Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH EKOTOKSIKOLOGI

Pencemaran Lingkungan Air

Dibuat Oleh:

Larry Ballamu (221011020018)

Dosen Pengampu :

Dr. Ratna Siahaan M.Si

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini diajukan sebagai tugas
mata kuliah Ekotoksikologi. Adapun judul dari makalah ini adalah "Pencemaran Lingkungan
Air".
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Ekotoksikologi yang telah turut membimbing dan memberikan materi
dan pengetahuan bagi saya.
Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu menambah pengalaman dan wawasan
bagi para pembaca. Saya menyadari makalah saya jauh dari kata sempurna oleh karena itu, kritik
dan saran sangat saya butuhkan. Sehingga saya dapat memperbaiki setiap kesalahan dalam
membuat makalah, isi dari makalah, dan eksperimen yang di lakukan supaya dapat menjadi lebih
baik kedepannya.

                                                                                    Sorong, 20 Mei 2023


                                                                                    Penyusun,

                                                                                               Larry Ballamu

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................................2

1.3 Tujuan Makalah .............................................................................................................2

1.4 Manfaat ..........................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Air ..................................................................................................................................3

2.2 Pencemaran/polusi Air ...................................................................................................3

2.3 Polutan dan Bahan Pencemar Lingkungan Air ..............................................................4

2.4 Sifat-sifat Air Terpolusi/Tercemar .................................................................................6

2.5 Bioindikator Lingkungan Air .........................................................................................7

BAB 3 PENUTUP

Kesimpulan ..........................................................................................................................9

Saran ....................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................10

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan merupakan tempat perkumpulan semua makhluk hidup di bumi, khususnya
manusia. Lingkungan menjadi faktor terbesar yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan, oleh
karena itu menjaga lingkungan adalah tanggung jawab semua orang. Salah satu permasalahan
lingkungan hidup yang sering terjadi adalah tentang kebersihan. kebersihan merupakan cerminan
setiap individu dalam menjaga kesehatan. Untuk menjaga kebersihan lingkungan, diperlukan
kesadaran dari diri sendiri tentang betapa pentingnya menjaga kebersihan.Pencemaran
lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting untuk diselesaikan, karena
menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan


dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab 1 Pasal 1 Ayat 14, Pencemaran lingkungan adalah
masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga baik disengaja maupun yang tidak disengaja
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup. Yang dimaksud dengan Baku Mutu
Lingkungan (BML) dinyatakan pada bab dan pasal yang sama, diayat 13, adalah: Ukuran batas
atau kadar makhluk, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan
hidup. Pencemaran terhadap lingkungan dapat terjadi dimana saja dengan laju yang sangat cepat,
dan beban pencemaran yang semakin berat akibat limbah industri dan berbagai bahan kimia
termasuk logam berat. Limbah adalah bahan buangan atau bahan sisa yang tidak digunakan lagi
dari hasil kegiatan manusia baik pada skala rumah tangga, industri maupun pertambangan.

Pencemaran air adalah terjadinya penyimpangan sifat-sifat alamiah dari air yang ada di
lingkungan hidup manusia. Kristanto (2000) menyatakan disebut pencemaran air apabila terjadi
penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal. Keadaan normal tidak sama dengan air. Di
alam, air tidak pernah berbentuk murni, tapi bukan berarti semua air itu tercemar. Karena semua
air yang ada di alam, Sudah bercampur dengan CO 2, O2, dan N2 serta bahan-bahan tersuspensi
lainnya seperti partikel-partikel yang terbawa oleh air hujan karena peristiwa alamiah.

Permasalahan sampah saat ini menjadi suatu hal yang memerlukan perhatian khusus
karena sampah-sampah yang dibiarkan saja akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan
terutama lingkungan air. Sampah merupakan masalah yang perlu diperhatikan, selain baunya
yang mengganggu lingkungan juga dapat membahayakan kesehatan karena sampah merupakan
penyebab penyakit. Oleh karena itu, pembuangan dan pemusnahan sampah harus dilakukan
sebaik mungkin agar tidak memberi dampak bagi lingkungan. Sampah yang dimaksud adalah
sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka saya merumuskan
masalah menjadi beberapa, diantaranya :

1. Apa itu air, kegunaan air dan sifat-sifat fisik air?

2. Apa itu polusi atau pencemaran air?

3. Apa saja yang menjadi polutan dan bahan pencemar pada lingkungan air?

4. Bagaimana suatu lingkungan air dikatakan tercemar/terpolusi?

5. Apa itu bioindikator lingkungan air dan berikan contohnya?

1.3 Tujuan Makalah

1. Menjelaskan pengertian air

2. Menjelaskan pengertian polusi atau pencemaran air.

3. Memaparkan berbagai polutan dan bahan pencemar pada lingkungan air.

4. Menjabarkan sifat-sifat air yang tercemar/terpolusi.

5. Menjelaskan tentang bioindikator pada lingkungan air.

1.4 Manfaat Makalah

1. Menambah wawasan tentang pencemaran lingkungan air dan meningkatkan kesadaran akan
melindungi dan peduli terhadap lingkungan air.

2. Memberikan informasi sifat-sifat air tercemar dan berbagai polutan dan bahan pencemar yang
mencemari lingkungan air.

3. Mengetahui bioindikator pada lingkungan air serta manfaatnya pada lingkungan.

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Air

Tiap makhluk hidup membutuhkan air. Air merupakan salah satu unsur penyusun tubuh
makhluk hidup. Dengan persentase sekitar 70% di dalam tubuh makhluk hidup, air menjadi hal
yang penting untuk keberlangsungan hidup. Makhluk hidup di suatu daerah sangat tergantung
kepada keadaan air bukan saja mengenai jumlahnya melainkan juga jenisnya. Sifat-sifat fisik air
ialah tidak berwarana, tidak berbau, tidak asam dan tidak basa (pH=0), tembus cahaya, tapi tak
tembus sinar inframerah. Selain itu air dapat muncul sebagai gas (uap), sebagai cairan (air), atau
sebagai bahan padat (es).

Sungai merupakan sebuah aliran air yang sumber utamanya berasal dari alam, yang
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah atau pendek dan kemudian
bermuara ke danau, laut atau sungai yang keadannya lebih besar. Sungai merupakan salah satu
ekosistem lotik (perairan mengalir) memiliki fungsi sebagaittempat hidup organisme (Maryono,
2005). Organismeeyang hidup di dalam perairan sungaiiadalah organisme yang telah memiliki
kemampuannuntuk beradaptasi terhadap kecepatan arus (Susanto dan Rochidanto, 2008).

2.2 Pencemaran atau Polusi Air

Pencemaran air adalah masuknya atau di masukannya makhluk hidup, zat, energi dan
atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkanya
(PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001). Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air
dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam tidak pernah terdapat
dalam bentuk murni, tetapi bukan berarti semua air sudah tercemar. Meskipun di daerah gunung
atau hutan terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari polusi, air hujan selalu
mengandung bahan-bahan terlarut seperti CO2, O2, dan N2, serta bahan-bahan tersuspensi seperti
debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa dari atmosfer. Air permukaan dan air sumur
biasanya mengandung bahan-bahan metal seperti Na, Mg, Ca, dan Fe. Air yang mengandung
komponen-komponen tersebut dalam jumlah tinggi disebut air sadah.

Air yang tidak tercemar tidak selalu merupakan air murni, tetapi adalah air yang tidak
mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang ditetapkan sehingga
air tersebut dapat digunakan secara normal untuk keperluan tertentu, misalnya untuk air minum,
mandi, berenang, kehidupan hewan dan tumbuhan air (air sungai, danau), pengairan dan
keperluan industri.

3
Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan secara
normal disebut polusi. Karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat bervariasi, maka
batasan polusi untuk berbagai jenis air juga bebeda. Sebagai contoh air kali di pegunungan yang
belum terpolusi belum tentu dapat digunakan langsung sebagai air minum karena belum
memenuhi persyaratan air minum.

2.3 Polutan dan Bahan Pencemar Air

Ciri-ciri air yang mengalami polusi sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan
polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi. Tanda-tanda polusi air yang berbeda ini
disebabkan oleh sumber dan jenis polutan yang berbeda-beda. Polutan air dapat dikelompokan
menjadi 9 bagian berdasarkan perbedaan sifat-sifatnya sebagai berikut:

1. Padatan
2. Bahan-bahan yang membutuhkan oksigen (oxygen-demanding wastes)
3. Mikroorganisme
4. Komponen organik sintetik
5. Nutrien tanaman
6. Minyak
7. Senyawa anorganik dan mineral
8. Bahan radioaktif
9. Panas
Pengelompokan diatas bukan merupakan pengeompokan yang baku, karena suatu jenis
polutan mungkin dapat dimasukkan ke dalam lebih dari satu kelompok. Suatu limbah atau bahan
buangan mungkin mengandung lebih dari satu macam polutan. Sebagai contoh, sampah organik
adalah suatu bahan buangan yang membutuhkan oksigen, tetapi juga mengandung
mikroorganisme dan nutrien tanaman. Berdasarkan pengelompokan polutan diatas, polusi air
dapat disebabkan pula oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut.

a. Pembuangan limbah industri, seperti Pb, Hg, Zn, dan CO yang terakumulasi pada badan
air, menjadi racun berbahaya bagi makhluk hidup.
b. Pestisida dan residu pestisida
Aplikasi pestisida dalam kegiatan pertanian serta pengolahan pascapanen tak jarang
berakibat terjadinya pencemaran air melalui badan air. Pada lahan-lahan pertanian
beririgasi teknis, sangat rentan terjadinya pencemaran air. Karena pestisida secara
langsung mengalir bersama air irigasi.

4
Walaupun tidak terlihat nyata perubahan warna yang terjadi karena air yang mengalir,
tapi pada suatu keadaan terjadi akumulasi bahan pestisida tersebut yang mengakibatkan
terjadinya pencemaran air yang berakibat fatal.
Residu pestisida yang mencemari air, sama halnya dengan proses pencemaran tanah.
Residu pestisida tersimpan dalam tanah dan dihanyutkan oleh air ke badan-badan air.
c. Pembuangan limbah domestik, misalnya, sisa deterjen hasil cucian dan masuk ke badan
air. Limbah domestik dalam hal ini diartikan sebagai limbah yang bukan dari industri.
Aktivitas pasar termasuk ke dalam limbah domestik.
d. Tumpahan minyak bumi di, sungai, laut dan pesisir pantai
Tumpahan minyak bumi di sungai, laut, dan pesisir pantai adalah suatu peristiwa
pencemaran lingkungan air. Walaupun alasan kecelakaan misalnya, tapi itu tetap akibat
perbuatan manusia. Tumpahan minyak bisa dipandang tidak berbahaya langsung bagi
manusia, karena tidak mendatangkan kematian pada manusia secara langsung. Biasanya
manusia menilai bahaya tidaknya suatu proses pencemaran berdasarkan angka kematian
pada manusia.
Padahal efeknya terhambat pada manusia juga akhirnya, ketika tumpahan minyak
menyebabkan kematian flora dan fauna di laut.
Pencemaran air oleh minyak sangat merugikan karena dapat menimbulkan hal-hal sebagai
berikut :
 Adanya minyak menyebabkan penetrasi sinar ke dalam air berkurang. Intensitas sinar di
dalam air sedalam 2 meter yang mengandung minyak adalah 90% lebih rendah daripada
intensitas sinar pada kedalaman yang sama di dalam air yang bening.
 Konsentrasi oksigen terlarut menurun dengan adanya minyak karena lapisan film minyak
menghambat pengambilan oksigen oleh air.
 Adanya lapisan minyak pada permukaan air akan mengganggu kehidupan burung air
karena burung-burung yang berenang dan menyelam bulu-bulunya akan ditutupi oleh
minyak sehingga menjadi lekat satu sama lain, akibatnya kemampuannya untuk terbang
juga menurun.
 Penetrasi sinar dan oksigen yang menurun dengan adanya minyak dapat mengganggu
kehidupan tanaman-tanaman air (sungai, danau maupun laut), termasuk ganggang dan
liken.
Beberapa komponen penyusun minyak juga diketahui bersifat racun terhadap hewan
maupun manusia, tergantung dari struktur dan berat molekunya. Komponen-komponen
hidrokarbon jenuh yang mempunyai titik didih rendah diketahui dapat menyebabkan anestesi dan
narkosis pada berbagai hewan tingkat rendah, dan jika terdapat pada konsentrasi tinggi dapat
mengakibatkan kematian. Komponen-komponen hidrokarbon aromatik yang mempunyai titik
didih rendah terdapat dalam jumlah besar di dalam minyak dan merupakan komponen yang
paling berbahaya, misalnya benzen, toluen dan xilen. Komponen-komponen tersebut beracu
terhadap manusia dan kehidupan lainnya. Minyak juga mengandung naftalen dan penantren yang
lebih beracun terhadap ikan dibandingkan dengan benzen, toluen dan xilen.

5
Komponen-komponen aromatik lebih larut di dalam air dibandingkan dengan
hidrokarbon jenuh. Komponen-komponen aromatik tersebut dapat membunuh kehidupan di
sekitarnya melalui kontak langsung dengan minyak atau melalui kontak dengan komponen-
komponen yang terlarut di dalam air. Pengaruh berbahaya dari komponen-komponen aromatik
tersebut akan berkurang dengan semakin lamanya waktu, karena komponen-komponen tersebut
bersifat volatil sehingga mudah menguap.

2.4 Sifat-sifat Air Terpolusi/Tercemar


Untuk mengetahui apakah suatu air tercemar atau tidak, diperlukan pengujian untuk
menentukan sifat-sifat air sehingga dapat diketahui apakah terjadi penyimpangan dari batasan-
batasan polusi air. Sifat-sifat air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk menentukan
tingkat polusi air misalnya:
1. Nilai pH, keasaman dan alkalinitas
2. Suhu
3. Warna, bau dan rasa
4. Jumlah padatan
5. Nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand)/COD (Chemical Oxygen Demand)
6. Pencemaran mikroorganisme patogen
7. Kandungan minyak
8. Kandungan logam berat
9. Kandungan bahan radioaktif

Nilai pH, Keasaman dan Alkalinitas


Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6 sampai 8, sedangkan pH
air yang terpolusi, misalnya air buangan, berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya. Air
buangan industri-industri bahan anorganik pada umumnya mengandung asam mineral dalam
jumlah tinggi sehingga keasamannya juga tinggi atau pHnya rendah. Adanya komponen besi
sulfur (FeS2) dalam jumlah tinggi di dalam air juga akan meningkatkan keasamannya karena
FeS2 dengan udara dan air membentuk H2SO4 dan besi (Fe) yang larut.
Perubahan keasaman pada air buangan, baik ke arah alkali (pH naik) maupun ke arah
asam (pH menurun), akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan hewan air disekitarnya. Selain
itu, air buangan mempunyai pH rendah bersifat sangat korosif terhadap baja dan sering
menyebabkan pengkaratan pada pipa-pipa besi.

Suhu
Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut:
 Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun.
 Kecepatan reaksi kimia meningkat.
 Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu.
 Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan
mati.
6
Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan mengalami
kenaikan kecepatan respirasi, di samping itu suhu yang relatif tinggi akan menurunkan jumlah
oksigen yang terlarut di dalam air, akibatnya ikan dan hewan air akan mati karena kekurangan
oksigen. Suhu air kali atau air buangan yang relatif tinggi dapat ditandai antara lain dengan
munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya ke permukaan untuk mencari oksigen.

Warna, bau dan rasa


Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi, misalnya air sungai biasanya berwarna
kuning kecoklatan karena mengandung lumpur dan air buangan yang mengandung besi/tanin
dalam jumlah tinggi berwarna coklat kemerahan. warna air yang tidak normal biasanya
menunjukan adanya polusi. Warna air dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu warna sejati
(true color) yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, dan warna semu (apparent color), yang
selain disebabkan oleh adanya bahan-bahan terlarut juga karena adanya bahan-bahan tersuspensi,
termasuk diantaranya yang bersifat koloid.
Bau air tergantung dari sumber airnya. Bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia,
ganggang, plankton atau tumbuhan dan hewan air, baik yang hidup maupun yang sudah mati. Air
yang berbau sulfit dapat disebabkan oleh reduksi sulfat dengan adanya bahan-bahan organik dan
mikroorganisme anaerobik.
Air yang normal sebenarnya tidak mempunyai rasa. Timbulnya rasa yang menyimpang
biasanya disebabkan oleh adanya polusi, dan rasa yang menyimpang tersebut biasanya
dihubungkan dengan baunya karena pengujian terhadap rasa air jarang dilakukan. Air yang
mempunyai bau tidak normal juga dianggap mempunyai rasa yang tidak nomal.

2.5 Bioindikator Lingkungan Air


Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang saling berhubungan,
dimana keberadaan atau perilakunya sangat berhubungan dengan kondisi lingkungan tertentu
sehingga dapat digunakan sebagai suatu petunjuk atau uji kuantitatif (Ellenberg, 1991).
Bioindikator berasal dari dua kata yaitu bio dan indicator, bio artinya mahluk hidup seperti
hewan, tumbuhan dan mikroba. Sedangkan indicator artinya variable yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. jadi bioindikator adalah komponen
biotik (mahluk hidup) yang dijadikan sebagai indikator. Bioindikator juga merupakan indikator
biotis yang dapat menunjukkan waktu dan lokasi, kondisi alam (bencana alam), serta perubahan
kualitas lingkungan yang telah terjadi karena aktifitas manusia. Bioindikator sangat penting
untuk memperlihatkan adanya keterkaitan antara faktor biotik dan abiotik suatu lingkungan.
Bioindikator atau indikator ekologis merupakan suatu kelompok organisme yang hidup dan
rentan terhadap perubahan lingkungan sebagai akibat dari aktivitas manusia dan kerusakan
secara alami (Sumenge, 2008).

Mollusca Sebagai Bioindikator Lingkungan Air

7
Mollusca merupakan salah satu biota yang dapat digunakan sebagai parameter biologi
dalam menentukan kondisi suatu perairan (Kristanto, 2004). Mollusca dapat digunakan sebagai
bioindikator kualitas perairan karena Mollusca menghabiskan seluruh hidupnya di kawasan
tersebut sehingga apabila terjadi pecemaran lingkungan maka tubuh Mollusca akan terpapar oleh
bahan pencemar dan terjadi penimbunan/akumulasi. Maka jika ada bahan tercemar yang masuk
di tubuh spesies tersebut, maka tubuh dari spesies yang tidak toleran tidak dapat bertahan hidup,
dengan demikian keberadaanya dapat digunakan sebagai bioindikator. Mollusca yang banyak
terdapat di area ekosistem pesisir biasanya didominasi oleh kelas Gastropoda dan Bivalvia
penggali di permukaan pantai (Nybakken, 1992).

Gastropoda Sebagai Bioindikator Lingkungan Air


Keanekaragaman dan jumlah jenis Gastropoda dipengaruhi oleh substrat dasar perairan.
Gastropoda lebih banyak ditemukan pada pantai dengan substrat dasar berlempung bila
dibandingkan dengan substrat dasar berpasir. Menurut Pratama (2016), kelimpahan dapat
dikatakan sebagai satuan jumlah individu yang ditemukan per satuan luas. Tinggi rendahnya
kelimpahan suatu organisme pada suatu perairan dipengaruhi oleh faktor-faktor abiotik seperti
suhu, salinitas, kadar oksigen terlarut (DO), pH dan substrat dasar perairan.
Gastropoda dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran logam berat, hal tersebut
ditunjukkan oleh terdapatnya kandungan logam timbal (Pb) pada Gastropoda. Hal tersebut
membuktikan bahwa Gastropoda dapat menyerap dan mengakumulasi logam berat timbal (Pb)
lebih besar dari hewan lainnya, sehingga dapat digunakan sebagai bioindikator adanya
pencemaran logam berat. Gastropoda merupakan organisme indikator yang baik untuk
mengetahui kontaminasi logam berat pada sistem akuatik, karena Gastropoda memiliki daya
mobilitas yang rendah dan memiliki kemampuan dalam mengakumulasi. Gastropoda juga
memiliki karakteristik untuk dijadikan spesies indikator yaitu tidak dapat bergerak cepat atau
bersifat sesil dan memiliki jaringan tubuh yang lunak serta memperoleh makanan dari zat-zat
organik yang berada didasar perairan, ukuran tubuh yang relatif besar, dapat dengan mudah
diidentifikasi dan dapat mengakumulasi zat-zat polutan (Gupta dan Singh, 2011).

BAB 3
PENUTUP

8
Kesimpulan

Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari
kemurniannya. Air yang tidak tercemar tidak selalu merupakan air murni, tetapi adalah air yang
tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang ditetapkan
sehingga air tersebut dapat digunakan secara normal untuk keperluan tertentu. Adanya benda-
benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan secara normal disebut
polusi.

Ciri-ciri air yang mengalami polusi sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan
polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi. Polutan air dapat dikelompokan menjadi
9 bagian berdasarkan perbedaan sifat-sifatnya sebagai berikut: Padatan, Bahan-bahan yang
membutuhkan oksigen (oxygen-demanding wastes), Mikroorganisme, Komponen organik
sintetik, Nutrien tanaman, Minyak, Senyawa anorganik dan mineral, Bahan radioaktif dan Panas.

Sifat-sifat air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk menentukan tingkat polusi air
misalnya: Nilai pH, keasaman dan alkalinitas, Suhu, Warna, bau dan rasa, Jumlah padatan, Nilai
BOD (Biochemical Oxygen Demand)/COD (Chemical Oxygen Demand), Pencemaran
mikroorganisme patogen, Kandungan minyak, Kandungan logam berat dan Kandungan bahan
radioaktif.
Bioindikator juga merupakan indikator biotis yang dapat menunjukkan waktu dan lokasi,
kondisi alam (bencana alam), serta perubahan kualitas lingkungan yang telah terjadi karena
aktifitas manusia. Bioindikator sangat penting untuk memperlihatkan adanya keterkaitan antara
faktor biotik dan abiotik suatu lingkungan.
Mollusca dapat digunakan sebagai bioindikator kualitas perairan karena Mollusca menghabiskan
seluruh hidupnya di kawasan tersebut sehingga apabila terjadi pecemaran lingkungan maka
tubuh Mollusca akan terpapar oleh bahan pencemar dan terjadi penimbunan/akumulasi.
Gastropoda merupakan organisme indikator yang baik untuk mengetahui kontaminasi logam
berat pada sistem akuatik, karena Gastropoda memiliki daya mobilitas yang rendah dan memiliki
kemampuan dalam mengakumulasi.

Saran
Pencemaran/Polusi Air sudah menjadi masalah memerlukan perhatian khusus karena
polutan yang dibiarkan saja akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan air. Sosialisai
tentang pencemaran air ini dapat dilakukan oleh siapa saja dan kepada semua orang, agar
lingkungan perairan semakin terjaga dan terhindar dari pencemaran yang mengganggu
organisme perairan air.

DAFTAR PUSTAKA

9
Dewata, I., dan Danhas, Y.H. 2018. Pencemaran Lingkungan. PT. RajaGrafindo
Persada, Depok. Rajawali Printing.
Dwidjoseputro, D. 1994. Ekologi Manusia dengan Lingkungannya. Erlangga,
Jakarta. P.T. Gelora Aksara Pratama.
Ellenberg. 1991. Biological Monitoring Signal From The Envirovment. Fried
Vieweg and John Verlago Sellcsharft Brounchweig. Germany.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius, Yogyakarta.
Gupta SK dan Singh J, 2011. Evaluation of Mollusc As Sensitive Indicatior Of
Heavy Metal Pollution In Aquatic System: A Review. Journal IIOAB, 2(1):
49-57.
Holcomb, R.W. 1970. Waste-water treatment: the tide is turnimg. Science 169:
457-459
Kristanto, P. 2000. Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi laut suatu pendekatan ekologis. Eidmen, M. et al.
(penterjemah). Sukardjo. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 459hlm.
Maryono, A. 2005. Menangani Banjir, Kekeringan dan Lingkungan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. 162 hlm.
Palar, Heryando. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta:
Rhineka Cipta.
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Pratama H, 2016. Struktur Komunitas Gastropoda Di Pesisir Pantai Lola
Kelurahan Gunung Kijang Kecematan Gunung Kijang Kabupaten Bintan,
Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Ilmu kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Prits, J.N. dan Metcalf, R.L. 1969. Advances in Environmental Sciences. Wiley-
Interscience, New York.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkotaan dan Lingkungan Hidup Daerah
Khusus Ibukota Jakarta. 1988. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus
Ibukota Jakarta tentang Baku Mutu Air Sungai dan Air Limbah Industri.
Sekretariat Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. 1988.
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor
KEP-02/MENKLH/I/1988 tentang Baku Mutu Air.

10
Sekretariat Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. 1991.
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor
KEP-03/MENKLH/II/1991 tentang Baku Mutu Air Limbah, Baku Mutu
Udara Ambien, dan Baku Mutu Udara Emisi.
Sumenge, V. 2008. Penentuan Kualitas Air Sungai Sendangan Kakas Dengan
Bioindikator Keanekaragaman Serangga Air. [Skripsi]. Universitas
Samratulangi, Manado.
Susanto, H. dan A. Rochdianto. 2008. Kiat Budi Daya Ikan Mas Dilahan Kritis.
Penebar Swadaya Depok. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

11

Anda mungkin juga menyukai