Anda di halaman 1dari 15

Makalah

KARAKTERISTIK AIR TAWAR

Disusun Oleh
Sri utami lakoro
432417044

JURUSAN BIOLOGI

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat,
karunia serta hidayah Allah SWT makalah yang berjudul “Karakteristik Air
Tawar” ini dapat terselesaikan. Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas kelompok pada mata kuliah Limnologi .
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaaan baik dalam materi maupun cara penyajian penulisannya.
Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pengembangan
dan kesempurnaan makalah ini. Semoga informasi yang terdapat dalam laporan
ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Gorontalo,September 2020

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan.......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2

1.3 Tujuan......................................................................................................... 2

BAB II Pembahasan......................................................................................... 3

2.1Kondisi fisik air tawar ................................................................................

2.2 Kondisi kimia air tawar .............................................................................

2.3Kondisi Biologis Air tawar .........................................................................

BAB III Penutup...............................................................................................

3.1 Kesimpulan.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitat yang sering
digenangi air tawar yang kaya akan mineral dengan pH sekitar 6. Kondisi
permukaan air tidak selalu tetap, adakalanya naik, turun, atau mongering Danau
merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan tawar yang ada dipermukaan
bumi.Secara fisik, danau merupakan suatu tempat yang luas mempunyai air yang
tetap,jernih atau beragam dengan aliran tertentu dan keberadaan tumbuhan air
terbatas hanya di pinggir danau. Di dalam ekosistem danau terdapat faktor abiotik
dan biotic(produsen, konsumen dan pengurai) yang membentuk suatu hubungan
timbal balik dan saling mempengaruhi
Danau adalah badan air alami berupa cekungan yang terisi air, dan terbentuk
karena peristiwa alam yang berfungsi menampung dan menyimpan air yang
berasal dari hujan, mata air, rembesan, dan air sungai. Perairan ini memiliki
berbagai jenis biota yang saling berinteraksi dan berasosiasi di dalamnya sehingga
membentuk sebuah ekosistem perairan danau. Biota-biota tersebut akan
mengalami perubahan populasi tergantung kondisi atau kualitas perairannya.
Selain itu danau merupakan kawasan perairan yang memiliki potensi untuk
dikembangkan
Suatu ekosistem dapat terbentuk oleh adanya interaksi antara makhluk dan
lingkungannya, baik antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya dan
antara makhluk hidup dengan lingkungan abiotik (habitat). Interaksi dalam
ekosistem didasari adanya hubungan saling membutuhkan antara sesama makhluk
hidup dan adanya eksploitasi lingkungan abiotik untuk kebutuhan dasar hidup
bagi makhluk hidup. Patty, S. I. (2015).
Ekosistem aquatik (habitat dengan air sebagai medium internal dan
ekosistem) tidak bisa lepas dari masalah kelestarian air itu sendiri sebagai
komponen lingkungan hidup yang utama. Kelestarian air dalam kualitas dan
kuantitas yang cukup tidak saja secara langsung menunjang kegiatan metabolisme
komponen biotik dalam ekosistem aquatik ini tetapi juga dirasakan langsung

4
menunjang kebutuhan manusia. Kualitas air salah satunya dapat dilihat dari sifat
fisik dan sifat kimia. Patty, S. I. (2015).
Sifat-sifat fisika dan kimia air sangat penting dalam ekologi. Panas jenis,
panas peleburan laten, serta panas penguapan air latennya yang cukup tinggi
berperan dalam pengaturan suhu organisme. Air merupakan media pengangkutan
yang ideal bagi molekul-molekul melalui tubuh organisme, karena ia adalah
pelarut yang kuat tanpa menjadi sangat aktif secara kimia. Tegangan permukaan
air yang tinggi menyebabkan pergerakan air melewati organisme, dan juga
bertanggung jawab bagi kenaikan tinggi air tanah. Rapatan air yang nisbi tinggi
tidak hanya mendukung bobot tubuh secara sebagian maupun seutuhnya, namun
juga memungkinkan hadirnya plankton
1.2. Rumusan Masalah
1. bagaimna karakteristik sifat fisk , kimia dan biologis pada peraiaran air tawar ?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui sifat fisik, kimia, dan biologis pada perairan air tawar

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Air
Air adalah suatu zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau dan warna dan
terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Karena air
mempunyai sifat yang hampir bisa digunakan untuk apa saja, maka air merupakan
zat yang paling penting bagi semua bentuk kehidupan (tumbuhan, hewan, dan
manusia) sampai saat ini selain matahari yang merupakan sumber energi. Air
dapat berupa air tawar dan air asin (air laut) yang merupakan bagian terbesar di
bumi ini. Di dalam lingkungan alam proses, perubahan wujud, gerakan aliran air
(di permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di udara) dan jenis air mengikuti suatu
siklus keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus hidrologi. Karakteristik
kandungan sifat fisik dari air tawar tergantung dari tempat sumber air itu berasal
dan teknik pengolahan air tersebut apakah menghasilkan air yang baik
dikonsumsi.

2.2. Berbagai karakteristik yang dapat mempengaruhi air:


1. Karakteristik fisik
a. Suhu
Suhu air sangat mempengaruhi aktivitas biologi yang ada dalam air,
karena kenaikan suhu perairan dapat menaikkan aktivitas biologi sehingga dapat
menghasilkan O2 yang lebih banyak lagi
b. Warna
Warna air dapat kita ketahui bahwa sumber air ada dari beberapa tempat
sehingga warna yang dimiliki pun berbeda-beda. Sehingga hal tersebut tidak dapat
langsung diterima oleh masyarakat. Warna air yang dapat ditimbulkan
dikarenakan adanya ion besi, mangan, humus, biota laut, plankton, dan limbah
industry Deteksi warna air dapat dilakukan oleh indra penglihatan, deteksi ini
akan lebih akurat jika dilanjutkan dengan deteksi kekeruhan. Apabila warna air
tidak lagi bening, keruh atau tidak lagi jernih misalnya berwarna kecoklatan, dapat
diduga air tersebut tercemar oleh besi. Air yang berwarna penyimpang dengan

6
warna aslinya, tidak baik digunakan sebagai air minum. Adapun tujuan dari
deteksi warna pada air minum ini adalah untuk mengetahui warna yang tampak
pada air. Persyaratan air minum yaitu harus tidak berwarna atau jernih. Air yang
menyimpang dengan warna tersebut, tidak baik dikonsumsi Patty, S. I. (2015)
c. Bau
Bau pada air dapat disebabkan karena benda asing yang masuk ke dalam
air seperti bangkai binatang, bahan buangan, ataupun disebabkan karena proses
penguraian senyawa organik oleh bakteri. Pada peristiwa penguraian senyawa
organik yang dilakukan oleh bakteri tersebut dihasilkan gas – gas berbau
menyengat dan bahkan ada yang beracun. Pada peristiwa penguraian zat organic
berakibat meningkatkan penggunaan oksigen terlarut di air (BOD = Biological
Oxighen Demand) oleh bakteri dan mengurangi kuantitas oksigen terlarut (DO =
Disvolved Oxigen) di dalam air. Senyawa – senyawa organik umumnya tidak
stabil dan mudah dioksidasi secara biologis dan kimia menjadi senyawa stabil atau
biasa dikenal dengan istilah BOD dan COD. Kebutuhan oksigen biologi (BOD)
adalah parameter kualitas air lain yang penting. BOD menunjukkan banyaknya
oksigen yang digunakan bila bahan organik dalam suatu volume air tertentu
dirombak secara biologis. Sedangkan kebutuhan oksigen kimia (COD) merupakan
suatu cara untuk menentukan kandungan bahan organik dalam air buangan dan
perairan alami. Dari segi estetika, air yang berbau, apabila bau busuk
seperti bau telur yang membusuk (misalnya oleh H2S) ataupun air yang berasal
secara alami, tidak dikehendaki dan tidak dibenarkan oleh peraturan yang berlaku.
d. Rasa
Rasa pada air dapat ditimbulkan oleh beberapa hal yaitu adanya gas
terlarut seperti H2S, organisme hidup, adanya limbah padat dan limbah cair dan
kemungkinan adanya sisa-sisa bahan yang digunakan untuk disinfektan seperti
klor. Rasa pada air minum diupayakan netral atau tawar, sehingga dapat diterima
oleh para konsumen air minum
e. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan sifat optik dari suatu larutan yang menyebabkan
cahaya yang melaluinya terabsosi dan terbias dihitung dalam satuan mg/l SiO2

7
Unit Kekeruhan Nephelometri (UKN). Air akan dikatakan keruh apabila air
tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi, sehingga
memberikan warna atau rupa yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang
menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur dan bahan-bahan organik.
Kekeruhan tidak merupakan sifat air yang membahayakan, tetapi kekeruhan
menjadi tidak disenangi karena rupanya. Kekeruhan walaupun hanya sedikit dapat
menyebabkan warna lebih tua tua dari warna yang sesungguhnya. Setiap
tingkat,kekeruhan dipengaruhi oleh pH air. Kekeruhan pada air minum pada
umumnya telah diupayakan sedemikian rupa sehingga air menjadi jernih
2.3. Karakteristik Kimia
a. pH
pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan
asam atau basa sesuatu larutan. Sebagai satu faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan atau kehidupan mikroorganisme dalam air, secara
empirik pH yang optimum untuk tiap spesifik harus ditentukan. Kebanyakan
mikroorganisme tumbuh terbaik pada pH 6,0-8,0 meskipun beberapa bentuk
mempunyai pH optimum rendah 2,0 dan lainnya punya pH optimum 8,5.
Pengetahuan pH ini sangat diperlukan dalam penentuan range pH yang akan
diterapkan pada usaha pengelolaan air bekas yang menggunakan proses-proses
biologis Patty, S. I. (2015)
b. Konduktivitas
Nilai konduktivitas merupakan ukuran terhadap konsentrasi total elektrolit
didalam air. Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya merupakan garam-garam
yang terlarut dalam air, berkaitan dengan kemampuan air didalam menghantarkan
arus listrik. Semakin banyak garam-garam yang terlarut semakin baik daya hantar
listrik air tersebut
c. Total Dissolved Solid (Total Padatan Terlarut)
TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic
maupun anorganic) yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya berdasarkan
definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat
melewati saringan yang berdiameter 2 mikrometer (2×10-6 meter)

8
d. Oksigen Terlarut (DO)
DO atau oksigen terlarut merupakan jumlah gas oksigen yang diikat oleh
molekul air. Kelarutan oksigen di dalam air terutama sangat dipengaruhi oleh
suhu dan mineral terlarut dalam air. Sumber utama DO dalam perairan adalah dari
proses fotosintesis tumbuhan dan penyerapan/pengikatan secara langsung oksigen
dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara. Sedangkan
berkurangnya DO dalam perairan adalah kegiatan respirasi organisme perairan
atau melalui pelepasan secara langsung dari permukaan perairan ke atmosfer.
Pengaruh DO terhadap biota perairan hanya sebatas pada kebutuhan untuk
respirasi, berbeda dengan pengaruh suhu yang cenderung lebih komplek.
Beberapa organisme perairan bahkan memiliki mekanisme yang memungkinkan
dapat hidup pada kondisi oksigen terlarut yang sangat rendah. Beberapa contoh
species yang memiliki kemampuan ini adalah larva dari Diptera dan Coleoptera
serta larva danpupa dari Culex sp. Salmin. (2005).
e. BiologycalOxygenDemand (BOD)
Nilai BOD (BiologicalOxygenDemand) menunjukkan jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh organisme aerob untuk aktivitas hidup. Nilai BOD
menunjukkan kandungan bahan organik dalam perairan, semakin tinggi nilai BOD
maka mengindikasikan bahwa perairan tersebut banyak mengandung bahan
organik di dalamnya. Demikian juga sebaliknya, apabila nilai BOD rendah maka
mengindikasikan bahwa perairan tersebut miskin bahan organik.
f. Chemical OxygenDemand (COD)
Nilai COD (Chemical OxygenDemand) menunjukan jumlah oksigen total
yang dibutuhkan di dalam perairan untuk mengoksidasi senyawa kimiawi yang
masuk ke dalam perairan seperti minyak, logam berat maupun bahan kimiawi lain.
Besarnya nilai COD mengindikasikan banyaknya senyawa kimiawi yang ada di
dalam perairan dan sebaliknya rendahnya nilai COD mengindikasikan rendahnya
senyawa kimia di dalam perairan. Salmin. (2005).

2.3 aspek biologis

9
Plankton merupakan salah satu faktor biotik yang ada di ekosistem
perairan danau. Plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup melayang di
perairan,mempunyai gerak sedikit sehingga mudah terbawa arus. Mikroorganisme
ini baik dari segi jumlah dan jenisnya sangat banyak dan beraneka ragam serta
sangat padat. Plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata
rantai makanan (food chain) dan jaring makanan (food web) yaitu sebagai
produsen dan konsumen
Berdasarkan habitatnya plankton ditemui hidup di perairan, baik di sungai,
danau, waduk, maupun di perairan payau dan laut. Plankton ini ada yang dapat
bergerak aktif sendiri seperti satwa atau hewan dan disebut dengan plankton
hewani (zooplankton), dan ada juga plankton yang dapat melakukan fotosintesis
seperti tumbuhan di darat, kelompok ini disebut dengan plankton nabati
(fitoplankton)
Didalam perairan, zooplankton mempunyai peran penting dalam
mengendalikan laju pertumbuhan fitoplankton. Hal ini disebabkan karena
makanan utama dari zooplankton herbivor adalah diatom, jumlah pemangsa
memberikan pengaruh yang besar terhadap komposisi dan jenis-jenis diatom
Fungsi fitoplankton di perairan sebagai makanan bagi zooplankton dan beberapa
jenis ikan serta larva biota yang masih muda, mengubah zat anorganik menjadi
organik dan mengoksigenasi air. Nutrien anorganik diabsorbsi menjadi nutrien
organik melalui proses fotosintesis. Nutrien organik merupakan energi yang siap
dimanfaatkan bagi pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri maupun
sebagai persediaan makanan bagi biota lain yang berada pada jenjang yang lebih
atas. Fitoplankton berfungsi sebagai produsen utama karena merupakan biota awal
yang menyerap energi sinar matahari (Odum, 1998).
Keberadaan fitoplankton di suatu perairan dapat memberikan informasi
mengenai keadaan perairan. Fitoplankton merupakan parameter biologi yang
dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan
suatu perairan (bioindikator). Bila keanekaragaman fitoplankton di ekosistem
perairan tinggi menandakan kualitas air baik dan bila keanekaragaman
fitoplankton rendah menandakan air tercemar

10
3.1 Perairan Menggenang (Lentik)
Perairan menggenang (Lentik) dibedakan menjadi perairan alamiah dan
buatan. Berdasarkan proses pembentukkannya perairan alami dibedakan menjadi
perairan yang terbentuk karena aktifitas tektonik dan karena aktifitas vulkanik.
Beberapa contoh perairan lentik yang alamiah antara lain: danau, rawa, situ, dan
telaga, sedangkan perairan buatan antara lain adalah waduk.
(1) Arus
Tipe arus pada ekosistem perairan menggenang (lentik) yang relatif dalam
memungkinkan terjadinya arus vertikal yaitu pergerakan air dari dasar ke
permukaan yang menyebabkan terjadinya upwelling atau sebaliknya. Hal tersebut
karena adanya stratifikasi suhu pada perairan tersebut. Kenaikan suhu perairan
akan menyebabkan menurunnya kerapatan molekul air, air akan bergerak dari
massa yang memiliki kerapatan molekul lebih tinggi ke yang lebih rendah. Arus
vertikal ini berperan sangat penting terhadap distribusi gas terlarut, mineral,
kekeruhan, dan organisme planktonik.
(2) Suhu
Suhu air akan menurun dengan meningkatnya kedalaman, sampai batas
zona fotik dan setelah itu suhu relatif stabil. Pada zona mesofotik terjadi
penurunan suhu yang sangat drastis, wilayah ini dikenal sebagai termoklin. Pada
danau vulkanik suhu cenderung tinggi dan menjadi faktor pembatas utama bagi
kehidupan. Pada perkembangannya suhu pada danau vulkanik akan menurun
sampai batas tertentu mengikuti perubahan suhu lingkungan terestrial di daerah
tersebut.
(3) Kekeruhan
Pada awal pembentukan Kekeruhan pada ekosistem danau cenderung
rendah, hal ini karena kandungan bahan organik pada ekosistem ini masih sedikit
dan organisme yang hidup di daerah ini juga relatif sedikit.
(4) Derajat Keasaman (pH)
Tingkat derajat keasaman (pH) pada masing-masing perairan menggenang
(Lentik) adalah berbeda-beda, tergantung pada proses pembentukan, tempat, dan

11
penggunaan perairan tersebut. Serta bahan-bahan organik yang berasal dari
daratan yang masuk ke dalam perairan.
(5) DO, BOD, dan COD
DO pada ekosistem danau pada awal perkembangannya relatif tinggi,
karena pemanfaatan oleh aktivitas organisme rendah. Sumber oksigen terlarut
utamanya berasal dari pengikatan langsung dari udara, sedangkan dari aktivitas
fotosintesis masih sangat rendah. Pada tahap perkembangan selanjutnya DO akan
fluktuatif sesuai dengan banyaknya aktifitas hidup, dan penyuburan. BOD juga
relatif kecil karena bahan organik dalam ekosistem masih rendah, COD juga
demikian.
3.2 Perairan Mengalir (Lotik)
Pada ekosistem lotik arus memiliki peranan yang sangat penting. Pada
ekosistem ini arus sangat fluktuatif dari waktu ke waktu karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain sudut kemiringan dasar perairan, tipe substrat dasar,
musim, debit air, luas permukaan perairan, dan tipe alur sungai (lurus atau
berkelok).
(1) Kecepatan Arus
Pada ekosistem sungai yang lurus arus cenderung bergerak relatif lebih
cepat, apalagi jika volume debit air besar (musim penghujan) dan dengan sudut
kemiringan dasar perairan besar. Dengan kondisi demikian dan adanya arus
turbulen maka air sungai dapat bergerak keluar dari badan air dan menggenangi
wilayah di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS). Pada alur sungai yang lurus arus
air tercepat berada pada bagian tengah sungai, karena daerah ini tidak ada gesekan
secara fisik dengan dua sisi DAS yang dapat memperlambat aliran. Pada alur
sungai yang berkelok (meander), kecepatan arus paling tinggi akan dijumpai pada
bagian luar pinggir sungai.
Daerah berarus lambat merupakan habitat sangat ideal bagi organisme air
yang secara morfologi bukan tipikal organisme yang mampu beradaptasi terhadap
habitat perairan berarus deras. Beberapa organisme yang beradaptasi secara
tingkah laku seperti ini antara lain adalah berbagai jenis larva arthropoda,

12
crustacea, dan beberapa jenis ikan seperti ikan lele (Clarias sp.) yang secara
morfologi bukan tipikal ikan yang berhabitat alamiah di perairan berarus deras.
(2) Substrat Dasar
Pada ekosistem sungai yang didominasi oleh substrat dasar berbatu akan
ditemui kondisi arus dengan kecepatan relatif lambat, terutama di belakang
batubatuan besar di dasar perairan.
(3) Kedalaman
Pada sungai dapat dijumpai tingkat yang lebih tua dari hulu ke hilir,
perubahan lebih terlihat pada bagian atas aliran air, dan komposisi kimia berubah
dengan cepat. Dan komposisi komunitas berubah sewajarnya yang lebih jelas pada
kilometer pertama dibanding lima puluh (50) kilometer terakhir (Odum, 1988).

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekosistem perairan di daratan secara umum dibagi menjadi 2 yaitu
perairan mengalir (loticwater) dan perairan menggenang (lenticwater). Perairan
mengalir dicirikan adanya arus yang terus menerus dengan kecepatan bervariasi
sehingga perpindahan massa air berlangsung terus-menerus. Sedangkan Perairan
menggenang disebut juga perairan tenang yaitu perairan dimana aliran air lambat
atau bahkan tidak ada dan massa air terakumulasi dalam periode waktu yang lama.
Contoh perairan lentik antara lain: Waduk, danau, kolam, telaga, situ, belik, dan
lain-lain. Faktor Fisik-kimia perairan terdiri atas Kecepatan Arus
Suhu/Temperatur, DO, BOD, dan COD ,Derajat Keasaman (pH) Tingkat
Kecerahan Masing-masing tipe perairan darat, baik perairan lentik maupun lotik
memiliki nilai fisik-kimia yang berbeda-beda, tergantung pada lingkungan sekitar
tempat perairan tersebut berada.

14
Daftar Pustaka
Odum, E. P. (1998). Fundamentals of Ecology. 3 Edition. Philadelphia: W.B.
Saunders Company.
Patty, S. I. (2013). Distribusi Suhu, Salinitas dan Oksigen Terlarut di Perairan
Kema, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax, 1(3), 148–157.
Patty, S. I. (2015). Karakteristik Fosfat, Nitrat dan Oksigen Terlarut di Perairan
Selat Lembeh, Sulawesi Utara. Tropis, Jurnal Pesisir Dan Laut, 1(1),
1–7. Pescod, M. B. (1973). Investigation of Rational Effluent and
Stream Standard for Tropical Countries.
Salmin. (2005). Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan.
Jurnal Oseana, 30(3), 21–26.
Sembiring, S. M. R., Melki, & Agustriani, F. (2012). Kualitas Perairan Muara
Sungsang ditinjau dari Konsentrasi Bahan Organik pada Kondisi
Pasang Surut. Jurnal Online Maspari Journal, 4(2), 238– 247.
Retrieved from http://ejournal.unsri.ac

15

Anda mungkin juga menyukai