Anda di halaman 1dari 1

“Cantik Itu Luka”

Oleh : Cahya Reha Saputra

“Wanita dan kecantikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, hingga banyak wanita
yang rela melakukan apa saja agar terlihat cantik. Karena bagi sebagian wanita kecantikan
merupakan segalanya. Namun di tangan Eka Kurniawan dalam Novel Cantik Itu Luka, kecantikan
bagi seorang wanita bernana Dewi Ayu merupakan sebuah petaka dan sumber kesedihan.”

Dewi Ayu merupakan seorang wanita yang lahir sebelum zaman Republik Indonesia, (Zaman
Penjajahan). Ia terlahir dari pernikahan yang inses. Bapak dan ibu ayu merupakan saudara yang
sebapak beda ibu. Namun dewi ayu tidak memiliki kecacatan secara fisik dan mental, justru ia malah
memiliki wajah yang sangat cantik sehingga siapapun laku-laki yang melihatnta berupaya keras
untuk ikut mencicipi kecantikannya.

Dewi Ayu dipaksa tentara Jepang menjadi pelacur pada saat masa inflasi tentara Jepang di
Indonesia(1942-1945). Ia bertempat tinggal di rumah pelacuran milik Mama Kalong. Saat menjadi
pelacur Dewi Ayu hanya ingin melayani laki-laki yang ia mau saja, ia tidak bisa dipaksa oleh siapapun.
Dewi Ayu merupakan pelacur yang berkelas dengan pakaian yang mahal dan perawatan tubuh yang
difasilitasi oleh Mama Kalong. Dewi Ayu pernah menjadi perebutan beberapa tokoh yang ingin
menidurinya.

Selama menjadi pelacur dewi ayu memiliki 3 anak perempuan yang sangat cantik.karena
kecantikan inilah mengundang malapetaka bagi ketiga anak Dewi Ayu. Dewi Ayu berdoa agar
keempat Dewi Ayu memiliki wajah jelek atau buruk rupa. Rupanya doa Dewi Ayu terkabul, dan anak
keempat dewi ayu memiliki wajah yang jelek dan buruk rupa. namun ironisnya Dewi Ayu
memberikan nama Cantik untuk anak keempatnya. semua anak Dewi Ayu ini tidak diketahui siapa
bapaknya. Kisah cinta anak-anak Dewi Ayu ini sangat unik dan penuh dengan konflik.

Novel ini ada beberapa part yang menggambarkan adegan seks dan bahasa yang vulgar
sehingga tidak cocok untuk dibaca untuk yang belum dewasa. Kelebihan dari novel ini adalah
pengarang mampu menggambar dengan apik disetiap tokohnya. Pemilihan kata dan rangakaian
kalimat dalam novel ini tidak membuat kita bosan dalam membacanya sehingga Waupun sampai
500 halaman kita akan antusias membacanya.

Anda mungkin juga menyukai