Anda di halaman 1dari 18

Daftar Tumbuhan Endemik Indonesia

Daftar tumbuhan (tanaman) endemik Indonesia sebenarnya sangat panjang.


Melimpahnya daftar tumbuhan endemik di Indonesia semakin membuktikan betapa
tingginya tingkat keanekaragaman hayati Indonesia

Tumbuhan (tanaman) endemik merupakan tumbuhan asli yang hanya bisa


ditemukan di sebuah wilayah geografis tertentu dan tidak ditemukan di wilayah lain.
Wilayah di sini dapat berupa pulau, negara, atau zona tertentu.

Saking banyaknya tumbuhan endemik Indonesia tidak akan mencukupi kalau saya
tulis dalam satu artikel. Karena itu ini kali saya sajikan daftar tumbuhan (tanaman)
endemik dengan nama ilmiah yang diawali dengan huruf A hingga huruf M. Untuk daftar
flora endemik dengan nama latin dari huruf N hingga Z akan disajikan dikesempatan
yang lain.

Inilah daftar flora (tumbuhan) endemik Indonesia diurutkan berdasarkan nama ilmiah
yang dilengkapi dengan nama lokal, daerah persebaran (Range Description) dan status
konservasi dalam IUCN Redlist.

1. Aglaia ceramic (sejenis mahoni); Endemik Maluku dengan status Redlist IUCN
Vulnerable.
2. Amorphophallus titanium (Bunga bangkai); Tanaman endemik Sumateradan belum
terdaftar dalam IUCN Redlist. Bunga bangkai (Amorphophallus titanum)
3. Amorphophallus gigas (Bunga bangkai raksasa sumatera, Sumatra Giant
Amorphophallus); Endemik Sumatera.
4. Anaphalis javanica (edelweiss jawa); Tumbuhan endemik Jawa, Sumatera bagian selatan,
Sulawesi bagian selatan, dan Lombok.
5. Aralia javanica (Spikenard); Endemik Jawa dengan status IUCN Redlist Vulnerable.
6. Canarium kipella; Tumbuhan endemik Jawa dengan status IUCN Redlist Endangered.
7. Casearia flavovirens (hulu tulang, badung); Endemik Jawa (bagian timur) dan Bali
dengan status IUCN Redlist Vulnerable.
8. Cassine koordersii; Endemik Jawa dengan status IUCN Redlist Critically Endangered.
9. Ceratolobus glaucescens (palem jawa); Endemik Jawa Barat.
10. Clethra javanica; Endemik Jawa dengan status IUCN Redlist Vulnerable.
11. Coelogyne pandurata (Anggrek hitam); Endemik Kalimantan.Anggrek Hitam tumbuhan
endemik Kalimantan
12. Cycas javana (sejenis pakis haji); Endemik Jawa dan Nusa Tenggara dengan status IUCN
Redlist Endangered.
13. Dehaasia pugerensis; Endemik Jawa dengan status IUCN Redlist Critically Endangered.
14. Diospyros celebica (kayu hitam sulawesi atau kayu eboni); Endemik Sulawesi dengan
status IUCN Redlist Vulnerable.
15. Elaeocarpus simaluensis; Endemik pulau Simeulue (Sumatera) dengan status IUCN
Redlist Vulnerable.
16. Eugeissona utilis (bertan, wild bornean sago palm); Palem endemik Kalimantan
17. Gigantochloa manggong (Bambu manggong); Endemik Jawa.
18. Goniothalamus majestatis; Endemik Sulawesi dengan status IUCN Redlist Vulnerable.
19. Gonystylus glaucescens; Endemik Kalimantan dengan status IUCN Redlist Vulnerable.
20. Guioa asquamosa; Endemik Flores dengan status IUCN Redlist Vulnerable.
21. Guioa malukuensis; Endemik Maluku dengan status IUCN Redlist Vulnerable.
22. Guioa multijuga; Endemik Papua dengan status IUCN Redlist Vulnerable.
23. Guioa patentinervis; Endemik Maluku (Ambon, Buru, Seram, dan Obi) dengan status
IUCN Redlist Vulnerable.
24. Guioa waigeoensis; Endemik pulau Waigeo (Papua) dengan status IUCN Redlist
Vulnerable.
25. Halophila sulawesii (lamun atau seagrass); Endemik Sulawesi dengan status IUCN
Redlist Data Deficient.
26. Hopea bancana (sejenis merawan atau takian); Endemik Sumatera dengan status IUCN
Redlist Critically Endangered.
27. Hopea celebica (sejenis merawan atau takian); Endemik Sulawesi dengan status IUCN
Redlist Endangerd.
28. Hopea gregaria (sejenis merawan atau takian); Endemik pulau Buru dengan status IUCN
Redlist Endangerd.
29. Hopea nigra (sejenis merawan atau takian); Endemik Sumatera dengan status IUCN
Redlist Critically Endangered.
30. Hopea ovoidea (sejenis merawan atau takian); Endemik Kalimantan dengan status IUCN
Redlist Critically Endangered.
31. Horsfieldia atjehensis (sejenis penarahan); Endemik Sumatera (bagian utara) dengan
status IUCN Redlist Vulnerable.
32. Horsfieldia coriacea (sejenis penarahan); Endemik Sulawesi (bagian tengah) dengan
status IUCN Redlist Near Threatened.
33. Horsfieldia decalvata (sejenis penarahan); Endemik Maluku (pulau Seram, Ambon,
Morotai, dan Halmahera) dengan status IUCN Redlist Vulnerable.
34. Horsfieldia lancifolia (sejenis penarahan); Endemik Sulawesi (bagian tengah dan selatan)
dengan status IUCN Redlist Near Threatened.
35. Horsfieldia macrothyrsa (sejenis penarahan); Endemik Sumatera (bagian tengah dan
utara) dengan status IUCN Redlist Near Threatened.
36. Horsfieldia talaudensis (sejenis penarahan); Endemik pulau Talaud, Sulawesi dengan
status IUCN Redlist Vulnerable.
37. Horsfieldia triandra (sejenis penarahan); Endemik Sumatera (bagian tengah dan selatan)
dengan status IUCN Redlist Vulnerable.
38. Horsfieldia valida (sejenis penarahan); Endemik Kalimantan dan Sumatera dengan status
IUCN Redlist Vulnerable.
39. Kalappia celebica (kalapi atau kalapia); Endemik Sulawesi dengan status IUCN Redlist
Vulnerable.
40. Kibatalia wigmani (kibatalia); Endemik Sulawesi dengan status IUCN Redlist
Vulnerable.
41. Knema celebica (knema); Endemik Sulawesi dengan status IUCN Redlist Vulnerable.
42. Knema krusemaniana (knema); Endemik Kalimantan dengan status IUCN Redlist
Vulnerable.
43. Knema lampongensis (knema); Endemik Sumatera (Kep. Riau) dan Kalimantan (Pulau
Anambas) dengan status IUCN Redlist Vulnerable.
44. Knema losirensis (knema); Endemik Sumatera dengan status IUCN Redlist Vulnerable.
45. Knema mamillata (knema); Endemik Kalimanatan (bagian selatan) dengan status IUCN
Redlist Vulnerable.
46. Knema steenisii (knema); Endemik Flores dengan status IUCN Redlist Vulnerable.
47. Licuala orbicularis (sejenis palem); Endemik Kalimantan.
48. Limnocitrus littoralis (klemohan, jeruk swing atau jeruk jepara); Endemik Jawa Tengah
dengan status IUCN Redlist Endangered.
49. Lithocarpus crassinervius (sejenis oak); Endemik Jawa dengan status IUCN Redlist
Endangered.
50. Lithocarpus indutus (sejenis oak); Endemik Jawa dengan status IUCN Redlist
Vulnerable.
51. Lithocarpus kostermansii (sejenis oak); Endemik Jawa dengan status IUCN Redlist
Endangered.
52. Lithocarpus platycarpus (sejenis oak); Endemik Jawa dan Nusa Kambangan dengan
status IUCN Redlist Endangered.
53. Macropanax concinnus; Endemik Jawa dengan status IUCN Redlist Vulnerable.
54. Mammea timorensis (mammea); Endemik Nusa Tenggara Timur dengan status IUCN
Redlist Vulnerable.
55. Mangifera campnospermoides (sejenis mangga); Endemik Kalimantan dengan status
IUCN Redlist Critically Endangered.
56. Mangifera casturi (mangga kasturi atau kalimantan mango); Endemik Kalimantan
dengan status IUCN Redlist Extinct in the Wild.
57. Mangifera dewildei (sejenis mangga); Endemik Sumatera Utara dengan status IUCN
Redlist Vulnerable.
58. Mangifera lalijiwa (Mangga lalijiwa); Endemik Jawa dan Bali dengan status IUCN
Redlist Data Deficient.
59. Mangifera sumbawaensis; Endemik Sumbawa dan Flores dengan status IUCN Redlist
Vulnerable.
60. Mangifera transversalis (sejenis mangga); Endemik Maluku dengan status IUCN Redlist
Vulnerable.
61. Myristica fragrans (pala); Endemik Maluku dan Sumatera dengan status IUCN Redlist
Data Deficient.
62. Myristica pubicarpa (sejenis pala); Endemik Halmahera dan Obi dengan status IUCN
Redlist Vulnerable.
63. Myristica robusta (sejenis pala); Endemik Maluku dengan status IUCN Redlist
Vulnerable.
64. Myristica sangowoensis (sejenis pala); Endemik pulau Morotai, Halmahera, dan Bacan
dengan status IUCN Redlist Least Concern.
65. Myristica succadanea (sejenis pala); Endemik pulau Ternate, Tidore, dan Bacan dengan
status IUCN Redlist Near Threatened.
66. Myristica tamrauensis (sejenis pala); Endemik Papua dengan status IUCN Redlist
Vulnerable.
67. Myristica teijsmannii (sejenis pala); Endemik Jawa Timur dengan status IUCN Redlist
Endangered.
68. Myristica ultrabasica (sejenis pala); Endemik Sulawesi dengan status IUCN Redlist
Vulnerable.
Sawo Kecik, Pohon Sarwo Becik
Tapi Langka
Sawo Kecik (Manilkara kauki) sering disebut juga Sawo Jawa merupakan tanaman
(pohon) penghasil buah dari keluarga sawo-sawoan (Sapotaceae) yang kini mulai langka
dan jarang ditemukan di Indonesia. Sawo Kecik yang menurut filosofi jawa sering
diidentikkan dengan ‘sarwo becik’ (serba baik). Di Yogyakarta kadang dijadikan tanaman
pertanda bahwa orang yang menanamnya adalah abdi dalem kraton.

Tanaman penghasil buah yang batangnya mempunyai kayu yang keras dan kuat sehingga
sangat baik untuk bahan bangunan, perabot rumah tangga, alat-alat pertukangan, bahkan
dimanfaatkan sebagai benda-benda seni seperti patung, ukir-ukiran bahkan sebagai
peralatan musik seperti badan biola dan rebana.

Daun dan buah Sawo Kecik (Manilkara kauki)

Sawo Kecik disebut juga sebagai Sawo Jawa. Sedangkan dalam bahasa Inggris, tanaman
yang mulai langka ini disebut sebagai Caqui dan Manilkara. Di beberapa negara lain
disebut Khirni (India), dan Lámút Sida atau Lámút Thai (Thailand). Sedangkan dalam
bahasa ilmiah (latin) Sawo Kecik disebut sebagai Manilkara kauki yang bersinonim
dengan Mimusops kauki, dan Manilkara kaukii.

Ciri-ciri. Pohon Sawo Kecik (Manilkara kauki) berukuran sedang dengan tinggi
mencapai 25 m. Diameter (garis tengah) batang pohon Sawo Kecik mampu mampu
mencapai 100 cm.

Daun-daun Sawo Kecik mengelompok pada bagian ujung batang. Di permukaan bawah
daun Sawo Kecik berwarna keputihan dan halus seperti beludru dengan tangkai daun
tidak menebal, panjang kelopak daun 7 mm.. Kuncup bunga Sawo Kecik berbentuk bulat
telur.
Buah Sawo Kecik berbentuk bulat telur atau bulat telur sungsang berukuran kecil dengan
panjang berkisar 3.7 cm. Buah Sawo Kecik mempunyai kulit pembungkus yang sangat
tipis namun mudah dikelupas. Buah Sawo Kecik, bila mask mempunyai rasa yang manis
dan kadang-kadang terasa sedikit agak sepat.

Habitat dan Persebaran. Sawo Kecik (Manilkara kauki) diperkirakan berasal dari India
dan tersebar serta banyak dibudidayakan di kawasan Asia Tropis dan Amerika Tropis. Di
Indonesia, Sawo Kecik meskipun sudah mulai langka karena mulai jarang yang
membudidayakan namun masih dapat ditemui di seluruh Indonesia kecuali Kalimantan.

Sawo kecik tumbuh subur di daerah pesisir (pantai) yang beriklim kering hingga daerah
berketinggian sekitar 500 meter dpl. Pohon langka ini sering ditanam sebagai pohon
peneduh, pohon buah (untuk dikonsumsi buahnya), dan sebagai pohon ornament yang
biasa ditanam di dekat kuil atau istana.

Di Yogyakarta, Sawo Kecik yang biasa disebut sebagai Sawo Jawa dijadikan tanaman
pertanda bahwa orang yang menanamnya adalah abdi dalem kraton. Bahkan di daerah
Bali dan Nusa Tenggara pohon langka ini ditemukan tumbuh liar di pesisir pantai.

Pemanfaatan Pohon sawo Kecik. Meskipun Sawo Kecik merupakan pohon penghasil
buah, namun tidak hanya buahnya saja yang dapat dimafaatkan. Batangnya banyak
dipergunakan sebagai bahan bangunan, perabot rumah tangga, dan karya-karya seni
seperti patung, ukiran, bahkan peralatan musik seperti rebana dan badan biola.

Buah Sawo Kecik yang telah masak

Pohon Sawo Kecik mampu tumbuh di daerah bertanah kurang subur bahkan mampu
berfungsi sebagai pohon perintis dan tanaman pemulih areal-areal yang kurang subur dan
kritis. Karena itu banyak yang menjadikan pohon Sawo Kecik sebagai batang bawah
untuk okulasi atau penyambungan dengan pohon Sawo Manila (Manilkara zapota).
Untungnya, dalam penggalakkan program one man one tree, pohon Sawo Kecik banyak
dijadikan pilihan sebagai pohon yang ditanam selain pohon Trembesi. Semoga, hal ini
paling tidak menjadikan pohon penghasil buah ini terhindar dari kelangkaan hingga suatu
ketika saya bisa leluasa membeli buah Sawo Kecik meskipun hanya di asar-pasar
tradisonal seperti ketika masa kecil saya dulu.

Klasifikasi Ilmiah: Kingdom: Plantae; Subkingdom: Tracheobionta; Super Divisi:


Spermatophyta; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Sub Kelas: Dilleniidae;
Ordo: Ebenales; Famili: Sapotaceae; Genus: Manilkara; Spesies: Manilkara kauki;
Sinonim; Mimusops kauki, Manilkara kaukii
Pohon Ketapang atau Terminalia catappa
Pohon ketapang atau Terminalia catappa yang kali ini Alamendah bahas, bukan termasuk
tumbuhan langka. Pohon ketapang kerap ditanam sebagai pohon peneduh di taman ataupun
pinggir jalan. Pohon ketapang mempunyai bentuk cabang dan tajuk yang khas. Cabangnya
mendatar dan tajuknya bertingkat-tingkat mirip struktur pagoda.

Selain disebut ketapang, pohon ini memiliki berbagai nama daerah seperti hatapang (Batak),
katafa (Nias), katapieng (Minangkabau), lahapang (Simeulue), ketapas (Timor), atapang (Bugis),
talisei, tarisei, salrise (Sulawesi Utara), tiliso, tiliho, ngusu (Maluku Utara), sarisa, sirisa, sirisal,
sarisalo (Maluku), lisa (Rote), dan kalis, kris (Papua).

Nama tumbuhan ini dalam bahasa Inggris adalah tropical almond, India-almond, Umbrella tree,
Sea almond, dan Beach almond. Nama tanaman ini dalam bahasa latin (ilmiah) adalah Terminalia
catappa L. yang bersinonim dengan Terminalia moluccana Lamk., Terminalia procera Roxb.,
dan Terminalia latifolia Blanco,.

Diskripsi dan Ciri-ciri. Pohon ketapang (Terminalia catappa) bertajuk rindang dengan cabang-
cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat; pohon yang muda sering nampak seperti
pagoda. Tingginya dapat mencapai 35 meter.

Daun ketapang lebar berbentuk bulat telur dengan pangkal daun runcing dan ujung daun lebih
tumpul. Pertulangan daun sejajar dengan tepi daun berombak. Daunnya meluruh (meranggas) dua
kali dalam setahun. Bunga ketapang berukuran kecil dan terkumpul dalam bulir dekat ujung
ranting berwarna kuning kehijauan dengan panjang sekitar 8–25 cm. Buahnya batu berbentuk
bulat telur agak gepeng dan bersegi. Saat muda buah ketapang berwarna hijau kekuningan dan
berubah menjadi ungu kemerahan saat matang.

Ketapang (Terminalia catappa) merupakan tumbuhan asli dari Asia Tenggara, dan tersebar
hampir di seluruh daerah di Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Tumbuhan ini juga biasa
ditanam di Australia, India, Madagaskar hingga Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Habitat yang disukai oleh pohon ketapang adalah daerah dataran rendah termasuk daerah pantai
hingga ketinggian 500 meter dpl. Pohon ini menggugurkan daunnya hingga dua kali dalam
setahun sehingga tanaman ini mampu bertahan menghadapi bulan-bulan yang kering.
Batang dan percabangan pohon ketapang yang khas

Manfaat Ketapang. Ketapang telah menjadi pohon multiguna sejak dahulu. Pepagan (kulit luar)
dan daunnya berguna untuk menyamak kulit, pewarna alami, dan sebagai tinta. Kayunya
mempunyai kualitas cukup baik meskipun rentan rayap.

Biji ketapang bisa dimakan dan mengandung minyak (mirip minyak almond) sehingga sering
dipakai sebagai pengganti minyak almond yang berkhasiat meredakan radang rongga perut. Jika
dimasak bersama daunnya, dalam menyembuhkan lepra, kudis dan penyakit kulit yang lain.
Daging buahnya dapat dimakan, tetapi berserat dan tidak enak walaupun harum. Daunnya
digunakan untuk rematik pada sendi. Tanin dari pepagan dan daunnya digunakan sebagai
astringen pada disentri dan sariawan. Juga sebagai diuretik, kardiotonik dan dipakai sebagai obat
luar pada erupsi kulit.

Selain itu bentuk tajuk dan rantingnya yang khas sehingga teduh serta pertumbuhannya yang
relatif cepat, membuat pohon ketapang kerap ditanam sebagai pohon peneduh di pingir jalan atau
taman.

NYAMPLUNG (Calophyllum inopyllum)


Daerah penemuannya
Sumatera : Eyobe (Enggano), Punaga (Minangkabau ), Penago (Lampung) Nyamplung (Melayu)
Jawa : Nyamplung (Jawa Tengah), Nyamplung (Sunda), Camplong (Madura)
Bali : Camplong (Bali)
Nusa Tenggara : Mantan (Bima) Camplong (Timor)
Sulawesi : Dingkalreng (Sangir) Dongkalan (Mongondow), Punaga (Makasar), Pude (Bugis)
Maluku : Hatan (Ambon), Fitako (Ternate)

Habitat
Pohon : Ketinggian tanaman bisa mencapai lebih dari 30 m, tanpa banir.
Batang : Berkayu, bulat, coklat atau putih kotor
Daun : Tunggal, bersilang berhadapan, bulat memanjang atau bulat telur, ujung tumpul, pangkal
membulat, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 10-21 cm, lebar 6-11 cm, tangkai 1,5 - 2,5
cm. Daging daun seperti kulit/belulang, warna daun hijau. Daun Calophyllum inophyllum
mengandung saponin, flavonoida dan tanin
Bunga : Majemuk, bentuk tandan, di ketiak daun yang teratas,
berkelamin dua , diameter 2-3 cm, jumlah tujuh sampai tiga belas, daun
kelopak empat, tidak beraturan, benang sari banyak, tangkai putik
membengkok, kepala putik, bentuk perisai, daun
mahkota empat, lonjong, putih.
Buah : Buah membulat sampai membulat telur sungsang, panjang 25-50
mm, lapisan bagian luarnya cukup tipis dan kompak, waktu muda warna biji
hijau muda, semakin tua menjadi hijau tua agak kebiru-biruan, warna berubah menjadi kuning
ketika masak.
Biji : Bulat, tebal, keras, pada inti terdapat minyak, berwarna kuning, coklat
Akar : Tunggang, bulat, coklat

Manfaat Tanaman

Tegakan
- Tegakan nyamplung yang berada di pinggir laut berperan menghalangi derasnya angin laut,
- Tegakan nyamplung berfungsi sebagai pelindung dari abrasi pantai,
- Tegakan nyamplung yang berada di daratan dan dataran tinggi yang jauh dari pantai bisa
difungsikan untuk tanaman sempadan sungai yang bisa menahan longsor pada tebing sungai,

Kayu
untuk kontruksi, pertukangan, furniture, bahan baku pembuat kapal, alat musik, perahu.

Buah/Biji Nyamplung, menghasilkan :


- Minyak Nyamplung dapat digunakan sebagai bahan bakar
- Alkohol 96%
- Ampas Buah dijadikan Briket

Obat Tradisional
- Penyubur Rambut
- Obat Rematik
- Jamu bagi ibu setelah melahirkan (kulit kayu nyamplung dicampur dengan bahan lain)
- Obat gatal dan koreng
- Kayunya mengandung Calanolide A dan B sebagai senyawa anti virus HIV
- Diduga dapat untuk mengobati kanker

TEKNIK BUDIDAYA

Tanaman nyamplung tumbuh dengan baik di daerah pantai sampai dengan dataran tinggi (500 m
dpl) dengan struktur tanah mengandung pasir (dengan kadar minimum s.d. maksimum) dan
mengandung humus. Penyebaran tanaman nyamplung secara alami dibantu oleh aliran air dan
kelelawar. Perbanyakan tanaman
nyamplung dapat dilakukan secara vegetatif maupun generatif :
- Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan teknik stek batang maupun teknik cangkok.
- Perbanyakan generatif dilakukan dengan biji buah yang disemaikan ataupun dengan anakan
alam yang tumbuh di bawah tegakan nyamplung.

Pada masa perkecambahan dan pertumbuhan tahap awal (seedling), bibit nyamlung dapat tumbuh
baik di bawah naungan (bersifat toleran). Buah Nyamplung berkecambah pada umur 7-12 hari.
Tahapan perbanyakan tanaman secara generatif adalah sebagai berikut :

1. Pemungutan Biji
Pada umumnya Nyamplung berbunga sekitar bulan April – Mei, sedangkan buah masak pada
bulan Juli-Agustus. Biji yang sudah masak berwarna hijau kekuning-kuningan, untuk
mendapatkan biji yang bagus maka pengambilan biji Nyamplung sebaiknya biji yang sudah jatuh
ke tanah. Biji yang bagus berwarna hijau kecoklatan. Biasanya biji jatuh dari pohonnya setelah
berumur ± 1 bulan akan kering dengan sendirinya dan berwarna coklat, atau biji yang diambil
kemudian dijemur di atas tanah.

2. Seleksi Biji Biji


- Tidak berlubang
- Pada kulit luar tidak terdapat serbuk berwarna putih
- Tempurung tidak berwarna hitam kusam Apabila dipegang terasa berat
(tidak kosong)

3. Cara Membuka Benih dari Tempurung


Benih yang masih ada tempurungnya dipecahkan dengan batu secara
pelan supaya tempurung retak dan benih di dalamnya tidak terluka.
Kemudian benih diletakkan di atas papan yang berukuran 40 x 20 cm dan
dipelintir dengan papan sampai tempurung pecah dan biji keluar dari tempurung.

4. Persiapan Media Semai


- Penggunaan polybag, media yang dibutuhkan adalah topsoil 60% dan kompos 40%
- Polybag tersebut ditempatkan pada area yang terkena sinar matahari secara penuh, kemudian
disiram sehingga media benar-benar basah.
- Benih siap untuk ditanam.

5. Menanam Benih pada Polybag


- Benih terseleksi dimasukkan pada polybag yang telah diisi media dengan ditekan menggunakan
ibu jari dengan posisi miring. Benih ditanam dengan cara 2/3 bagian dibenamkan ke dalam tanah.
- Penyiraman dilakukan secara rutin pagi dan sore hari, menyesuaikan dengan kelembaban media.

Bibit juga dapat dikembangkan dari cabutan, yaitu :


- Bibit dicabut menggunakan solet secara hati-hati agar lembaga tidak terlepas.
- Akar tunggal dipotong 1/3 dari panjang akar, dan dibersihkan dari akar serabut.
- Daun yang tua dipotong ½, sisakan 2 daun muda.
- Sebelum ditanam, akar dicelupkan/direndam dalam larutan air 1 liter yang telah dicampur
Rootone F (1 cc) selama ± 5 menit untuk 5.000 batang.

6. Pengamatan Perkembangan Benih


- Benih yang ditanam selama 1 minggu, bagian yang tidak terbenam di tanah akan berubah warna
menjadi hijau yang menandakan sehat dan dapat berkembang. - - Setelah berumur ± 2 minggu,
akan mulai tumbuh akar dan tunas. Bibit yang sudah bagus dan berumur 1 bulan belum
memerlukan pemupukan disebabkan tunas masih mempunyai persediaan makanan pada bijinya
(lembaga), pemupukan dilakukan setelah bibit berumur lebih dari satu bulan.

7. Perawatan Bibit
Berupa penyiraman dan pemupukan serta mencegah dari serangan hama dan penyakit.

8. Ciri-Ciri Bibit Siap Tanam


Berumur 5-6 bulan Ketinggian rata-rata 30-40 cm Batang bibit sudah
berkayu.

9. Penanaman
Bibit yang baik kemudian ditanam pada lahan yang sesuai dengan urutan
sebagai berikut :
- Pemasangan acir terlebih dahulu pada lahan yang telah disiapkan dengan jarak 3 x 3 m ( untuk
jarak tanam awal ).
- Pembuatan lubang tanam Mulai penanaman, dengan cara membuka polybag terlebih dahulu
Bibit dimasukkan pada lubang tanam dan sisa lubang tanam ditimbun dengan tanah sambil
ditekan dengan tangan.
- Selanjutnya dilakukan pemeliharaan tanaman berupa penyiangan gulma sekitar tanaman,
penanggulangan hama dan penyakit, dsb.

POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN NYAMPLUNG DI JATENG


A. Wilayah Persebaran
Tanaman nyamplung tersebar cukup luas di dunia yaitu Madagaskar, AfrikaTimur, Asia Selatan
dan Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia Barat, dan Amerika Selatan. Di Indonesia sendiri
tanaman ini tersebar di beberapa wilayah Nusantara seperti Sumatera Barat, Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku,
hingga Nusa Tenggara Timur, namun penyebaran secara pasti belum diketahui. Di Pulau Jawa,
jenis ini bersifat endemik di kawasan pesisir selatan Jawa, mulai dari Ujung Kulon (Jawa Barat)
sampai dengan Alas Purwo di semenanjung Blambangan (Jawa Timur). Selain itu di wilayah
pantai utara Jawa Tengah juga tumbuh pohon nyamplung baik secara alami maupun sengaja
ditanam.
Nyamplung seringkali mudah dijumpai di pantai (pantai pasir), tetapi kadang-kadang ditemukan
juga di daratan pedalaman pada tanah berpasir, mencapai ketinggian 200 s/d 400 m dpl.

B. Ketersediaan Bibit Nyamplung di Jawa Tengah,


Pengembangan jenis nyamplung melibatkan kegiatan koleksi benih dari berbagai tempat
penyebaran alam (provenans) sebagai upaya konservasi genetik dan pengembangan sumber
benih. Sumberdaya genetik yang digunakan berasal dari daerah-daerah populasi alami nyamplung
yang ada di :
- Taman Nasional Alas Purwo (TNAP),
- Bondowoso (Jatim),
- Probolinggo (Jatim),
- Cilacap (Jateng),
- Kebumen (Jateng),
- Purworejo (Jateng),
- Srandakan (Kab. Bantul, Provinsi DIY), dan
- Gunung Kidul (DIY).

Bertan (Eugeissona utilis) Palem


Endemik Kalimantan
Bertan (Eugeissona utilis) sang Palem Endemik Kalimantan ini tidak banyak yang
mengenalnya. Bertan yang disebut Kadjatoa dalam bahasa lokal, diyakini sebagai salah satu palm
(palmae) yang hanya dapat di jumpai di lereng gunung Lumut di Kabupaten Paser, Kalimantan
Timur.

Tumbuhan palem yang oleh masyarakat Dayak Punan diambil dimanfaatkan sebagai penghasil
sagu ini ternyata termasuk salah satu dari belasan jenis palem yang dilindungi di Indonesia
berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999. Tak salah jika termasuk dalam daftar tanaman yang dilindungi
mengingat habitat bertan (Eugeissona utilis) yang endemik Kalimantan.

Batang palem bertan (Eugeissona utilis) (gambar: www.pacsoa.org.au)

Bertan yang mempunyai nama latin Eugeissona utilis, dan oleh masyarakat setempat disebut
sebagai Kadjatoa dalam bahasa Inggris dikenal sebagai “wild bornean sago palm” yang berarti
Sagu Liar Borneo.

Palem bertan atau wild bornean sago palm tumbuh secara berumpun dengan tinggi sekitar 9
meter dan diameter batang mencapai 20 cm. Daun bertan (kadjatoa) tumbuh menyirip pada
pelepah yang berduri rapat.

Bunga tumbuh di ujung batang bertan dengan panjang bunga mencapai 2 meter. Dari perbungaan
ini menghasilkan buah yang keras bersisik menyerupai salak dengan panjang sekitar 10 cm dan
lebar 5 cm.

Bertan diyakini merupakan tumbuhan palem endemik Kalimantan. Hingga saat ini, jenis palem
yang dilindungi ini hanya bisa ditemukan di satu lokasi di salah satu lereng gunung Lumut yang
terletak di Kabupaten Paser provinsi Kalimantan Timur. Habitatnya ini terdapat hingga ketinggian
750 meter dpl.

Namun endemikitas bertan yang hanya terdapat di Kalimantan perlu dilakukan penyelidikan lebih
lanjut. Tapi yang pasti dari 9 jenis (spesies) anggota genus Eugeissona yang ditemukan di dunia.
2 jenis diantaranya terdapat di Semenanjung Malaya (termasuk Sumatera) dan 4 spesies terdapat
di Kalimantan.

Manfaat Bertan. Bertan atau Kadjatoa termasuk jenis palem yang mempunyai kualitas sagu
yang baik. Sagu yang dihasilkan dari batang bertan merupakan makanan pokok orang-orang
Dayak Punan yang mengembara dan makanan darurat untuk penduduk lainnya.

Tunas muda tanaman endemik dari Gunung Paser Kalimantan Timur ini dapat diolah sebagai
sayuran. Daun bertan dimanfaatkan untuk atap rumah. Endosperma muda biji dan serbuk sari
Kadjatoa juga dapat dimakan. Akar palem bernama latin Eugeissona utilis ini dapat digunakan
untuk membuat tongkat, tangkai payung dan berbagai bentuk anyaman setelah dibelah-belah.

Mangga kasturi
Mangga kasturi atau Mangifera casturi merupakan buah mangga spesifik Kalimantan Selatan.

Morfologi

Pohon mangga kasturi bisa mencapai tinggi 25 m dengan diameter batang ± 40 – 115 cm. Kulit
kayu berwarna putih keabu-abuan sampai coklat terang, kadangkala terdapat retakan atau celah
kecil ± 1 cm berupa kulit kayu mati dan mirip dengan Mangifera indica. Daun bertangkai,
berbentuk lanset memanjang dengan ujung runcing dan pada kedua belah sisi tulang daun tengah
terdapat 12 – 25 tulang daun samping. Daun muda menggantung lemas dan berwarna ungu tua.

Bunga majemuk berkelamin ganda dengan bentuk bunga rasemos dan kerapkali berambut rapat.
Panjang tangkai bunga ± 28 cm dengan anak tangkai sangat pendek, yaitu 2 – 4 mm. Daun
kelopak bulat telur memanjang dengan panjang 2 – 3 mm. Daun mahkota bulat telur memanjang
dan bunga berbau harum. Benang sari sama panjang dengan mahkota, staminodia sangat pendek
dan seperti benang sari yang tertancap pada tonjolan dasar bunga.

Buah berbentuk bulat sampai ellipsoid dengan berat kurang dari 80 gram, daging buah kuning
atau oranye dan berserabut. Biji batu dengan dinding yang tebal. Mangga ini berbuah pada awal
musim hujan atau sekitar bulan Januari.

Varietas

Terdapat tiga varietas Mangifera casturi. Varietas mangga ini dikenal masyarakat Kalimantan
Selatan dengan sebutan kasturi, cuban / kastuba dan asem pelipisan / palipisan.

Buah kasturi kenampakannya mirip dengan buah mangga tetapi berukuran kecil, berbentu bulat
sampai ellipsoid dengan ukuran panjang 5 – 6 cm, lebar 4 – 5 cm dan berat ± 65,6 gram. Kulit
buah tipis dengan warna hijau terang dengan bintik-bintik berwarna gelap dan apabila masak
maka kulit buah berubah menjadi kehitaman. Daging buah berwarna oranye gelap, kandungan
serat 1,06% dan memiliki rasa yang manis dan lezat. Sifat yang menonjol dari kasturi adalah
aroma buah yang harum sehingga banyak disukai masyarakat Kalimantan Selatan.
Mangga cuban berbentuk bulat sampai ellipsoid dengan ukuran panjang 6 – 6,3 cm dan lebar 4,2
– 5,2 cm. Kulit buah berwarna merah mawar dan tidak berwarna hitam penuh bila telah masak.
Daging buah berwarna oranye terang, mengandung serat dan tidak beraroma harum seperti buah
kasturi.

Asem pelipisan atau palipisan memiliki kenampakan mirip dengan buah kasturi, tetapi tidak
menimbulkan aroma harum. Buah berbentuk ellipsoid dengan panjang 6 – 7,2 cm, lebar 3 – 4,4
cam dan berat ± 66,26 gram Warna kulit buah hijau dengan bintik-bintik coklat dan jika telah
masak berwarna hijau agak kehitaman serta memiliki banyak getah di bagian bekas batang.
Daging buah berwarna kuning oranye dengan kandungan serat ± 1,89%.

Mangifera casturi,

Status Mangifera casturi

Dari 31 jenis marga Mangifera yang ditemukan di Kalimantan, 3 jenis diantaranya bersifat
endemik. Berdasarkan keputusan Menteri Dalam Negeri No. 48 tahun 1989 tentang identitas flora
masing-masing propinsi, tumbuhan Mangifera casturi ditetapkan menjadi identitas flora propinsi
Kalimantan Selatan.

Mangga kasturi adalah tumbuhan endemik khas Kalimantan Selatan yang keberadaannya
terancam punah. Populasi taksonnya cenderung berkurang, baik dalam segi jumlah individu,
populasi maupun keanekaragaman genetisnya. Status kelangkaan buah ini dianalisis dengan
menggunakan kategori dan kriteria tumbuhan langka menurut IUCN Red List Categories 30
November 1994.

Tim penilai dari World Conservation Monitoring Centre pada tahun 1998 menetapkan Mangifera
casturi berada pada kategori punah in situ atauExtinct in the Wild = EW. Mangga ini diketahui
hanya hidup dan tumbuh secara alami di kebun hutan dan atau kawasan konservasi lain, namun
tidak ditemukan lagi di habitat asli.
Penyebaran Populasi Mangifera casturi

Lokasi penyebaran populasi Mangifera casturi di Desa Mataraman Kecamatan Mataraman,


Kabupaten Banjar terdapat di kebun campuran. Pada umumnya kebun campuran ini berisi
tanaman padi diselingi pohon kasturi yang umurnya sudah lebih dari 50 tahun serta tidak sengaja
ditanam oleh penduduk setempat. Kebun ini kebanyakan berada di pekarangan rumah dengan
pola tanam tidak teratur. Akan tetapi, data kelimpahan spesies ini tidak diketahui secara pasti.

Kasturi mulai dipanen pada awal musim hujan dan melimpah pada bulan Januari. Selain itu,
tanaman buah lain seperti pisang dan rambutan juga mulai dipanen. Karena umur pohon kasturi
banyak yang lebih dari 50 tahun, maka produktivitasnya semakin menurun. Oleh karena itu, pada
tahun 1980 masyarakat Desa Mataraman mencoba belajar membuat pembibitan buah kasturi.

Anda mungkin juga menyukai