BIOSISTEMATIKA CRYPTOGAMAE
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
STEVI G40119056
CHAIRUNISA ANWAR G40120002
ASFIANI G40120007
ANDINI EKA PUTRI G40120014
AREY YESTHY G40120022
JAGAT TRIONO G40120025
YUNIARTI G40120027
NURUL ANNISAH P. G40120037
SITI AISA G40120040
NURFADILAH G40120048
JENNY YULINA BAWOLE G40120061
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
NOVEMBER, 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya yang telah diberikan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan “Laporan
Lapangan Praktikum Cryptogamae” ini. Adapun tujuan disusunnya laporan ini
adalah sebagai syarat untuk memenuhi tugas laporan praktikum Cryptogamae.
Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras kami semata,
melainkan juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya
laporan ini.
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari sempurna. Untuk
itu, kami selaku tim penyusun menerima dengan terbuka semua kritik dan saran
yang membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Kami berharap
semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua.
Kelompok I
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bryophyta mengalami dua fase dalam siklus hidupnya, yaitu fase gematofit
dan sporofit. Fase gametofit adalah lumut yang biasa kita lihat sehari-hari.
Dalam siklus hidupnya, fase gametofit lebih dominan di bandingkan fase
sporofitnya. Hal ini bertolak belakang dengan tumbuhan berpembuluh yang
memiliki fase sporofit lebih dominan dibandingkan dengan merupakan fase
gametofit. Gametofit merupakan lumut yang menghasilkan gamet (sel
1
kelamin). Fase sporofit merupakan lumut yang berada dalam keadaan
menghasilkan spora. Dalam siklus hidupnya, fase gametofit lebih dominan di
bandingkan fase sporofitnya (Ariyanto, 2000).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami
tahapan teknik pengoleksian sampel tumbuhan kriptogam (Cryptogamae), dan
fungsi koleksi spesimen.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang anggotanya telah jelas mempunyai
kormus yaitu tubuhnya dapat dibedakan dengan jelas bagian akar, batang, dan
daun.Tumbuhan paku dapat tumbuh pada habitat yang berbeda. Berdasarkan
tempat hidupnya, tumbuhan paku ditemukan tersebar luas mulai daerah tropis
hingga dekat kutub utara dan selatan. Persebaran tersebut mulai dari hutan primer,
hutan sekunder, alam terbuka, dataran tinggi maupun dataran rendah, lingkungan
yang basah, lembab, rindang, kebun tanaman, hingga pinggir jalan paku dapat
dijumpai (Tjitrosoepomo, 2009).
Morfologi tumbuhan paku adalah rimpang yang tegak, menjalar panjang dan
menjalar pendek. Daun dari tumbuhan paku kebanyakan tunggal (monomorfik)
dan jarang yang dimorfik (Yusna, 2016).
Paku-pakuan mempunyai peranan yang sangat penting dalam ekosistem hutan dan
manusia.Ekosistem hutan, tumbuhan paku-pakuan berperan dalam pembentukan
4
humus dan melindungi tanah dari erosi, sedangkan dalam kehidupan manusia,
tumbuhan paku-pakuan berpotensi sebagai sayur-sayuran, kerajinan tangan,
tanaman hias maupun sebagaibahan obat-obatan tradisional (Rismunandar, 1991).
Bryophyta atau tumbuhan lumut berasal dari bahasa Yunani, yaitu bryonyang
berarti lumut dan phyton yang berarti tumbuhan. Tumbuhan lumut merupakan
kelompok tumbuhan bertalus, artinya tumbuhan yang tidak memiliki akar, batang,
dan daun sejati, serta tidak memiliki pembuluh xylem dan floem. Tumbuhan
lumut mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) dalam siklus hidupnya yang
berupa fase gametofit dan sporofit. Habitat tumbuhan lumut adalah di tempat yang
lembab, misalnya di permukaan batuan dan menempel pada batang pohon atau
epifit (Saptasari, 2010).
5
Tumbuhan lumut berwarna hijau karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang
menghasilkan klorofil a dan b. Lumut bersifat autotrof fotosintetik, tak
berpembuluh, tetapi sudah memiliki batang dan dan yang jelas dapat diamati
meskipun akarnya mash berupa rizoid, maka lumut dianggap sebagai tumbuhan
peralihan antara tumbuhan lumut berkormus dan bertalus, karena memiliki ciri
thallus berupa rizoid dan kormus yang telah menampakkan adanya bagian batang
dan bryophyta tidak memiliki jaringan pengangkut yang diperkuat oleh lignin,
oleh karenanya memiliki profil yang rendah, tingginya hanya 1-2 cm dan yang
paling besar tingginya tidak lebih dari 20 cm. Namun tumbuhan lumut sudah
memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa (Hasanudin, 2015).
Anthocerophyceae disebut juga lumut tanduk, lumut ini hanya memuat beberapa
marga dan memiliki satu ordo saja, yaitu ordo Anthocerophyceae. Habitat
utamanya ditepi danau, tepi sungai atau selokan. Lumut ini memiliki struktur
tubuh seperti lumut hati, perbedaannya terletak pada sporofitnya. Sporogonium
Anthocerophyceae mempunyai susunan dalam yang lebih rumit. Gametofit
mempunyai talus bentuk cakram dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada
tanah dengan perantara rizoid. Sporogonium tidak bertangkai, mempunyai bentuk
seperti buah polongan. Sepanjang poros bujurnya terdapat jaringan yang terdiri
atas deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumela. Kolumela itu diselubungi
oleh jaringan yang kemudian akan menghasilkan spora yang disebut arkespora.
Selain spora arkespora juga menghasilkan sel-sel mandul yang dinamakan elatera.
Anthocerophyceae (Hasanudin, 2015).
Secara ekologi lumut berperan penting dalam ekosistem, terutama pada daerah
hutan hujan tropis lumut berperan dalam menjaga keseimbangan air, siklus hara
dan merupakan habitat penting bagi organisme lain serta dapat dijadikan sebagai
bioindikator karena tumbuhan ini lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan.
Lumut (Bryophyta) juga merupakan tumbuhan perintis yang menjadi pembuka
ruang untuk ditumbuhi tanaman lainnya (Bawaihaty, 2015).
6
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Praktikum lapangan ini dilakukan pada hari Senin, 25 Oktober 2021 sampai
dengan Selasa, 26 Oktober 2021. Bertempat di Desa Mataue, Kecamatan
Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu sasak kayu, alumunium
bergelombang atau kardus bekas berukuran 32 x 42 cm, tali pengikat,
pensil, drawing pen, gunting stek, sekop berukuran kecil, parang atau
belati, dan mistar, wadah plastik berukuran 30 x 20 x 7 cm, botol
semprot, buku lapangan, kamera handphone, GPS dan kain berwarna
hitam dan putih berukuran 100 x 100 cm.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu spiritus, kertas koran,
label atau etiket gantung, map lumut, plastik klip berukuran 23 x 35 cm,
plastik nener, dan kertas kalkir.
7
Setelah selesai pengumpulan sampel dilapangan, sampel koleksi paku
dikeluarkan dari plastik koleksi untuk diambil foto diatas latar hitam
atau putih. Setelah itu sampel koleksi dimasukan didalam lipatan koran.
Seluruh koleksi tumbuhan paku disusun didalam beberapa lipatan
kemudian dimasukan kedalam plastik bening, pastikan tiap koleksi
diberi label gantung. Selanjutnya tumpukan koran yang didalamnya
terdapat koleksi paku dibasahi dengan spritus. Koleksi siap untuk
dibawa ke laboratoium untuk lanjutkan proses pengeringan. Tahapan di
laboratorium yaitu sampel dikeluarkan dari plastik koleksi dan kertas
koran yang basah diganti dengan kertas koran yang baru atau kering.
Sampel yang sudah terbungkus koran diletakan secara berhimpitan di
atas sasak dan setiap 3 spesimen dilapii lagi menggunakan kertas kardus
atau tripleks kemudian diikat menggunakan tali raffia, kemudian
dimasukkan kedalam oven bersuhu 50℃-60℃ selama 2-3 hari hingga
sampel kering merata. Sampel yang telah dikeringkan kemudian
diletakkan diatas kertas bebas asam dengan posisi salah satu daun
dibalik, lalu sampel tumbuhan direkatkan menggunakan perekat pada
bagian daun dan batang. Kemudian label yang telah berisikan informasi
tentang sampel tumbuhan ditempelkan pada bagian sudut kanan bawah.
Setelah selesai proses mounting kemudian spesimen dimasukkan ke
dalam map.
8
selanjtnya dikering anginkan.Kemudian sampel lumut difoto
menggunakan latar hitam atau putih dengan menggunakan skala atau
mistar. Selanjutnya, sampel dimasukkan ke dalam map dan diberi label
informasi pada permukaan atas map. Kumpulan sampel lumut
dimasukkan ke dalam wadah plastik.
9
BAB IV
Koleksi Koordinat
Diplazium 1º30ˈ30,1 ̎ S
1. 01 Athyriaceae 119º40ˈ38,2 ̎ E
esculentum
Nephrolephis 1º27ˈ20,3 ̎ S
3. 03 Nephrolepidaceae
biserrata 119º58ˈ42,4 ̎ E
Microgramma 1º27ˈ05,6 ̎ S
4. 04 Polypodiaceae 119º58ˈ27,7 ̎ E
megalophyta
Aponogeton 1º26ˈ43,8 ̎ S
5. 05 Aponogetonaceae 119º59ˈ38,0 ̎ E
crispus
Aponogeton 1º26ˈ59,2 ̎ S
6. 06 Aponogetonaceae
monostachyos 119º59ˈ21,9 ̎ E
10
NO No Famili Nama Latin Titik
Koleksi Koordinat
1º26ˈ58,4 ̎ S
7. 07 Athyriaceae Athyrium sp.
119º59ˈ21,9 ̎ E
Zealanda 1º26ˈ57,9 ̎ S
8. 08 Polypodiaceae 119º59ˈ19,8 ̎ E
pustulata
1º27ˈ13,6 ̎ S
Nephrolephis
9. 09 Nephrolepidaceae 119º59ˈ20,5 ̎ E
biserrata
Asplenium 1º27ˈ13,7 ̎ S
10. 10 Aspleniaceae 119º59ˈ20,6 ̎ E
longissimum
Nephrolephis 1º27ˈ16,3 ̎ S
11. 11 Nephrolepidaceae 119º59ˈ21,1 ̎ E
biserrata
Bolbitis 1º27ˈ16,4 ̎ S
12. 12 Dryopteridaceae 119º59ˈ21,3 ̎ E
appendiculata
1º27ˈ16,6 ̎ S
13. 13 Cyathaeceae Chathea sp.
119º59ˈ21,2 ̎ E
1º27ˈ16,9 ̎ S
14. 14 Selaginellaceae Selaginella sp.
119º59ˈ22,5 ̎ E
Phymatosorus 1º27ˈ17,0 ̎ S
15. 15 Polypodiaceae 119º59ˈ22,5 ̎ E
nigrescens
11
NO No Famili Nama Latin Titik
Koleksi Koordinat
Dicranopteris 1º27ˈ18,0 ̎ S
16. 16 Gleicheniacecae 119º59ˈ22,2 ̎ E
linearis
Asplenium 1º27ˈ19,8 ̎ S
17. 17 Aspleniaceae
nindus 119º59ˈ23,2 ̎ E
Lygodium 1º27ˈ16,6 ̎ S
18. 18 Lygodiaceae 119º59ˈ25,7 ̎ E
palmatum
Lycopodium 1º27ˈ16,6 ̎ S
19. 19 Lycopodiaceae 119º59ˈ25,7 ̎ E
cernuum
Pyrrosia 1º27ˈ12,6 ̎ S
20. 20 Polypodiaceae 119º59ˈ26,8 ̎ E
longifolia
Koleksi Koordinat
Fissidens 1º26ˈ57,3 ̎ S
12
NO No Famili Nama Latin Titik
Koleksi Koordinat
Marchantia 1º26ˈ57,0 ̎ S
3. 03 Marchantiaceae 119º59ˈ19,3 ̎ E
acaulis
1º26ˈ57,4 ̎ S
4. 04 Notothyladaceae Phaeoceros laevis
119º59ˈ19,1 ̎ E
Ectropothecium 1º26ˈ19,5 ̎ S
5. 05 Hypnaceae
falciforme 119º59ˈ22,8 ̎ E
Ectropothecium 1º26ˈ18,8 ̎ S
6. 06 Hypnaceae 119º59ˈ23,0 ̎ E
falciforme
Fissidens 1º26ˈ17,9 ̎ S
7. 07 Fissidentaceae
intromarginatulus 119º59ˈ25,5 ̎ E
Selaginella 1º26ˈ12,8 ̎ S
8. 08 Selaginellaceae
ruprestis 119º59ˈ27,1 ̎ E
13
4.2 Deskripsi
Nomor koleksi 01
Nomor koleksi 02
14
Nomor koleksi 03
Nomor koleksi 04
Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 04 yaitu epifit. Bentuk atau
perawakannya tumbuh batang tegak lurus, panjang tangkai daun 3 cm,
berdaun tunggal, warna daun hijau, warna spora orange, letak duduk
spora dibawah daun.
Nomor koleksi 05
15
Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 05 yaitu epifit. Bentuk atau
perawakannya tumbuh batang tegak lurus, panjang tangkai daun 0,2
cm, berdaun tunggal, warna daun hijau, warna spora orange, letak
duduk spora diujung daun.
Nomor koleksi 06
Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 05 yaitu epifit. Bentuk atau
perawakannya tumbuh batang tegak lurus, panjang tangkai daun 0,1
cm, berdaun tunggal, warna daun hijau, warna spora coklat, letak
duduk spora dibelakang daun (sorus).
Nomor koleksi 07
16
Nomor koleksi 08
Nomor koleksi 09
Nomor koleksi 10
17
Nomor koleksi 11
Nomor koleksi 12
Nomor koleksi 13
18
Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 13 yaitu terrestrial.
Bentuk atau perawakannya tumbuh batang tegak lurus, panjang
tangkai daun 0,1 cm, berdaun tunggal, warna daun hijau, sporangia
berwarna hitam menutupi hampir seluruh permukaan bawah daun
(satu baris pada tepi bagian bawah daun).
Nomor koleksi 14
Nomor koleksi 15
19
Nomor koleksi 16
Nomor koleksi 17
Nomor koleksi 18
20
Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 18 yaitu epifit. Bentuk atau
perawakannya tumbuh batang menjalar, panjang tangkai daun 3-10
cm, berdaun majemuk, warna daun hijau, warna sporangium
kecoklatan, letak duduk sporangium adalah ditepi daun.
Nomor koleksi 19
Nomor koleksi 20
Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 12 yaitu epifit. Bentuk atau
perawakannya tumbuh batang tegak lurus menggantung, panjang
tangkai daun 8 cm, berdaun majemuk, warna daun hijau, warna
sporangium kecoklatan, letak duduk sporangium adalah ditepi daun.
21
4.2.1 Lumut (Bryophyta)
Nomor koleksi 01
Nomor koleksi 02
Nomor koleksi 03
22
Habitat dari tumbuhan lumut nomor koleksi 03 yaitu epifit. Bentuk
atau perawakannya pipih, warna daun hijau, duduk daunnya
menumpuh bebas.
Nomor koleksi 04
Nomor koleksi 05
23
Nomor koleksi 06
Nomor koleksi 07
Nomor koleksi 08
24
Habitat dari tumbuhan lumut nomor koleksi 04 yaitu epifit. Bentuk
atau perawakannya pipih, warna daun hijau, memiliki kapsul kaliptra
tudung sporangium, duduk daunnya berhadapan.
4.3 Pembahasan
25
Nomor koleksi 03 (Nephrolephisbiserrata)
Nephrolephisbiserrata, famili Nephrolepidaceae, habitat tanah
(terrestrial), bentuk akar serabut, arah tumbuh batang tegak lurus
(erectus), tinggi atau panjang 57 cm, bentuk tangkai daun bulat (teres),
permukaan tangkai daun licin (laevis),ptangkai daun 0,1 cm, warna
tangkai duan coklat, berdaun tunggal, bangun daun memanjang
(oblongus), permukaan daun licin (laevis), ujung daun runcing (acutus),
pangkal daun rompang (truncatus), tepi daun bergerigi (serratus),
pertulangan daun menyirip (penninervis), ukuran daun P= 1,5 cm dan
L= 7 cm, warna daun hiijau, warna spora coklat, letak duduk spora
sejajar dengan pertulangan daun dan terletak ditepi daun, ketinggian
606 mdpl.
26
meruncing (acuminatus) tepi daun bergelombang, pertulangaan daun
menyirip (penninervis), ukuran daun P= 7 cm dan L= 25 cm, warna
spora orange, letak duduk spora diujung daun, ketinggian 608 mdpl.
27
(acuminatus), tepi daun rata (integer), ukuran daun 12-25 cm, warna
spora cokelat, sporangium terletak dibagian bawah daun dan.
Ketinggian 610 mdpl.
28
bentuk tangkai bulat, permukaan tangkai daun mengkilap, warna
tangkai daun hitam berambut coklat, bangun daun ental pinnate,
permukaan daun licin, ujung daun meruncing (acuminates), pangkal
daun membulat (orbiculans) tepi daun bergerigi, pertulangan daun
menyirip, sporangia berwarna cokelat tua sampai hitam menutupi
hampir seluruh permukaan bawah daun. Ketinggian 611 mdpl.
29
orange, letak duduk sporangium sejajar dengan pertulangan daun,
ketinggian 619 mdpl.
30
majemuk, bangun daunnya menjari, permukaan daunnya licin, ujung
daun meruncing, pangkal daun membulat, tepi daun rata, pertulangan
daun menjari, warna daun hijau, warna sporangium kecoklatan, letak
duduk sporangium adalah ditepi daun, ketinggian 644 mdpl.
31
4.3.2 Lumut (Bryophyta)
32
1,5 cm, memiliki kapsul kaliptra tudung sporangium. Duduk daunnya
menumpuh bebas.
33
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari praktikum lapangan yang telah dilakukan
yaitu agar dapat menyiapkan alat dan bahan dengan sebaik-baiknya sehingga
dapat memperlancar proses pengambilan sampel.
34
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, M. (2006). Biologi X untuk SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Septiani, Jupriadi, Lola Sutra Islami Arwin, Ayu Resti Andrea Suri, Dinda
Fadhilah Belahusna, Annisha Fajria. (2018). Laporan Praktikum Teknik
Biologi Laboratorium Dan Lapangan. Metode Pengoleksian Hewan Dan
Tumbuhan. Padang: Biologi FMIPA, Universitas Andalas.
35
Windadri, F. I. (2017). Lumut (Musci) di kawasan Cagar Alam Kakenauwe dan
Suaka Margasatwa Lambusango. Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Jurnal
Biodiversitas. 8 (3) : 197-203.
36
LAMPIRAN
37
LEMBAR ASISTENSI
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : SITI RAHMA
LISMAWATI PATANDUNG
2. 09/11/2021 Perbaiki
3.
4.
38