar ikut menentukan jumlah dan jenis hewan bentos
disuatu perairan (Susanto, 2000). Tipe substrat seperti rawa tanah dasar berupa
lumpur. Macam dari substrat sangat penting dalam perkembangan komunitas
hewan bentos. Pasir cenderung memudahkan untuk bergeser dan bergerak ke
tempat lain. Substrat berupa lumpur biasanya mengandung sedikit oksigen dan
karena itu organisme yang hidup didalamnya harus dapat beradaptasi pada
keadaan ini (Ramli, 1989).

Perubahan tekanan air ditempat-tempat yang berbeda kedalamannya


sangat berpengaruh bagi kehidupan hewan yang hidup di dalam air. Perubahan
tekanan di dalam air sehubungan dengan perubahan kedalaman adalah sangat
besar. Faktor kedalaman berpengaruh terhadap hewan bentos pada jumlah jenis,
jumlah individu, dan biomass. Sedangkan faktor fisika yang lain adalah pasang
surut perairan, hal ini berpengaruh pada pola penyebaran hewan bentos (Susanto,
2000).

Faktor biologi perairan juga merupakan faktor penting bagi kelangsungan


hidup masyarakat hewan bentos sehubungan dengan peranannya sebagai
organisme kunci dalam jaring makanan, sehingga komposisi jenis hewan yang ada
dalam suatu perairan seperti kepiting, udang, ikan melalui predasi akan
mempengaruhi kelimpahan bentos.
11

8. Contoh Benthos

Adapun contoh dari bentos antara lain :

a. Hydropsychidae
b. Odonata
c. Stone flies
d. Chironomidae Larvae
e. Penaeidae
f. Coleoptera
g. Hirudinea
h. Gecarcinucoidea
i. kerang-kerangan air tawar
12

BAB III
METODOLOGI
1. Alat dan Bahan
Dalam pelaksanaan pengambilan bentos dilapangan diperlukan alat dan
bahan sebagai berikut:

Eckman Grab, merupakan alat untuk mengambil bentos yang ada di dasar
perairan. Eckman Grab terbuat dari baja tahan karat dengan berat 3.2 kg
dengan ukuran 30 cm x 30 cm; 23 cm x 23 cm ; dan 15 cm x 15 cm ( APHA,
2005).
Saringan bentos berbentuk kotak dengan ukuran kasa 0.5 1 mm berguna
untuk memisahkan dari serasah atau sedimen yang ada. Sampel yang akan
diamati adalah sampel makrozoobentos yang berukuran > 1 mm.
Plastik wadah bentos (Plastik bening ukuran 5 Kg), sebagai wadah bentos
yang telah disaring sementara dilapangan.
Karet dan spidol atau karkir untuk label, berguna untuk memberi label atau
tanda lokasi penelitian agar data tidak hilang jejak.
Formalin 70 %, sebagai pengawet sampel bentos yang dibawah dari lapangan.
Formalin dituangkan kira-kira 100 ml.
Larutan Rosbengal, larutan yang berguna untuk memberikan warna agar
mudah pelaksanaan sortir di labolatorium.

2. Cara Kerja
Cara Pengambilan Sampel Bentos

Cara kerja pengambilan bentos dilapangan adalah pertama menentukan


lokasi pengambilan sampel, kemudian sediakan Eckman greb untuk mengambil
bentos dengan cara memasukkan Eckman greb ke dasar perairan dan diulang
sebanyak 5 titik pada lokasi yang sama dan dimasukkan dalam saringan kotak
dengan ukuran kasa 1 mm. Mengayak bentos tersebut kemudian sampel bentos
dimasukkan dalam plastik ukuran 5 kg. Setelah dimasukkan dalam plastik lalu
tuangkan formalin pekat (70%) kira-kira 100 ml sampai bentos terendam dan
teteskan larutan rosbengal untuk memudahkan menyortir di labolatorium. Setelah
sampai di labolatorium maka sampel bentos dikeluarkan dalam plastik dan
disaring lagi menggunakan saringan bentos size 3 mm. Setelah disaring dan
13

dibilas dengan air lalu disortir. Proses penyortiran dilakukan menggunakan lup
dan lampu dan menggunakan baki dan cawan petri. Setelah semua selesai disortir
maka sampel bentos mulai di buat spesimen.

Pembuatan Spesimen

Proses pembuatan spesimen dengan cara sebagai berikut:

1. Pilih dan amati di bawah mikroskop jenis-jenis bentos yang ada.


2. Organime tersebut direndam dengan alkohol 70 % selama 15 menit.
3. Kemudian rendam dengan alkohol 90 % selama 15 menit.
4. Organisme diletakkan di atas gelas objek
5. Ambil bentos yang adaa lalu amati
6. menggunakan mikroskop stereo dan organisme tersebut diposisikan
terlentang .
7. Setelah posisi cacing keadaan terlentang tetesi CMCP-10 lalu gelas objek
tersebut ditutup dengan cover glass sehingga menutupi organime tersebut.
8. Panaskan hotplate dengan suhu 60 0C dan letakkan objek gelass yang
berisi organisme tersebut diatasnya selama 24 jam.
9. Angkat objek gelas dan dinginkan serta diidentifikasi serta diberi label.

Sampel diamati menggunakn mikroskop binokuler dan diidentifikasi


menggunakan buku-buku identifikasi antara lain: Milligan (1997), Pennak (1978).

Analisa Data
Perhitungan Kelimpahan

a. Kelimpahan Individu

10000 X a
Rumus : K = b

Keterangan :

K = Jumlah Organisme mkarozoobentos (Idv/m2).

a = Jumlah makrobentos yang disaring (Idv).

d = Luas transek X jumlah Ulangan (cm2).


14

b. Kelimpahan reratif

Menggunkan rumus Cox (1967) dalam effendy (1993).


Rumus : R = N X 100 %

dimana :

R = Kelimpahan Reratif

ni = Jumlah Individu Setiap Jenis

N =Jumlah Seluru Individu


15

DAFTAR PUSTAKA

APHA,2005. Standard Methods for the Examinationof Water and Wasterwater 21


st Edition, American Public Health Association Inv, Washington

Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi.PT Bumi Aksara. Jakarta.

Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga.Gajah Mada University press:
Yogyakarta.

Odum,E.P. 1971. Fundamental of ecology. 3 rd. Edition.W.B.Sounders Company.


Philadelphia

Rosenberg, D. M. and V. H. Resh. 1993. Freshwater Biomonitoring and Benthic


Macroinvertebrates. Chapman and Hall: New York, London.

Milligan,M.R.1997. Identification Manual For The Aquatic Oligochaeta Of


Florida Volume 1. Center For Systematic and Taxonomy.

Pennak,R.W. 1978. Fresh Water Invertebrates Of The United States Second


Edition. A Wiley Inter Science Publication.

Hawkes, H.A.1979.Invertebrates as indicators of River Water Quality. Dalam:


Biological Indicator of Water Quality. James, A and L.Evison (Eds). New
York.John Wiley and Sons.

Susanto. 2000. Sistem Informasi Manajemen Konsep dan Pengembangannya.


Linggajaya. Bandung

Anda mungkin juga menyukai