Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

DASAR-DASAR MIKROBIOLOGI AKUATIK

Oleh :

RESTY MASSAKE
1840101111

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
TARAKAN
2019
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat, dan berkatnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Bakteri dengan tepat waktu.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Tarakan, 28 Desember 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mikrobiologi merupakan ilmu tentang mikroorganisme yang mencakup
bermacam-macam kelompok organisme mikroskopik yang terdapat sebagai sel
tunggal maupun kelompok sel, termasuk kajian virus yang bersifat mikroskopik
meskipun bukan termasuk sel. Sebagaimana kita ketahui sebelumnya
mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis sehingga tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan di semua
tempat yang memung-kinkan terjadinya kehidupan, disegala lingkungan hidup
manusia. Mereka ada di dalam tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer (udara)
serta makanan, dan karena beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara
alami ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya
bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya
tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit. Dalam sejarah
kehidupan, mikroorganisme telah banyak sekali memberikan peran sebagai bukti
keberadaannya. Begitu banyak dan dominannya peranan mikroorganisme dalam
kehidupan ini menjadi salah satu unsur dalam cakupan mikrobiologi. Dengan
semakin majunya teknologi mikroskop, semakin mendukung perkembangan
mikrobiologi, sehingga pembahasan tentang ilmu ini semakin luas dan mendalam.
Bahkan mikrobiologi telah dibagi menjadi beberapa cabang, seperti
mikrobiologi pertanian, mikrobiologi kesehatan, mikrobiologi lingkungan seperti
lingkungan air, udara dan lain-lain. Pembagian di atas bertujuan untuk mengakomodir
perkembangan mikrobiologi yang pesat dan besarnya peranan serta mungkin dampak
dari mikroorganime di dalam kehidupan. Mikrobiologi dalam kehidupan telah
diterapkan di banyak sekali sektor kehidupan, salah satunya dalam bidang lingkungan
air. Mikrobiologi air mengacu pada studi tentang mikroorganisme yang hidup di air,
atau yang dapat diangkat dari satu habitat yang lain dengan air. Pada lingkungan
perairan terdapat mikroorganisme sama seperti lingkungan yang lainnya. Air adalah
sumber daya alam penting bagi kehidupan dan merupakan komponen penting dari

1
fungsi ekosistem yang kelimpahannya sangat besar dalam planet ini. Hal inilah yang
melatar belakangi penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk beberapa
mempelajari mikroorganisme di air yang dapat memberi keuntungan atau kerugian
bagi kehidupan manusia.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan mikrobiologi akuatik ?
2. Apa saja jenis penyakit pathogen maupun non pathogen pada organisme ikan
dan udang?
3. Apa peranan bakteri bagi budidaya ?
4. Jenis bakteri apa yang bisa di manfaatkan untuk budidaya ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Mikrobiologi Akuatik
Mikrobiologi lingkungan air adalah ilmu yang mengacu pada studi tentang
mikroorganisme yang hidup di air atau yang dapat diangkat dari satu habitat yang lain
dengan air. Air merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup karena
makhluk hidup memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Secara umum fungsi air dalam tubuh setiap mikroorganisme adalah untuk melarutkan
senyawa organik, menstabilkan suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia
tingkat seluler. Ada dua jenis utama dari air yaitu:
1. Air Tanah
Air ini adalah air yang berasal dari sumur dalam dan mata air bawah tanah. Air ini
adalah air yang hampir bebas dari bakteri karena tindakan penyaringan dalam tanah,
pasir dan batu, namun mungkin menjadi terkontaminasi ketika mengalir sepanjang
saluran. Air tanah dalam pada umumnya tergolong bersih dilihat dari segi
mikrobiologis, karena sewaktu proses pengaliran air mengalami penyaringan alamiah,
dengan demikian kebanyakan mikroba sudah tidak lagi terdapat di dalamnya. Sumber
utama air tanah adalah presipitasi yang dapat menembus tanah secara langsung ke air
tanah atau mungkin memasuki sungai di permukaan tanah dan merembes ke bawah
melalui alur-alur ke air tanah. Sumber-sumber air tanah yang lain adalah air dari
lapisan jauh di bawah tanah yang terbawa keluar dalam batuan intrusif serta air yang
terjebak dalam batuan sediment. Keadaan geologis menentukan jalur perjalanan air
dari presipitasi hingga mencapai zona jenuh.
2. Air Permukaan
Air ini adalah air yang ditemukan di sungai, danau, dan sumur dangkal. Udara
melalui yang melewati hujan selalu mencemari air. Sumber lain adalah berbagai jenis
perusahaan dan pertanian, peternakan oleh sisi arus air. Kemungkinan sumber
kontaminasi mikroba dari tubuh air tanah dan limpasan pertanian, peternakan hewan,
air hujan, limbah industri, buangan dari instalasi pengolahan air limbah dan badai
kabur dari wilayah kota.

3
2.2. Persyaratan Kualitas Air
Persyaratan Kualitas Air Parameter Kualitas Air yang digunakan untuk
kebutuhan manusia haruslah air yang tidak tercemar atau memenuhi persyaratan
fisika, kimia, dan biologis.

- Persyaratan Fisika Air


Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisika sebagai berikut:
1.Jernih atau tidak keruh.
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari tanah liat.
Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Terjadi peningkatan
kekeruhan dan hambatan aliran, hal tersebut disebabkan kelompok bakteri besi : Fe2+
(oksidasi oleh bakteri Crenothrix sphaerotilus) menjadi Fe3+. Bahan-bahan yang
mengakibatkan kekeruhan air, berdasarkan sifat pengendapannya, dapat dibedakan
dalam dua jenis, yaitu :
a.Bahan yang mudah mengendap (settleable) dapat dihilangkan dengan proses-proses
pengendapan (sedimentasi) dan penyaringan (filtrasi).
b. Bahan yang sukar mengendap (koloidal) hanya dapat dihilangkan dengan proses
flokulasi dan koagulasi yang diikuti dengan proses sedimentasi dan filtrasi, dimana
diperlukan penambahan bahan kimia (koagulan) ke dalam air.
2. Tidak berwarna.
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan. Warna air dapat
ditimbulkan oleh kehadiran mikroorganisme, bahan-bahan tersuspensi yang
berwarna, dan ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan. Pada air
tawar biasanya terjadi Blooming yang menyebabkan perairan berwarna, ada endapan,
dan bau amis, disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan mikroalga (Anabaena
flos-aquae dan Microcystis aerugynosa).

4
3. Rasanya tawar.
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit
atau asin menunjukan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-
garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam
organik maupun asam anorganik.
4. Tidak berbau.
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat.
Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami
dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air. Bau dan rasa dapat dihasilkan
oleh kehadiran organisme dalam air seperti alge serta oleh adanya gas seperti H2S
yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, juga oleh adanya bahan organik tertentu.
Dari segi estetika, air yang berbau dan mempunyai rasa, sangat tidak menyenangkan
untuk diminum. Bau dan rasa dalam air juga dapat menunjukkan kemungkinan
adanya mikroorganisme penghasil bau dan rasa yang tidak enak serta adanya
senyawa-senyawa asing yang mengganggu kesehatan. Selain itu dapat pula
menunjukkan kondisi anaerobik sebagai hasil aktivitas penguraian senyawa organik
oleh kelompok mikroorganisme tertentu. Bakteri belerang : SO42" (reduksi oleh
bakteri Thiobacillus cromatium) menghasilkan H2S (menyebabkan bau busuk).
5. Temperaturnya normal.
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat
kimia yang ada pada saluran/pipa, yang dapat membahayakan kesehatan dan
menghambat pertumbuhan mikro organisme.
6. Tidak mengandung zat padatan.
Air minum mengandung zat padatan yang terapung di dalam air.

- Persyaratan Kimia
Kualitas kimia berhubungan dengan adanya ion-ion senyawa ataupun logam
yang membahayakan dan pestisida. Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan
tidak mengandung zat beracun. Persayaratan kimia dari air yang berkualitas adalah
sebagai berikut:

5
1. pH (derajat keasaman).
Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada umumnya
disebabkan gas Oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida. Pengaruh yang
menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum
dalam hal pH yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat
menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang sangat
mengganggu kesehatan.
2. Kesadahan.
Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan kesadahan
nonkarbonat (permanen). Kesadahan sementara akibat keberadaan Kalsium dan
Magnesium bikarbonat yang dihilangkan dengan memanaskan air hingga mendidih
atau menambahkan kapur dalam air. Kesadahan nonkarbonat (permanen) disebabkan
oleh sulfat dan karbonat, Chlorida dan Nitrat dari Magnesium dan Kalsium disamping
Besi dan Alumunium. Konsentrasi kalsium dalam air minum yang lebih rendah dari
75 mg/l dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih
tinggi dari 200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Dalam jumlah
yang lebih kecil magnesium dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang, akan
tetapi dalam jumlah yang lebih besar 150 mg/l dapat menyebabkan rasa mual.
3. Besi.
Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan menyebabkan rasa
logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari metal.
Besi merupakan salah satu unsur yang merupakan hasil pelapukan batuan induk yang
banyak ditemukan diperairan umum. Batas maksimal yang terkandung didalam air
adalah 1,0 mg/l.
4. Aluminium.
Batas maksimal yang terkandung didalam air menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No 82 / 2001 yaitu 0,2 mg/l. Air yang mengandung banyak aluminium
menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi.

6
5. Zat organic.
Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur hara makanan
maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup di perairan
6. Sulfat.
Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak air yang
keras pada alat merebus air (panci / ketel) selain itu juga mengakibatkan bau dan
korosi pada pipa. Sering dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air bekas.
7. Nitrat dan nitrit.
Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman. Nitrat
dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang digunakan dan
dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang lebih
besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi Nitrit yang dapat bereaksi
langsung dengan hemoglobine dalam daerah membentuk methaemoglobine yang
dapat menghalang perjalanan oksigen didalam tubuh.
8. Klorida.
Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia. Chlorida dalam
jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun apabila berlebihan dan berinteraksi
dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa air.
9. Zink atau Zn.
Batas maksimal Zink yang terkandung dalam air adalah 15 mg/l. Penyimpangan
terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepet, dan rasa mual. Dalam
jumlah kecil, Zink merupakan unsur yang penting untuk metabolisme, karena
kekurangan Zink dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak.
10. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
bahan oksidan misalnya kalium dikromat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik
yang terdapat dalam air (Nurdijanto, 2000 : 15). Kandungan COD dalam air bersih
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air
minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l. apabila nilai COD
melebihi batas dianjurkan, maka kualitas air tersebut buruk.

7
11. BOD
(Biochemical Oxygen Demand) adalah jumlah zat terlarut yang dibutuhkan oleh
organisme hidup untuk memecah bahan–bahan buangan didalam air (Nurdijanto,
2000 : 15). Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya
tetepi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan. Penggunaan
oksigen yang rendah menunjukkan kemungkinan air jernih, mikroorganisme tidak
tertarik menggunakan bahan organik makin rendah BOD maka kualitas air minum
tersebut semakin baik. Kandungan BOD dalam air bersih menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No 82/2001 mengenai baku mutu air dan air minum golongan B
maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/l.

-Persyaratan mikrobiologis
Kualitas Biologi yaitu berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen (penyebab
penyakit), pencemar, dan penghasil toksin. Kandungan bakteri E. Coli dalam air
berdasarkan ketentuan WHO (1968), dalam hal jumlah maksimum yang
diperkenankan per 100 ml adalah 1000, air untuk kolam renang 200, dan air minum 1.
Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air secara biologis ditentukan oleh kehadiran
bakteri E. Coli di dalamnya. Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air
adalah sebagai berikut:
1.Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya: bakteri golongan coli; Salmonella
typhi, Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air.
2. Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes, Phyto-plankton,
coliform, Cladocera dan lain-lain. (Sujudi,1995)

Penanganan serangan penyakit pada usaha budidaya ikan air tawar harus dilakukan
diagnose sesegera mungkin dengan mengetahui penyebab penyakit baik penyakit
pathogen maupun non pathogen (viral, jamur, bacterial, dan parasitik) sehingga tepat
dalam tindakan pengobatan secara afektip dan efesien. jenis-jenis penyakit yang
sering di temukan pada ikan adalah sebagai berikut :

8
1. Penyakit Infeksi (Menular)

Parasit
Penyakit yang disebabkan oleh parasit secara umum jarang mengakibatkan penyakit
yang sporadis. Tetapi untuk intesitas penyerangan yang sangat tinggi dan areal yang
terbatas dapat berakibat sporadis. Akibat dari penyakit yang disebabkan oleh parasit
secara ekonomis cukup merugikan yaitu dapat menyebabkan kematian, menurunkan
bobot, bentuk serta ketahanan tubuh ikan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai jalan
masuk bagi infeksi sekunder oleh patogen lain seperti jamur, bakteri dan virus.
Penyakit yang disebabkan oleh parasit ini terdiri dari protozoa dan metazoa. Protozoa
bersifat parasitik terhadap ikan dan jumlahnya lebih dari 2000 jenis. Salah satu jenis
protozoa ang paling sering menjadi kendala dalam budidaya ikan adalah
Ichthyophthirius multifiliis atau ich (penyakit bintik putih). Sifat serangannya sangat
sporadis dan kematian yang diakibatkannya dapat mencapai 100 % populasi dalam
tempo yang relatif singkat. Secara umum gejala ikan yang terserang protozoa adalah.

Ikan tampak pucat.


Nafsu makan kurang.
Gerakan lambat dan sering menggosok-gosokkan tubuhnya dinding kolam.
Pada infeksi lanjut ikan mangap-mangap dan meloncat-loncat ke permukaan air untuk
mengambil oksigen.
Adanya bercak-bercak putih pada permukaan tubuh ikan.
Parasit dari golongan metazoa antara lain Monogenetic trematod (golongan cacing),
cestoda, nematoda, Cepopoda (Argulus sp, Lernaea sp dan golongan Isopoda. Organ
yang menjadi target serangan parasit ini adalah insang. Penularan terjadi secara
horisontal terutama pada saat cacing dalam fase berenang bebas yang sangat infektif.
Secara umum gejala dari serangan metazoa adalah :

Ikan tampak lemah.


Tidak nafsu makan.

9
Pertumbuhan lambat tingkah laku dan berenang tidak normal disertai produksi lendir
yang berlebihan.
Ikan sering terlihat berkumpul disekitar air masuk karena kualitas dan kadar oksigen
lebih tinggi.
Insang tampak pucat dan membengkak sehingga overculum terbuka.
Ikan sulit bernafas seperti gejala kekurangan oksigen.
Peradangan pada kulit akan mengakibatkan ikan menggoso-gosok badannya pada
benda sekitar.
Badan kemerahan disekitar lokasi penempelan parasit.
Pada infeksi berat parasit ini kadang dapat terlihat dengan mata telanjang pada
permukaan kulit ikan.
Jamur
Jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur bersifat infeksi sekunder semua jenis ikan
air tawar termasuk telurnya rentan terhadap infeksi jamur. Jenis jamur yang sering
menjadi kendala adalah dari famili saprolegniaceae. Beberapa faktor yang sering
memicu terjadinya infeksi jamur adalah penanganan yang kurang baik (transportasi)
sehingga menimbulkan luka pada tubuh ikan, kekurangan gizi, suhu dan oksigen
terlarut yang rendah, bahan organik tinggi, kualitas telur buruk/tidak terbuahi dan
padatnya telur pada kakaban. Penyakit ini menular terutama melalui spora di air.
Gejala-gejalanya dapat dilihat secara klinis adanya benang-benang halus menyerupai
kapas yang menempel pada telur atau luka pada bagian eksternal ikan.

Bakteri
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yang paling banyak
menyebabkan kegagalan pada budidaya ikan air tawar. Penyakit akibat infeksi
bakterial masih sering terjadi dengan intensitas yang variatif. Umumnya
pembudidaya masih mengandalakan antibiotik sebagai ” magic bullet” untuk
melawan penyakit bakterial. Jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain
adalah penyakit merah yang disebabkan oleh bakteri garam negatif (Aeromonas
hydrophila), penyakit columnaris atau luka kulit, sirip dan insang yang disebabkan

10
oleh infeksi bakteri Flavobacterium columnare, penyakit tubercolosis yang tergolong
sangat kronis disebabkan oleh bakteri garam positif Mycobacterium spp. dan
penyakit Streptococciasis yang disebabkan oleh bakteri garam positif Streptococcus
spp.

Virus
Patogen virus juga menyebabkan penyakit pada budidaya ikan air tawar belum
banyak diketahui penyakit yang disebabkan oleh virus di Indonesia kecuali penyakit
Lymphocystis dan Koi Hervesvirus (KHV). Infeksi lymphoccystis hanya bersifat
kronis dan bila menyerang ikan hias akan mengalami kerugian yang berarti karena
merusak keindahan ikan. Sampai saat ini KHV merupakan penyakit yang paling
serius dan sporadis terutama untuk komoditi ikan mas dan koi.

White Spot (Ich)


White spot atau dikenal juga sebagai penyakit “ich” merupakan penyakit ikan yang
disebabkan oleh parasit. Penyakit ini umum dijumpai pada hampir seluruh spesies
ikan secara potensial white spot dapat berakibat mematikan. Penyakit ini ditandai
dengan munculnya bintik-bintik putih disekujur tubuh dan juga sirip. Siklus hidup
dan cara memperbanyak diri inang white spot yang bervariasi memegang peranan
penting terhadap berjangkitnya penyakit tersebut. Siklus hidup white spot terdiri dari
beberapa tahap, tahapan tersebut secara umum dapat dibagi dua yaitu tahapan infektif
dan tahapan tidak infektif. Gejala klinis white spot merupakan akibat dari bentuk
tahapan siklus infektif. Wujud dari “white spot” pada tahapan infektif ini dikenal
sebagai Trophont. Trophont hidup dalam lapisan epidermis kulit insang atau rongga
mulut. Parasit ini hidup di lapisan dalam kulit berdekatan dengan lapisan basal
lamina. Ikan-ikan yang terjangkit akan menunjukkan penampakan berupa bintik-
bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut. Pada awal perkembangannya bintik
tersebut tidak akan bias dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan
tumbuh dan membesar sehingga bisa mencapai 0.5 – 1 mm bintik tersebut dapat
dengan mudah dikenali.

11
Black Spot
Ikan yang menderita penyakit ini akan muncul titik hitam kecil pada tubuhnya secara
umum penyakit ini mudah disembuhkan. Sering kali penyakit Black Spot terjadi pada
akuarium baru saat ikan-ikan dimasukkan. Semua ikan berisiko terkena penyakit ini
tetapi ikan Silver Dollar dan Piranha paling rentan.

2. Penyakit Non-Infeksi (Tidak Menular)

Penyakit Akibat Lingkungan


Faktor lingkungan dalam kegiatan budidaya ikan air tawar mempunyai pengaruh
yang sangat tinggi. Lingkungan juga dapat mendatangkan penyakit dari kegiatan
budidaya air tawar. Pengaruh dari penyakit yang diakibatkan oleh faktor lingkungan
sering mengakibatkan kerugian yang serius karena kematian yang berlangsung sangat
cepat dan tiba-tiba dan mematikan seluruh populasi ikan. Penyebabnya misalnya ada
upwelling, keracunan akibat peledakan populasi plankton, keracunan pestisida/limbah
industri, bahan kimia dan lainnya. Faktor lingkungan yang buruk akan menyebabkan
ikan menjadi.

tercekik yaitu kekurangan oksigen yang umumnya terjadi menjelang pagi hari pada
perairan yang punya populasi phytoplankton tinggi.
Keracunan nitrit yang sering disebut penyakit darah cokelat karena disebabkan oleh
konsentrasi nitrit yang tinggi di dalam air yang berasal dari hasil metabolisma ikan.
Keracunan amoniak terjadi hampir sama dengan nitrit tetapi pada umunya karena
pengaruh pemberian pakan yang berlebihan atau bahan organik sedangkan populasi
bakteri pengurai tidak mencukupi yang sangat beracun adalah dalam bentuk NH3.
Fluktuasi air yang ekstrim dimana perubahan suhu air yang ekstrim akan merusak
keseimbangan hormonoal dan fisiologis tubuh ikan dan pada umumnya ikan tidak
mampu untuk beradaptasi terhadap perubahan dan mengakibatkan ikan stress bahkan
kematian.

12
Limbah pollutan yang terdiri dari logam-logam berat cukup berbahaya bagi ikan
karena sifat racunnya yaitu Hg, Cd, Cu, Zn, Ni, Pb, Cr, Al dan Co juga dapat
menyebabkan penyakit bagi ikan. Sifat dari masing-masing logam berat tersebut
dapat meningkat apabila komposisi ion-ion di dalam air terdiri dari jenis-jenis ion
yang sinergik. Selain komposisi ion, nilai PH juga berpengaruh terhadap tingkat
kelarutan ion-ion loga. Bila kadarnya tinggi menyebabkan ikan-ikan stress dan bila
terus meningkat dapat menyebabkan kematian.
Penyakit Malnutrisi
Pemberian pakan yang berlebihan/kekurangan dan tidak teratur juga dapat
menyebabkan penyakit pada ikan. Penyakit karena malnutrisi jarang menunjukkan
gejala spesifik sehingga agak sulit didiagnosa penyebab utamanya. Tetapi dalam
pakan dapat mengakibatkan kelainan fungsi morfologis dan biologis seperti defisiensi
asam pantothenic penyakit jaring insang ikan yang dapat menyebabkan ikan sulit
bernafas yang diikuti dengan kematian, defisiensi vitamin A yang menyebabkan mata
menonjol/buta dan terjadi pendarahan pada kulit juga ginjal, defisiensi vitamin B-1
yang menyebabkan kehilangan nafsu makan, pendarahan dan penyumbatan pembuluh
darah, defisiensi asam lemak essensial yang berakibat infiltrasi lemak pada kulit dan
minimnya pigmentasi pada tubuh ikan. Yang cukup berbahaya adalah karena
defisiensi vitamin C yang merupakan penyakit yang umum terjadi dimana akibat
yang paling populer adalah broken back syndrome seperti scoliosis dan lordosis

Penyakit Genetis
Salah satu penyebab penyakit yang kompleks pada kegiatan budidaya ikan air tawar
karena adanya faktor genetik terutama karena adanya perkawinan satu keturunan
(Inbreeding). Pemijahan inbreeding yang dilakukan secara terus-menerus akan
menurunkan kualitas ikan berupa variasi genetik dalam tubuh ikan. Akibat dari
pemijahan secara inbreeding adalah :

Pertumbuhan ikan lambat (bantet/kontet) dan ukuran beragam.


Lebih sensitif terhadap infeksi patogen.

13
Organ tubuh badan yang tidak sempurna serta kelainan lainnya.
Katarak
Bila mata ikan anda terdapat selaput abu-abu atau putih maka mungkin ikan anda
mengidap katarak. Ada sejumlah perawatan yang khusus dibuat untuk katarak
termasuk Aquatronics dan Eye Fungex. Kuncinya adalah memastikan level amonia
dan nitrit pada batas yang dapat diterima. Karena katarak pada ikan terjadi karena
pertumbuhan jamur maka meneteskan fungisida ke dalam akuarium akan sangat
bermanfaat.
HOME
ABOUT ME
MY FACEBOOK
Home » sipil » Penyakit Udang Windu di Tambak dan Perbaikan Lingkungan dengan
Aplikasi Probiotik RICA
Penyakit Udang Windu di Tambak dan Perbaikan Lingkungan dengan Aplikasi
Probiotik RICA
Hasil perbaikan notulensi materi dari Dr. Ir. MUHARIJADI ATMOMARSONO,
MSc (Peneliti BPPBAP Maros).

Dr. Ir. Muharijadi Atmomarsono dalam pelatihan BMP Budidaya Udang Windu
untuk penyuluh ini menyajikan materi tentang perbaikan lingkungan yang dikaitkan
dengan penanggulangan penyakit udang windu. sebagai pembukaan, Muharijadi
mengantar kita dengan mengatakan bahwa budidaya yang berkelanjutan itu harus
menguntungkan secara ekonomis, ramah lingkungan secara ekologis, aman dan tidak
menimbulkan gejolak secara sosiologis.

Berbicara lingkungan, terkait pula di dalamnya tentang mempertahankan eksistensi


mangrove di wilayah pasang surut, yaitu berdasarkan Kepres 32 pasal 27 Tahun 1990
mengatakan bahwa kawasan mangrove seluas 130 kali pasang surut. Muhari pada

14
awal materi juga menyinggung tentang banyaknya limbah pakan, limbah pakan
kering sekitar 30% sedangkan limbah pakan cair hingga lima kalilipat limbah kering.

Penyakit Udang

Penyakit udang terbagi atas penyakit infeksi dan penyakit non infeksi. Penyakit
infeksi termasuk di dalamnya jamur (Legenidium, Fusarium, Agmasoma), Parasit
(Zoothamnium, Epistylis, Acineta, Vorticella), Bakteri (Vibrio harveyi-kunang
kunang), virus (IHHNV, MBV, YHV, WSSV, TSV, IMNV). Sedangkan penyakit
noninfeksi yaitu terkait dengan lingkungan seperti cemaran pestisida dan TSM, serta
dari nutrisi misalnya aflatoksin atau pakan berjamur.

Muhari menjelaskan bahwa penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit (udang
lumutan karena kelebihan bahan organik) dan bakteri dapat dibrantas dengan
menggunakan antibiotik, tapi tidak semua antibiotik diperbolehkan. Saat ini
penanggulangan penyakit menggunakan probiotik dan lebih ramah lingkungan.
Penyakit yang disebabkan oleh virus-lah yang belum dapat ditanggulangi, karena
virus bersarang dalam jaringan serta usus udang dan biasanya menyerang pancreas
udang. Kita hanya bisa melakukan tindakan pencegahan atau pengendalian virus.

Lebih jauh Muhari menjelaskan sedikit tentang jenis-jenis virus, seperti YHV
(Yellow Head Virus), virus yang ditandai dengan warna kekuningan pada kepala
udang ini pertama kali ditemukan di Pinrang. TSV ditandai dengan ekor memerah.
Yang paling kuat serangannya yaitu EMS yang penularannya melalui vibrio spesies
tertentu.

Terdapat pula virus Infectious Myo Necrosis Virus (IMNV), yang ditandai dengan
udang tiba-tiba memutih dan kemerahan (udang rebus). Kemudian deteksi dengan
histopatologi melalui nekrosis jaringan otot, infiltrasi hemosit, fibrosis.

15
Selain itu terdapat virus Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus
(IHHNV), ciri utama IHHNV yaitu udang kecil-kuntet dan hepatopankreas bengkak,
otot mengecil, rostrum bengkok, dan pada udang windu Monodon Slow Growth
Syndrome.

Virus yang paling sering menyerang yaitu WSSV, ditandai dengan udang berenang
tidak seimbang di pinggir pematang, pertumbuhan tidak terkontrol atau terlalu cepat,
terdapat bintik putih pada karapaks. Terdapat tiga pola penularan virus WSSV, yaitu
pola vertical, horizontal dan kanibalisme. Secara horizontal terjadi melalui
lingkungan (udang liar, kepiting, crustacea) dan rantai makanan atau virion yang
terbatas ke lingkungan dan masuk ke tubuh udang yang sehat, serta melalui air,
dimana virus dapat bertahan 3 sampai 4 hari dalam air. Secara vertikal terjadi dengan
cara induk yang menjadi karier virus akan menularkan melalui kotoran yang setelah
bebas di air akan menginfeksi larva. Infeksi pada umumnya terjadi melalui 3 rute
utama yaitu kulit, insang, dan saluran pencernaan. Serta melalui dinding telur melalui
disinfeksi telur. Pola kanibalisme yaitu ketika udang memakan udang yang terserang
virus, biasanya satu udang mati dan dimakan maka yang akan mati berarti sepuluh
udang.

Secara umum udang terkena penyakit, karena daya tahan tubuh udang yang lemah
serta serangan pathogen yang kuat. Sehingga penanggulangan penyakit dengan
menguatkan inang, mencegah pathogen dan memperbaiki kualitas lingkungan.
Tentang lingkungan bisa diakibatkan karena melimpahnya bahan organik dan karena
tambak sulfat masam.

Penyakit yang berasal dari lingkungan, contohnya udang menurun daya tahan
tubuhnya akibat pH rendah atau udang tiba-tiba berwarna merah akibat kekurangan
oksigen dan terlalu padat. Selain itu ada udang yang berwarna biru akibat terdapat
plankton tertentu dalam tambak.

16
Penyakit akibat gizi atau aflatoksin disebabkan oleh petambak sendiri yang
memberikan pakan berjamur. Penggunaan pakan berjamur dapat mematikan semua
udang ditambak kurang dari 24 jam. penggunaan pestisida juga dapat menyebabkan
udang keracunan.

Lantaran massifnya akibat serangan penyakit ini, Muhari menekankan agar para
penyuluh konsentrasi terhadap pencegahan penyakit, yaitu dengan memelihara air
dengan baik dan penggunaan probiotik untuk membantu memperbaiki kualitas air.
Jika air sehat maka udang juga ikut sehat.

Namun jika udang sudah terlanjur sakit, menurut Muhari hal pertama yang harus
dilakukan yaitu dengan mengetahui udang hidup di mana, udang windu di dasar
tambak dan udang vannamei di kolom air. Kemudian kita mendeteksi airnya yang
dikaitkan dengan morfologi udang windu. Udang windu lembar insangnya halus,
berbeda dengan ikan yang lembar insangnya kuat, sehingga udang windu tidak cocok
dipelihara dengan sistem biofloc atau pemeliharaan air yang efisien.

Setelah itu harus diketahui penyebab sakit, apakah disebabkan oleh bakteri, parasit
atau jamur. Jika diketahui penyebabnya adalah virus, maka tidak ada obat yang dapat
menyembuhkan. Meski begitu, Muhari pernah menganjurkan pada petambak di
Selayar yang udangnya terjangkit WSSV untuk memberi dolomite pada tambak dan
akhirnya udang dapat selamat hingga panen.

Ada juga petambak yang tidak mengetahui penyebab kematian udangnya. Seperti
kasus di Selayar bahwa petambak tidak mengetahui bahwa udangnya mengalami
moulting dan biasanya istirahat selama 36 jam dan tidak makan dan ketika makan
biasanya memakan kulitnya sendiri yang mengandung CaMg, kemudian petambak
memberikan pakan 600 kg perhari dan akhirnya udang tiba-tiba mati. Kelebihan
pakan juga dapat mematikan udang. hal penting yang harus diketahui juga yaitu pada

17
suhu 25oC udang malas makan, sehingga harus diperbaiki suhunya baru setelah itu
diberi pakan secara normal.

Muhari juga sedikit menjelaskan tentang perbaikan inang/udang. Peneliti ini


mengatakan bahwa penggunaan benur SPF (Species Pathogen Free) tidak menjadi
jaminan di lapangan karena banyaknya faktor lain yang menyebabkan penyakit.
sehingga dibutuhkan perlakukan dan manajemen khusus pada benur, seperti
menambah kekebalan non spesifik melalui aplikasi vaksin, bakterin, dan
immunostimulan, serta senantiasa melakukan skrining benur dengan memanfaatkan
air tawar atau formalin, dimana jika benur yang mati lebih dari 20% maka kualitas
benur kurang bagus. Sedangkan kelebihan benur di hatchery sebaiknya dipindahkan
untuk pentokolan.

Berbicara tentang induk udang, dibutuhkan waktu minimal 20 bulan untuk


menghasilkan anakan yang bagus. Jika belum sampai 20 bulan maka udang tersebut
belum bisa menjadi induk. Calon induk sebaiknya diperkaya gizinya dengan pakan
alami dan dan probiotik alami.

18

Anda mungkin juga menyukai