Anda di halaman 1dari 16

Mikroorganisme Laut

Diposkan oleh Riyo Saputra0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Categories : Artikel

Perairan alami memiliki sifat yang dinamis dan aliran energi yang kontinyu hal ini terjadi selama sistem di dalamnya tidak mendapatkan gangguan atau hambatan, antara lain dalam bentuk pencemaran. Lingkungan perairan meliputi air laut, air payau (peralihan air tawar ke air laut), dan air tawar, Di lingkungan laut lepas memiliki populasi mikroorganisme yang relatif lebih rendah, di lingkungan pantai populasi mikroorganisme terdapat lebih banyak, hal ini karena lingkungan pantai kaya akan nutrien yang berasal dari daratan. Pada lingkungan perairan terdapat mikroorganisme sama seperti lingkungan yang lainnya. Kelompok mikroorganisme yang hidup di dalam air terdiri dari : 1. bakteri 2. alga biru-hijau 3. fungi 4. mikroalgae 5. virus 6. protozoa Mikroorganisme di perairan berdasarkan sifat tropiknya meliputi : 1. Mikroba autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia Contohnya : Thiobacillus, Nitrosomonas, Nitrobacter 2. Mikroba heterotrof adalah organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain Contohnya antara lain : Saprolegnia sp., Candida albicans, Trichopnyton rubrum Bakteri Bakteri yang hidup di perairan umumnya uniseluler, tidak memiliki klorofil, berkembangbiak dengan pembelahan sel secara transversal atau biner, sebagian besar ( 80%) berbentuk batang, Gram negatif, bergerak secara aktif. Secara umum hidupnya saprofitik pada sisa buangan hewan atau tanaman yang sudah mati, ada juga yang bersifat parasitik pada hewan, manusia dan tanaman yang dapat menyebabkan penyakit. Contoh bakteri yang banyak dijumpai di laut : Pseudomonas, Vibrio, Flavobacterium, Achromobacter dan Bacterium.

Alga Biru Hijau Alga tidak memiliki akar, batang dan daun yang mempunyai fungsi seperti tumbuhan darat, wujud alga terdiri dari batang yang disebut thallus. Umumnya alga hidup secara bebas di air atau bersimbiose dengan jasad lain. Mempunyai bentuk uniseluler, filamen yang mengelilingi tubuhnya banyak diselimuti dengan lendir. Merupakan divisi Cyanophyta dengan beberapa kelas yaitu : Nostocales, Chroococcales, dan Stigonematales. Fungi Hidup tersebar luas. Berbentuk uniseluler, umumnya berbentuk filamen atau serat yang disebut miselia atau hifa. Contoh : Saprolegnia sp., Branchiomyces sanguinis, Icthyophonus hoferi Mikroalgae Contoh : Chlorella sp., Pyrodinium bahamense, Trichadesmium erythraeum, salah satu spesies dari Cyanobacterium, Noctiluca scintillans (satu spesies dari Dinoflagellata). Virus Bentuk virus bermacam-macam antara lain : bentuk batang pendek, batang panjang, bulat, bentuk polihedral. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri. Hanya memiliki satu jenis asam nukleat. Contoh virus Coli-fag Protozoa Protozoa merupakan protista unisel, mikroskopis, berukuran yang bervariasi antara 10 500 mikron, hidup sebagai satu individu ada pula yang berkoloni. Protozoa terbagi menjadi 3 yaitu amoeba/pseudoodia, siliata dan flagelata. Contoh : Cryptocaryon irritans, Stylonycia sp. Entamoeba histolitika 1. Lingkungan Perairan Laut Pada lingkungan perairan laut mikroorganisme terdapat di seluruh bagian laut dari permukaan air laut sampai dasar relung yang terdalam. Terdapat 8 habitat/ wilayah yang dihuni oleh mikroorganisme laut, yaitu : 1. Habitat permukaan laut disebut neuston/pleuston (mikrohabitat di perbatasan antara udara dan air yang kaya polisakarida-protein) Plankton : organisme yang pasif bergerak sebagian besar adalah organisme fotosintetik yang berdiam di wilayah fotik. Berdasarkan komposisi penyusunnya plankton dapat dibedakan : a. fitoplankton (plankton tumbuhan) b. zooplankton (plankton hewan)/bakterioplankton (bakteri) berdasarkan asal-usulnya plankton dibedakan menjadi 2 yaitu : a. autoplankton yaitu plankton yang berasal dari habitat tersebut b. alloplankton yaitu plankton yang berasal dari luar habitat tersebut. sedangkan berdasarkan ukurannya plankton dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: a. femtoplankton ( 0,02 0,2 m); b. pikoplankton (0,2 2,0 m); c. nanoplankton (2,0 20 m); plankton yang lolos dari plankton-net no 25 d. mikroplankton (20 200 m);

e. mesoplankton (0,2-20 mm); atau netplankton merupakan plankton yang dapat ditangkap dengan plankton-net no 25 f. makroplankton (20 200 mm); plankton yang dapat dilihat dengan mata telanjang g. megaplankton (200 2000 mm). 2. Habitat epibiotik : permukaan benda mati yang dilekati oleh komunitas mikroorganisme 3. Habitat endobiotik : lingkungan dalam jaringan tubuh organisme yang lebih besar. 4. Habitat epipelagik : dari permukaan sampai kedalaman 100 m Diantara lapisan epipelagik dan mesopelagik terdapat lapisan termoklin (lapisan yang selalu mengalami perubahan suhu yang cepat), terutama dijumpai di perairan dalam daerah iklim sedang. 5. Habitat mesopelagik : sampai kedalaman 2000 m 6. Habitat batipelagik 7. Habitat abisopelagik 8. Habitat bentik/dasar laut : daerah perbatasan antara air laut dengan sedimen. Distribusi bakteri di laut dipengaruhi oleh antara lain gerakan air laut, jarak dari pantai, kedalaman, cahaya matahari, iklim dan organisme lain. 2. Lingkungan Perairan Tawar Pada umumnya lingkungan perairan tawar lebih banyak mengandung nutrien jika dibandingkan dengan lingkungan perairan laut. Lingkungan perairan tawar dibagi menjadi 2 kategori yaitu : 1. habitat lentik contoh : danau, kolam 2. habitat lotik contoh : mata air, sungai 3. Lingkungan Perairan Payau Merupakan daerah transisi antara perairan tawar dan laut. Mikroorganisme yang hidup di perairan payau antara lain : Vibrio, Psedomonas, Bacillus, Chromobacterium, Cyanobacteria, anggota actinomycetes, algae, protozoa, dan virus. Mikroorganisme tidak saja terdapat dan hidup di lingkungan, akan tetapi juga di tubuh manusia. Tubuh manusia tidaklah steril atau bebas dari mikroorganisme, begitu manusia dilahirkan ia langsung berhubungan dengan mikroorganisme. Mikroorganisme yang secara alamiah terdapat di tubuh manusia disebut flora normal atau mikrobiota. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran flora normal pada tubuh manusia adalah : 1.nutrisi 2.kebersihan seseorang (berapa seringnya dibersihkan) 3.kondisi hidup 4.penerapan prinsip-prinsip kesehatan Mikroflora pada tubuh berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat digolongkan menjadi 2 yaitu : 1. Mikroorganisme tetap/normal (resident flora/indigenous) yaitu mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu dan pada usia tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis ataupun jumlahnya, jika ada perubahan akan kembali seperti semula. Flora normal/tetap yang terdapat

pada tubuh merupakan organisme komensal. Flora normal yang lainnya bersifat mutualisme. Flora normal ini akan mendapatkan makanan dari sekresi dan produk-produk buangan tubuh manusia, dan tubuh memperoleh vitamin atau zat hasil sintesis dari flora normal. Mikroorganisme ini umumnya dapat lebih bertahan pada kondisi buruk dari lingkungannya. Contohnya : Streptococcus viridans, S. faecalis,Pityrosporum ovale,Candida albicans. 2. Mikroorganisme sementara (transient flora) yaitu mikroorganisme nonpatogen atau potensial patogen yang berada di kulit dan selaput lendir/mukosa selama kurun waktu beberapa jam, hari, atau minggu. Keberadaan mikroorganisme ini ada secara tiba-tiba (tidak tetap) dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan, tidak menimbulkan penyakit dan tidak menetap. Flora sementara biasanya sedikit asalkan flora tetap masih utuh, jika flora tetap berubah, maka flora normal akan melakukan kolonisasi, berbiak dan menimbulkan penyakit. Flora normal pada manusia tidak tetap, selalu mengalami fluktuasi yang disebabkan oleh : 1.nutrisi 2. usia 3.hormon 4.kesehatan umum Flora normal pada tubuh manusia terdapat di : 1. kulit Flora dapat hidup lama di kulit karena kulit mengeluarkan zat bakterisidal, contohnya kelenjar keringat akan mengeluarkan enzim lisozim, kelenjar lemak mengeksresikan lipid yang kompleks. Spesies yang biasanya ada di kulit antara lain : Staphylococcus epidermidis, S. aureus, Streptococcus viridans, Peptostreptococcus sp., sianobakteri aerobik, difteroid. Pada kelenjar lemak antara lain bakteri anaerob lipolitik misalnya Propionibacterium acnes yang menyebabkan timbulnya jerawat. Faktor-faktor yang menghilangkan flora normal sementara pada kulit adalah asam lemak pada sekresi sebasea, adanya lisozim, dan pH yang rendah. Flora normal tidak berubah secara signifikan oleh pencucian/ mandi/ keringat yang berlebihan, tetapi pemakaian tutup yang rapat pada kulit akan mengakibatkan populasi mikroorganisme secara keseluruhan akan meningkat dan mengakibatkan perubahan kualitatif flora normal. 2. saluran nafas : - hidung - nasofaring Flora normal yang menghuni hidung dan nasofaring antara lain : Staphylococcus epidermidis, S. aureus, Branhamella catarrhalis, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Prevotella melaninogenica, Neisseria meningitidis. 3. saluran cerna : - mulut - orofaring - perut - usus kecil - usus besar

Air liur mengandung air, asam amino, protein, lipid, karbohidrat dan senyawa anorganik. Air liur merupakan medium yang kaya kompleks yang dapat digunakan oleh mikroorganisme yang hidup di mulut sebagi sumber nutrien. Mikroorganisme yang menghuni orofaring (bagian belakang mulut) antara lain S. aureus dan S. epidermis dan streptococcus viridians (merupakan penghuni asli orofaring). Adanya flora normal dalam saluran cerna akan memberikan keuntungan bagi hospesnya : 1. menghambat pertumbuhan atau menimbulkan resistensi terhadap bakteri patogen 2. menghasilkan vitamin B kompleks dan vitamin 3. konversi pigmen empedu dan asam empedu 4. absorbsi zat makanan Contohnya : B. fragilis, C. perfringens 4. saluran urogenitalis : saluran kemih Pada saluran urogenitalis laki-laki dapat ditemukan bakteri : Staphyllococcus epidermis, Mycobacterium smegmatis, dan E. coli. Pada saluran urogenitalis perempuan ditemukan antara lain : E. coli, Enterobacter aerogenes, Staphyllococcus, Streptococcus, Veillonella, Mycobacterium smegmatis, Neiserria catarrhalis, N. sicca, dan Yeast. Sumber Buku MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN Karya Elizabeth Novi Kusumaningru Jangan lupa klik LIKE ya i
22 u nd e f i ne d Posts by : Admin

HABITAT LAUT DALAM


Perhatian; makalah ini boleh dicopy asalkan di cantumkan ke dalam daftar pustaka

Makalah

Biologi Perairan HABITAT LAUT DALAM

Nama Nim Prodi

Oleh : : Aulia Novita Irmmal : 09304241026 : Pendidikan Biologi Subsidi

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011
Pendahuluan Sebesar 70 % wilayah bumi ini adalah perairan. Wilayah perairan terbesar merupakan perairan samudra yang telah dikenal luas memiliki volume terbesar yang memenuhi permukaan bumi. Dari wilayah tersebut hanya 10 % nya saja yang merupakan wilayah yang berbatasan dengan benua dan pulau dari samudra yang dapat didiami oleh organisme-organisme umum yang mudah dikenali. Berati sebesar 90 % nya merupakan suatu wilayah yang sulit dijangkau dan memiliki karakteristik khusus yang sulit untuk didiami mahluk hidup. Inilah bagian dasar samudra yang gelap dan dingin sepanjang tahun itu. Bagian terluas dari lautan ini merupakan bagian yang tidak mudah untuk dijangkau, gelap dan dingin sepanjang tahun tersebut dinamakan zona laut dalam.(Nyibakken,1988) Zona laut dalam masih memiliki berbagai misteri yang belum sepenuhnya dapat di pecahkan dengan ilmu pengetahuan saat ini. Karena letaknya yang begitu sulit untuk dijangkau dan keadaannya yang akstrim, membuat para ilmuan berjuang dalam memecahkan misteri kehidupan laut dalam ini. Namun setidaknya untuk saat ini telah hadir kapal-kapal selam yang mampu untuk mencapai kedalaman laut tersebut sehingga dapat membantu para ilmuan untuk mengetahui sebagian dari habitat perairan tersebut. Saat ini kita lebih mengenal habitat perairan yang lebih dekat dengan kehidupan kita, padahal 90% dari habitat perairan di bumi ini merupakan daerah dimana kehidupannya sangat

jauh dari aktivitas manusia. Bukankah munkin saja habitat tersebut memiliki peran penting bagi kelangsungan kehidupan dibumi ini. Dewasa ini telah diketahui bahwa Laut dalam ini merupakan sumber dari berbagai bahan yang berguna bagi manusia bahkan tempat akhir berbagai macam sampah. Maka dari itu, perlu dipelajari lebih lanjut mengenai habitat laut dalam ini. Habitat Laut Dalam A. Zonasi Laut Dalam Bagian laut dalam ini merupakan zona dibawah kedalaman yang dapat ditembus sinar matahari di laut terbuka dan lebih dalam dari paparan benua (>200m). Laut dalam diliputi suasana gelap gulita sepanjang tahun karena wilayah tersebut tak pernah tersentuh sinar matahari. Apabila perairan dibagi menjadi zona fotikdan afotik, maka wilayah ini masuk dalam zona afotik. Diperairan tropis zona afotik dimulai dari kedalaman ~ 600 m, sedangkan diperairan beriklim sedang zona ini dimulai dari kedlaman ~100 m. (Nyibakken,1988) Zonasi dasar laut dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1. Zona Pelagik Zona ini merupakan bagian yang organismenya berasosiasi dengan perairan terbuka. Organisme di zona ini lebih dikenal karena lebih mudah untuk didapatkan daripada organisme di zona bawahnya.Zona Pelagik terdiri dari: - Zona Mesopelagik Zona ini merupakan zona pelagik yang berada di bawah zona fotik. Banyak penghuni zona ini yang melakukan migrasi ke zona fotok (eufotik)pada malam hari. Penghuninya kebenyakan memiliki mata yang telah berkembang dengan baik dan berbagai organ penghasil cahaya. kebanyakan spesies ikan penghuni zona ini berwarna hitam, sementara udang-udangan yang hidup berwarna merah. Pengetahuan tentang zona ini lebih banyak yang diketahui karena zona ini lebih mudah dicapai daripada zona-zona dibawahnya. Zona ini membentang 700 m hingga 1000 m dari batas zona eutrofik ke arah dasar perairan. batas bawahnya tergantung pada lokasi perairan, kecerahan, dan dari faktor faktor lainnya. Oleh Hedgpeth (1957), wilayah dibawah zona mesopelagik dibagi lagi menjadi: - Zona Batipelagik dan Zona Abisal Pelagik Batas antara kedua Zona ini tidak terlalu jelas dan organisme yang berada di kedua zona ini tidak sebanyak yang berada di zona mesopelagik. Penghuni di kedua zona ini cenderung berwarna putih atau tidak berwarna serta memiliki mata serta organ penghasil cahaya yang rendah tingkat perkembangannya. Kolom air di daerah palung dinamakan zona Hadal Pelagik. 2. Zona Bentik Zona bentik merupakan wilayah yang organismenya berasosiasi dengan dasar lautan. Penghuni zona bentik dibagi menjadi dua yaitu: a. Penghuni zona Abisal Penghuni zona ini menempati dasar laut dalam yang merupakan kawasan terluas di dasar laut. b. Penghuni Zona Hadal (ultra abisal). Penghuni zona ini menempati daerah dasar palung-palung yang sangat dalam.

Gambar zonasi perairan laut: Zonasi pelagik laut dalam dimulaidari batipelagik, abisal pelagik, dan hadal pelagik sedangkan untuk zonasi bentik laut dalam adalah zona abisal dan zona hadal.

B. Faktor yang mempengaruhi kehidupan di laut dalam 1. Suhu Daerah termoklin atau daerah dimana terjadi perubahan suhu drastis berkisar antara 100 meter hingga hampir satu kilometer. Setelah daerah termoklin, suhu air akan sangat dingin dan jauh lebih homogen dibandingkan pada daerah termoklin. Semakin dalam suhu akan semakin turun tetapi laju perubahannya jauh lebih lambat dari pada suhu pada daerah termoklin. Dikedalaman 3000-4000m masa air dapat dikatakan isotermal, suhu tidak berubah dalam jangka waktu yang lama dan tidak dipengaruhi oleh musim maupun tahun. Mungkin tidak ada habitat lain dibumi yang suhunya sekonstan habitat laut dalam ini.(Nyibakken,1988) 2. Cahaya Laut dalam memiliki keadaan yang gelap gulita kecuali sebagian dari zona mesopelagik yang dalam kondisi dan waktu tertentu masih ada sedikit cahaya matahari. Karena wilayahnya yang gelap gullita sepanjang masa dan internsitas cahaya sangat rendah, maka fotosintesis tidaka akan berlangsung. Maka dari itu di wilayah ini tidak ada produksi primer. Cahaya di wilayah laut dalam ini merupakan cahaya yang dihasilkan oleh hewan laut dalam tertentu. Keadaan yang gelap gulita ini memaksa penghuni-penghuninya untuk memiliki indra-indra khusus guna mendeteksi makanan, predator dan lawan jenis untuk tujuan reproduksinya serta mempertahankan bermacam-macam asosiasi intra maupun antar spesies untuk kelangsungan hidupnya. 3. Salinitas Salinitas pada kedalaman 100 meter pertama dapat dikatakan konstan. Walaupun terdapat sedikit perbedaan-perbedaan, tetapi tidak mempengaruhi ekologi secara nyata. 4. Oksigen Oksigen yang terlarut dalam masa air laut dalam masuk ketika masuk ketika masa air ini masih merupakan masa air permukaan. Hampir seluruh masa air laut dalam dulunya

merupakan masa air permukaan samudra artik dan antartika. Disini masa air yang dingin dan kaya oksigen tenggelam dan kemudian mengalir kearah utara dan selatan untuk menjadi bagian dari masa air laur dalam. (Nyibakken,1988) Respirasi organisme laut dalam dan tidak adanya penambahan oksigen di laut dalam menyebabkan kadar oksigen sangat menurun. Kadar oksigen ini menurun setelah 20 m diatas dasar laut dalam dan di dekat wilayah yang kepadatan organismenya paling tinggi. Namun di laut dalam ada wilayah yang disebut zona oksigen minimun yang terletak di kedalaman 500 1000 m, yang keadaan zona dibawahnya lebih kaya oksigen. Hal ini dikarenakan respirasi di zona oksigen minimum ini sangat cepat karena kepadatan organismenya yang tinggi dan disamping itu peristiwa ini sejalan dengan tidak adanya penukaran masa air yang kaya oksigen. Di zona bawahnya kepadatan organisme sangat rendah sehingga oksigen tidak secara nyata berkurang. Sedangkan di atas kedalaman 500m, oksigen masih dapat dihasilkan dari perairan atas.(Nyibakken,1988) 5. Tekanan Hidrostatik Dari semua faktor lingkungan di laut dalam yang menunjukkan kisaran terbesar adalah tekanan hirostatik. Bertambahnya kedalaman setiap 10 m tekanan naik sekitar 1 atm. Karena kedalaman laut dalam berkisar 100 hingga 10.000m, maka tekanannya dapat mencapai lebih dari 1000 atmosfer.sebagian laut dalam bertekanan hidrostatik antara 200 hingga 600 atm. (Nyibakken,1988) Dari penelitian para ahli yang mencoba mengkultur bakteri laut dalam dalam kondisi tekanan hirostatik yang berbeda, bakteri akan berhenti tumbuh dan berkembang biak pada tekanan yang rendah, dan tetap aktif pada tekanan habitatnya. Hal ini menunjukkan bahwa penghuni laut dalam memiliki adaptasi khusus terhadap tekanan hidrostatik yang tinggi.(Nyibakken,1988) 6. Persediaan makanan Laut dalam tidak memiliki lokasi dimana produksi primer dapat berlangsung kecuali diaderah dimana terdapat bakteri kemosintetik.Karena itu semua organisme penghuni laut dalam menggantungkan makanannya pada produksi dari tempat lain yang dapat melakukan forosintetis. Pakan ini kemudian diangkut atau terangkut ke laut dalam.(Nyibakken,1988) Pakan yang tenggelam biasanya berupa pakan pelet tinja organisme di laut permukaan atau kulit crustacea yang lepas pada saat molting. Karena kebanyakan organisme tidak dapat mencerna kitin dari kulit crustacea, biasanya kulit tersebut akan diserang oleh bakteri dan dicerna kemudian di keluarkan dalam bentuk pakan protoplasma bakteri. Akibatnya di dasar laut dalam banyak terdapat bakteri yang merupakan makanan dari organisme yang lebih besar. Bahkan kelimpahan organisme pemakan bakteri akan lebih banyak daripada organisme pelagik di kedalaman yang sama. Pakan yang dapat langsung dimanfaatkan adalah organisme laut dalam adalag organisme yang pada saat larvanya berada di zona fotik dan dewasanya bermigrasi ke laut dalam dimana ia akan menjadi mangsa para predator. Jenis pakan lain yang dapat langsung dimanfaatkan adalah organisme mati yang berasal dari laut permukaan yang pada saat sampai ke dasar laut dalam belum seluruhnya habis dimakan oleh organisme lain di zona atasnya. C. Adaptasi Organisme

Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Adaptasi tersebut seperti warna tubuhnya. Pada organisme mesopelagik ikan-ikannya berwarna hitam dan gelap sementara crustacea dan hewan lainnya berwarna ungu kelam atau merah. Dengan demikian organisme tersebut tidak akan tampak di perairan. Warna merah adalah warna pertama yang diadsorbsi oleh air laut, sehingga warna merah tersebut akan tampak seperti warna hitam. Pada organisme yang hidup di zona abisal dan hadal biasanya berwarna putih atau bahkan transparan da tidak berpigmen, tetapi ikan-ikannya berwarna hitam. Dengan keadaan tanpa adanya cahaya matahari, tekanan tinggi, salinitas tinggi dan faktor faktor khusus di laut dalam tersebut yang membuat organisme di daerah tersebut melakukan adaptasi, yakni : 1. Adapasi morfologi Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup. Secara morfologis, senjata pembunuh seperti rahang, tengkorak dan dimensi mulut mengalami perubahan pada organisme laut dalam. Ciri umum mereka adalah mulut yang melebar, rahang yang kuat dan gigi-gigi tajam. Mereka harus seoptimal mungkin mencari mangsa yang jarang di laut dalam. Kanibalisme juga sering terjadi di beberapa spesies.

Gambar ikan Linophryne bermulut besar dengan gigi yang tajam.

Pada organisme mosopelagik umumnya memiliki mata yang besar. Mata ini digunakan untuk memeksimalkan penglihatan pada intensitas cahaya yang begitu minim. Mata ini akan menangkap bayangan dari cahaya yang dihasilkan oleh organ penghasil cahaya. Ikan-ikan ini berenang dibagian atas zona mesopelagik yang masih sedikit terdapat cahaya dan bermigrasi ke zona epipelagik seaat malam hari, dan menggunakan matanya untuk mendeteksi adanya cahaya berintensitas rendah baik dari cahaya matahari maupun cahaya dari organ penghasil cahaya. Ikan-ikan ini memiliki penglihatan senja karena memiliki pigmen rodopsin dan kepadatan batang retina yang tinggi.

Gambar ikan Green Eyes bermata besar penghuni mesopelagik

Ikan penghuni zona abisal dan hadal biasanya tidak bermata, karena fungsi mata itu sendiri yang kurang berguna di zona tersebut. Mata ikan di zona ini tidak berkembang sehingga ikan bermata sangat kecil atau bahkan tidak memiliki mata.

Belut laut Gulper yang matanya tidak berkembang.

Adapun organisme yang memiliki mata tubuler yang berbentuk silinder pendek dengan lensa setengah lingkaran di ujung silinder. Mata tersebut memiliki dua retina. Retina yang yang satu untuk melihat jauh dan retina yang lain untuk melihat dekat.

Mata tubuler pada Genus Argyropelecus

Karena zona ini memiliki tekanan yang sangat besar yaitu mencapai 600 atm,maka makhluk hidup di lapisan ini memiliki kulit yang berongga dan tulang yang lunak dan fleksibel. Sehingga mereka mampu beradaptasi dengan tekanan tinggi.(http://budihermanto.blogdetik.com/) 2. Adaptasi fisiologi Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada fungsi alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Di ekosistemlaut dalam dapat dikatakan tidak terdapat produsen karena tidak adanya sinar matahari yang menyebabkan tidak adanya proses fotosintesis pada ekosistem tersebut, sehingga biota laut dalam melakukan adaptasi fisiologi. Bentuk adaptasi fisiologi biota laut dalam adalah adalah organisme laut dalam mempunyai kapasitas untuk mengolah energi yang jauh lebih efektif dari makhluk hidup di darat dan zona laut atas. Mereka bisa mendaur energinya sendiri dan menentukan seberapa banyak energi yang akan terpakai dengan stok makanan yang didapat. 3. Adaptasi tingkah laku Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku terhadap lingkungannya. Beberapa organisme yang mengalami siklus reproduksi, akan mempunyai perilaku yang unik untuk menarik pasangannya di tengah kegelapan. Mereka akan memendarkan cahaya yang tampak kontras dengan kondisi sekitar yang serba gelap. Dalam ekosistem dasar laut sebisa mungkin mereka dapat memperoleh sumber energi atau makanan agar dapat bertahan hidup, oleh karena itu beberapa ikan yang hidup di ekosistem ini dilengkapi keahlian khusus agar dapat memperbesar kemungkinan mendapatkan mangsa, seperti Ikan Fang Tooth yang memiliki tingkat agresifitas yang tinggi sehingga ketika ada mangsa yang lewat didepannya ia langsung dapat dengan cepat memakannya, karena memang tidak banyak hewan laut yang mampu hidup dalam ekosistem ini. Kemudian contoh lainnya adalah Ikan Hairyangler yang tubuhnya dipenuhi dengan atena sensitif, antena tersebut sangat sensitif sekali terhadap setiap gerakan, fungsinya

untuk mendeteksi mangsa yang ada didekatnya. Di laut dalam sering terlihat cahaya yang berkedip-kedip, cahaya tersebut adalah Bioluminescence. Bioluminescence adalah cahaya yang dapat dihasilkan oleh beberapa hewan laut, cahaya tersebut berasal dari bakteri yang hidup secara permanen didalam sebuah perangkap. Asosiasi dari organisme dan bakteri yang menghasilkan bioluminescence ini digunakan oleh hewan laut dalam sebagai alat perangkap atau alat untuk menarik mangsa, kurang lebih bioluminescence berfungsi sebagai umpan. Pada umumnya bioluminescence dimiliki oleh setiap hewan laut dalam, baik betina maupun jantan. Namun beberapa diantaranya ada yang hanya dimiliki oleh hewan laut betina. Cahaya bioluminescence yang dihasilkan biasa berwarna biru atau kehijauan, putih, dan merah. Walau sebagian besar bioluminescence digunakan untuk mekanisme bertahan hidup, namun beberapa diantara hewan laut dalam tersebut menggunakan bioluminescence untuk menarik lawan jenisnya. Asosiasi seperti ini merupakan adaptasi tingkah laku dari penghuni perairan laut bawah.

Bioluminescense pada Comb jellyfish dan Lightfish atau Bristlemouths

Benang penghasil cahaya padaIkan Idiacanthus sp.

Asosiasi juga ditampakkan pada ikan pemancing laut dalam yang ukuran tubuh jantan dan betina berbeda. Ikan jantan mempunyai ukuran tubuh lebih kecil di banding yang betina, seperti terlihat pada gambar di atas. Ukuran ikan angler jantan hanya sebesar ibu jari. Ikan jantan mempunyai pengait untuk menempel pada ikan betina, begitu mengait dengan ikan betina kait ikan jantan akan terhubung dengan pembuluh darah ikan betina dan seumur hidupnya akan terus menempel pada ikan betina seperti parasit dan menghisap sari makanan dari tubuh sang betina. Jika ikan jantan gagal mengait pada ikan betina, maka ia akan mati kelaparan. Sementara si jantan akan selalu menyediakan spermanya untuk si betina.

Ikan jantan Ceratias jauh lebih kecil dari betinanya dan hidup sebagai parasit pada tubuh ikan betina.

Penutup Habitat laut dalam dimulai dari zona dimulai dari zona mesopelagik hingga dasar laut dalam yang dapat mencapai zona hadal yang berada di palung yang dalam. Karena keadaannya yang dingin dan gelap sepanjang tahun dengan tekanan yang sangat tinggi maka organisme yang hidup memiliki adaptasi khusus di wilayah ini. Di zona ini tidak berlangsung proses fotosintetis sehingga pemenuhan makanpun tergantung dari produksi zona diatasnya, atau lebih kepada predasi dan pengurai. Bentuk-bentuk adaptasinya dapat berupa mata yang besar atau bahkan mata yang tidak berkembang, mata tubuler dengan retina ganda, Ukuran tubuh yang kecil atau bahkan raksasa, bentuk rahang dan gigi yang berbeda dengan biota perairan lain, bioluminescence pada organisme tertentu serta asosiasi lain baik intra maupun inter spesies. Pengetahuan tentang habitat laut dalam ini memang masih minim, dan para ahli masih melakukan riset mengenai kawasan ini. Sekarang ini banyak ditemukan alat-alat yang mampu mendukung penelitian laut bawah, sehingga banyak hal-hal baru yang dapat dipelajari, meskipun belum semelimpah pengetahuan mengenai habitat lain di bui ini.

Daftar Pustaka Anonim. 2010. Laut Dalam yang Misterrius.http://www.unikaja.com/2010/03/laut-dalam-yangmisterius.htmldiaksas pada Kamis, 2 Juni 2011 pukul 11.54 WIB Anonim.__.Misteri Kehidupan Laut yang Paling Dalam.http://muslimatrix.co.tv/index.php/artikelringan/islami/156-laut-dalamdiaksas pada Kamis, 2 Juni 2011 pukul 12.03 WIB Gusti.2010.Mahluk Hidup Di Laut Terdalam.http://wahw33d.blogspot.com/2010/03/ makhluk-hidup-dilaut-terdalam.html.diaksas pada Sabtu, 4 Juni 2011 pukul 18.36 WIB Hermanto, Budi. 2010. Zona Abyssal, Habitat Hewan Laut Unik.http://budihermanto.blogdetik.com/2010/01/11/ diaksas pada Minggu, 29 Mei 2011 pukul 20.47 WIB Heriyanti, teguh. 2011. Ekosistem Laut Dalam Adaptasi Biota Laut Dalam.http://teguhheriyanto.blogspot.com/2011/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html diaksas pada Sabtu, 4 Juni 2011 pukul 17.23 WIB Nyibakken, W James. 1988. Biologi Laut Sebagai Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: Gramedia The Colossal Squid Exhibition New Zeland. Bioluminescence In The Deep Oceon. http://squid.tepapa.govt.nz/the-deep/article/bioluminescence-in-the-deep-ocean. diaksas pada Sabtu, 4 Juni 2011 pukul 20.53 WIB
Label: biologi

(Beberapa Pengertian Tentang Laut) Letak Laut. Berdasarkan letak pulau-pulau atau daratan, laut dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:

Laut tepi, letaknya di tepi benua dan terhalang dari lautan oleh pulau-pulau atau jazirah. Contohnya Laut Cina Selatan, letaknya terhalang oleh Kepulauan Indonesia dan Filipina dari Samudra Pasifik; Laut Jepang, letaknya terhalang oleh Kepulauan Jepang dan Samudra Pasifik; serta Laut Utara, letaknya terhalang oleh Kepulauan Inggris dan Samudra Atlantik. Laut pertengahan, letaknya di antara dua benua dan mempunyai gugusan kepulauan serta kedalaman laut yang dalam. Contohnya Laut Banda, Laut Sulawesi, dan laut-laut yang berada di antara Asia, Australia, serta Kepulauan Indonesia, laut yang berada di antara Benua Eropa dan Afrika di Kepulauan Yunani.

Laut pedalaman, letaknya hampir seluruhnya dikelilingi oleh daratan. Contohnya Laut Hitam, Laut Baltik, Laut Kaspia, dan Laut Merah.

Zona Laut Laut mempunyai kedalaman dasar yang berbeda-beda. Dasar laut membentuk lereng mulai garis pantai ke arah tengah laut. Kedalaman laut makin bertambah dengan makin jauh jaraknya dari daratan pantai. Berdasarkan zona kedalamannya, laut dapat dibedakan menjadi beberapa zona sebagai berikut : Zona laut

Zona litoral atau zona pasang surut, merupakan wilayah laut yang berada di antara pasang naik dan pasang surut air laut. Zona ini sering disebut dengan daerah pantai. Zona neritik, merupakan wilayah laut yang berada di antara garis pantai kedalaman 200 m. Pada zona ini sinar matahari masih dapat menembus ke dalam. Ikan dan sejenisnya serta tumbuhan laut banyak dijumpai pada zona ini. Zona batial, merupakan wilayah laut yang berada pada kedalaman 2002.500 m. Pada zona ini sinar matahari sudah tidak mampu menembus ke dalam sehingga organisme laut tidak sebanyak pada zona neritik. Zona batial biasanya merupakan lereng benua (continental slope) yang curam dan berbatasan dengan landas benua (continental shelf). Zona abisal, merupakan wilayah laut yang mempunyai kedalaman lebih dari 2.500 m. Suhu pada wilayah ini sangat dingin. Hewan laut yang dapat hidup hanya terbatas dan tumbuhan laut sudah tidak ada.

Zona Laut

Batas Landas Kontinen, Laut Teritorial, dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)

Batas Landas Kontinen. Pada tahun 1973 pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia. Berdasarkan isi perjanjian di atas, wilayah laut Indonesia dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu laut teritorial (laut wilayah), laut Nusantara, andas kontinen, dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Laut Teritorial. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Deklarasi Juanda pada tanggal 13 Desember 1957. Deklarasi ini menetapkan bahwa batas perairan laut wilayah Indonesia adalah 12 mil laut diukur dari garis pantai masing-masing pulau sampai titik terluar. Deklarasi ini juga melandasi lahirnya Wawasan Nusantara.

1) Laut Teritorial (Laut Wilayah) Merupakan laut yang lebarnya 12 mil laut yang diukur sejajar dengan garis dasar atau pangkal. Garis dasar atau pangkal adalah garis yang dibentuk pada saat air laut surut pada pulau-pulau terluar dalam wilayah Indonesia. Negara Indonesia mempunyai kedaulatan penuh atas wilayah laut ini. 2) Laut Nusantara Merupakan laut yang berada di antara pulau-pulau yang dibatasi oleh garis dasar/pangkal pulau yang bersangkutan. Kedaulatan atas wilayah laut ini berada sepenuhnya di tangan negara Indonesia. 3) Landas Kontinen Merupakan bagian dasar laut paling tepi atau dekat kontinen/ benua dengan kedalaman laut sampai 200 m. Wilayah landas kontinen Indonesia berada di luar laut teritorial Indonesia. Pada wilayah ini eksplorasi dan eksploitasi laut masih dapat dimungkinkan

Anda mungkin juga menyukai