Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
YOGYAKARTA
2017
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah penyebaran mikroorganisme di lingkungan perairan
(akuatik) ?
b. Bagaimanakah peran mikroorganisme pada lingkungan perairan (akuatik) ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Jumlah bakteri saprofit di sungai dan mata air bergantung pada musim. Pada
musim panas dan musim dingin akan memiliki jumlah yang berbeda dan mengalami
fluktuasi. Jumlah bakteri tertinggi pernah dihitung selama musim dingin dengan
keadaan temperatur rendah dengan nutrisi yang didapatkan dari limbah. Jumlah
yeast di sungai meningkat karena limbah yang dibuang ke sungai cukup besar. Pada
arus air yang jernih yeast jarang ditemukan. Spora-spora jamur tingkat tinggi secara
melimpah berada di sungai dan merupakan bagian penting dari peningkatan limbah.
Sedangkan komposisi populasi fungi tingkat rendah tergantung dari jumlah bahan
organik yang masuk.
4
Cyanophyta tersebar luas pada danau perairan dalam. Pada danau
oligotrofik, fitoplankton ini tergolong sangat kecil. Proses peningkatan dengan cara
eutrofikasi. Dalam danau eutrofik, Cyanophyta terdapat pada musim panas dan
berwarna kehijauan pada air, hal ini terjadi pada lapisan sekitar 1-2 meter.
Peningkatan eutrofikasi juga meningkatkan perubahan populasi Cyanophyta,
misalnya Oscillatoria rubescens.
5
2.1.4 Distribusi pada Sedimen Perairan Dalam
Koloni mikroorganisme dalam jumlah besar bisa didapatkan dari lapisan
atas lumpur suatu danau karena memiliki bahan organik yang tinggi. Keberadaan
mikroorganisme tersebut dapat dihitung dengan perhitungan mikroskopik
langsung. Jumlah bakteri yang ditemukan antara 1.000.000 sampai dengan
beberapa ratus juta per gram lumpur. Jumlah bakteri saprofit secara umum
sebanyak beberapa puluh ribu sampai beberapa ratus ribu per gram lumpur. Pada
air yang tercemar didapatkan jumlah yang lebih besar.
Lumpur yang berisi bakteri dan bahan-bahan organik yang telah terurai
dapat ditemukan pada kedalaman lumpur yang hanya beberapa sentimeter. Pada
kedalaman 1 m jumlah bakteri hanya sedikit dibandingkan pada permukaan.
Hampir pada semua endapan danau, di samping Eubacteria, Actinomycetes juga
dapat dideteksi. Jumlah Actinomycetes menurun sesuai dengan kedalaman.
Demikian juga, jumlah fungi dalam lumpur danau juga menurun dengan
meningkatnya kedalaman sedimen.
6
mempercepat kemungkinan kembalinya unsur-unsur anorganik penting ke dalam
siklus zat organik baru. Menurut suriawiria (1985), kehadiran mikroba di dalam air,
mungkin akan mendatangkan keuntungan tetapi juga mungkin mendatangkan
kerugian.
7
fotosintesis tersubut akan menambah jumlah (kadar) oksigen di dalamnya,
sehingga nilai kelarutan oksigen (umumnya disebut DO atau dissolved
oxygen) akan naik atau bertambah.
d. Kehadiran hasil uraian senyawa hasil rombakan bakteri atau fungi, ternyata
digunakan atau dimanfaatkan oleh jasad-jasad lain, antara lain oleh
microalgae, oleh bakteri atau fungi sendiri. Sehingga dalam masalah ini
jasad-jasad pengguna tersebut dinamakan consumer atau jasad pemakai.
Tanpa adanya jasad pemakai, kemungkinan besar penimbunan (akumulasi)
hasil uraian tersebut dapat mengakibatkan keracunan terhadap jasad lain,
khususnya ikan.
e. Mendegradasi atau sebagai alternatif pengolahan air dengan teknologi
bioremediasi untuk menghilangkan logam berat, seperti bakteri Nitrobacter
dan Nitrosomonas (Pridie, 2012). Selain bakteri, mikroalga seperti
sianobakteria dan chorella juga mampu mendegradasi logam berat melalui
proses fitoremediasi. Chorella mampu mendegradasi logam Seng (Zn)
dengan melakukan translokasi logam dari akar menuju tubuhnya. Logam
berat tersebut akan terserap dan tinggal pada tubuh chorella. Selanjutnya
apabila chorella tidak mampu menahan logam berat tersebut, chorella akan
mati. Selain itu, bakteri Nitrosomonas mampu mengubah ammonia menjadi
nitrit dan Nitrobacter mampu mengubah nitrit menjadi nitrat yang disebut
dengan proses nitrifikasi. Kedua bakteri ini saling bekerja sama dalam
peningkatan kadar ammonia dalam perairan. Setelah dilukakan proses
penguraian, nitrat tadi dapat diserap tumbuhan air seperti ganggang atau
menguap setelah melalui proses oksidasi di permukaan air.
8
disimpan lama yaitu berwarna kehitam-hitaman, kecoklat-coklatan, dan
lain-lain dan Kelompok bakteri belerang (contoh, Chromatium dan
Thiobacillus) yang mampu mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S.
Akibatnya kalau air disimpan lama akan tercium bau busuk.
c. Kelompok mikroalga (misalnya yang termasuk kelompok mikroalga
hijaubiru, biru, dan kersik), yang mengalami pertumbuhan massa alga yang
sangat banyak (blooming). Blooming menyebabkan perairan berwarna, ada
endapan, dan bau amis, disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan
mikroalga (Anabaena flos-aquae dan Microcystis aerugynosa). Dalam
keadaan blooming sering terjadi :
i. Ikan mati disebabkan jenis-jenis mikroalga yang terdapat di dalam air
menghasilkan toksin yang dapat meracuni ikan
ii. Korosi/pengkaratan terhadap logam karena di dalam massa mikroalga
didapatkan pula bakteri besi atau belerang penghasil asam yang korosif
iii. Kekurangan oksigen karena mikroalga yang menutupi permukaan
kolam sehingga menyebabkan ikan mati
d. Kehadiran kelompok bakteri dan mikroalga tersebut di dalam air, dapat
menyebabkan terjadinya penurunan turbiditas dan hambatan aliran, karena
kelompok bakteri besi dan belerang dapat membentuk serat atau lendir.
Akibat lainnya adalah terjadinya proses korosi (pengkaratan) terhadap
benda-benda logam yang berada di dalamnya, menjadi bau, berubah warna,
dan sebagainya.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mikroorganisme akuatik memiliki cara distribusi penyebaran yang berbeda-
beda antara danau, mata air, sungai, maupun laut. Mikroorganisme akuatik
memiliki peranan yang sangat penting dalam keberlangsungan ekosistem perairan.
Selain itu, mikroorganisme juga merupakan sebagai parameter penentu kualitas air.
Hal ini dikarenakan banyaknya mikroorganisme yang mampu mendegradasi logam
berat yang ada didalam air. Beberapa mikroorganisme akuatik dalam jumlah
banyak dapat menyebabkan kerugian, yaitu sebagai pembawa penyakit air
(waterbone disease), mengoksidasi beberapa senyawa logam berat, menyebabkan
perairan menjadi keruh dan bau.
10
DAFTAR PUSTAKA
11