BIOMONITORING
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
DAFTAR ISI
BAB I PEDAHULUAN..................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 4
BAB III PENUTUP.........................................................................................................7
3.1. Kesimpulan.............................................................................................................7
3.2 Saran.........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................8
2
BAB I PEDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui lebih dalam yang dimaksud dengan biomonitoring.
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami keadaan lingkungan perairan di
Sungai Musi.
1.3.3 Untuk mengetahui struktur komunitas makrozoobentos di Sungai Musi
1.3.4 Untuk mengetahui fungsi biomonitoring di kawasan Sungai Musi.
BAB II PEMBAHASAN
3
2.1 Pengertian Biomonitoring
Biomonitoring adalah metode pemantauan kualitas air dengan menggunakan
indikator biologis (bioindikator). Bioindikator adalah kelompok atau komunitas
organisme yang keberadaannya atau perilakunya di alam berhubungan dengan kondisi
lingkungan. Apabila terjadi perubahan kualitas air maka akan berpengaruh terhadap
keberadaaan dan perilaku organisme tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai
penunjuk kualitas lingkungan. Secara umum istilah biomonitoring dipakai sebagai alat
atau cara yang penting dan merupakan metode baru untuk menilai suatu dampak
pencemaran lingkungan. Indikator yang digunakan sebagai biomonitoring biasanya
hidup atau menempati wilayah perairan tertentu atau disebut indikator biologis.
Indikator biologis merupakan cara terbaik untuk diterapkan dalam pengelolaan
lingkungan karena organisme berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
Biomonitoring merupakan metode sangat cepat dan tidak mahal dengan menggunakan
peralatan yang sederhana dan dapat pula mengikutsertakan masyarakat umum untuk
membantu mengontrol kebersihan dan kesuburan lingkungan lahan perairan, sehingga
dapat dilaksanakan dengan segera.
4
lingkungan yang tidak menguntungkan seperti rendahnya kandungan oksigen yang
terlarut di perairan dan tingginya konsentarsi polutan. Tidak hanya itu, dibeberapa
stasiun pun terdapat keberadaan jenis Chironomous sp. dan Tufibex sp. kedua jenis
makrozoobentos ini dapat digunakan sebagai indikator perairan yang tercemar agak
berat. Kepadatan pemukiman penduduk pada salah satu stasiun penelitian
menimbulkan peningkatan buangan domestik ke perairan yang pada gilirannya
berpotensi menyebabkan terjadinya degradasi kualitas perairan, dibuktikan dengan
tingginya kandungan BOD (1,58 mg/l) dibandingkan dengan stasiun lainnya. Sehingga
keadaan perairan yang berada di beberapa stasiun tempat penelitian Sungai Musi
dianggap masih rentan terhadap tekanan ekologis lingkungan.
5
dengan kawasan permukiman penduduk, sedangkan jenis terendah terdapata pada
stasiu 2 dan 7 yang hanya memiliki 2 jenis. Jenis yang paling banyak ditemukan ialah
dari kelas Crustacea yaitu Sesarma sp. dan Palemonetes sp. dengan kepadatan relatif
berturut-turut 17,65 % dan 16,18 % serta kelas Gastropoda dengan jenis yang paling
melimpah Digoniostroma sp. (16,18 %). Hal ini desebabkan karena Crustacea dan
Gastropoda merupakan kelompok fauna bentrik sehingga mempunyai penyebaran
yang luas. Kelompok Gastropoda memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi
terhadap lingkungan dan tipe pemakan deposit materi (deposit feeder) di permukaan
lumpur. Sedangkan kelompok Crustacea mempunyai kisaran hidup yang luas dari
habitat yang berlumpur sampai perairan bersih.
3.1. Kesimpulan
6
Biomonitoring merupakan teknik evaluasi lingkungan menggunakan
organisme hidup, dengan mengamati kadar bahan pencemar yang terdapat dalam
jaringan tubuh organisme hingga pengaruh yang lebih spesifik. Komposisi komunitas
makrozoobentos di perairan sekitar kawasan Sungai Musi terdiri dari 4 kelas dan 15
jenis dimana kelimpahan relatif kelas Gastropoda (39, 7%) dan Oligocaheta (32,35 %)
lebih tinggi dibandingkan kelas lainnya. Struktur komunitas ditandai dengan
kelimpahan berkisar antara 75-600 individu/m 2 dengan keanekaragaman rendah antara
0,27-0,74 dan tidak ditemukan jenis yang mendominasi populasi (0,22-0,55).
Melimpahnya jenis Limnodrillus sp. dan Tubifex sp. pada stasiun tertentu
menunjukkan adanya potensi penggunaan jenis tersebut sebagai indikator pencemaran
organik. Nilai indeks keragaman jenis komunitas makrozoobentos pada Sungai Musi
ini pun tergolong rendah dengan jumlah taksa 2-7 jenis. Rendahnya jumlah jenis pada
Sungai ini diduga berhubungan dengan sedikitnya vegetasi di daratan sekitar perairan
dan pH substart yang bersifat asam (5-5,5). Pada salah satu stasiun penelitian terdapat
kelompok Oligochaeta yang mana kelompok ini merupakan petunjuk adanya
pencemaran organik dan potensial digunakan sebagai bioindikator ekosistem sungai
yang tercemar. Sehingga dari hasil yang didapatkan pada kawasan Sungai Musi ini
masih rentan terhadap tekanan ekologis lingkungan.
3.2 Saran
Melihat dari keadaan dari keadaan dan kelimpahan berbagai macam
makrozoobentos di kawasan Sungai Musi maka saran yang dapat diberikan kepada
pembaca, maupun masyarakat sekitar untuk memahami mengenai perubahan-
perubahan yanf tejadi di lingkungan kawasan Sungai Musi. Adapun, hal itu perlu
dilakukan agar sumber air yang dapat di manfaatkan untuk kegiatan sehari-hari, jalur
transoortasi dan mata pencarian nelayan dapat teroptimalkan.
7
DAFTAR PUSTAKA