MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mikrobiologi Lingkungan yang diampu oleh
Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M. Pd
Disusun Oleh :
Offering G/D-V
S2 BIOLOGI/JURUSAN BIOLOGI
April 2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Makalah berjudul “Adaptasi
Mikroorganisme di Lingkunga Perairan” Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Mikrobiologi
Lingkungan yang telah membimbing dan mendampingi penulis dalam penyusunan
makalah ini.
2. Serta rekan-rekan Offering G-D/V S2 Biologi Universitas Negeri Malang.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Mikrobiologi Lingkungan”. Penulis juga berharap semoga pembuatan makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Demikian
pengantar yang dapat penulis sampaikan. Penulis pun sadar bahwasannya penulis hanyalah
seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan
hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa
menjadi koreksi bagi penulis nanti dalam upaya evaluasi diri.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................1
C. Batasan Masalah......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................2
A. Penyebaran Mikroorganisme di Lingkungan Perairan..............................2
B. Peranan Mikroorganisme di Lingkungan Perairan....................................4
BAB III PENUTUP............................................................................................7
A. Kesimpulan...............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................8
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan semua makhluk yang berukuran beberapa mikron atau lebih
kecil lagi. Makhluk yang termasuk golongan ini adalah bakteri, cendawan atau jamur tingkat
rendah, ragi yang menurut sistematik masuk golongan jamur, ganggang, hewan bersel satu atau
protozoa, dan virus. Mikroorganisme bersifat kosmopolit, seperti di dalam tanah, di lingkungan
akuatik yang berkisar dari aliran air sampai lautan, dan di atmosfer.
Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan alam dan kehidupan manusia beberapa
diantaranya bermanfaat dan yang lain merugikan (Pelczar dan Chan,2005). Mikroorganisme
tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan abiotik dan biotik dari suatu ekosistem. Salah
satunya adalah peran mikroorganisme yang hidup pada daerah perairan. Air alami tersedia
sebagai habitat untuk sejumlah mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut dapat menempati
habitat air tawar seperti danau, sungai, kolam, habitat lautan, atau habitat estuaria. Ilmu
mengenai mikroorganisme dalam lingkungan air tawar, lautan, dan estuari disebut mikrobiologi
akuatik. (Waluyo, 2009). Menurut Tarigan 1988, keberadaan mikroorganisme dalam
lingkungan akuatik dan kegiatannya sangat penting. Mikroorganisme tersebut dapat
mempengaruhi kesehatan manusia dan kehidupan hewan, hal ini karena mereka menempati
posisi kunci di dalam rantai makanan dengan cara menyediakan makanan bagi kehidupan
akuatik berikutnya yang bertaraf lebih tinggi. Mikroorganisme tersebut membantu
berlangsungnya rantai reaksi biokimiawi yang mengatur daur ulang unsur, seperti yang terjadi
di dalam tanah. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dikaji secara umum tentang
penyebaran mikroorganisme akuatikserta peranan mikroorganisme di lingkungan akuatik baik
yang menguntungkan maupun merugikan beserta proses adaptasinya.
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, tujuan dari penulisan ini yaitu:
1. Menjelaskan penyebaran mikroorganisme di lingkungan perairan.
2. Menjelaskan peranan mikroorganisme di lingkungan perairan.
C. Batasan Penulisan
Batasan penulisan makalah ini sesuai dengan topik yang dituliskan berdasarkan referensi dari
pustaka yang diperoleh yaitu:
1. Membahas penyebaran mikroorganisme di lingkungan perairan.
2. Membahas peranan mikroorganisme di lingkungan perairan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2. Distribusi Mikroorganisme di Lingkungan Perairan Danau
Jumlah bakteri saprofit di danau bergantung pada tipe danau. Jumlah terbesar biasanya
pada tipe danau eutrofik yaitu, danau yang memiliki kedalaman cukup dangkal karena
fitoplankton di dalamnya sangat produktif, maka danau ini kaya akan makanan (Indriani, dkk.,
2016). Pada danau yang jernih jumlah tertinggi bakteri pada saat jumlah nutrien fitoplankton
diproduksi paling tinggi. Distribusi vertikal bakteri tergantung dari perbedaan musim. Selama
musim panas yang paling berkembang adalah alga dan bakteri. Tidak hanya jumlah total bakteri
pada berbagai zona yang berbeda tetapi juga komposisi dari spesiesnya. Distribusi mikroba pada
danau mesotrofik dipengaruhi oleh persediaan oksigen. Bakteri Metallogenium personatum
ditemukan pada lapisan 10 meter dari permukaan. Pada kedalaman 10,75 meter, dimana H2S
selalu ada maka, bakteri sulfur seperti Rhodothece conspicua dan Thiocapsa sp mencapai jumlah
maksimum. Bakteri sulfur hijau, misalnya Pelodictyon luteolum di bawah kedalaman 11-11,5 meter
menjadi paling dominan jumlahnya. Sejumlah bakteri Chlorochromatium dan Pelodictyon roseoviride
juga didapatkan padakedalaman 11-12 meter. Bakteri Peloploca pulchra didapatkan pada
kedalaman13,0-22,5 meter. Jumlah terbesar bakteri fotoautotrof yang pernah diobservasi di
danau eutrofik bergaram yaitu 48 juta per ml, dan pada danau oligotrofik air tawar mencapai 3,5
juta per ml. Cyanophyta tersebar luas pada danau perairan dalam. Pada danau oligotrofik,
fitoplankton ini tergolong sangat kecil. Proses peningkatan dengan cara eutrofikasi. Dalam danau
eutrofik, Cyanophyta terdapat pada musim panas dan berwarna kehijauan pada air, hal ini
terjadi pada lapisan sekitar 1-2 meter. Peningkatan eutrofikasi juga meningkatkan perubahan
populasi Cyanophyta, misalnya Oscillatoria rubescens (Garno, 2016). Koloni mikroorganisme dalam
jumlah besar bisa didapatkan dari lapisanatas lumpur suatu danau karena memiliki bahan organik
yang tinggi. Keberadaan mikroorganisme tersebut dapat dihitung dengan perhitungan
mikroskopiklangsung. Jumlah bakteri yang ditemukan antara 1.000.000 sampai beberapa
ratus juta per gram lumpur. Jumlah bakteri saprofit secara umum sebanyak beberapa puluh ribu
sampai beberapa ratus ribu per gram lumpur. Pada air yang tercemar didapatkan jumlah yang
lebih besar. Lumpur yang berisi bakteri dan bahan-bahan organik yang telah teruraidapat
ditemukan pada kedalaman lumpur yang hanya beberapa sentimeter. Pada kedalaman 1 meter
jumlah bakteri hanya sedikit dibandingkan pada permukaan. Hampir pada semua endapan danau,
di samping Eubacteria, Actinomycetes juga dapat dideteksi. Jumlah Actinomycetes menurun
sesuai dengan kedalaman. Demikian juga, jumlah fungi dalam lumpur danau juga menurun
dengan meningkatnya kedalaman sedimen (Badjeori, 2013).
5
belerang. Organisme yang telah diketahui memiliki kemampuan mendegradasi hidrokarbon
terutama adalah mikroorganisme seperti jamur, ragi, dan bakteri (Rosenberg, et al., 1992
dalam Zam, 2010). Genus bakteri yang paling sering ditemui sebagai pendegradasi minyak
adalah Achromobacter, Acinetobacter, Alcaligenes, Arthrobacter, Bacillus, Flavo bacterium,
Nocardia, Pseudomonas, Corynebacterium, Micrococcus dan Vibrio (Austin,et al, 1977).
Hidrokarbon merupakan senyawa hidrofob. Bakteri hidrokarbonoklastik menggunakan
hidrokarbon sebagai sumber energi dan sumber karbon (Martani dan Jutono, 1984).
Kemampuan bakteri dalam memecahkan rantai hidrokarbon diawali dengan pelarut
hidrokarbon dalam fase cair oleh surfaktan yang dihasilkan mikroorganisme tersebut
(Rosenberg, et al., 1992 dalam Zam, 2010).
2. Mendatangkan Kerugian
Salmonella penyebab penyakit tifus, Leptospira penyebab penyakit zoonosis,
Shigelladysentrie penyebab penyakit disentri, Vibrio comma penyebab penyakit kolera, dan
Ascaris penyebab penyakit cacing. Kelompok bakteri besi (contoh, Crenothrix dan Sphaerotilus)
yang mampu mengoksidasi senyawa besi (II) menjadi besi (III). Akibat kehadiran
mikroorganisme tersebut, air sering mengalami perubahan warna jika disimpan lama yaitu
berwarna kehitam-hitaman, kecoklat-coklatan, dan lain-lain dan kelompok bakteri belerang
(contoh, Chromatium dan Thiobacillus) yang mampu mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S.
Akibatnya kalau air disimpan lama akan tercium bau busuk. Kelompok mikroalga (misalnya
yang termasuk kelompok mikroalga hijaubiru, biru, dan kersik), yang mengalami
pertumbuhan massa alga yang sangat banyak (blooming). Blooming menyebabkan perairan
berwarna, adaendapan, dan bau amis, disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan mikroalga
(Anabaena flos-aquae dan Microcystis aerugynosa). Dalam keadaan blooming sering terjadi (a)
Ikan mati yang disebabkan jenis-jenis mikroalga yang terdapat di dalam airmenghasilkan
toksin yang dapat meracuni ikan (b) Korosi/pengkaratan terhadap logam karena di dalam
massa mikroalga didapatkan pula bakteri besi atau belerang penghasil asam yang korosif (c)
Kekurangan oksigen karena mikroalga yang menutupi permukaan kolam sehingga
menyebabkan ikan mati. Kehadiran kelompok bakteri dan mikroalga tersebut di dalam air,
dapat menyebabkan terjadinya penurunan turbiditas dan hambatan aliran, karena kelompok
bakteri besi dan belerang dapat membentuk serat atau lendir. Akibat lainnya adalah terjadinya
proses korosi (pengkaratan) terhadap benda-benda logam yang berada di dalamnya, menjadi
bau, berubah warna,dan sebagainya.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mikroorganisme perairan memiliki cara distribusi penyebaran yang berbeda antara
sungai, danau, dan laut. Mikroorganisme perairan memiliki peranan yang sangat penting
dalam keberlangsungan ekosistem perairan. Adaptasi mikroorganisme di dalam perairan
dapat ditunjukkan oleh Anabaena azollae dengan membentuk kista berupa sel yang panjang,
berdinding sel tebal sebagai tempat fiksasi N2 yang disebut heterokis yang tahan terhadap
kondisi kering. Mikroorganisme juga merupakan sebagai parameter penentu kualitas air. Hal
ini dikarenakan banyaknya mikroorganisme yang mampu mendegradasi logam berat yang
ada di dalam air. Beberapa mikroorganisme perairan dalam jumlah yang banyak dapat
menyebabkan kerugian, yaitu sebagai pembawa penyakit air (waterbone disease),
mengoksidasi beberapa senyawa logam berat, menyebabkan perairan menjadi keruh dan
bau.
DAFTAR RUJUKAN
Astuti, D, I. 2003. Pemanfaatan Kultur Campuran Isolat Mikroba Lokal Untuk Degradasi
Minyak Bumi dan Produksi Biosurfaktan. Disertasi Doktor Institut Teknologi Bandung,
Bandung
Badjeori, M. (2013). Distribusi Spasial Bakteri Perombak Nitrogen di Perairan Danau Toba,
Sumatera Utara. Jurnal LIMNOTEK, 20(1), 89–99.
Design, H. (1982). Use in Tropical Agriculture : 142–161.
Garno, Y. S. (2016). Dampak Eutrofikasi Terhadap Struktur Komunitas dan Evaluasi Metode
Penentuan Kelimpahan Fitoplankton. Jurnal Teknologi Lingkungan, 13(1), 67.
https://doi.org/10.29122/jtl.v13i1.1406
Hutabarat, S. dan Evans, S.M. 1985.NPengantar Oseanografi. Jakarta: UI Press.
Indriani, W., Hutabarat, S., & Ain, C. (2016). Status Trofik Perairan Berdasarkan Nitrat, Fosfat,
Dan Klorofil-A Di Waduk Jatibarang, Kota Semarang. Management of Aquatic Resources
Journal (MAQUARES), 5(4), 258–264. https://doi.org/10.14710/marj.v5i4.14418
Leksono, A., Atmodjo, W., Maslukah, L., Kelautan, J. I., Perikanan, F., & Diponegoro, U.
(2013). Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose Studi Arus Laut Pada
Musim Barat di Perairan Pantai Kota Cirebon. 2(2008), 206–213.
Pelczar dan Chan. 2005. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Pridie, B. 2012. Jurnal Ilmu Lingkungan : Teknik Bioremediasi Sebagai Alternatifdalam Upaya
Pengendalian Pencemaran Air . Semarang: UNDIP.
Resosoedarmo,R.S. et al. 1984. Pengantar Ekologi. Bandung: Remaja Karya.
Rosenberg, E., Legmann, R., Kushmaro, A., Taube, R., Adler, E., and Ron, E. Z. 1992.
Petroleum Bioremediation – A Multiphase Problem. Biodeg. 3, 213 – 226
Rheinheimer, G. 1980. Aquatic Microbiology. Chichester: A wiley Inter Science Publication.
Sudjana. (2014). Penggunaan Azolla Untuk Pertanian Berkelanjutan. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 1(2), 2013–2015.
Sutiknowati, L. I. (2013). Mikroba Parameter Kualitas Perairan P. Pari Untuk Upaya Pembesaran
Biota Budidaya. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, 5(1), 204–218.
Suriawiria, U. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa.
Syahbaniati, A. P., & Sunardi, S. (2019). Distribusi vertikal fitoplankton berdasarkan kedalaman
di pantai timur Pananjung Pangandaran, Jawa Barat Vertical distribution of phytoplankton
based on depths in East Coast of Pananjung Pangandaran, West Java. Pros Sem Nas Masy
Biodiv Indon, 5(1), 81–88. https://doi.org/10.13057/psnmbi/m050116
Tarigan, J. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: P2LPTK.
Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press