Anda di halaman 1dari 26

BIOTEKNOLOGI

“PERANAN MIKROBA DALAM LINGKUNGAN AKUATIK”

Oleh:

Nama Kelompok 4:
Riadhil Jannah Nim. 1613071022
Anak Agung Ngurah Krisna Buana Nim. 1613071024
Putu Rasikya Kunty Manik Nim. 1613071044

Dosen pengampu:
Prof. Dr. Ni Putu Ristiati, M.Pd.
Luh Mitha Priyanka, S.Pd., M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas segala limpahan berkat, rahmat, karunia dan anugrah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah Bioteknologi yang berjudul “Peranan Mikroba
Dalam Lingkungan Akuatik” ini dengan lancar dan tepat pada waktunya. Penulis
menyusun makalah ini dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Bioteknologi yang diampu oleh Ibu Prof. Dr. Ni Putu Ristianti, M.Pd dan Ibu Luh
Mitha Priyanka, S.Pd., M.Pd. Selama proses penyusunan makalah ini, penulis
menemui beberapa permasalahan dan hambatan, tetapi berkat adanya bantuan dari
berbagai pihak yang terkait, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan lancar.
Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
atas bantuan dari berbagai pihak yang terkait. Penulis sangat menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih memiliki banyak
kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat dijadikan referensi dalam
penulisan makalah yang serupa, serta tak lupa memohon maaf yang sebesar-
besarnya jika ada hal-hal yang tidak berkenan.

Singaraja, 16 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................2
1.3 Tujuan ...............................................................................................2
1.4 Manfaat .............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
2.1 Lingkungan Akuatik dan Komposisi Biologis..................................3
2.2 Mikrobiologi Air Minum...................................................................6
BAB III PENUTUP..........................................................................................26
3.1 Kesimpulan .......................................................................................26
3.2 Saran .................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikrobiologi air adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan peranan
mokroorganisme di dalam lingkungan air. Lingkungan Akuatik ialah
lingkungan yang rung lingkupnya meliputi perairan. Perairan yang dimaksud
yaitu perairan tawar, muara dan marin, termasuk mata air, danau, sungai, dan
laut. Mikrobiologi akuatik ialah telaah mengenai mikroorganisme serta
kegiatanya yang terdapat di perairan seperti yang telah disebutkan diatas.
Bidang tersebut (Mikrobiologi akuatik) menelaah virus, bakteri, algae,
protozoa, dan cendawan mikroskopik yang menghuni perairan alamiah ini.
Beberapa diantara organisme ini memang merupakan penghuni asli perairan
alamiah ini, yang lai merupakan penghuni sementara, yang sebentar-sebentar
memasuki perairan tersebut dari udara atau tanah, atau dari proses industri
bakhan dari rumah tangga.
Jasad-jasad renik ini beserta kegiatanya dalam banyak hal amatlah
penting. Mereka dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan kehidupan
hewan. Mereka menempati posisi kunci di dalam rantai makanan dengan cara
menyediakan makanan bagi kehidupan akuatik berikutnya yang bertaraf lebih
tinggi. Meraka membantu berlangsungnya rantai reaksi biokimia yang
mengatur daur ulang unsur-unsur, seperti yang terjadi dalam tanah.
Mikrobiologi akuatik menjadi makin penting dengan adanya urbanisasi yang
disertai makin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan air, pentingnya
perariran alamiah sebagai sebagai reservoir makanan utama, penyelidikan
lepas pantai untuk mendaptkan minyak dan mineral, didirikannya badan
perlindungan keadana lingkungan, serta perkembangan-perkembangan
lainnya.
Maka dari itu, pada makalah ini akan lebih membahas tentang bagaimana
peranan mikroba dalam lingkungan akuatik, bagaimana komposisi biologis
dalam lingkungan akutik dan bagaimana peranan mikroba dalam
mikrobiologi air minum.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang dirumukan yaitu.
1. Bagaimana peranan mikroba dalam lingkungan akuatik dan komposisi
biologis?
2. Bagaimana peranan mikroba dalam mikrobiologi air minum?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui peranan mikroba dalam lingkungan akuatik dan
komposisi biologis.
2. Dapat mengetahui peranan mikroba dalam mikrobiologi air minum.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Manfaat bagi penulis
Penulis dapat melatih kemampuan dalam menulis karya tulis seperti
pembuatan makalah ini. Selain membuat makalah penulis juga mendapat
pengetahuan baru terkait peranan mikroba dalam lingkungan akuatik dan
terutama pada air minum.
2. Manfaat bagi pembaca
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
yang lebih dan bermanfaat bagi pembaca. Sehingga makalah ini dapat
dijadikan referensi untuk mengetahui peranan mikroba dalam lingkungan
akuatik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Lingkungan Akuatik dan Komposisi Biologis
Lingkungan Akuatik ialah lingkungan yang ruang lingkupnya meliputi
perairan. Perairan yang dimaksud yaitu perairan tawar, muara, danau, sungai,
dan laut. Mikrobiologi akuatik ialah telaah mengenai mikroorganisme serta
kegiatanya yang terdapat di perairan seperti yang telah disebutkan diatas.
Bidang tersebut (Mikrobiologi akuatik) menelaah virus, bakteri, algae,
protozoa, dan cendawan mikroskopik yang menghuni perairan alamiah ini.
A. Air
Air merupakan materi esensial dalam kehidupan. Semua makhluk
hidup memerlukan air. Keperluan air untuk kehidupan sehari-hari,
berbeda untuk tiap tempat dan untuk tiap tingkatan kehidupan. Semakin
tinggi taraf kehiduan semakin tinggi atau meninggkat jumlah keperluan
akan air. Sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf hidup makan
jumlah keperluan air selalu meningkat setiap saatnya khususnya untuk
keperluan rumah tangga. Akibatnya kegiatan untuk pengadaan sumber-
sumber air baru terus dilakukan antara lain:
1. Mencari sumber-sumber air baru seperti air tanah, air sungai, air
danau.
2. Mengolah dan mentawarkan air laut.
3. Mengolah dan meningktakan kembali air yang telah tercemar seperti
air sungai, air danau dan sumber air lainnya yang umumnya telah
tercemar secara fisik, kimiawi maupun mikrobiologis.
Masalah yang paling sulit dalam mengolah air adalah semakin
meningkatnya pencemaran. Pencemaran tersebut dapat berasal dari:
1. Sumber domestik misalnya: limbah rumah tangga
2. Sumber nondomestik misalnya: limbah industri dan limbah
pertanian.

Mikrobiologi air menjadi sangat penting karena:


1. Adanya urbanisasi disertai makin meningkatnya keperluan
masyarakat akan air untuk berbagai kegiatan

3
2. Sebagai reservoir makanan utama
3. Penelitian lepas pantai untuk mendaptkan minyak dan mineral
4. Didirikannya badan perlindungan keadaan lingkungan.
B. Air Alami/ Perairan Alamiah
Perputaran uap air dari bumi menuju atmosfer atau sebaliknya
melalui suatu proses yang dikenal sebagi daur air atau dau hidrologis.
Istilah ini mengacu pada sirkulasi air dari lautan dan air permukaan lain
menuju atau melalui evaporasi dan transpirasi diikuti dengan presipitasi
kembali ke bumi sebagai hujan.
Air alami dapat diklasifisikan menjadi:
1. Air atmosfer: air yang terkandung di awan dan dipresipitasikan
sebagai hujan, salju atau hujan es.
2. Air permukaan: kumpulan air seperti danau, sungai dan laut
3. Air tanah: air di bawah permukaan tanah yang terdapat dalam
keadaan jenuh dalam seluruh pori-pori tanah serta ruang di dalam
dan diantara batu-batuan.

Gambar 1. Daur siklus hidrologis yang menggambarkan sistem


sirkulasi air permukaan ke atmosfer dan kembali ke bumi.
Diperkirakan bahwa jumlah air yang menguap setiap tahunnya dari
lautan ialah sebanyak 330.000 kilometer kubik sedangkan dari danau dan
permukaan tanah sebanyak 62.500 kilometer kubik. Penguapan total

4
diimbangi oleh presipitasi total, dari jumlah tersebut 100.000 kilometer
kubik jatuh ke permukaan tanah.
Air alami tersedia sebagai habitat untuk sejumlah mikroorganisme.
Mikroorganisme tersebut dapat menepati habitat air-tawar seperti danau,
sungai, kolam, habitat lautan, atau habitat estuary atau daerah antara laut
dan ajr-tawar. Ilmu mengenai mikroorganisme dalam lingkungan air-
tawar, lautan dan asturi disebut mikrobiologi akuatik.
Berbagai macam mikroba yang ditemukan dalam air, penyebarannya
ditentukan oleh beberapa faktor, baik itu kimia atau fisik yang terdapat
dalam lingkungan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut
antara laian yaitu temperatur, tekanan hidrostatik, cahaya, salinitas,
turbiditas, pH, dan nutrien.
a. Temperatur
Temperatur air permukaan bierkisar antara 0oC di daerah kutub
sampai 40oC di daerah aquator. Di bawah permukaan lebih dari 90%
lingkungan laut memiliki temperatur di bawah 5oC, suatu kondisi
yang disukai untuk pertumbuhuan mikroorganisme.
Sejumlah bakteri termofilik dapat diisolasi dari endapan
anaerobik dekat palung pada dasar lautan. Sebagai contoh,
archaeobacteria Pyrodictium occultum, diisolasi dari bawah laut
dekat pulau Volcano., Italia, dimana air bertemperatur 103oC. Dari
hasil penelitian dilaboratorium, bakteri tersebut dapat tumbuh secara
optimum pada temperature 105oC dan tidak tumbuh pada
temperature dibawah 82 oC. Pyrodictium occultum merupakan bateri
autotroph anaerobic yang tumbuh melalui pembentukan hydrogen
sulfide (H2S) dari gas hydrogen (H2) dan unsur sulfur (S).
Pyrodictium occultum, mewakili kelompok baru archaebakteria
hipertemofilik dari laut pada bagian dunia yang berbeda. Spesies ini
dari genus ini dapat tumbuh optimal pada temperatur 100oC,
merupakan bakteri bentuk batang Gram-negatif, anaerob sempurna,
dan bergerak dengan flagella.

5
b. Tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik merupakan tekanan pada dasar suatu kolam
vertikal air. Tekanan tersebut meningkat menurut kedalaman pada
kisaran 1 atmosfer tekanan (14,7 lb/in2) dari setiap 10 m. pada daerah
yang sangat dalam, seperti dekat dasar lautan, tekanan hidrostatik
sangat besar dan dapat menyebabkan perubahan dan mempengaruhi
sistem biologic, seperti perubahan kecepatan realsi kimia, kelarutan
nutrien, dan titik didih air. Organisme barofilik merupakan
organisme yang tidak dapat tumbuh pada tekanan atmosfir normal.
Sejumlah bakteri barorofilik dapat diisolasi dari parit lautan Pasifik
pada kedalaman antara 1000-10.000 m. isolasinya membutuhkan
alat-alat khusus yang memelihara tekanan tinggi pada sampel dari
waktu pengambilan sampai, dan selama masa pembiakkan,
umumnya bakteri barofilik dapat tumbuh baik pada tekanan yang
kurang dari tempat asalnya dan hampir seluruhnya diinkubasi pada
temperature psikrofilik (± 2oC).
c. Cahaya
Sebagian besar bentuk kehidupan akuatik bergantung (baik
langsung maupun tidak langsung) pada produk metabolic organisme
fotosintetik. Organisme fotosintetik utama dalam sebagain besar
habitat aquatik adalah alga dan Cyanobacteria: pertumbuhannya
dibatasi oleh lapisan permukaan air dimana cahaya dapat menembus.
Bagian dalam air dimana terjadi fotosintesis disebut zona fotik.
Ukuran zona ini berbeda bergantung pada kondisi daerah seperti
posisi matahari, musim, dan khususnya kekeruhan air. Umumnya,
aktivitas fotosintetik dibatasi pada kedalaman kurang dari 50-125 m
badan air, bergantung pada kejernihan air.
d. Salinitas
Salinitas atau konsentrasi NaCl air alami berkisar antara 0% dalam
air-tawar sampai 32% NaCl dalam danau asin seperti the Great Salt
Lake di Utah. Air laut mengandung NaCl sekitar 2,75%: konsentrasi
garam total air laut (NaCl ditambah garam lainnya) berkisar antara

6
3,3 – 3,7%. Di samping NaCl garam lain yang ditemukan dalam air
ialah natrium karbonat, kalsium dan magnesium. Konsentrasi garam
pada daerah yang dangkal dan dekat mulut/hilir sungai biasanya
rendah. Pada daerah esturi, konsentrasi garam berbeda dari dasar
sampai permukaan, dari hulu sampai hilir, dan dari musim ke musim,
menciptakan bahkan merubah kondisi bentuk kehidupan yang
menepati badan air tersebut.
Sebagian besar mikroorganisme laut merupakan halofilik, yang
tumbuh dengan baik pada konsentrasi NaCl kurang dari 2,5-4,0%.
Dengan kata lain, mikroorganisme dari danau dan sungai dapat
dihambat pertumbuhannya dengan konsentrasi NaCl lebih dari %.
e. Turbiditas
Turbiditas atau kekeruhan menandakan perbedaan dalam kejernihan
air. Laut adriatik bersih dan berkilauan pada bagian kedalaman
sedangkan sungai Mississipi sangat keruh. Badan yang tercampur
yang mampu mengeruhkan air adalah:
1. Partikel bahan mineral
2. Detritus, partikel bahan organik seperti potongan selulosa,
hemiselulosa, dan kitin dari hasil dekomposisi hewan dan
tumbuhan
3. Suspensi mikroorganisme.
Air yang sangat keruh, menyebabkan kurang tembus cahaya, zona
fotik kurang dalam. Partikel bahan-bahan juga tersedia sebagai
tempat menempelnya mikroorganisme. Beberapa spesies bakteri
menempel pada permukaan yang padat dengan maksud
berkolonisasi, misalnya Epibakteria. Partikel tersebut juga tersedia
sebagai subtrat untuk metabolism mekroorganisme.
f. Konsentrasi Ion Hidrogen (pH)
Mikroorganisme aquatik biasanya tumbuh baik pada pH 6,5-8,5. Air
laut memiliki pH 7,5-8,5, dan sebagian besar mikroorganisme laut
tumbuh baik pada media kultur dengan pH 7,2-7,6. Danau dan
sungai dapat memiliki kisaran pH yang luas bergantung pada kondisi

7
lingkungan setempat. Sebagai contoh, archaebakteria dapat diisolasi
dari danau garam di Afrika, dimana pH tinggi sekitar 11,5, spesies
archaebakteria lain dapat hidup pada pH sangat rendah 1,0 atau
kurang.
g. Nutrien
Jumlah dan macam bahan organik dan anorganik (nutrien) yang
terdapat dalam lingkungan aquatik secara nyata membatu
pertumbuhan mikroorganisme. Nitrat dan fosfat merupakan unsur
anorganik yang mendukung pertumbuhan alga. Kelebihan nitrat
dan/atau fosfat dapat menyebabkan kelebihan pertumbuhan alga
(‘blooming’) pada badan air dan memperbesar penggunaan oksigen
dalam air, juga menutupi permukaan air, sehingga air, sulit ditembus
cahaya, dan akhirnya mematikan semua kehidupan dalam air.
Jumlah nutrien dalam badan air mengarah pada penimbunan
nutrien dalam suatu lingkungan. Air dekat-pantai, yang menerima air
limbah domestik yang mengandung senyawa organik dan anorganik,
merupakan daerah yang mengalami peningkatan dan penurunan
secara singkat timbunan nutrien, sedangkan laut lepas memiliki
timbunan nutrien yang lebih rendah dan stabil. Limbah industry dan
limbah pertanian dapat mengandung zat antimikroba, merkuri dan
logam berat lain juga dapat memasuki daerah estuary dan air pantai.
Sejumlah alga akuatik menghasilkan toksin yang mematikan ikan
dan hewan lain. Toksin tersebut dikeluarkan dari sel atau melalui
dekomposisi alga oleh bakteri dalam kondisi :blooming”. Alga laut
tertentu (Gymnodinium dan Gnyaulax) dapat menghasilkan
neurotoksin yang mematikan hawan akuatik. Toksin tertentu dapat
terkonsentrasi dalam kelenjar pencernaan mouska (kerang-
kerangkan) dan menyebabkan paralisis pada manusia yang
mengkonsumsi kerang beracun tersebut.

8
Komposisi biologis adalah komponen-komponen makhluk hidup (biotik)
yang mendiami suatu tempat. Komposisi biologis meliputi virus, jamur,
bakteri, dan parasit. Akuatik adalah adalah suatu tempat yang dipenuhi oleh
air (perairan). Lingkungan akuatik meliputi laut, selat, sungai, danau, dan
teluk. Jadi, komposisi biologis akuatik adalah komponen-komponen makhluk
hidup (biotik) yang mendiami tempat yang dipenuhi oleh air (perairan).
Makalah ini akan dibahas mengenai makhluk hidup yang hidup dalam
perairan dalam kajian mikrobiologi.
A. Makhluk Hidup Mikro pada Lingkungan Akuatik
Makhluk hidup mikro (mikroba) yang terdapat pada lingkungan
akuatik meliputi bakteri, alga, mikroalga, fungi, virus, dan protozoa.
Berikut ini merupakan beberapa contoh mikroba yang terdapat dalam
lingkungan akuatik.
1. Bakteri
Bakteri yang hidup di perairan umumnya uniseluler, tidak
memiliki klorofil, berkembang biak dengan membelah sel
(transversal atau biner), cenderung berbentuk batang, dan bergerak
secara aktif. Berikut ini beberapa contoh bakteri yang hidup di
perairan.
a. Kelompok bakteri besi (contohnya Crenothrix dan Sphaerotilus)
yang mampu mengoksidasi senyawa besi (II) menjadi besi (III).
Akibat kehadiran mikroorganisme tersebut, air sering
mengalami perubahan warna kalua disimpan lama yaitu
berwarna kehitam-hitaman, kecoklat-coklatan, dan lain-lain.

Gambar 2. Bakteri Gambar 3. Bakteri


Sphaerotilus Crenothrix

9
b. Kelompok bakteri belerang (contohnya Chromatium dan
Thiobacillus) yang mampu mereduksi senyawa sulfat menjadi
H2S. Akibatnya kalau air disimpan lama akan tercium bau
busuk.

Gambar 4. Bakteri
Chromatium Gambar 5. Bakteri Thiobacillus

2. Alga
Alga tidak memiliki akar, batang dan daun yang mempunyai fungsi
seperti tumbuhan darat, wujud alga terdiri dari batang yang disebut
thallus. Umumnya alga hidup secara bebas di air atau bersimbiosis
dengan jasad lain. Mempunyai bentuk uniseluler, filamen yang
mengelilingi tubuhnya banyak diselimuti dengan lendir. Contoh alga
yang ada di perairan, yaitu Chlorella

Gambar 6. Alga Chlorella

10
3. Mikroalgae
Kelompok mikroalgae (contohnya kelompok mikroalga hijau, biru,
dan kersik), sehingga jika air disimpan lama di dalamnya akan
Nampak kelompok mikroorganisme yang berwarna hijau, biru atau
kekuning-kuningan, tergantung dominasi mikroalga yang terdapat
dalam air serta lingkungan yang mempengaruhinya. Contoh dari
mikroalga yang ada dalam perairan, yaitu Trichadesmium dan
Noctiluca scintillans.

Gambar 7. Mikroalga Noctiluca


scintillans

4. Fungi
Fungi Hidup tersebar luas, berbentuk uniseluler, umumnya
berbentuk filamen atau serat yang disebut miselia atau hifa. Contoh
dari fungi yang ada pada perairan, yaitu Saprolegnia sp.,
Branchiomyces sanguinis, Icthyophonus hoferi.

Gambar 8. Fungi Saprolegnia sp Gambar 9. Fungi Icthyophonus


hoferi

11
5. Virus
Bentuk virus bermacam-macam antara lain : bentuk batang pendek,
batang panjang, bulat, bentuk polihedral. Ukurannya lebih kecil
daripada bakteri. Hanya memiliki satu jenis asam nukleat. Contoh dari
virus yang ada di perairan, yaitu virus Coli-fag.
6. Protozoa
Protozoa merupakan protista unisel, mikroskopis, berukuran yang
bervariasi antara 10 – 500 mikron, hidup sebagai satu individu ada
pula yang berkoloni. Protozoa terbagi menjadi 3 yaitu
amoeba/pseudoodia, siliata dan flagelata. Contoh dari protozoa yang
terdapat di perairan, yaitu Cryptocaryon irritans, Stylonycia sp., dan
Entamoeba histolitika.

Gambar 10. Cryptocaryon Gambar 11. Entamoeba histolitika


irritans

B. Mikroba Pada Perairan Air Laut


Pada lingkungan perairan laut mikroorganisme terdapat di seluruh
bagian laut dari permukaan air laut yang dasar sampai relung yang
terdalam. Terdapat 8 habitat/wilayah yang dihuni oleh mikroorganisme
laut, yaitu sebagai berikut.
1. Habitat Fotik
Habitat fotik adalah permukaan laut yang lebih banyak dihuni oleh
Plankton yang merupakan organisme yang pasif bergerak.
Berdasarkan komposisi penyusunnya plankton dapat dibedakan
menjadi fitoplankton (plankton tumbuhan) dan zooplankton
(plankton hewan).
2. Habitat Epibiotik

12
Habitat epibiotik adalah permukaan benda mati yang dilekati oleh
komunitas mikroorganisme.
3. Habitat Endobiotik
Habitat Endobiotik adalah lingkungan dalam jaringan tubuh
organisme yang lebih besar.
4. Habitat Epipelagik
Habitat epipelagik adalah permukaan sampai kedalaman 100 m.
Diantara lapisan epipelagik dan mesopelagik terdapat lapisan
termoklin (lapisan yang selalu mengalami perubahan suhu yang
cepat), terutama dijumpai di perairan dalam daerah iklim sedang.
5. Habitat Mesopelagik
Habitat mesopelagik adalah daerah perairan air laut dengan
kedalaman dari 100 m sampai kedalaman 200 m
6. Habitat Batipelagi
Habitat batipelagi adalah daerah lereng benua yang memiliki
kedalaman 200-2500 m
7. Habitat Abisopelagik
Habitat abisopelagik adalah daerah perairan laut dengan kedalaman
4000 m. Sehingga cahaya matahari tidak dapat menjangkaunya.
8. Habitat bentik/dasar laut
Habitat bentik/dasar laut adalah daerah perbatasan antara air laut
dengan sedimen.
C. Mikroba Pada Perairan Tawar
Pada umumnya lingkungan perairan tawar lebih banyak
mengandung nutrien jika dibandingkan dengan lingkungan perairan laut.
Lingkungan perairan tawar dibagi menjadi 2 kategori yaitu :
1) Habitat lentik contoh : danau dan kolam

13
Gambar 12. Danau dan kolam
2) Habitat lotik contoh : mata air dan sungai

Gambar 13. Mata air dan sungai


Ekosistem Perairan di air tawar terdapat di tempat yang airnya tenang
(danau, rawa, dan kolam) ataupun di tempat yang airnya mengalir (berganti-
ganti), misalnya sungai. Ciri-ciri ekosistem air tawar ini, diantaranya:
a) Salinitas rendah, bahkan lebih rendah daripada salinitas protoplasma,
b) Variasi suhu kecil,
c) Penetrasi cahaya matahari kurang, dan
d) Dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
Adapun beberapa macam tumbuhan yang hidup di dalam ekosistem air
tawar, yaitu Tumbuhan berbiji, misalnya teratai (Nymphaea sp.), eceng
gondok (Eichornia crassipes), ganggang (Hydrilla verticillata); alga,
misalnya alga hijau, alga biru, dan diatom; dan tumbuhan paku, misalnya
semanggi (Marsilea crenata), kiambang (Azolla pinnata). Sedangkan hewan
yang hidup dalam ekosistem air tawar, yaitu hampir semua filum hewan,
mulai dari protozoa, misalnya paramaecium sampai dengan chordate,
misalnya bermacam-macam jenis ikan.
Ada beberapa kategori organisme dalam air tawar berdasarkan aliran
energi dan kebiasaan hidup organisme air tawar diantaranya:
1. Berdasarkan aliran energi, organisme air tawar dibedakan sebagai
berikut:
a) Autotrof (produsen), yaitu berupa tumbuhan hijau dan
mikroorganisme yang dapat melakukan fotosintesis atau
kemosintesis.
b) Fagotrof (konsumen), yaitu berupa hewan herbivora, predator, dan
parasit.

14
c) Dekomposer (pengurai), yaitu berupa organisme yang hidup dari
sisa-sisa organisme lain.
2. Berdasarkan kebiasaan hidup dalam lingkungan air, organisme air tawar
dibedakan menjadi:
a) Plankton, terdiri atas fitoplankton (alga biru, alga hijau, dan diatom),
dan zooplankton (protozoa dan crustacean yang kecil-kecil).
b) Nekton, yaitu hewan-hewan yang aktif berenang kian kemari,
misalnya ikan, amfibi dan serangga air
c) Neuston, jenis hewan yang diam atau berenang di permukaan air.
d) Perifiton, yaitu tumbuhan maupun hewan yang melekat atau
bergantung pada daun, tangkai, batang, akar, atau pada permukaan
benda lain.
D. Mikroba Pada Perairan Payau
Lingkungan perairan payau merupakan daerah transisi antara
perairan tawar dan laut. Mikroorganisme yang hidup di perairan payau
antara lain : Vibrio, Psedomonas, Bacillus, Chromobacterium

2.2 Mikroba Air Minum


A. Kualitas Air

Gambar 14. Air Minum

Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga biasanya


digunakan untuk air minum, air mandi, dan keperluan lainnya, harus
memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan sesuai peraturan internasional
(WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional setempat. Dalam hal ini
kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang
dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No.173/Men.Kes/Per/VIII/77 dimana

15
setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai.
Kualitas air tersebut menyangkut, antara lain:
a) Kualitas fisik yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan
rasa. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan
organik dan anorganik yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan
bahan-bahan yang berasal dari limbah industri. Air yang mengandung
kekeruhan yang tinggi akan sukar disaring dan mengakibatkan biaya
pengolahan yang semakin tinggi. Selain itu kekeruhan air menyebabkan
hambatan bagi proses desinfeksi oleh karena itu, kekeruhan air harus
dihilangkan dalam air yang akan digunakan untuk minum. Berdasarkan
sifat pengendapannya, bahan-bahan yang mengakibatkan kekeruhan air
dapat dibedakan menjadi:
1. Bahan yang mudah mengendap
2. Bahan yang sukar mengendap (koloidal)

Selain itu, air yang berbau dan memiliki rasa juga sangat tidak
menyenangkan untuk diminum. Bau dan rasa dalam air juga
menunjukkan kemungkinan adanya mikroba penghasil bau dan rasa
yang tidak enak serta adanya senyawa-senyawa asing yang
mengganggu kesehatan. Selain itu pula dapat menunjukkan kondisi
anaerobik sebagai hasil aktifitas penguraian senyawa organic oleh
mikroba tertentu. Warna pada air juga dapat ditimbulkan karena adanya
mikroba, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna, ekstrak senyawa-
senyawa organic serta tanaman. Senyawa-senyawa organic tersebut
dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan mikroba akuatik. Warna
yang berasal dari bahan buangan industri kemungkinan dapat
membahayakan kesehatan.
b) Kualitas kimiawi yang berhubungan dengan adanya ion-ion senyawa
ataupun logam yang membahayakan, di samping residu dari senyawa
lainnya yang bersifat racun, seperti antara lain residu pestisida. Dengan
adanya senyawa-senyawa ini kemungkinan besar bau, rasa dan warna
air akan berubah, seperti yang umum disebabkan oleh adanya

16
perubahan pH air. Pada saat ini kelompok logam berat seperti Hg, Ag,
Pb, Cu, Zn, tidak diharapkan kehadirannya di dalam air.
c) Kualitas biologis, berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen
(penyebab penyakit, terutama penyakit perut), pencemar (terutama
bakteri coli) dan penghasil toksin. Penentuan kehadiran mikroba dalam
air dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya jenis mikroba yang
berbahaya sebagai penyebab penyakit, penghasil toksin dan penyebab
pencemaran air. Jasad hidup yang kemungkinan ada dan ditemukan
dalam sumber air biasanya ialah : bakteri, mikroalga, cacing, serta
plankton. Kehadiran jasad hidup tersebut tidak diharapkan didalam air
karena dapat menyebabkan penyakit disamping adanya pengaruh lain
seperti timbul rasa dan bau yang tidak sedap. Masalah utamanya adalah
aman tidaknya suatu sumber air terhadap kesehatan. Penentuan kualitas
mikrobiologi sumber air didasarkan pada pemikiran bahwa air tersebut
tidak akan membahayakan kesehatan konsumen. Dalam konsep ini
penentuan kualitas mikrobiologis air didasarkan pada analisis kehadiran
mikroba indictor yang selalu ditemukan dalam feses manusia dan
hewan berdarah panas. Mikroba tersebut hidup dalam usus manusia dan
hewan, bakteri ini dikenal dengan sebutan bakteri coliform. Bila dalam
sumber air ditemukan bakteri coliform ini menjadi petunjuk bahwa air
tersebut mengalami pencemaran oleh feses manusia dan juga hewan.
B. Mikroba Indikator Keamanan Air Minum

Gambar 15. Bakteri Coliform

17
Dalam bidang mikrobiologi pangan dikenal istilah bakteri indikator
sanitasi. Dalam hal ini, pengertian pangan yang tercantum pada Undang-
Undang Pangan Nomor 7 tahun 1996 yang mencakup makanan dan minuman
(termasuk air minum). Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang
keberadaannya dalam pangan menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut
pernah tercemar oleh feses manusia. Bakteri-bakteri indikator sanitasi
umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia.
Jadi, adanya bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan bahwa
dalam satu atau lebih tahap pengolahan air atau makanan pernah mengalami
kontak dengan feses yang berasal dari usus manusia dan hewan oleh
karenanya mungkin mengandung bakteri patogen lain yang berbahaya.
Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator
adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, dan
produk-produk susu. Adanya bakteri coliform di dalam makanan/minuman
menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik
dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Kriteria untuk suatu
mikroba indikatorantara lain :
1. Merupakan anggota microflora intestinal hewan berdarah panas.
2. Terdapat pada saat pathogen ada dan tidak ada pada sampel yang tidak
terkontaminasi
3. Terdapat dalam jumlah lebih besar dari pathogen
4. Resistensinya terhadap pengaruh lingkungan dan disinfeksi dalam
system pengolahan air dan air limbah sebanding dengan pathogen
5. Tidak boleh berkembang biak dalam lingkungan
6. Dapat ditentukan dengan metode yang mudah, cepat dan murah
7. Mikroba indikatorharus bersifat non-patogenik.

Mikroba yang umum digunakan/ dianjurkan menurut APHA (1989) adalah :


1. Coliform total
Coliform total termasuk bakteri yang berbentuk batang, gram negative,
tidak membentuk spora aerobic dan anaerobic fakultatif yang
memfermentasi laktosa dengan menghasilkan gas dalam 48 jam pada suhu
350C (APHA, 1989)

18
Kelompok ini termasuk Escherichia coli, Enterobacter, Citrobacter.
Coliform tersebut dikeluarkan dalam jumlah besar (2x10 9 per hari per
kapita) dalam feses manusia dan hewan, tetapi tidak semua baakteri
tersebut berasal dari fekal. Indikatortersebut sering digunakan untuk
menentukan kualitas air minum dan air untuk rekreasi. Dalam pelaksanaan
system pengolahan air limbah, coliform total merupakan salah satu
indikatorterbaik. Kelompok ini juga sering digunakan untuk menilai
keamanan limbah air yang dimanfaatkan kembali.
2. Coliform kekal
Coliform kekal adalah coliform yang dapat memfermentasi laktosa pada
suhu 44,5oC. kelompok Coliform kekal terdiri dari bakteri seperti E.Coli,
Klebsiella Pneumoniae. Coliform kekal menunjukkan adanya materi fekal
dari manusia atau hewan, sulit membedakan kontaminasi oleh hewan atau
manusia. Penggunaan E.Coli sebagai indikatorpolusi dianjurkan karena
bakteri ini dapat dengan mudah dibedakan dari anggota kelompok
coliform fekal.
3. Sterptoccus Fekal
Kelompok ini terdiri dari Streptococcus faecalis, S.bovis, S.equinus, S.
avium. kelompok bakteri ini hidup pada saluran intestinal manusia dan
hewan berdarah panas, oleh karena itu digunakan untuk menentukan
kontaminasi fekal dalam air.
4. Bakteri anaerobic
Bakteri anaerobic yang dapat digunakans ebagai indikatoradalah
a) Clostridium perfringens, bekteri bentuk batang, membentuk spora,
gram positif, anaerobic. Spora yang sangat kuat membuat bakteri ini
sangat resisten untuk digunakan sebagai mikroba indicator.
Penggunaan bakteri ini dianjurkan sebagai indikatorsetelah terjadi
polusi dan sebagai pencari jejak asal pathogen, juga layak menjadi
indikatormengetahui asal polusi fekal pada lingkungan laut (missal
endapan laut karena pengaruh buangan lumpur dipantai)

19
b) Bifidobacteria : bakteri gram positif, tidak membentuk spora,
anaerobic dapat digunakans ebagai indikatorfekal. Diperlukan metode
yang layak untuk mendeteksi bakteri ini.
c) Bacteriodes spp. : bakteri anaerobic ini terdapat dalam saluran
intestinal pada konsentrasi kira-kira 1010 per gram feses, ketahanan
hidup bakteri ini (B. fragilis) dalam air lebih rendah dari E.coli dan
S.faecalis. Uji antiserum fluoresen untuk bakteri ini merupakan metode
yang sering digunakan untuk menunjukkan adanya kontaminasi fekal
dalam air.

5. Bakteriofaga
Bakteri sama dengan virus entrik tetapi lebih mudah dan lebih cepat
dideteksi dalam sampel lingkungan dan ditemukan dalam jumlah yang
lebih besar disbanding virus entrik dalam air limbah dan lingkungan
lainnya. Beberapa peneliti mempertimbangkan penggunaan colifaga
sebagai indikatorkualitas air didaerah muara (estuary), air laut, air rekreasi,
air minum. Colifaga juga merupakan indikatoruntuk menilai efisiensi
pembersihan system pengolahan limbah dan air.
6. Organisme Acid Fast dan Yeast
Beberapa peneliti mengusulkan penggunaan ragi (yeast) dan mycobacteria
tahan asam (M. fortuitum, M.phlei) sebagai indikatorefisiensi disinfeksi.
Bakteri tahan asam atau acid fast M.fortuitum lebih resisten terhadap
klorin bebas dan ozon dibandingkan dengan E.coli.
C. Pemeriksaan Air Minum

Pemeriksaan uji air minum cukup bervariasi. Terdapat Uji MPN (most
probable number), uji biokimia air, dan uji serologis PCR. Uji MPN (Most
Probable Number), metode yang akan digunakan untuk proses penelitian ini
merupakan metode standar yang biasa digunakan untuk menguji kualitas air.
Metode ini menggunakan media kultur spesifik dan teknik isolasi dengan
peningkatan suhu untuk mendeteksi coliform serta Eschericia coli .

20
Uji mikrobiologis dengan metode MPN merupakan pemeriksaan
sederhana yang dapat mengidentifikasi bakteri pencemar terhadap air minum.
Penelitian ini tidak membutuhkan teknik yang sulit dan cenderung mudah
untuk dilakukan, metode ini juga dapat dijadikan percobaan yang memenuhi
kualifikasi dari WHO maupun KEMENKES. Kelemahan metode ini adalah
tidak dapatnya mengidentifikasi secara spesifik bakteri yang mencemari
sampel. Hal ini dikarenakan Lactose broth yang digunakan juga mampu
menjadi media untuk fermentasi bakteri Gram negatif lainnya. Sehingga,
tingkat spesifitasnya tidak maksimal.
Uji lainnya yang bisa digunakan adalah uji biokimia, dengan menilai
kemampuan bakteri dalam memfermentasi berbagai jenis gula, baik itu
fruktosa, laktosa dan sukrosa. Uji ini bisa mempertegas bakteri yang
teridentifikasi, seperti pada bakteri coliform yang mampu memfermentasikan
laktosa.
Uji lainnya adalah menggunakan uji serologis seperti PCR. Uji ini
sangatlah spesifik dan sensitif untuk menentukan bakteri yang teridentifikasi.
Sehingga, risiko bias yang dapat terjadi pada penelitian ini dapat diatasi.

21
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Lingkungan Akuatik ialah lingkungan yang ruang lingkupnya meliputi
perairan. Mikrobiologi air menjadi sangat penting karena:
1. Adanya urbanisasi disertai makin meningkatnya keperluan masyarakat
akan air untuk berbagai kegiatan
2. Sebagai reservoir makanan utama
3. Penelitian lepas pantai untuk mendaptkan minyak dan mineral
4. Didirikannya badan perlindungan keadaan lingkungan.

Komposisi biologis adalah komponen-komponen makhluk hidup (biotik)


yang mendiami suatu tempat. Komposisi biologis meliputi virus, jamur,
bakteri, dan parasite.
Peranan mikroba dalam mikrobiologi air sangat pentik yakni digunakan
sebagai penentu kualitas mikrobiologis air yang didasarkan pada analisis
kehadiran mikroba indictor yang selalu ditemukan dalam feses manusia dan
hewan berdarah panas. Mikroba tersebut hidup dalam usus manusia dan
hewan, bakteri ini dikenal dengan sebutan bakteri coliform. Bila dalam
sumber air ditemukan bakteri coliform ini menjadi petunjuk bahwa air
tersebut mengalami pencemaran oleh feses manusia dan juga hewan.
3. 2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang dapat penulis sampaikan,
yaitu jika pembaca merasa informasi dalam makalah ini masih kurang
pembaca dapat membaca referensi lain yang berkaitan dengan makalah ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Pelczar, Michael J & E.C.S. Chan. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi.


Jakarta:Universitas Indonesia (UI-Press).
Hasruddin & Rifnatul Husna. 2014. Mini Riset Mikrobiologi Terapan.
Yogyakarta:Graha Ilmu.
Nugroho, Dimas. 2015. Uji Mikrobiologis Berbagai Jenis Air Minum. Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah. Diakses tanggal 21 Oktober 2019. Tersedia pada
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29476/1/Dimas
%20Nugroho-fkik.pdf
Ristiati, Ni Putu. 2017. Mikrobiologi Terapan. Depok:PT RajaGrafindo Persada.
Widiyanti, Ni Luh Putu Manik & Ni Putu Ristiati. 2004. Analisis kualitatif
Bakteri Koliform Pada Depo Air Minum isi ulang dikota singaraja bali.
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 3 No 1: 64 – 73. Diunduh 21 Oktober 2019.
Tersedia pada https://scholar.google.co.id/citations?user=XDe-
G9UAAAAJ&hl=en.

23

Anda mungkin juga menyukai