Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Osmoregulasi

Osmoregulasi adalah proses mengatur konsentrasi cairan dan menyeimbangkan pemasukan serta
pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organisme hidup. Proses osmoregulasi diperlukan karena
adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel
menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air,
maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk
membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup (Wikipedia, 2012).

Osmoregulasi sangat penting pada hewan air karena tubuh ikan bersifat permeabel
terhadap lingkungan maupun lautan garam. Sifat fisik lingkungan yang berbeda menyebabkan
ada perbedaan proses osmoregulasi antara ikan air tawar dengan ikan air laut. Urea merupakan
produk metabolisme nitrogen, yang dikeluarkan dari tubuh ikan berupa urin tetapi jumlahnya
sedikit. Pada ikan air tawar penyerapan urea dan TMAO berfungsi untuk mempertahankan
tekanan osmotik dalam tubuh (Anonim, 2012).

Osmoregulasi adalah proses pengatur konsentrasi cairan dan menyeimbangkan


pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organisme hidup. Sedangkan pengertian
osmoregulasi bagi ikan adalah pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi
kehidupan ikan, sehingga proses-proses fisiologis tubuhnya berfungsi normal (Homeostatis).
Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan
lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus,
begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi
juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau
organisme hidup. Osmoregulasi sangat penting pada hewan air karena tubuh ikan bersifat
permeabel terhadap lingkungan maupun lautan garam. Sifat fisik lingkungan yang berbeda
menyebabkan ada perbedaan proses osmoregulasi antara ikan air tawar dengan ikan air laut.

Proses inti dalam osmoregulasi yaitu osmosis. Osmosis adalah pergerakan air dari cairan
yang mempunyai kandngan air lebih tinggi (lebih encer) menuju ke cairan yang mempunyai
kandungan air lebih rendah (lebih pekat) contoh osmosis ialah pergerakan air dari larutan gula
5% menuju larutan gula 15% sampai tecipta keseimbangan antara keduanya.dengan kata lain
osmosi dapat berhenti apabila kedua larutan mencapai konsentrasi yang sama yaitu 10%. apabila
ini tercapai,kedua larutan sudah mencapai kondisi osmosis.

Osmoregulasi pada ikan air Laut


Ikan laut hidup pada lingkungan yang hipertonik terhadap jaringan dan cairan tubuhnya,
sehingga cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang, dan kemasukan garam-
garam. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan ‘minum’air laut sebanyak-banyaknya. Dengan
demikian berarti pula kandungan garam akan meningkat dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi
dicegah dengan proses ini dan kelebihan garam harus dihilangkan.
Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk mempertahankan air, volume air seni lebih
sedikit dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubulus ginjal mampu berfungsi sebagai penahan
air. Jumlah glomerulus ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil dari pada ikan
air tawar

Kira-kira 90% hasil buangan nitrogen yang dapat disingkirkan melalui insang, sebagian besar
berupa amonia dan sejumlah kecil urea. Meskipun demikian, air seni masih mengandung sedikit
senyawa tersebut. Air seni Osteichthyes mengandung:

• Kreatin

Pada golongan ikan Teleostei, gelembung air seni (urinary bladder) dapat digunakan untuk
menampung air seni. Disini dilakukan penyerapan kembali terhadap ion-ion. Dinding gelembung
air seni bersifat impermiable terhadap air.

• Kreatinin

• Senyawa nitrogen

• Trimetilaminoksida (TMAO)

Osmoregulasi pada ikan elasmobranchi

Ikan Elasmobranchi, melakukan osmoregulasi dengan cara menahan urea sampai


konsentrasi dalam darah meningkat kira-kira 5 % untuk meningkatkan total tekanan osmosis
darah ke tingkat yang lebih tinggi dibanding air laut . Ikan Elasmobrankhii menggunakan
kelenjar rektal yaiut untuk mengeluarkan kelebihan Na+ secara aktif ,dan menghasilkan sedikit
urin untuk Urin dimanfaatkan untuk mengeluarkan kelebihan NaCl.

Menurut Affandi dan Usman (2002) dalam Jatilaksono (2007), secara umum dikatakan bahwa
cairan tubuh golongan ikan elasmobranchi mempunyai tekanan osmotik yang lebih besar dari
lingkungannya. Tekanan osmotik tubuhnya sebagian besar tidak disebabkan oleh garam-garam
melainkan oleh tingginya kadar urea dan Tri Meilamin Oksida (TMAO) dari tubuh. Karena
cairan tubuh yang hiperosmotik terhadap lingkungannya, golongan ikan ini cenderung menerima
air lewat difusi, terutama lewat insang. Untuk mempertahankan tekanan osmotiknya kelebihan
air untuk difusi ini dikeluarkan melalui air seni.

Cairan tubuh golongan Elasmobranchi umumnya mempunyai tekanan osmotik yang lebih besar
daripada lingkungannya. Tekanan osmotik tubuhnya sebagian besar tidak disebabkan oleh
garam-garam melainkan oleh tingginya kadar urea dan TMAO dalam tubuh. Karena cairan
tubuhnya yang hyperosmotik terhadap lingkungannya, golongan ikan ini cenderung menerima
air lewat difusi, terutama lewat insang. Untuk mempertahankan tekanan osmotiknya, kelebihan
air untuk difusi ini dikeluarkan sebagai air seni. Penyerapan kembali terhadap urea di dalam
tubuli ginjal merupakan upaya pula dalam mempertahankan tekanan osmotik tubuhnya.
Permukaan tubuhnya yang bersifat impermeabel mencegah masuknya air dari lingkungan ke
dalam tubuhnya (Rachman, 2003).

Osmoregulasi pada ikan andromous dan euryhalin

- Osmoregulasi Pada Ikan Anandromous

Anadromous adalah spesies ikan yang memijah di air tawar dan menghabiskan hidupnya di air
laut. Spesies yang terkenal dari jenis anadromous adalah ikan salmon dan ikan sidat. Ikan ini
biasanya bertelur di kerikil hilir arus deras, kadang-kadang pada ketinggian rendah. Setelah
menetas, larva ikan, tetap berada dalam kerikil pemijahan untuk beberapa minggu sebelum
muncul untuk hidup dan makan di sungai. Durasi hidup di laut, dimana pertumbuhan terjadi,
bervariasi mulai dari 2 tahun untuk salmon pink, dan 5-6 tahun untuk salmon Chinook.

Ketika salmon berada dekat laut diusia dewasa, mereka bermigrasi ke arah daratan dan masuk ke
mulut sungai (Hadiwijaya, 2011). Mereka bergerak ke hulu selama periode beberapa minggu dan
bulanan, danselama waktu itumereka tidak makan. Energi mereka dipindahkan dari tubuh untuk
pematangan gonad. Adapaun lamprey memiliki siklus hidup yang sama. Mereka juga tidak
makan ketika berada dalam masa pematangan gonad dan mau memijah selama di perairandarat.
Lamprey dewasa akan memasuki perairan tawar ketika akan memijah untuk bertelur lalu mati,
sedangkan larvanya akan bergerak cepat ke laut setelah menetas (Hadiwijaya, 2011).

1. Ikan Salmon

Ikan salmon dikelompokkan dalam spesies diadromous yang bersifat anadromous, yakni
bermigrasi dari habitat air laut ke air tawar. Ikan salmon termasuk dalam tipe euryhaline,
mempunyai toleransi besar pada paparan salinitas. Ikan salmon dewasa hidup di laut dengan
kadar salinitas tinggi. Dimana ikan salmon akan meminum banyak air laut untuk mengatur kadar
garam tubuh dan mengekskresikan kelebihan garam dari insang. Peranan ginjal dalam ekskresi
garam sangatlah besar melalui kelenjar rektal yang nantinya akan mengekskresikan natrium
klorida untuk menyeimbangkan konsentrasi garam internal tubuh yang lebih rendah dari
konsentrasi garam air laut. Dan ketika ikan salmon akan bereproduksi menuju ke arah hulu
sungai, disini akan terjadi perubahan osmoregulasi tubuh dari air laut ke air tawar (hypoosmosis
ke hyperosmosis).

Ketika migrasi ke air tawar untuk memijah, ikan salmon itu akan berhenti atau sedikit minum
dan insangnya akan mulai mengambil garam dari lingkungan yang konsentrasinya tidak pekat.
Ikan salmon ini akan menyeimbangkan perolehan air dengan banyak mengeluarkan urin
(Navalda, 2011). Telur ikan salmon akan menetas di sungai, hal ini kemungkinan disebabkan
karena hubungannya dengan faktor suhu yang sesuai, faktor makanan yang dibutuhkan untuk
anak-anaknya, dan faktor hormonal. Setelah dewasa, barulah ikan salmon akan kembali ke laut
dan akan mengalami perubahan fisiologis, yakni perubahan osmoregulasi dari air tawar ke air
laut (hyperosmosis ke hypoosmosis). Ketika salmon sudah terbiasa dengan air asin, kulitnya
akan berubah menjadi seperti sutra yang berkilauan. Begitu seterusnya berjalanan hidup ikan
salmon (Navalda, 2011).

2. Ikan Sidat

Ikan sidat dikelompokkan dalam spesies diadromous yang bersifat katadromous, yakni
bermigrasi dari habitat air tawar ke air laut. Pada saat bereproduksi ikan sidat akan menuju ke
laut, disana telur akan menetas dan berkembang. Tetapi ketika beranjak dewasa ikan-ikan sidat
akan kembali ke hulu sungai. Stadia glass eel (larva) ikan sidat lebih menyukai air laut dan
bersifat osmoregulator kuat. Sedangkan elver (benih sidat) yang sudah mengalami pigmentasi
penuh lebih menyukai perairan tawar. Ikan sidat ketika berada di laut akan meminum banyak
sekali air laut, lalu memompa kelebihan garam dengan insang dan mengekskresikan urin dalam
jumlah yang relatif sedikit. Hal ini dilakukan untuk mengkompensasikan kehilangan air yang
terjadi secara osmosis. Sedangkan ketika berada di air tawar ikan sidat akan sedikit minum dan
banyak mengeluarkan urin yang hipoosmotik dengan cairan tubuhnya untuk menyeimbangkan
perolehan air.Osmoregulasi pada avertebrata

Avertebrata Laut

Kebanyakan avertebrata yang berhabitat di laut tidak secara aktif mengatur sistem
osmosis mereka, dan dikenal sebagai osmoconformer. Osmoconformer memiliki osmolaritas
internal yang sama dengan lingkungannya sehingga tidak ada tendensi untuk memperoleh atau
kehilangan air. Hewan osmokonformer invertebrata laut memiliki konsentrasi osmotik cairan
tubuh sama dengan air laut sehingga terjadi keseimbangan osmotik cairan tubuh hewan dengan
lingkungannya tetapi tidak dalam kondisi keseimbangan ionik sehingga terjadi perbedaan
komposisi ion yang menghasilkan gradien konsentrasi. Oleh karena itu hewan osmokonformer
dapat memperoleh masukan berbagai macam zat yang dibutuhkan dengan cara: ion masuk
kedalam tubuh dan mengakibatkan cairan tubuh menjadi hiperosmotik, keadaan ini
menyebabkan air dan zat-zat yang dibutuhkan tubuh yang terlarut di air laut masuk ke dalam
tubuh. Konsentrasi osmotik berbagai ion dalam tubuh hewan tidak berbeda kecuali beberapa
spesies hewan laut, misalnya ubur-ubur, mempertahankan konsentrasi ion tetap berbeda dalam
rangka pengaturan fisiologis. Konsentrasi ion yang tidak diatur dengan cara khusus terjadi
melalui permukaan tubuh, insang, makanan yang ditelan, dan dengan menghasilkan zat sisa
(misalnya urin).

Hewan Osmokonformer : Konsentrasi osmotik cairan tubuh sama dengan air laut, maka terjadi
keseimbangan osmotik cairan tubuh hewan dengan lingkungannya. Tidak dalam kondisi
keseimbangan ionik, maka terjadi perbedaan komposisi ion yang menghasilkan gradien
konsentrasi. Konsentrasi osmotik berbagai ion dalam tubuh hewan tidak berbeda

kecuali beberapa spesies hewan laut, misalnya ubur-ubur, mempertahankan konsentrasi ion tetap
berbeda dalam rangka pengaturan fisiologis.

Beberapa Organ dan Hormon Yang Berperan Dalam Osmoregulasi

Adapun organ-organ tubuh yang berperan sebagai tempat berlangsungnya osmoregulasi adalah
insang, saluran pencernaan, intergumen (kulit) dan organ eksresi pada kelenjar antena organ
osmoregulasi yaitu:

a. Insang: pada insang, sel-sel yang berperan dalam osmoregulasi adalah sel-sel chloride yang
terletak pada dasar lembaran-lembaran insang.perubahan ion pada sel-sel chlorida oseanodrom
berbeda dengan patadrom.pada diadrom selama migrasi antara air tawar dan air laut membran
dan motokondria sel mengalami perubahan besar sehingga dapat bersifat seperti oseadrom bila
berada di air laut dan potadrom bila berada di air tawar.

b. Ginjal : ginjal melakukan dua fungsi utama:

1) mengeksekresikan sebagian besar produk akhir metabolisme tubuh,

2) mengatur konsentrasi cairan tubuh.

c. Usus : setelah air masuk ke dalam usus, dinding usus aktif mengambil ion-ion monovalen dan
air sebaliknya membiarkan lebih banyak ion-ion divalen tetap di dalam usus sebagai cairan
rektal agar osmolaritas usus sama dengan darah.

d. Hormon Osmoregulasi: Organ yang terlibat dalam osmoregulasi diatur oleh hormon. Kelenjar
yang bertanggung jawab terhadap proses osmoregulsi antar lain pituitari, ginjal dan urophisis.

http://meilindabarahima.blogspot.co.id/2014/03/osmoregulasi-pada-ikan.html
2.3. Osmoregulasi

Osmoregulasi merupakan upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion
antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmose. Untuk
organisme akuatik, proses tersebut digunakan sebagai langkah untuk menyeimbangkan tekanan
osmose antara substansi dalam tubuhnya dengan lingkungan melalui sel yang permeable. Dengan
demikian, semakin jauh perbedaan tekanan osmotik antara tubuh dan lingkungan, semakin
banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya
adaptasi, hingga batas toleransi yang dimilikinya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang
osmoregulasi sangat penting dalam mengelola kualitas air media pemeliharaan, terutama
salinitas. Hal ini karena dalam osmoregulasi, proses regulasi terjadi melalui konsentrasi ion dan
air di dalam tubuh dengan kondisi dalam lingkungan hidupnya (Naksara.net, 2009).

Osmoregulasi merupakan upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di
dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmose. Untuk
organisme akuatik, proses tersebut digunakan sebagai langkah untuk menyeimbangkan tekanan
osmose antara substansi dalam tubuhnya dengan lingkungan melalui sel yang permeabel 1.
Dengan demikian, semakin jauh perbedaan tekanan osmotik antara tubuh dan lingkungan,
semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk mmelakukan osmoregulasi sebagai
upaya adaptasi, hingga batas toleransi yang dimilikinya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang
osmoregulasi sangat penting dalam mengelola kualitas air media pemeliharaan, terutama
salinitas. Hal ini karena dalam osmoregulasi, proses regulasi terjadi melalui konsentrasi ion dan
air di dalam tubuh dengan kondisi dalam lingkungan hidupnya (Sucipto et all, 2009).
Menurut Rahardjo (1980) dalam Wulandari (2006), osmoregulasi adalah pengaturan tekanan
osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan sehingga proses-proses fisiologis tubuhnya
berjalan normal. Sedangkan menurut Stickney (1979) dalam Wulandari (2006) osmoregulasi
merupakan suatu fungsi fisiologis yang membutuhkan energi. Osmoregulasi dapat dilakukan
melalui ingestion, ekskresi maupun pembentukan senyawa tertentu.
Ikan mempunyai tekanan osmotik yang berbeda dengan lingkungannya. Oleh karena itu, ikan
harus mencegah kelebihan air atau kekurangan air, agar proses-proses fisiologis didalam tubuh-
nya dapat berlangsung dengan normal. Daya tahan hidup organisme dipengaruhi
oleh keseimbangan osmotik antara cairan tubuh dengan air (media) lingkungan hidupnya.
Pengaturan osmotik itu dilakukan melalui mekanisme osmoregulasi. Mekanisme ini dapat
dinyatakan sebagai pengaturan keseimbangan total konsentrasi eklektrolit yang terlarut dalarn air
media hidup organisme. Organisme air dapat dibagi menjadi dua kategorisehubungan dengar
mekanisme fisiologis dalam menghadapi tekanan osmotik air media, yaitu osmokonformer dan
osmoregulator. Osmokonformer yaitu organisme air yang secara osmotik labil dan mengubah-
ubah tekanan osmotik cairan tubuhnya sesuai dengan tekanan osmotik media hidupnya.
Sedangkan osmoregulator yaitu organisme air yang secara osmotik stabil, cairan tubuhnya
dipertahankan pada tekanan osmotik yang relatif konstan tidak perlu harus sama dengan tekanan
osmotik air media hidupnya (Musida, 2008)
Osmoregulasi pada organisme akuatik dapat terjadi dalam dua cara yang berbeda, yaitu usaha
untuk menjaga konsentrasi osmotik cairan diluar sel (ekstraseluler) agar tetap konstan terhadap
apapun yang terjadi pada konsentrasi osmotik medium eksternalnya dan usaha untuk memelihara
isoosmotik cairan dalam sel (interseluler) terhadap cairan luar sel (ekstraseluler). Sehubungan
dengan mekanisme regulasi, maka ikan dapat dibedakan menjadi tiga pola regulasi,
yaitu regulasi hipertonik atau hiperosmotik, regulasi hipotonik atau hipoosmotik, serta
regulasi isotonik atau isoosmotik. Regulasi hipertonik atau hiperosmotik, yaitu pengaturan
secara aktif konsentrasi cairan tubuh hewan yang lebih tinggi dari konsentrasi media. Regulasi
hipotonik atau hipoosmotik, yaitu pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih
rendah dari konsentrasi media. Regulasi isotonik atau isoosmotik, yaitu bila kerja osmotik
dilakukan pada keadaan konsentrasi cairan tubuh sama dengan konsentrasi media. Semua
organisme pada umumnya mempunyai permasalahan yang sama dalam mempertahankan
konsentrasi osmotik cairan yang tepat dangan gradien konsentrasi yang tidak berbeda jauh
dengan konsentrasi osmotik media hidupnya. Tetapi pada kenyataannya setiap organisme
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda untuk menghadapi masalah osmoregulasi sebagai
respon terhadap perubahan osmotik lingkungan eksternalnya. Perubahan konsentrasi ini
cenderang mengganggu stabilitas kondisi internalnya (Musida, 2008).
Ikan air tawar, di dalam air ibarat sekantung garam. Ikan harus selalu menjaga dirinya agar
garam tersebut tidak melarut, atau lolos kedalam air. Apabila hal ini terjadi maka ikan yang
bersangkutan akan mengalami masalah. Secara umum kulit ikan merupakan lapisan kedap,
sehingga garam didalam tubuhya tidak mudah “bocor” kedalam air. Satu-satunya bagian ikan
yang berinteraksi dengan air adalah insang. Air secara terus menerus masuk kedalam tubuh ikan
melalui insang. Proses ini secara pasif berlangsung melalui suatu proses osmosis yaitu, terjadi
sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
lingkungannya. Sebaliknya garam akan cenderung keluar. Dalam keadaan normal proses ini
berlangsung secara seimbang. Peristiwa pengaturan proses osmosis dalam tubuh ikan ini dikenal
dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan utama osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi
larutan dalam tubuh ikan. Apabila ikan tidak mampu mengontrol proses osmosis yang terjadi,
ikan yang bersangkutan akan mati., karena akan terjadi ketidak seimbangan konsentrasi larutan
tubuh, yang akan berada diluar batas toleransinya (O-fish, 2009).
Pada saat ikan sakit, luka, atau stress proses osmosis akan terganggu sehingga air akan lebih
banyak masuk kedalam tubuh ikan, dan garam lebih banyak keluar dari tubuh, akibatnya beban
kerja ginjal ikan untuk memompa air keluar dari dalam tubuhnya meningkat. Bila hal ini terus
berlangsung, bisa sampai menyebabkan ginjal menjadi rusak (gagal ginjal) sehingga ikan
tersebut tewas. Selain itu, hal ini juga akan diperparah oleh luka dan atau penyakitnya itu sendiri.
Dalam keadaan normal ikan mampu memompa keluar air kurang lebih 1/3 dari berat total
tubuhnya setiap hari. Penambahan garam kedalam air diharapkan dapat membantu menjaga
ketidak seimbangan ini, sehingga ikan dapat tetap bertahan hidup dan mempunyai kesempatan
untuk memulihkan dirinya dari luka, atau penyakitnya. Tentu saja dosisnya harus diatur
sedemikan rupa sehingga kadar garamnya tidak lebih tinggi dari pada kadar garam dalam darah
ikan. Apabila kadar garam dalam air lebih tinggi dari kadar garam darah, efek sebaliknya akan
terjadi, air akan keluar dari tubuh ikan, dan garam masuk kedalam darah, akibatnya ikan menjadi
terdehidrasi dan akhirnya mati (O-fish, 2009).
Pada kadar yang tinggi garam sendiri dapat berfungsi untuk mematikan penyakit terutama yang
diakibatkan oleh jamur dan bakteri. Meskipun demikian lama pemberiannya harus diperhatikan
dengan seksama agar jangan sampai ikan mengalami dehidrasi. Pemberian garam termasuk aman
bagi ikan, asal diberikan dengan dosis yang sesuai. Selain itu juga aman bagi manusia. Seperti
disebutkan sebelumnya, garam akan membantu menyeimbangkan kembali proses osmoregulasi
dan memicu daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit yang dideritanya. Sampai tahap tertentu
diketahui garam mampu memblokir efek nitrit. Nitrit dalam air dapat terserap kedalam system
peredaran darah ikan, sehingga darah berubah menjadi kecoklatan. Kehadiran nitrit akan
menyebabkan kemampuannya untuk membawa oksigen menjadi menurun, sehingga pada
kondisi kelebihan nitrit sering terjadi “penyakit darah coklat”. Garam mampu membunuh parasit-
parasit bersel tunggal seperti Ich (white spot), jamur dan bakteri lainnya (O-fish, 2009).
Organ yang berperan dalam proses pengaturan tekanan osmotik atau osmoregulasi agar proses
fisiologis di dalam tubuhnya dapat berjalan dengan normal. Osmoregulasi pada ikan dilakukan
oleh organ-organ ginjal, insang, kulit dan saluran pencernaan (Affandi dan Tang, 2002)
Ikan air tawar maupun ikan air laut pada dasarnya mempunyai permasalahan yang sama untuk
mempertahankan komposisi ion-ion dan osmolaritas cairan tubuhnya pada tingkat yang secara
signifikan berbeda dari lingkungan eksternalnya. Setiap organisme mempunyai mempunyai
kemampuan yang berbeda-beda untuk mengahadapi masalah osmoregulasi sebagai respon
terhadap perubahan osmotik lingkungan eksternalnya. Hewan melakukan melakukan pengaturan
tekanan osmotiknya dengan cara mengurangi gradien osmotik antara cairan tubuh dengan
lingkungannya, mengurangi permeabilitas air dan garam serta melakukan pengambilan garam
secara selektif. Untuk mempertahankan suatu konponen ion-ion agar tetap optimal maka
diperlukan transport aktif yang memerlukan pembelanjaan energi. Daya tahan hidup organisme
dipengaruhi oleh keseimbangan osmotik antara cairan tubuh dengan air (media) lingkungan
hidupnya. Pengaturan osmotik itu dilakukan dengan mekanisme osmoregulasi. Mekanisme ini
dapat dinyatakan sebagai pengaturan keseimbangan total konsentrasi elektrolit yang terlarut
dalam air media hidup organisme (Ferraris, 1987 dalam Affandi dan Tang, 2002).
Ikan air tawar berada pada kondisi hipoosmotik, dimana cairan tubuhnya kira-kira 300 mOsm
per liter (Bond, 1979 dalam Affandi dan Tang, 2002). Kondisi ini, ion-ion cenderung keluar
tubuh secara difusi dan cairan internal akan kekurangan ion karena ekskresi, dan air dari
media/lingkungan hidup akan mempunyai kecenderungan untuk menembus masuk ke dalam
bagian tubuh ikan yang mempunyaii dinding tipis, seperti permukaan insang, rongga mulut dan
kulit. Kelebihan air ini akan diekskresikan sebagai urin yang sangat encer dan dapat mencapai
jumlah sampai sepertiga dari berat badan per hari. Mengatasi hal tersebut, ikan bertulang sejati
air tawar akan mempertahankan osmolaritas cairan tubuhnya dengan cara meningkatkan absorbs
ion (garam) dari media/lingkungan hidup melalui insang dan saluran penceranaan, meningkatkan
peranan protein pada membrane sel sebagai sistem pompa ion, serta meningkatkan energi untuk
transport aktif (Affandi dan Tang, 2002). Ikan yang dipelihara pada media yang tingkat
salinitasnya mendekati konsentrasi ion darahnya, maka energi untuk proses osmoregulasi akan
cukup kecil, dan akan lebih banyak digunakan untuk proses pertumbuhan (Stickney,
1979 dalamAffandi dan Tang, 2002).
Pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh setiap waktu memerlukan energi. Apabila salinitas
lingkungan mendekati salinitas cairan tubuh ikan, maka energi hasil metabolisme hampir tidak
dipergunakan untuk penyesuaian diri dengan tekanan osmotik lingkungannnya. Ikan yang
dipelihara dalam air media dengan salinitas lingkungan tidak sesuai dengan konsentrasi garam
fisiologis dalam tubuhnya, energi dari anabolisme makanan yang akan dipakai untuk keperluan
kegiatan fisikdan pergantian sel tubuh dengan lingkungannya sehingga proses pertumbuhan
terhambat (Stickney, 1979 dalam Dewi, 2006).
Setiap organisme mempunyai daya tahan atau tingkat toleransi terhadap perubahan lingkungan.
Kemampuan penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan tertentu tergantung ketahanan
jaringan dan pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh. Jika perubahan di luar kisaran toleransi,
laju pertumbuhan ikan dapat menurun dan bahkan dappat menyebabkan kematian mendadak atau
berangsur- angsur (Holliday, 1969 dalam Dewi, 2006).

Bilamana ikan berada dalam keadaan hiperosmotik terhadap medium lingkungannya, maka ikan
tersebut dihadapkan pada dua masalah fisiologis, yaitu mempertahankan aliran air ke dalam
tubuh hewan sebab konsentrasi larutan di dalam cairan tubuhnya sangat tinggi, sekaligus
mempertahankan kadar air tubuh sebab air yang masuk akan diekskresikan juga bersama dengan
beberapa elektrolit (Ibrahim, 1995).
https://44nuralimpasisingi.wordpress.com/2011/03/30/osmoregulasi-pada-ikan/

Anda mungkin juga menyukai