Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH pH TERHADAP KUALITAS AIR BUDIDAYA

ORGANISME AKUATIK PADA UDANG VANNAMEI

Disusun oleh :

Hendra Rahardja (2018–059)


Yolandito Asegaf (2018–089)
Muhammad Baari Santoso (2018–097)

JURUSAN AKUAKULTUR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Air merupakan sumber kehidupan di muka bumi ini, salah satu


penggunaannya adalah difungsikan sebagi media dalam pemeliharaan atau
budidaya hewan akuatik atau habitat perairan. Untuk itu diperlukan parameter
yang dapat digunakan sebagai tolak ukur kelayakan dalam kegiatan budidaya
sebagaimana telah dijelaskan dalam CPIB (Cara Pembenihan Ikan yang Baik)
serta CBIB (Cara Budidaya Ikan yang Baik), namun akhir-akhir ini, banyak
timbul permasalahan pada media pemeliharaan budidaya hewan akuatik yang
disebabkan terus menurunnya kualitas air disebabkan aktivitas yang tidak
memperhatikan kelangsungan seta kelestarian lingkungan hidup akuatik atau
pencemaran terjadi baik oleh limbah rumah tangga, pasar, perkantoran, atau
bahkan limbah industri dalam besar. Makalah ini membahas tentang salah satu
parameter kualitas air yang baik pada media budidaya atau pemeliharaan
organisme akuatik, yaitu pH atau Konsentrai Ion Hidrogen pada suatu perairan
budidaya yang ditinjau dari segikelayakan, pengendalian serta dampak pH pada
media budidaya terhadap organisme akuatik didalamnya, serta keterkaitannya
dengan parameter kualitas air lainnya, Selain itu jugadijelaskan mengenai
indikator pembentuk pH.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi bagi kita semua,
sehingga dapat menganalisa salah satu parameter kualitas air untuk budidaya
oerganisme akuatik sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit serta
membuahkan hasil yang optimal dalam proses pembudidayaan organisme akuatik.
Air merupakan kompen yang penting dalam dunia budidaya organisme akuatik,
khususnya perikanan, karena air sendiri merupakan tempat habitat atau media
budidaya atau pemeliharaan hewan atau organisme akuatik, seperti ikan, udang,
kerang-kerangan, belut, hewan melata serta berbagai macam hewan yang tinggal
atau berhabitat di dalam perairan, namun demikian ada beberapa indikator atau
penanda bahwa air yang digunakan sebagai media budidaya tersebut benar-benar
baik untuk dimanfaatkan, sehingga pembudidaya dapat menganalisa serta
menyimpulkan bahwa habitat tersebut baik untuk dimanfaatkan sebagai media
budidaya serta dapat mengantisipasi timbulnya sumber penyakit, sehingga
organisme akuatik yang dibudidayakan dapat tumbuh dan berkembang secara
maksimal serta mendapatkan hasil yang optimal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pH sebagai salah satu indikator dalam budidaya udang vannamei?
2. Bagaimana korelasi pH dengan parameter kualitas air lainnya?
3. Bagaimana pH yang baik untuk budidaya skala tambak udang vannamei?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pH sebagai salah satu indikator dalam budidaya udang
vannamei
2. Untuk mengetahui korelasi pH dengan parameter kualitas air lainnya
3. Untuk mengetahui pH yang baik untuk budidaya skala tambak udang vannamei
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan tersebut manfaat dari makalah ini adalah diharapkan
dapat memberikan infomasi mengenai pengaruh pH terhadap kualitas air
budidaya organisme akuatik pada udang vannamei sehingga organisme akuatik
yang dibudidayakan dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal serta
mendapatkan hasil yang optimal.
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 pH Air
Indikator tingkat asam atau basa pada air yang dinilai dengan skala 0-14.
Air yang netral alias tidak basa maupun asam memiliki kandungan pH sebesar 7.
Air asam memiliki pH kurang dari 7 dan air basa lebih dari 7. Setiap angka ini
menggambarkan perubahan derajat asam/basa sebesar 10-kali lipat. pH merupakan
derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma
aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak
dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan
teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Bersifat relatif terhadap sekumpulan
larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional
(Nur, 2017)
2.2 Hubungan pH dengan Parameter Kualitas Air
pH merupakan salah satu parameter yang sangat penting dalam
pengelolaan kualitas air media budidaya udang vannamei. Derajat keasaman atau
pH menggambarkan aktivitas potensial ion hidrogen dalam larutan yang
dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (mol/l) pada suhu tertentu, atau pH =
- log (H+). pH tertinggi pada air tambak udang vannamei waktu pengukuran sore
hari. Penurunan pH air tambak ini terjadi akibat adanya penguraian atau
dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme karena dalam prosesnya
melepaskan CO₂ yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen dan pH air. Reaksi
pH air tambak yang rendah dapat meningkatkan kandungan bahan organik total.
Hal ini disebabkan karena pH media air berpengaruh secara langsung dengan
aktivitas mikroorganisme tanah untuk melakukan proses penguraian bahan
organik (Supriatna et al., 2020).
Konsentrasi pH di dalam air tambak berhubungan erat dengan faktor
fisika, kimia dan biologi air. Untuk melihat ada atau tidak adanya hubungan
konsentrasi pH di dalam tambak dengan faktor fisika, kimia dan biologi perairan
dilakukan uji korelasi. Berdasarkan analisis korelasi Pearson didapatkan bahwa
pH air tambak udang vannamei dipengaruhi positif oleh total alkalinitas dan
karbonat dan korelasi negatif dengan ortofosfat, bikarbonat dan TOM, taraf
ketelitian α (0.05). Nilai pH dalam suatu perairan tidak terlepas dari berbagai
aktivitas yang terjadi di perairan. pH perairan relatif konstan karena adanya
penyangga cukup kuat dari hasil keseimbangan karbon dioksida, asam karbonat,
karbonat dan bikarbonat yang disebut buffer. Perubahan nilai pH suatu perairan
terhadap organisme akuatik mempunyai batasan tertentu dengan nilai pH yang
bervariasi, tergantung pada suhu air laut, konsentrasi oksigen terlarut dan adanya
anion dan kation. Hubungan ketersediaan asam karbonat, karbon dioksida,
karbonat dan bikarbonat pada suatu perairan tambak tergantung pada pH.
Presentasi karbon dioksida akan tinggi jika kondisi pH di bawah 7, sementara jika
pH di atas 7 maka ketersediaan bikarbonat akan tinggi jika dibandingkan dengan
presentasi karbon dioksida dan asam karbonat, namun jika pH di atas 10 maka
hanya karbonat saja yang tersedia pada perairan tersebut. Umumnya, pH air
tambak pada sore hari lebih tinggi daripada pagi hari. Penyebabnya yaitu adanya
kegiatan fotosintesis oleh pakan alami, seperti fitoplankton yang menyerap CO₂.
Sebaliknya, pada pagi hari, CO₂ melimpah sebagai hasil pernapasan
organisme yang hidup di dalam peraira. Nilai pH dapat menjadi lebih rendah
akibat kandungan bahan organik yang tinggi. Nilai pH air dapat menurun karena
proses respirasi dan pembusukan zat-zat organik. Nilai pH rendah tersebut dapat
menurunkan pH darah ikan/udang yang disebut proses asidosis sehingga fungsi
darah untuk mengangkut oksigen juga menurun. Pada dasarnya keberadaan
karbon dioksida di perairan terdapat dalam bentuk gas karbon dioksida bebas, ion
bikarbonat, ion karbonat, dan asam karbonat yang diatur presentasinya
berdasarkan pH perairan tersebut (Arsad et al., 2017).
2.3 pH Optimal Budidaya Udang Vannamei
Kisaran nilai pH yang optimal untuk budidaya udang vannamei berkisar
antara 7,0-8,5. Pada kisaran tersebut udang dapat mengalami pertumbuhan
optimal. Konsentrasi pH air berpengaruh terhadap nafsu makan udang dan reaksi
kimia di dalam air. Selain itu pH yang berada di bawah kisaran toleransi
menyebabkan kesulitan ganti kulit dimana kulit menjadi lembek serta sintasan
menjadi rendah. kisaran pH optimal untuk pertumbuhan udang adalah 7-8.5, dan
dapat mentoleransi pH dengan kisaran 6.5-9. Konsentrasi pH air akan
berpengaruh terhadap nafsu makan udang. Selain itu pH yang berada di bawah
kisaran toleransi akan menyebabkan terganggunya proses molting sehingga kulit
menjadi lembek serta kelangsungan hidup menjadi rendah.
Pada perairan dengan pH rendah akan terjadi peningkatan fraksi hidrogen
sulfida (H2S) dan daya racun nitrit, serta gangguan fisiologis udang sehingga
udang menjadi stress, pelunakan kulit (karapas), juga penurunan derajat
kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan. pH 4 merupakan titik asam kematian
udang dan pH 11 merupakan titik basa kematian udang, sedangkan pada pH antara
4-6 dan 9-11 pertumbuhan udang sangat lambat. Kurangnya pergantian air dan
penyiponan menyebabkan terjadinya penumpukan sisa pakan dan feses di dasar
perairan sehingga menyebabkan tingginya kadar amonia. kisaran amonia sangat
rendah karena dengan diterapkannya sistem flok, maka sisa pakan dan feses yang
ada dikonversi menjadi bakterial flok sehingga menekan kandungan amonia di
perairan. Pada dasarnya, kisaran amonia tidak boleh lebih dari 0.1 ppm
Konsentrasi amonia yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan udang
terhambat, dapat meningkatkan kandungan nitrit yang bersifat toksik di perairan.
Nitrit merupakan produk bakteri nitrifikasi yang memanfaatkan amonia. Sehingga
untuk menghindari tingginya kadar amonia maka dilakukan penyiponan dan
pergantian air. Alkalinitas merupakan kemampuan air dalam menetralkan asam
atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Kisaran
optimal alkalinitas yaitu 90-150 ppm. Semakin sadah air semakin baik bagi usaha
budidaya udang dengan nilai optimal 120 ppm dan maksimal 200 ppm. Nilai
alkalinitas di atas 150 ppm harus diimbangi dengan pengenceran salinitas dan
kepekatan plankton serta oksigenisasi yang cukup (Nur, 2017)

2.4 Larutan Asam


Larutan Asam dalam pelajaran kimia adalah senyawa kimia yang bila
dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7.
Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion
H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron
bebas dari suatu basa (Warlina, 2013). Dalam kehidupan sehari-hari, dapat
dijumpai berbagai macam zat yang mengandung asam. Misalnya pada budidaya
udang vannamei kandungan pH dalam air dapat menjadi asam atau bernilai
dibawah 7 disebabkan oleh tingginya kadar karbon dioksida (CO₂) dari proses
respirasi organisme
Kesimpulan
1. pH merupakan salah satu parameter yang sangat penting dalam pengelolaan
kualitas air media budidaya udang vannamei. Derajat keasaman atau pH
menggambarkan aktivitas potensial ion hidrogen dalam larutan. Penurunan pH air
tambak ini terjadi akibat adanya penguraian atau dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme karena dalam prosesnya melepaskan CO₂ yang dapat
menurunkan konsentrasi oksigen dan pH air. Reaksi pH air tambak yang rendah
dapat meningkatkan kandungan bahan organik total.
2. pH atau kadar tingkat keasaman pada suatu ekosistem budidaya organisme
akuatik dapat dipengaruhi oleh tingkat kadar oksigen, dimana pada saat kadar
karbon dioksida dari proses respirasi organisme mengakibatkan kadar pH
menurun, dapat menggangu proses molting atau pengelupasan kulit menjadi tidak
sempurna sehingga kulitnys menjadi lembek serta kelangsungan hidupnya
menjadi rendah.
3. Kisaran nilai pH yang optimal untuk budidaya udang vannamei berkisar antara
7,0-8,5 (4; 8; 9; 10). Pada kisaran tersebut udang dapatmengalami pertumbuhan
optimal. Konsentrasi pH air berpengaruh terhadap nafsu makan udang dan reaksi
kimia di dalam air. Selain itu pH yang berada di bawah kisaran toleransi
menyebabkan kesulitan ganti kulit dimana kulit menjadi lembek serta sintasan
menjadi rendah.
Daftar Pustaka

Arsad, S., Afandy, A., Purwadhi, A. P., Maya V, B., Saputra, D. K., & Buwono,
N. R. (2017). Studi Kegiatan Budidaya Pembesaran Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) dengan Penerapan Sistem Pemeliharaan Berbeda
[Study of Vaname Shrimp Culture (Litopenaeus vannamei) in Different
Rearing System]. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 9(1), 1.
Nur, I. (2017). Pengendalian Sirkulasi Dan Pengukuran Ph Air Pada Tambak
Udang Berbasis Arduino. Skripsi Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, 13.
Supriatna, Mahmudi, M., Musa, M., & Kusriani. (2020). HUBUNGAN pH
DENGAN PARAMETER KUALITAS AIR PADA TAMBAK INTENSIF
UDANG VANNAMEI ( Litopenaeus vannamei ). Journal of Fhiseries and
Marine Research, 4(3), 368–374.
Warlina, L. (2013). Pencemaran Air. Jurnal Pencemaran Air, 2, 1–7.

Anda mungkin juga menyukai