Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI

BIOMONITORING KUALITAS AIR

Oleh :

Nama : Shoimatul Jahra

NIM : 1708086041

Kelas : PB-5B

Gol/Kel : 1/3

Dosen Pegampu : Nisa Rasyida, M.Pd.

Asisten : 1. Siti Mu’arifah

2. Saniatul Istiqomah

3. Lu’lu Arifatul C.

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2019
BIOMONITORING KUALITAS AIR

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui kualitas suatu perairan
dengan indicator biologi.
B. Dasar Teori
Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran
penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (Catchment
area) bagi daerah disekitarnya. Sungai merupakan ekosistem lotik (perairan mengalir)
yang berfungsi sebagai media atau tempat hidup organisme makro maupun mikro, baik
itu yang menetap maupun yang dapat berpindah-pindah (Maryono, 2005).
Pencemaran air pada dasarnya dapat berasal dari sumber terpusat yang membawa
bahan pencemar dari lokasi-lokasi khusus seperti pabrik-pabrik, instalansi pengolah
limbah dan tanker minyak. Pencemaran air juga disebabkan oleh sumber tak terpusat,
yang ditimbulkan jika hujan mengalir melewati lahan dan menghanyutkan pencemar-
pencemar di atasnya seperti pestisida dan pupuk, kemudian mengendapkannya di dalam
danau, telaga, rawa, perairan, pantai dan air bawah tanah (Mulyanto, 2007).
Berubahnya kualitas suatu perairan sangat mempengaruhi kehidupan biota yang
hidup di dasar perairan tersebut. Sehingga perlu dilakukan pemantauan kualitas air
sungai. Pemantauan kualitas air sungai ini dilakukan dengan proses biomonitoring
kualitas air sungai (Mukono, 2006).
Biomonitoring kualitas air adalah upaya pemantauan kualitas air secara biologi
yang dilakukan dengan melihat respon biologis organisme indikator (bioindikator) yang
hidup di dalam air untuk mengontrol dan menilai perubahan kualitas lingkungan secara
berulang. Biomonitoring ini meliputi proses pengumpulan organisme indikator, analisis
fisik dan analisis kimia. Bioindikator adalah spesies atau organisme yang memiliki
toleransi terhadap lingkungan yang sangat terbatas, sehingga dengan kehadiran
organisme indikator ini dapat mengasumsikan keadaan suatu lingkungan, serta
menandakan bahwa keperluan fisik, kimia, dan nutrisi dapat terpenuhi di lingkungan
tersebut (Wright, 2010).
Hewan bioindikator di lingkungan sangat beranekaragam tergantung kepada
fungsinya. Kelompok organisme indikator yang umum digunakan dalam pendugaan
kualitas air terdiri dari plankton, periphyton, makrophyton, nekton, dan makroinvertebrata
akuatik. Namun demikian dari kelima jenis hewan air tersebut, yang paling baik dan
cocok digunakan sebagai indikator biologis dan ekologis adalah dari grup
makroinvertebrata akuatik (Rahayu et al., 2009).
C. Metode
1. Alat
 Jaring surber  Ph meter
 Nampan plastic  Lux meter
 Botol bekas  Turbidy meter
 DO meter  Tali rafia
2. Bahan
 Alcohol
 Air sungai
 Biota sungai
3. Cara Kerja
a. Dilakukan pengamatan untuk faktor abiotic meliputi ph, salinitas, suhu dan DO
b. Diambil sampel makroinvertebrata dengan menggunakan jaring surber
c. Disimpan sampel ke dalam plastik atau botol dan diberi alcohol 5%
d. Dilakukan analisis kualitas air dengan metode Famili Biotik Index (FBI)
e. Diinterpretasikan nilai biotik indeks untuk menentukkan kualitas air dengan
ketentuan :
FAMILI BIOTIK KUALITAS AIR TINGKAT
INDEKS PENCEMARAN
0,00 – 3,75 Sangat baik Tidak terpolusi bahan
organic
3,76 – 4,25 Baik sekali Sedikit terpolusi bahan
organic
4,26 – 5,00 Baik Terpolusi beberapa bahan
organic
5,01 – 5,75 Cukup Terpolusi agak banyak
bahan organic
5,76 – 6,50 Agak buruk Terpolusi banyak
6,51 – 7,25 Buruk Terpolusi sangat banyak
7,26 – 10,00 Buruk sekali Terpolusi berat bahan
organic

D. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan faktor abiotic
No. Indicator Titik 1 Titik 2 Titik 3 Rata-rata
1. Ph 7,37 7,65 7,68 7,5
2. Kecepatan arus 4,8/detik 4/detik 4,4/detik 4,4/detik
3. Turbiditas 44 46 46 45,3
4. Kedalaman 22 cm 15 cm 14 cm 17 cm
5. Insitasitas cahaya 466 x 100
lux
6. DO 2,8 mg/L

Tabel 2. Hasil sampling makroinvertebrata


Kelompok Jumlah udang Toleransi Xn x In Analisis
1-2 19 6 114 258 : 43 = 6
3-4 15 6 90
5-6 4 6 24
7-8 5 6 30
Jumlah 43 258

E. Pembahasan
Praktikum Biomonitoring kualitas air dilakukan di wisata pemandian air panas
Nglimut Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Praktikum dilakukan pada hari ahad, 1
Desember 2019. Berdasarkan hasil pegamatan yang telah dilakukan dapat diketahui
kriteria sungai dengan melihat faktor biotik, yaitu jenis makroinvertebrata dan faktor
abiotik yaitu kadar oksigen, turbiditas, kedalaman, intesnsitas cahaya, ph, dan kecepatan
arus. Adapun hasil pengamatannya adalah rata-rata ph 7,5, kecepatan arus 4,4/detik,
turbiditas 45,3, kedalaman 17 cm, intensitas cahaya 466 x 100 lux dan kadar oksigen
(DO) nya adalah 2,8 mg/L. Sedangakan makaroinvertebrata yang didapatkan adalah
udang yang memiliki nilai toleransi 6.
Toleransi yaitu tanggapan organisme dasar terhadap bahan pencemar. Dengan
nilai toleransi 6, maka dapat diketahui bahwa perairan tersebut memiliki tingkat
pencemaran terpolusi banyak (Rahayu dkk, 2009).
Pemantauan kualitas air dengan menggunakan indikator makrozoobenthos pada
sungai di wisata pemandian air panas Nglimut ditemukan makrozoobenthos, yaitu
anggang-anggang, tapi tidak di ambil sampelnya. Kebanyakan spesies yang ditemukan
berada di permukaan air dan menempel pada bebeatuan di dasar air. Makrozoobenthos itu
snediri merupakan golongan hewan-hewan kecil ukuran tubuh millimeter yang sebagian
besar atau seluruh hidupya berada didasar perairan, yang bergerak lambat atau merayap,
menggali lubang atau menempel. (Warlina, 2004).
Adanya pencemaran lingkungan, maka keanekaragaman spesies akan menurun
dan mata rantai makanannya menjadi lebih sederhana. Makrozoobenthos yang dapat di
jadikan indikator biologis pencemaran sungai dapat di amati dari keanekaragaman spesies
dan laju pertumbuhan spesies. Berdasarkan data pengamatan dari berbagai kelompok
terdapat perbedaan jumlah keanekaragaman spesies antara kelompok satu dengan
kelompok yang lain. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kualitas air disungai tersebut tidak
sama. Keanekaragaman flora dan fauna ekosistem sungai tinggi menandakan kualitas air
tersebut baik atau belum tercemar. Tetapi sebaliknya bila keanekaragaman kecil, sungai
tersebut tercemar atau kotor (Wright, 2010).
Kriteria air pada sungai ini termasuk pada kriteria terpolusi banyak. Hal ini
didasarkan pada penemuan jenis makrozoobenthos. Dan indikator makrozoobenthos,
kondisi perairan dapat dikategorikan menjadi lima kondisi, yaitu : kondisi sangat buruk,
kondisi buruk, kondisi sedang, baik, dan kondisi sangat baik. Pada kondisi sangat baik
ditemukan berbagai macam hewan (Maryono, 2005).
F. Kesimpulan
Kualitas air dapat diketahui dengan indicator makrozoobenthos yang ada pada
perairan tempat pengamatan. Adapun berdasarkan hasil pengamatan terdapat
makrozoobenthos yaitu anggang-anggang yang kebanyakan mengapun di permukan air.
Selain itu juga terdapat bermacam-macam makroinvertebrata salah satunya adalah udang.
Berdasarkan hal tersebut, kondisi perairan di sungai tersebut terbilang masih baik
walaupun banyak terpolusi.

G. Daftar Pustaka
Maryono, A. 2005. Ecological Hydraulics of River Development (Edisi2). Yogyakarta:
Magister Sistem Teknik Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
Mukono. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University
Press.
Mulyanto, H. R. 2007. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahayu, S., Widodo, R. H., Noordjwijk, M. V., Suryadi, I., & Verbist, B. 2009.
Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai Bogor, Indonesia. World Agroforestry
Centre-Southeast Asia Regional Office. 104p.
Tjokrokusumo, S. W. 2006. Bentik Makroinvertebrata sebagai Bioindikator Polusi Lahan
Peraira. Jurnal Hidrosfir, Vol. 1, Nomor 1, 2006, 8-20.
Warlina, Lina. 2004. Pencemaran Air: Sumber, Dampak dan Penanggulangannya.
Makalah Pengantar ke Falsafah Sains. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Wright, Jessica. 2010. Biomonitoring with Aquatic Benthic Macroinvertebrates in
Southern Costa Rica in Support of Community Based Watershed Monitoring.
Canada: York University.
H. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai