Anda di halaman 1dari 11

Burung endemik adalah burung-burung yang daerah sebarannya terbatas di wilayah tertentu.

Sehingga burung endemik Indonesia dapat diartikan sebagai burung yang hanya terdapat di
wilayah Indonesia saja dan tidak hidup di luar Indonesia. Endemisitas tersebut bisa dalam satu
pulau tersendiri, beberapa pulau, hingga hampir tersebar luas di berbagai wilayah Indonesia.
Namun yang pasti, burung endemik Indonesia adalah burung-burung yang tidak hidup di negara
lain.

1. Accipiter erythrauchen (Elang-alap Maluku atau Rufous-necked Sparrowhawk), endemik


pulau Morotai, Halmahera, Bacan, dan Obi (Maluku Utara), Buru, Ambon, dan Seram
(Maluku)

2. Accipiter henicogrammus (Elang-alap Halmahera atau Moluccan Goshawk), endemik


pulau Morotai, Halmahera, dan Bacan (Maluku Utara)

3. Aegotheles crinifrons (Atoko Maluku atau Moluccan Owlet-nightjar), endemik pulau


Halmahera, Bacan, Kasiruta (Maluku Utara)

4. Aerodramus infuscatus (Walet Maluku atau Moluccan Swiftlet), endemik pulau Sulawesi,
Sangihe dan Karangetang (Sulawesi) Taliabu, Halmahera (Maluku Utara) Buru, Seram,
Ambon (Maluku)

5. Alisterus amboinensis (Nuri-raja Ambon atau Moluccan King-parrot), endemik pulau


Halmahera, Taliabu, Mangoli (Maluku Utara), Buru, Seram, Ambon, (Maluku) Kep. Raja
Ampat dan Papua bagian barat

6. Alophoixus affinis (Brinji Emas atau Golden Bulbul), endemik pulau Halmahera,
Morotai, Bacan, Kasiruta, Obi, Mangoli, Taliabu, Sulabes (Maluku Utara) Peleng,
Togian, Sangihe (Sulawesi)

7. Aplonis crassa (Perling Tanimbar atau Tanimbar Starling), endemik pulau Yamdena dan
pulau sekitarnya (Kep. Tanimbar, Maluku)

8. Artamus monachus (Kekep Sulawesi atau Ivory-backed Woodswallow), endemik pulau


Sulawesi, Peleng, Banggai, Labobo, Bangkulu, Melilis, Togian, Wowoni (Sulawesi)
Taliabu, Mangoli (Maluku Utara)

9. Basilornis corythaix (Raja-perling Seram atau Long-crested Myna), endemik pulau


Seram (Maluku)

10. Basilornis galeatus (Raja-perling Sula atau Helmeted Myna), endemik pulau Banggai,
Peleng (Sulawesi Tengah), Taliabu, Mangoli (Maluku Utara)

11. BBradypterus castaneus (Ceret Coklat atau Chestnut-backed Bush-warbler), endemik


pulau Sulawesi dan Buru, Seram (Maluku)
12. Cacatua alba (Kakatua Putih atau White Cockatoo), endemik pulau Halmahera, Bacan,
Ternate, Tidore, Kasiruta, Mandiole (Maluku Utara)

13. Cacatua goffiniana (Kakatua Tanimbar atau Tanimbar Corella), endemik pulau Yamdena
dan pulau sekitarnya (Kep. Tanimbar, Maluku)

14. Cacatua moluccensis (Kakatua Maluku atau Salmon-crested Cockatoo), endemik pulau
Seram, Ambon, Saparua, dan Haruku (Maluku)

15. Cacomantis aeruginosus (Wiwik Maluku atau Moluccan Cuckoo), endemik pulau
Halmahera, Bacan (Maluku Utara)

16. Caprimulgus celebensis (Cabak Sulawesi atau Sulawesi Nightjar), endemik pulau
Sulawesi, Buton (Sulawesi) Taliabu, Mangoli (Maluku Utara)

17. Centropus goliath (Bubut Goliath atau Goliath Coucal), endemik pulau Morotai,
Halmahera, Bacan, Kasiruta, Obi (Maluku Utara)

18. Centropus spilopterus (Bubut Kai atau Kai Coucal), endemik pulau Kepulauan Kai
(Maluku)

19. Cettia carolinae (Ceret Tanimbar atau Tanimbar Bush-warbler), endemik pulau Kep.
Tanimbar (Maluku)

20. Ceyx cajeli (Udang-merah Buru atau Buru Dwarf-kingfisher), endemik pulau Buru
(Maluku)

21. Ceyx lepidus (Udang-merah Kerdil atau Moluccan Dwarf-kingfisher), endemik pulau
Morotai, Halmahera, Bacan, dan Obi (Maluku Utara), Ambon, dan Seram (Maluku)

22. Ceyx wallacii (Udang-merah Sula atau Sula Dwarf-kingfisher), endemik pulau Kep. Sula
(Maluku Utara)

23. Chalcites crassirostris (Pied Bronze-cuckoo), endemik pulau Kep. Kai, Yamdena, Babar
(Maluku)

24. Charmosyna toxopei (Perkici Buru atau Blue-fronted Lorikeet), endemik pulau Buru
(Maluku)

25. Coracina atriceps (Kepudang-sungu Maluku atau Moluccan Cuckooshrike), endemik


pulau Halmahera, Bacan, Kasiruta (Maluku Utara), Seram, Ambon (Maluku)

26. Coracina ceramensis (Kepudang-sungu Pucat atau Pale Cicadabird), endemik pulau
Seram, Buru, Buano (Maluku), Obi (Maluku Utara)
27. Coracina dispar (Kepudang-sungu Kai atau Kai Cicadabird), endemik pulau Romang,
Damar, Kep. Tanimbar, Kep. Kai, Seram Laut, Banda, Tioor, Kasiui, Manawoka
(Maluku)

28. Coracina fortis (Kepudang-sungu Buru atau Buru Cuckooshrike), endemik pulau Buru
(Maluku)

29. Coracina parvula (Kepudang-sungu Halmahera atau Halmahera Cuckooshrike), endemik


pulau Halmahera (Maluku Utara)

30. Coracina schistacea (Kepudang-sungu Kelabu atau Slaty Cuckooshrike), endemik pulau
Peleng, Banggai (Sulawesi Tengah), Taliabu, Mangoli, Sulabes (Kep. Sula, Maluku
Utara)

31. Coracina sula (Kepudang-sungu Sula atau Sula Cicadabird), endemik pulau Taliabu,
Mangoli, Sulabes (kep. Sula, Maluku Utara)

32. Corvus validus (Gagak Paruh-panjang atau Long-billed Crow), endemik pulau Morotai,
Halmahera, Kayoa, Kasiruta, Bacan, Obi (Maluku Utara)

33. Crocias albonotatus (Cica Matahari atau Spotted Crocias), endemik pulau Jawa

34. Dicaeum celebicum (Cabai Panggul-abu atau Grey-sided Flowerpecker), endemik pulau
Sulawesi, Sangihe, Karakelong, Kep. Togian, Peleng, Banggai, Kabaina, Muna, Buton,
Kep. Wakatobi (sulawesi), Taliabu, Mangoli (Maluku Utara)

35. Dicaeum erythrothorax (Cabai Dada-api atau Flame-breasted Flowerpecker), endemik


pulau Halmahera, Morotai, Kasiruta, Bacan, Mandioli, Bisa, Obi (Maluku Utara), Buru
(Maluku)

36. Dicaeum vulneratum (Cabai Kelabu atau Ashy Flowerpecker), endemik pulau Seram
(Maluku)

37. Ducula basilica (Pergam Boke atau Cinnamon-bellied Imperial-pigeon), endemik pulau
Halmahera, Morotai, Kasiruta, Bacan (Maluku Utara)

38. Ducula concinna (Pergam Tarut atau Blue-tailed Imperial-pigeon), endemik pulau Kep.
Selayar, Kep. Tukangbesi, Sangihe (Sulawesi), Kep. Tanimbar, Kep. Kai, Kep. Aru
(Maluku)

39. Ducula neglecta (Pergam Seram atau Seram Imperial-pigeon), endemik pulau Seram,
Saparua, Ambon, Boano (Maluku)

40. Ducula obiensis (Pergam Pinon atau Rusty Imperial-pigeon), endemik pulau Obi
(Maluku Utara)
41. Ducula oenothorax (Pergam Enggano atau Enggano Imperial-pigeon), endemik pulau
Enggano (Bengkulu)

42. Ducula perspicillata (Pergam Mata-putih atau Spectacled Imperial-pigeon), endemik


pulau Halmahera, Morotai, Kasiruta, Bacan, Obi (Maluku Utara), Buru (Maluku)

43. Eos bornea (Nuri Maluku atau Red Lory), endemik pulau Buru, Seram, Kep. Kai
(Maluku)

44. Eos reticulata (Nuri Tanimbar atau Blue-streaked Lory), endemik pulau Kep. Tanimbar
(Maluku)

45. Eos semilarvata (Nuri Telinga-biru atau Blue-eared Lory), endemik pulau Seram
(Maluku)

46. Eos squamata (Nuri Kalung-ungu atau Violet-necked Lory), endemik pulau Halmahera,
Morotai, Bacan, Kasiruta, Obi (Maluku Utara), Kep. Raja Ampat (Papua Barat)

47. Eulipoa wallacei (Gosong Maluku atau Moluccan Scrubfowl), endemik pulau Buru,
Seram, Haruku, Ambon (Maluku), Bacan, Halmahera, Ternate (Maluku Utara), dan
Misool (Kep. Raja Ampat, Papua Barat)

48. Eurystomus azureus (Tiong-lampu Ungu atau Azure Dollarbird), endemik pulau
Halmahera, Ternate, Tidore, Kasiruta, Bacan (Maluku Utara)

49. Ficedula buruensis (Sikatan Buru atau Cinnamon-chested Flycatcher), endemik pulau
Seram, Buru, Kep. Kai (Maluku)

50. Gerygone dorsalis (Remetuk Panggul-merah atau Rufous-sided Gerygone), endemik


pulau Kep. Kai, Kep. Tanimbar, Romang, Leti, Kisar, Damar, Babar (Maluku)

51. Gymnophaps mada (Merpati-gunung Mada atau Buru Mountain-pigeon), endemik pulau
Buru (Maluku)

52. Gymnophaps stalkeri (Merpati-gunung Seram atau Seram Mountain-pigeon), endemik


pulau Seram (Maluku)

53. Habroptila wallacii (Mandar Gendang atau Drummer Rail), endemik pulau Halmahera
(Maluku Utara)

54. Lalage aurea (Kapasan Halmahera atau Rufous-bellied Triller), endemik pulau
Halmahera, Morotai, Kasiruta, Bacan, Obi (Maluku Utara)

55. Lalage leucopygialis (Kapasan Sulawesi atau White-rumped Triller), endemik pulau
Sulawesi, Kep. Peleng, Muna, Buton (Sulawesi) Kep. Sula (Maluku Utara)
56. Lalage moesta (Kapasan Tanimbar atau White-browed Triller), endemik pulau Kep.
Tanimbar (Maluku)

57. Lichmera argentauris (Isap-madu Zaitun atau Olive Honeyeater), endemik pulau
Halmahera (Maluku Utara), Kep. Raja Ampat (Papua Barat), Seram (Maluku)

58. Lichmera deningeri (Isap-madu Buru atau Buru Honeyeater), endemik pulau Buru
(Maluku)

59. Lichmera monticola (Isap-madu Seram atau Seram Honeyeater), endemik pulau Seram
(Maluku)

60. Lichmera squamata (Isap-madu Babar atau White-tufted Honeyeater), endemik pulau
Wetar (NTT), Romang, Leti, Damar, Babar, Kep. Tanimbar, Kep. Kai (Maluku)

Spesies endemik Halmahera terdiri dari: Mandar Gendang Habroptila Wallacei, Cekakak
Murung Todiramphus fenubris, Kepudang-Sungu Halmahera Coracina parvula, Kepudang
Halmahera Oriolus phaeochromus dan Burung Cabai Halmahera Dicaeeum schisthaceiceps.

Berdasarkan kategori IUCN, beberapa jenis burung di Halmahera terancam punah, yaitu satu
jenis berstatus kritis (Critically endangered), dua jenis berstatus genting (Endangered), 10 jenis
berstatus rentan (Vulnerable), dan 8 jenis beresiko rendah untuk terancam punah (Near
Threatened). Satu jenis burung lainnya, Tekukur biasa Streptopelia chinensis tergolong spesies
introduksi.

1. Gagak Halmahera (Corvus validus).

Gagak Halmahera (Suku Corvidae) termasuk salah satu jenis burung gagak terbesar di Indonesia.
Tubuhnya berukuran panjang 46-53 cm. Terbang berkelompok hingga 5 ekor dan bertengger di
atas pohon yang tinggi. Suaranya keras, Kaaooooowwwkk, Kaaooooowkk berulang-ulang.
Gagak ini didokumentasikan oleh penulis di sekitar pantai Pulau Pakal, Teluk Buli, Halmahera
Timur.

Salah satu ciri khas yang mudah dikenali dari Gagak Halmahera adalah bentuk paruhnya yang
sangat panjang dan kokoh sehingga dalam versi Inggris disebut Long-billed Crow. Berbeda
dengan jenis gagak lainnya, iris mata Gagak Halmahera berwarna putih.

Gagak Halmahera termasuk hewan omnivor dan oportunistik sehingga memiliki pilihan makanan
yang sangat beragam, mulai dari berbagai jenis hewan berukuran kecil, bangkai, buah-buahan
hingga makanan sisa yang dibuang di tempat sampah.

Gagak Halmahera termasuk fauna endemik yang memiliki daerah sebaran terbatas dan hanya
dapat ditemukan di Maluku Utara seperti: Halmahera, Kayoa, Morotai, Kasiruta, Obi dan Bacan.
Gagak ini tidak termasuk dalam daftar Apendiks CITES. Populasi yang masih melimpah,
menyebabkan jenis gagak ini oleh IUCN, dikategorikan beresiko rendah untuk punah dalam
waktu dekat (Least Concern).
2. Cendrawasih Gagak (Lycocorax pyrrhopterus).

Cendrawasih Gagak (Suku Paradisaeaidae) termasuk jenis burung berukuran sedang (30-35 cm).
Tubuh berwarna hitam dengan bulu yang halus seperti sutera. Sayap berwarna kecoklatan. Paruh
kokoh kehitaman. Postur tubuh sangat mirip dengan burung Gagak sehingga dalam bahasa
Inggris dikenal dengan nama Paradise Crow atau Silky Crow.

Cendrawasih Gagak termasuk jenis pemakan buah dan serangga. Umumnya menyukai habitat
berupa hutan primer, hutan sekunder, lahan terbuka dan lahan budidaya mulai dari permukaan
laut hingga ketinggian 500 m. Berbeda dengan Cendrawasih pada umumnya, burung ini
termasuk spesies yang setia pada pasangannya (monogami).

Burung ini didokumentasikan sore hari saat sedang bertengger di sebatang pohon di tepi jalan
raya Moronopo-Tanjung Buli. Pada awalnya penulis sedikit mengalami kesulitan
mengidentifikasi burung ini karena postur tubuhnya sangat mirip dengan burung gagak.

Pulau Halmahera dan sekitarnya merupakan wilayah paling barat dari daerah sebaran kelompok
burung Cendrawasih yang berpusat di Papua. Dua jenis Cendrawasih yang ada di daerah ini
diwakili oleh Bidadari Halmahera yang legendaris dan Cendrawasih Gagak yang kurang dikenal.

Hingga saat ini dikenal 3 subspesies Gagak Cendrwasih berdasarkan daerah sebarannya, yaitu:

 Lycocorax pyrrhopterus pyrrhopterus — Halmahera, Kasiruta dan Bacan

 Lycocorax pyrrhopterus morotensis — Morotai dan Rau

 Lycocorax pyrrhopterus obiensis — Pulau Obi dan Pulau Bisa

Cendrawasih Gagak termasuk jenis burung endemik Maluku Utara yang dilindungi undang-
undang. Burung ini masuk dalam daftar Apendiks II CITES, namun dikategorikan beresiko
rendah (Least Concern) oleh IUCN. Populasi di Halmahera cenderung stabil yang menunjukkan
bahwa burung ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan seperti
konversi habitat dan sebagainya.

3. Kakatua Putih (Cacatua alba).

Kakatua Putih (Suku Cacatuidae) berukuran besar dengan panjang 46 cm. Bulu tubuh berwarna
putih. Bulu sayap dan bulu ekor bagian bawah yang berwarna kekuningan akan terlihat jelas saat
burung ini terbang. Saat terkejut, burung ini akan menegakkan jambulnya yang besar dan
berbentuk semisirkular seperti paying. Dalam bahasa Inggris, burung ini disebut White Cockatoo
atau Umbrella Cockatoo.

Struktur tubuh Kakatua cukup unik. Paruhnya bengkok. Jari tersusun khas dengan dua jari
menghadap ke depan dan dua ke belakang (Zygodactyly). Bentuk jari seperti ini sangat cocok
digunakan untuk memegang biji-bijian. Jantan dapat mencapai bobot 800 gram dan betina 400
gram. Paruh jantan lebih besar dan kepala lebih lebar dibandingkan betina.

Di alam, Kakatua diperkirakan dapat mencapai usia 10 tahun. Sedangkan di kebun binatang
dapat mencapai usia 40-60 tahun. Makanan utama berupa buah-buahan hutan, biji-bijian,
kacang-kacangan dan akar-akaran. Saat bersarang, Kakatua juga memakan serangga dan larva.

Kakatua Putih bersarang di lubang pohon yang besar. Telur menetas setelah dierami secara
bergantian oleh kedua induknya selama 28 hari. Anak Kakatua akan meninggalkan sarang setelah
berumur 84 hari dan mandiri setelah berumur 15-18 pekan. Kakatua dewasa setelah berumur 3-4
tahun.

Selain Kasturi Ternate, Kakatua putih adalah jenis burung yang paling banyak dipelihara oleh
penduduk di sekitar Tanjung Buli. Burung ini sering terbang berkelompok. Makanan utamanya
adalah biji-bijian, buah-buahan dan nektar.

Kakatua Putih tergolong burung endemik Maluku Utara. Daerah sebaran meliputi: Halmahera,
Bacan, Ternate, Tidore, Kasiruta dan Mandioli. Burung ini juga diintroduksi ke Pulau Obi dan
Bisa. Habitat Kakatua Putih meliputi: hutan primer, hutan sekunder, lahan terbuka, lahan
pertanian, kebun kelapa dan daerah mangrove dengan ketinggian 0-900 m di atas permukaan
laut.

IUCN menggolongkan Kakatua Putih sebagai spesies yang terancam punah (endangered).
Sedangkan CITES memasukkan burung ini dalam Appendiks II sebagai spesies yang memiliki
kuota terbatas untuk keperluan ekspor/impor.

Kakatua Putih termasuk burung yang cerdas dan mudah dilatih. Burung ini juga lebih jinak
dibandingkan dengan jenis Kakatua lainnya. Bersama Kasturi Ternate, Kakatua Putih termasuk
jenis burung yang paling banyak dipelihara masyarakat di Halmahera. Burung ini juga popular di
Kebun Binatang/Taman Safari di seluruh dunia. Kakakatua Putih umumnya ditangkap dengan
cara di perangkap.

Burung paruh bengkok merupakan salah satu ciri khas dari hutan hujan tropis di wilayah timur
Indonesia. Di Maluku Utara, jenis-jenis burung paruh bengkok mendominasi hutan dataran
rendah dan menjadi salah satu komponen utama ekosistem hutan hujan tropis Halmahera.
Sebagai pemakan nektar, biji dan buah-buahan, burung ini membantu proses penyerbukan bunga
dan pemencaran biji-bijian sehingga berperan penting dalam regenerasi hutan.

4. Kasturi Ternate (Lorius garrulus)

Kasturi Ternate (Suku Psittaculidae) adalah burung Nuri berukuran sedang (30 cm) yang
didominasi warna merah. Paruh berwarna jingga. Kekang mata berwarna hitam. Sayap berwarna
hijau dan hitam. Ekor bawah berwarna kekuningan. Kaki berwarna abu-abu. Berdasarkan daerah
sebaran dan ciri fisiknya, Kasturi Ternate dibagi menjadi 3 sub-spesies:

 Lorius garrulus flavopalliatus Salvadori 1877 – Yellow-backed Lory


 Lorius garrulus garrulus (Linnaeus) 1758

 Lorius garrulus morotaianus (Bemmel) 1940

Kasturi Ternate merupakan burung endemik Maluku Utara yang memiliki sebaran terbatas di
Pulau Halmahera dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Subspesies flavopalliatus memiliki ciri
khas berupa bulatan besar berwarna kuning pada bagian punggungnya. Kasturi ternate memakan
nectar, kacang-kacangan, buah-buahan dan serangga. Dalam bahasa Inggris burung ini dikenal
sebagai Chattering Lory.

Kasturi Ternate termasuk dalam Apendiks II dalam CITES dan dikategorikan rentan (Vulnerable)
oleh IUCN akibat menurunnya populasi. Burung ini ditangkap dengan menggunakan perangkap.
Kasturi Ternate merupakan burung yang popular sebagai satwa peliharaan di Maluku Utara.
Burung ini juga digemari sebagai satwa peliharaan di pasar internasional dan satwa koleksi
kebun binatang.

5. Kapasan Halmahera (Lalage aurea)

Kapasan Halmahera (Suku Campephagidae) termasuk jenis burung berukuran kecil dengan
panjang tubuh sekitar 18 cm. Burung ini termasuk spesies endemik Maluku Utara dengan daerah
sebaran meliputi: Morotai, Halmahera, Ternate, Kayoa, Bacan, Kasiruta dan Obi.

Kapasan Halmahera sangat mudah dibedakan dari spesies Kapasang yang lain dari warna bulu di
bagian perut yang didominasi warna merah karat kecoklatan. Dalam Bahasa Inggris burung ini
disebut Rufous-bellied Triller.

Populasi Kapasan Halmahera relatif banyak dan mudah ditemukan. Habitatnya berupa hutan
primer dan sekunder. Hutan terbuka hingga pesisir dan mangrove. Dari ketinggian 0-500 m.
Burung liar tergolong jinak dan mudah didekati untuk dipotret. Sering ditemukan terbang dan
berloncatan diantara ranting-ranting perdu.

Kapasan Halmahera menggemari buah, ulat dan serangga sebagai makanannya. Jantan bersuara
keras dan merdu Chiif chiif deet deet deet. Sedangkan betina jarang bersuara.

Burung jantan memiliki muka lebih gelap dan aktif berkicau. Burung betina lebih pasif dengan
warna bulu lebih suram. Bulu di punggung, mahkota dan pipi berwarna abu-abu.

Kapasan Halmahera umumnya terbang sendirian atau berkelompok di sekitar daerah tepi hutan
pantai. Burung ini termasuk spesies endemik yang hanya ditemukan di Maluku Utara.

Kapasan Halmahera tidak termasuk dalam daftar Apendiks CITES dan memiliki populasi yang
masih melimpah di habitatnya sehingga dikategorikan beresiko rendah untuk terancam punah
(Least Concern) oleh IUCN.

6. Kacamata Halmahera (Zosterops atriceps)


Kacamata Halmahera (Suku Zosteropidae) termasuk burung berukuran kecil (12 cm). Kepala
berwarna hitam-kecoklatan, tenggorokan dan perut putih dan penutup ekor bagian bawah
kuning-pucat. Dalam Bahasa Inggris burung ini dikenal dengan nama Cream-throated white-eye.

Habitat Kacamata Halmahera umumnya berada di hutan primer, hutan pamah sekunder dan
hutan perbukitan, tepi hutan dan lahan budidaya, juga hutan Mangrove sampai ketinggian 700 m
di atas permukaan laut kecuali di Pulau Obi yang tidak ditemukan di bawah ketinggian 220 m di
bawah permukaan laut.

Memiliki daerah sebaran yang terbatas, Kacamata Halmahera tergolong spesies endemik yang
hanya dapat ditemukan di Maluku Utara. Berdasarkan daerah sebarannya, burung ini dibagi
menjadi 3 sub-spesies :

 dehaani (van Bemmel, 1939) – Morotai, di Maluku utara. Ciri: warna bulu pada mahkota
kehitaman

 fuscifrons (Salvadori, 1878 ) – Halmahera. Ciri: warna bulu pada mahkota hijau-zaitun.

 atriceps (G. R. Gray, 1861) – Bacan dan Obi.Catatan: Populasi di Bacan memiliki warna
bulu di mahkota zaitun-lembayung-kemerahan-tua.

Kacamata Halmahera umumnya terbang berkelompok di sekitar daerah tepi hutan pantai.Burung
ini termasuk spesies endemik yang hanya ditemukan di Maluku Utara.

Kacamata Halmahera tidak termasuk dalam daftar Apendiks CITES dan dikategorikan beresiko
rendah untuk terancam punah (Least Concern) oleh IUCN. Namun, saat ini populasinya di
Halmahera cenderung menurun.

7. Cekakak Biru-putih (Todiramphus diops)

Cekakak Biru-putih (Suku Halcyoninidae/Alcedinidae) termasuk jenis burung endemik Maluku


Utara dengan daerah sebaran di Morotai, Ngelengele, Halmahera, Damar, Ternate, Tidore, Moti,
Bacan, Obi, Obilatu.

Burung ini umumnya menghuni hutan sekunder, tepi hutan, tepi mangrove, lahan budidaya yang
pohonnya sedikit, habitat yang rusak, kebun kelapa. Dari ketinggian 0 meter hingga 700 m.
Makanan berupa reptil kecil seperti kadal dan ikan. Bersarang dalam lubang di tanah atau pohon.

Tubuh berukuran sedang (19-21 cm). Burung jantan memiliki kepala biru hitam dengan bintik-
kekang putih besar. Punggung dan tunggir biru terang. Tenggorokan dan tubuh bagian bawah
putih terang. Pada betina, leher dan dada berpita biru besar melintang.

Populasi Cekakak Biru-putih masih cukup banyak. Burung ini dikategorikan beresiko rendah
(Least Concern=LC) oleh IUCN dan tidak tercantum dalam daftar Appendiks CITES. Burung ini
termasuk spesies yang dilindungi undang-undang, yaitu: UU. No. 5/1990 dan PP No.7 Tahun
1999.
8. Pergam Boke (Ducula basilica)

Pergam Boke (Suku Columbidae) berukuran besar dengan panjang 40-42 cm. Kepala berwarna
pucat dengan sayap hjau gelap. Bagian perut berwarna merah karat. Ujung ekor berwarna abu-
abu dan lebar.

Habitat Pergam Boke mencakup hutan primer, hutan rusak dan lahan budidaya yang pohonnya
jarang. Habitat dari 0 hingga 1040 m. Pergam Boke bersifat arboreal. Lebih sering berada di
pohon-pohon hutan dan mencari buah-buahan. Jarang turun ke tanah.

Suara Pergam Boke terdiri dari satu atau dua nada yang sangat panjang, sangat dalam, agak
sendu, menggeram (selama 3,0 detik). Burung ini memiliki sebaran terbatas (endemik) di
Maluku Utara. Berdasarkan sebarannya terbagi menjadi dua ras (sub-spesies), meliputi:

 basilica Bonaparte, 1854 – Maluku Utara: Morotai, Halmahera, Kasiruta, Ternate dan
Bacan.

 obiensis (Hartert, 1898) – Maluku Tengah: Obi

Pergam Boke masih memiliki populasi yang banyak dan cukup mudah ditemukan, sehingga
IUCN memasukkan burung inidalam kategori beresiko rendah untuk punah (Least Concern).
Burung ini juga tidak masuk daftar Appendiks CITES dan belum termasuk jenissatwa yang
dilindungi undang-undang.

Kelompok burung merpati-merpatian (Columbidae) termasuk jenis burung utama dalam


ekosistem hutan tropis di Indonesia. Suku Columbidae umumnya terdiri dari jenis-jenis Merpati
(Columba spp.), Pergam (Ducula spp.), Walik (Ptilinopus spp.), Tekukur (Streptopelia spp.),
Tekukur merah (Macropygia spp.) dan Merpati Mahkota (Goura spp.).

Kelompok burung ini terspesialisasi menjadi beberapa kelompok berdasarkan habitat dan
pemanfaatan sumberdaya alam yang berbeda. Jenis Tekukur dan Merpati misalnya, merupakan
jenis burung yang khusus memakan biji-bijian. Jenis Walik dan Pergam lebih menyukai buah-
buahan kecil di tajuk pohon yang tinggi. Sedangkan Merpati Mahkota lebih menyukai buah dan
serangga yang jatuh di lantai hutan.

9. Walik Kepala-kelabu (Ptilinopus hyogastrus)

Walik Kepala-kelabu (Suku Columbidae) mungkin merupakan salah satu burung merpati
tercantik di Maluku Utara. Burung ini berukuran sedang (23-24 cm) dengan ciri utama pada
kepalanya yang berwarna abu-abu.

Seluruh tubuh Walik Kepala-kelabu berwarna hijau. Sayap hijau dengan kombinasi 2 garis
berwarna abu-abu. Perut berwarna ungu dan bulu ekor bagian dalam (tunggir) berwarna kuning.
Ujung Paruh berwarna kuning dengan pangkal abu-abu. Suara berupa nada “who-huu” agak
sendu, rata-rata dua nada per detik.
Daerah sebarannya meliputi: Morotai, Halmahera, Ternate, Tidore, Kasiruta dan Bacan. Burung
ini menyukai habitat berupa tepi hutan, hutan sekunder, pohon-pohon yang tersebar di padang
rumput, lahan budidaya yang pohonnya jarang dan mangrove. 0-1000 m.

Meskipun tergolong endemik, Walik Kepala-kelabu mudah ditemukan dan masih memiliki
populasi yang besar. IUCN memasukkan burung ini dalam kategori beresiko rendah (Least
Concern) untuk punah. Burung ini juga tidak masuk dalam lampiran Appendiks CITES dan
bukan termasuk jenis burung yang dilindungi Undang-Undang.

Anda mungkin juga menyukai