Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

EKOLOGI

BIOMONITORING KUALITAS AIR

Dosen Pengampu : Nisa Rasida, M.Pd.

Disusun Oleh :

Nama : Khulmi Hasanah

NIM : 1708086065

Kloter : 1

Kelompok : 4

Asisten Lab : 1. Saniatul Istiqomah

2. Lu’lu’ Arifatul Chofifah

3. Umi ma’rufah

LABORATORIUM BIOLOGI

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKLOGI

UIN WALISONGO

SEMARANG

2019

BIOMONITORING KUALITAS AIR

Ahad, tanggal 1 Desember 2019


A. TUJUAN
Mengetahui kualitas suatu perairan dengan indikator biologi
B. DASAR TEORI
Sungai merupakan salah satu ekosistem lotik (perairan mengalir) memiliki tempat
hidup sebagai tempat hidup organisme (Maryono, 2005). Organisme yang hidup dalam
perairan sungai adalah organisme yang telah memiliki kemampuan untuk beradaptasi
terhadap kemampuan untuk beradaptasi terhadap kecepatan arus(Susanto,2008).
Sungai merupakan salah satu lingkungan yang sering terkena dampak pencemaran.
Pencemaran dapat disebabkan karena berbagai jenis aktivitas domestic, pertanian, dan
industry yang akan mempengaruhi kondisi kualitas air sungai(Priyambada,2008)
Komunitas bentos sangat penting dalam ekosistem perairan, teutama di danau dan di
sungai. Makrobentos sering digunakan dalam menilai kualitas perairan. Makrobentos adalah
organisme yang sering digunakan sebagai indicator pencemaran dan berperan juga dalam
biomonitoring dari suatu perairan. Karena hidupnya yang cenderung menetap pada sedimen
dasar perairan, memiliki sifat kepekaan terhadap bahan pencemar, mobilitas yang
rendah(Purnami, 2010).
Makrozoobentos berkontribusi sangat besar terhadap fungsi ekosistem perairan dan
memegang peranan penting seperti proses mineralisasi dalam sedimen dan berperan dalam
transfer energi melalui bentuk transfer makanan sehingga hewan ini berfungsi sebagai
penyeimbang nutrisi dalam lingkungan perairan(Megawati,2013) Komposisi makrooobentos
dapat merespon perubahan variasi karakteristik kimia air diatasnya(2010).

Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada

di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang (Rosenberg dan

Resh, 1993). Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam

proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan (Lind,

1985), serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan (Odum, 1993).

Berdasarkan ukurannya, zoobentos dapat digolongkan ke dalam kelompok

zoobentos mikroskopik atau mikrozoobentos dan zoobentos makroskopik yang disebut

juga dengan makrozoobentos. makrozoobentos dapat mencapai ukuran tubuh sekurang-

kurangnya 3 - 5 mm pada saat pertumbuhan maksimum. makrozoobentos dapat ditahan

dengan saringan No. 30 Standar Amerika. makrozoobentos merupakan organisme yang

tertahan pada saringan yang berukuran besar dan sama dengan 200 sampai 500

mikrometer. (Rosenberg and Resh , 1993)


Berdasarkan cara makannya, makrozoobentos dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. filter feader, yaitu hewan bentos yang mengambil makanan dengan menyaring air

2. deposit feader, yaitu hewan bentos yang mengambil makanan dalam substrat dasar.

Misalnya, mollusca-bivalva, beberapa jenis Echinodermata dan Crustacea

Struktur komunitas zoobentos dipengaruhi berbagai faktor lingkungan abiotik dan

biotik. Secara abiotik, faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan makrozoobentos

adalah faktor fisika-kimia lingkungan perairan. Sifat fisik perairan seperti : pasang surrut,

kedalaman, kecepatan arus, kekeruhan atau kecerahan, substrat dasar dan suhu air. Sifat

kimia antara lain kandungan oksigen dan karbondioksidaterlarut, pH, bahan organik, dan

kandungan hara berpengaruh terhadap hewan bentos. Faktor biologi perairan juga termasuk

faktor penting bagi kelangsungan hidup hewan bentos. (Tudorancea, 1979).

Jenis bentos yang digunakan sebagai indikator pencemaran sungai dari yang dapat

hidup di air yang sangat bersih hingga yang tahan di air yang paling kotor.

1) nimfa plecoptera (serangga-serangga) bangsa Plecoptera hidupnya memerlukan

lingkungan air yang sangat baik (sangat bersih).

2) nimfa lalat sehari atau serangga-serangga bangsa Ephemeroptera. Serangga-

serangga ini dapat hidup di lingkungan yang sangat baik sampai lingkungan yang

buruk.

3) larva ulat kantung air / serangga-serangga bangsa Trichoptera. Serangga –

serangga yang membutuhkan lingkungan yang baik dan sangat baik.

4) udang-udangan (Crustacea dari bangsa Decapoda). Biota yang membutuhkan

lingkungan yang sangat baik.


5) nimfa capung / serangga-serangga bangsa Odonata . serangga –serangga

yang membutuhkan lingkungan hidup yang baik.

6) binatang lunak atau Mollusca. Hidup di lingkungan yang kondisinya

sedang sampai buruk.

7) kepik air (serangga-serangga bangsa Hemiptera) hidup di lingkungan yang

sangat baik sampai lingkungan yang sangat sedang.

8) kumbang(seranggas-serangga bangsa Coleoptera) umumnya hidup di

kondisi lingkungan sedang.

9) larva nyamuk atau larva lalat. Hidup di lingkungan yang sedang sampai

lingkungan yang buruk.

cacing biasanya hidup lingkungan yang sangat buruk

C. METODE PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
a. Jaring surber
b. Nampan lastik
c. Botol plastic
d. Pinset
e. Lux meter
f. Hygrometer
g. Turbidimeter
h. DO meter
i. Alcohol 5%
j. pH meter
2.Langkah Kerja
a. dilakukan pengamatan untuk faktor abiotik meliputi pH, salinitas, suhu, dan DO.
b. diambil sampel makroinvetebrata dengan menggunakan jaring dengan posisi
melawan arus.
c. sampel diambil dengan cara mengeruk luasan petakan agar makrozoinvertebrata yang
berada didasar sungai maupun yang menempel dibebatuan terbawa arus dan masuk
kedalam jarring surber.
d. sampel yang diambil disimpan dalam botol dan diberi alcohol 5%
e. sampel diidentifasi di laboratorium biokimia uin walisongo
f. dilakukan analisis kualitas air dengan metode Famili Biotik Indek
g. diintrepetasikan nilai biotic indeks untuk menentukan kualitas air.

D. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1 Hasil Pengamatan Faktor Abiotik
No Perlakukan Indikator yang dimati
Pengulangan pH Debit Air Turbiditas Intensitas
Cahaya
1. Pertama 7,71 5,61 0,46 467
2. Kedua 7,76 3,79 0,47 432
3. Ketiga 7,61 3,37 0,47 457
4 Rata-rata 7,69 4,37 0,46 452

Tabel 2 makrozoobentos di curug Ngelimut


No Kelompok Jumlah Udang Toleransi Xb.Xn
1 1-2 19 6 114
2 2-4 15 6 90
3 5-6 4 6 24
4 7 5 27 135
5 total 43 45 363

Analisis : jumlah total /jumlah individu : 363/43: 8,44


Praktikum lapangan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air sungai yang ada di
Ngelimut dengan menggunakan indicator biologi. Pada praktikum ini digunakan 2 indikator
yaitu indicator biotic dengan mencari makrozoobantos berupa makroinvertebrata, sedangkan
untuk indicator abiotik digunakan pengukuran pH, DO, debit air, turbiditas, dan intensitas
cahaya.
Biomonitoring merupakan monitoring kualitas air secara biologi yang dilakukan
dengan melihat keberadaan organisme petunjuk (indicator) yang hidup didalam air.
Sedangkan makroinvertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang yang hidup di
dasar laut atau sungai yang menempel pada aiar atau didalam lumpur. Keuntungan dari
makroinvertebrata adalah sebagai indicator karena hidup melekat pada substrat dan
motilitasnya rendah sehingga ia tidak mudah bergerak dan berpindah.
Hasil pengamatan komponen abiotik yaitu mengukur pH, DO, Intensitas cahaya,
kecepatan debit air, dan turbiditas. pH pada sungai air terjun ngelimut ini rata-rata 7,71
cenderung netral dan basa.pengukuran pH ini menggunakan pH meter. Pada pH netral ini
memungkinkan hewan makrozoinvertebrata dapat berhan hidup, dan masih dalam rentangan
normal. pH merupakanfaktor pembatas bagi organisme yang hidup disuatu perairain. DO
pada air sungai ngelimut 6 tergolong cukup tercemar.pada DO ini dilakukan dilaboratorium.
sungai tercemar oleh sampah dari pengunjung, dan kadar oksigen dalam udara tergolong
rendah. DO adalahoksigen terlarut dalam volume air tertentu pada suatu suhu dan tekanan
admosfer tertentu. Oksigen merupakan salah satu pembatas, sehingga bila ketersediaan
didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota air, maka akan menghambat aktivitas didalam
perairan tersebut. Perairan dikatakan tercemar bila kadar DO dibawah 4 ppm. Kadar rendah
DO berbahaya pada komunitas air. Kehidupan air dapat bertahan bila DO minimal sebanyak
5 ppm. Intensitas cahaya disekitar dungai ngelimut yaitu 432 berarti intensitas cahaya agak
terang karena didaerah sungai ngelimut terdapat pohon besar. Kecepatan debit air di sungai
ngelimut sekitar 4,57 m/sekon, berarti kecepatan sungai ini tidak terlalu deras, sehingga masih
ada makrozooinvertebratanya. Turbiditas air sungai 0,46. Sungai di ngelimut masih jernih
karena hanya 0,46 dan kami bisa melihat hewan dan tumbuhan yang ada didalam air.
Pengamatan selanjutnya adalah pada indicator biotic yaitu mencari
makrozooinvertebrata yang ada disungai dengan cara mengeruk dasar sunga dengan posisi
melawan arus sungai agar makrozoinvertebrata dapat keluar dari dasar sungai. Setelah
mendapatkan makrozooinvertebrata kemudian ditaruh dalam botol dan diberi alcohol 5%,
namun kami kemarin tidak menuangkan alcohol 5% pada makrozoinvertebrata. Pada
pengamatan ini kami menemukaan udang (Crustasea sp). Adapun klasifikasi udang sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Malacostracea
Ordo : Decapoda
Famili : Palaemoninae
Genus : Macrobranchium
Spesie : Macrobranchium rosenbergii
Pada kelompok 1-2 ditemukan 19 udang, kelompok 2-3 ditemukan 15 udang,
kelompok5-6 ditemukan 4 udang dan pada kelompok 7 ditemukan 5 udang. Dari hasil
perhitungan diperoleh indeks 8,84 terholong dalam keaneragaman tinggi.
Unity of Science dalam biomintoring ini adalah QS Ar-Ruum:41

Ayat diatas menegaskan bahwa kerusakan dimuka bumi disebabkan oleh aktivitas
manusia. Sebagai kholifah, manusia memiliki tugas, memanfaatkan, mengelola dan
memelihara. Tetapi sering kali manusia lalai dengan kedudukannya. Pemanfaatan yang
mereka lakukan terhadap alam seringakali tidak diiringi dengan usaha pelestarian.

E. SIMPULAN
Biomonitoring merupakan monitoring kualitas air secara biologi yang dilakukan
dengan melihat keberadaan organisme petunjuk (indicator) yang hidup didalam air.
Sedangkan makroinvertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang yang hidup di
dasar laut atau sungai yang menempel pada aiar atau didalam lumpur. Keuntungan dari
makroinvertebrata adalah sebagai indicator karena hidup melekat pada substrat dan
motilitasnya rendah sehingga ia tidak mudah bergerak dan berpindah.
Praktikum lapangan ini menggunakan dua indicator yaitu biotic danabiotik. Indicator
abiotik meliputi pH, intensitas cahaya, Turbiditas, kecepatan debit air, dan DO. pH di airan
sungai ngelimut memiliki rata-rata 7,69 cenderung netral ke basa. Kecepatan debit air pada
airan sungai 4,37 meter/sekon yairu tidak terlalu deras. Intensitas cahaya memiliki rata-rata
452 tidak terlalu terik karena masih banyak pohon yang rindang. Dan DO air di sungai
ngelimut 4,7 ppm berarti belum tercemar parah. Indicator biotic yang digunakan yaitu
dengan mencari makrozoinvertebrata. Makrozoinvertebrata merupakan salah satu indicator
yang digunakan dalam biomonitoring. Jumlah udang yang ditemukan dalam praktikum
lapangan ini sebanyak 45 udang.
DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, M.D. 1990. Zoologi dasar. Jakarta : Erlangga

Cooper, J.M. and J.L. Wilhm. 1975. Spatial and temporal variability in productivity,
species diversity, and pigment diversity of periphyton in a stream receiving
domestic and oil refinery effluents. Southwestern Naturalist

Fathurrahman. 1992. Komunitas makrozoobenthos di sepanjang sungai Cimahi Kabupaten


Bandung. Thesis. Bandung : PPS Biologi ITB

Kendeigh, S.C., 1980. Ecology with Special Reference to Animal & Man, Prentice
Hall : New Jersey.

Lind, O. T. 1985. Handbook of common methods in limnology.Sec. Ed. Kendall/Hunt


Publ.Comp. Dubuque.

Maryono, 2005. Ekosistem Perairan Sungai. Jakarta : Erlangga.


Megawati,2013. Observasi Sungai. Bandung: Alfa Beta.
Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Yogayakarta : Gajah Mada University
press.

Priyambada,2008. Ekologi Sungai. Jakarta : Erlangga.

Purnami, S. 2008. Jenis-Jenis Makarozoobentos di Perairan. Yogyakarta: UII Pres.

Rosenberg, D.M. and V.H. Resh ( eds.) 1993. Freshwater biomonitoring and benthic

macroinvertebrates. Chapman and Hall : New York.

Tuarita, Hawa, dkk. Tanpa tahun. Biologi untuk Kimia. Malang : UM press

Tudorancea, C.; R. H. Green and J. Huebner. 1978. Structure Dynamics and Pro-
duction of the Benthic Fauna in Lake Manitoba. Hydrobiologia

Welch, C. 1980. Limnology. New York : McGraw-Hill Book Company Inc.


LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 7 Desember 2019

Dosen Pengampu Praktikan

Nisa Rasida, M. Pd. Khulmi Hasanah


LAMPIRAN PRAKTIKUM LAPANGAN

Pengambilan makroinvertebrata Kondisi air sungai ngelimut

Pengukuran DO

Anda mungkin juga menyukai