Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN LAPANGAN

BIOSISTEMATIKA CRYPTOGAMAE

PENGOLEKSIAN PTERIDOPHYTA DAN BRYOPHYTA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I

STEVI G40119056
CHAIRUNISA ANWAR G40120002
ASFIANI G40120007
ANDINI EKA PUTRI G40120014
AREY YESTHY G40120022
JAGAT TRIONO G40120025
YUNIARTI G40120027
NURUL ANNISAH P. G40120037
SITI AISA G40120040
NURFADILAH G40120048
JENNY YULINA BAWOLE G40120061

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

NOVEMBER, 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya yang telah diberikan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan “Laporan
Lapangan Praktikum Cryptogamae” ini. Adapun tujuan disusunnya laporan ini
adalah sebagai syarat untuk memenuhi tugas laporan praktikum Cryptogamae.

Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras kami semata,
melainkan juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya
laporan ini.

Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari sempurna. Untuk
itu, kami selaku tim penyusun menerima dengan terbuka semua kritik dan saran
yang membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Kami berharap
semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua.

Palu, 04 November 2021

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 3
BAB III METODE PRAKTIKUM ............................................................ 7
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................ 7
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................. 7
3.3 Prosedur Kerja .................................................................................. 7
3.3.1 Tumbuhan Paku .................................................................... 7
3.3.2 Tumbuhan Lumut ................................................................. 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 10
4.1 Hasil Pengamatan .............................................................................. 10
4.1.1 Paku (Pteridophyta) .............................................................. 10
4.1.2 Lumut (Bryophyta) ............................................................... 12
4.2 Deskripsi ........................................................................................... 14
4.2.1 Deskripsi Paku ....................................................................... 14
4.2.2 Deskripsi Lumut ................................................................... 22
4.3 Pembahasan ...................................................................................... 25
4.3.1 Paku (Pteridophyta) ............................................................... 25
4.3.2 Lumut (Bryophyta) ................................................................ 32
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 34
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 34
5.2 Saran ................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 35
LAMPIRAN ................................................................................................ 37
LEMBAR ASISTENSI .............................................................................. 38

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongan tumbuhan


yang hampir dapat dijumpai pada setiap wilayah di Indonesia. Tumbuhan paku
dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya telah jelas mempunyai
kormus dan dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok yaitu akar, batang, dan
daun (Gunawan, 2004).

Tumbuhan paku umum dijumpai ditempat lembab, menempel pada tumbuhan


lain dan sporofit bahkan hidup di air. Tumbuhan paku beberapa di antaranya
dijadikan sebagai tanaman hias. Bahkan ada penggemar tanaman yang
mengoleksi tumbuhan paku beraneka jenis yang diperoleh dari tempat yang
berbeda-beda tumbuhan paku merupakan tumbuhan berpembuluh yang tidak
berbiji, memiliki susunan tubuh khas yang membedakannya dengan tumbuhan
yang lain (Moch Anshori, 2006).

Tumbuhan lumut (Bryophyta) merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah


yang hidup di lingkungan lembab. Habitat lumut secara umum terdapat pada
batang pohon, kayu lapuk, batuan dan tanah. Tumbuhan lumut merupakan
tumbuhan yang penting sebagaiperintis di tanah-tanah yang gundul, seperti
lumut hati yang pada umumnya memainkan peran kecil sebagai pengisi
vegetasi yang tinggi (Saptasari, 2010).

Bryophyta mengalami dua fase dalam siklus hidupnya, yaitu fase gematofit
dan sporofit. Fase gametofit adalah lumut yang biasa kita lihat sehari-hari.
Dalam siklus hidupnya, fase gametofit lebih dominan di bandingkan fase
sporofitnya. Hal ini bertolak belakang dengan tumbuhan berpembuluh yang
memiliki fase sporofit lebih dominan dibandingkan dengan merupakan fase
gametofit. Gametofit merupakan lumut yang menghasilkan gamet (sel

1
kelamin). Fase sporofit merupakan lumut yang berada dalam keadaan
menghasilkan spora. Dalam siklus hidupnya, fase gametofit lebih dominan di
bandingkan fase sporofitnya (Ariyanto, 2000).

Berdasarkan uraian di atas maka yang melatarbelakangi dilakukannya


praktikum ini yaitu untuk dapat mengetahui dan memahami tahapan teknik
pengoleksian sampel tumbuhan kriptogam (cryptogamae), dan fungsi koleksi
spesimen.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami
tahapan teknik pengoleksian sampel tumbuhan kriptogam (Cryptogamae), dan
fungsi koleksi spesimen.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Taman Nasional Lore Lindu merupakan salah satu kawasan konservasi di


Indonesia dan juga sebagai tempat perlindungan keanekaragaman hayati di
Sulawesi Tengah. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya,
menyatakan bahwa Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang
mempunyai ekosistem asli dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan
untuk tujuan penelitian, pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya, pariwisata
dan rekreasi (Febriliani, 2013).

Cryptogamae merupakan kelompok tumbuhan rendah yang berasal dari kata


cryptos berarti tersembunyi dan gamein yang berarti kawin, dengan kata lain
cryptogamae merupakan tumbuhan yang tidak menghasilkan biji. Tumbuhan ini
menggunakan spora sebagai alat perkembangbiakan. Organ tubuh pada tumbuhan
ini belum sempurna (berupa thalus), namun demikian ada yang sudah dibedakan
antara akar, batang dan daun, yaitu pada tumbuhan paku-pakuan (Pteridophyta)
(Widjaja, 2014).

Metode pengoleksian tumbuhan adalah suatu metode yang digunakan untuk


mengumpulkan atau mengambil spesimen. Spesimen merupakan tumbuhan yang
diambil langsung dari lapangan untuk dikoleksi. Spesimen adalah contoh
tumbuhan yang dikumpulkan dan disimpan untuk jangka waktu tertentu.
Suhardjono (1999), metode yang digunakan untuk pengoleksian tumbuhan dibagi
menjadi dua yaitu metode aktif dan metode pasif. Metode aktif yaitu suatu metode
yang digunakan dalam pengambilan sampel tumbuhan secara langsung,
sedangkan metode pasif yaitu suatu metode yang digunakan dalam pengambilan
tumbuhan dengan menggunakan alat. Tujuan metode pengoleksian tumbuhan
adalah untuk menyimpan spesimen yang didapat sebagai bahan penelitian dan
pengawetan morfologi suatu objek agar bertahan dalam waktu yang lama tanpa
mengubah bentuk objek tersebut (Septiani, 2018).

3
Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang anggotanya telah jelas mempunyai
kormus yaitu tubuhnya dapat dibedakan dengan jelas bagian akar, batang, dan
daun.Tumbuhan paku dapat tumbuh pada habitat yang berbeda. Berdasarkan
tempat hidupnya, tumbuhan paku ditemukan tersebar luas mulai daerah tropis
hingga dekat kutub utara dan selatan. Persebaran tersebut mulai dari hutan primer,
hutan sekunder, alam terbuka, dataran tinggi maupun dataran rendah, lingkungan
yang basah, lembab, rindang, kebun tanaman, hingga pinggir jalan paku dapat
dijumpai (Tjitrosoepomo, 2009).

Morfologi tumbuhan paku adalah rimpang yang tegak, menjalar panjang dan
menjalar pendek. Daun dari tumbuhan paku kebanyakan tunggal (monomorfik)
dan jarang yang dimorfik (Yusna, 2016).

Batang Pteridophyta bercabang-cabang menggarpu (dikotom) atau jika


membentuk cabang-cabang ke samping, cabang-cabang baru tidak pernah keluar
dari ketiak daun. Batang Pteridophyta terdapat banyak daun yang dapat tumbuh
terus hingga waktu lama. Batang spesies paku kebanyakan berada di bawah tanah
atau merayap. Daun merupakan bagian yang paling menonjol dari sebatang paku.
Tangkai ental (daun) disebut tangkai (stipe) untuk membedakan dengan tangkai
yang dimiliki oleh tumbuhan lain. Tangkai paku-pakuan biasanya bersisik atau
berbulu datar atau memanjang. Bentuk dan warna sisik atau bulu berguna untuk
membedakan berbagai macam paku. Bagian pipih ental dinamakan lamina, ada
yang berbentuk tunggal atau terbagi menjadi beberapa atau banyak anak daun
yang terpisah (Komaria, 2015).

Akar tumbuhan paku umumnya mempunyai akar adventif. Akarnya tumbuh


secara horizontal di permukaan tanah atau di bawah tanah. Paku epifit rimpang
memanjat pada cabang atau batang pohon. Akar yang keluar pertama tidak
dominan melainkan disusul oleh akar lain yang semuanya muncul dari batang
(Tjitrosoepomo, 2009).

Paku-pakuan mempunyai peranan yang sangat penting dalam ekosistem hutan dan
manusia.Ekosistem hutan, tumbuhan paku-pakuan berperan dalam pembentukan

4
humus dan melindungi tanah dari erosi, sedangkan dalam kehidupan manusia,
tumbuhan paku-pakuan berpotensi sebagai sayur-sayuran, kerajinan tangan,
tanaman hias maupun sebagaibahan obat-obatan tradisional (Rismunandar, 1991).

Bryophyta atau tumbuhan lumut berasal dari bahasa Yunani, yaitu bryonyang
berarti lumut dan phyton yang berarti tumbuhan. Tumbuhan lumut merupakan
kelompok tumbuhan bertalus, artinya tumbuhan yang tidak memiliki akar, batang,
dan daun sejati, serta tidak memiliki pembuluh xylem dan floem. Tumbuhan
lumut mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) dalam siklus hidupnya yang
berupa fase gametofit dan sporofit. Habitat tumbuhan lumut adalah di tempat yang
lembab, misalnya di permukaan batuan dan menempel pada batang pohon atau
epifit (Saptasari, 2010).

Lumut (Bryophyta) merupakan kelompok tumbuhan tingkat rendah yang tumbuh


meluas di daratan. Lumut sejatinya tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada
substrat (batu, pohon, kayu, dan tanah). Kehidupan lumut dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti suhu, kelembaban dan cahaya. Perbedaan toleransi tiap spesies
tumbuhan lumut terhadap faktor lingkungan akan berpengaruh terhadap tingkat
adaptasi, komposisi jenis, dan distribusi tumbuhan lumut (Windadri, 2017).

Bryophyta bereproduksi secara aseksual dan secara seksual.Reproduksi secara


aseksual terjadi melalui pembentukan spora. Spora ini di hasilkan dari sporangium
(kotak spora) melalui pembelahan secara meiosis. Spora yang dihasilkan adalah
spora haploid (n) spora ini kemudian akan tumbuh menjadi protonema. Adapun
reproduksi secara seksual bryophyta, yaitu dengan cara penyatuan gamet betina
yang dihasilkan arkegonia berupa sel telur dan gamet jantan yang dihasilkan oleh
antheridia berupa sperma. Sperma bergerak menuju sel telur di arkrgonia dengan
perantara air.Pertemuan sel telur dan sperma menyebabkan terjadinya fertilasi
yang menghasilkan zigot. Zigot membelah nsecara mitosis menjadi
protonema.Protonema terus berkembang menjadi sporofit yang diploid (2n)
(Soeratman, 1999).

5
Tumbuhan lumut berwarna hijau karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang
menghasilkan klorofil a dan b. Lumut bersifat autotrof fotosintetik, tak
berpembuluh, tetapi sudah memiliki batang dan dan yang jelas dapat diamati
meskipun akarnya mash berupa rizoid, maka lumut dianggap sebagai tumbuhan
peralihan antara tumbuhan lumut berkormus dan bertalus, karena memiliki ciri
thallus berupa rizoid dan kormus yang telah menampakkan adanya bagian batang
dan bryophyta tidak memiliki jaringan pengangkut yang diperkuat oleh lignin,
oleh karenanya memiliki profil yang rendah, tingginya hanya 1-2 cm dan yang
paling besar tingginya tidak lebih dari 20 cm. Namun tumbuhan lumut sudah
memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa (Hasanudin, 2015).

Anthocerophyceae disebut juga lumut tanduk, lumut ini hanya memuat beberapa
marga dan memiliki satu ordo saja, yaitu ordo Anthocerophyceae. Habitat
utamanya ditepi danau, tepi sungai atau selokan. Lumut ini memiliki struktur
tubuh seperti lumut hati, perbedaannya terletak pada sporofitnya. Sporogonium
Anthocerophyceae mempunyai susunan dalam yang lebih rumit. Gametofit
mempunyai talus bentuk cakram dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada
tanah dengan perantara rizoid. Sporogonium tidak bertangkai, mempunyai bentuk
seperti buah polongan. Sepanjang poros bujurnya terdapat jaringan yang terdiri
atas deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumela. Kolumela itu diselubungi
oleh jaringan yang kemudian akan menghasilkan spora yang disebut arkespora.
Selain spora arkespora juga menghasilkan sel-sel mandul yang dinamakan elatera.
Anthocerophyceae (Hasanudin, 2015).

Secara ekologi lumut berperan penting dalam ekosistem, terutama pada daerah
hutan hujan tropis lumut berperan dalam menjaga keseimbangan air, siklus hara
dan merupakan habitat penting bagi organisme lain serta dapat dijadikan sebagai
bioindikator karena tumbuhan ini lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan.
Lumut (Bryophyta) juga merupakan tumbuhan perintis yang menjadi pembuka
ruang untuk ditumbuhi tanaman lainnya (Bawaihaty, 2015).

6
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum lapangan ini dilakukan pada hari Senin, 25 Oktober 2021 sampai
dengan Selasa, 26 Oktober 2021. Bertempat di Desa Mataue, Kecamatan
Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu sasak kayu, alumunium
bergelombang atau kardus bekas berukuran 32 x 42 cm, tali pengikat,
pensil, drawing pen, gunting stek, sekop berukuran kecil, parang atau
belati, dan mistar, wadah plastik berukuran 30 x 20 x 7 cm, botol
semprot, buku lapangan, kamera handphone, GPS dan kain berwarna
hitam dan putih berukuran 100 x 100 cm.

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu spiritus, kertas koran,
label atau etiket gantung, map lumut, plastik klip berukuran 23 x 35 cm,
plastik nener, dan kertas kalkir.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Tumbuhan Paku


Pengoleksian sampel tumbuhan paku dilakukan dengan cara diambil
seluruh bagian atau di potong agian daun berspora. Kemudian dicatat
informasi koleksi tumbuhan paku: nomor koleksi, nama kolektor,
tanggal pengoleksian, warna, substrat (di atas tanah, batu, pohon, dll)
dan koleksi di dokumentasikan. Selanjutnya koleksi tumbuhan paku di
beri label gantung kemudian dimasukan kedalam plastik koleksi.

7
Setelah selesai pengumpulan sampel dilapangan, sampel koleksi paku
dikeluarkan dari plastik koleksi untuk diambil foto diatas latar hitam
atau putih. Setelah itu sampel koleksi dimasukan didalam lipatan koran.
Seluruh koleksi tumbuhan paku disusun didalam beberapa lipatan
kemudian dimasukan kedalam plastik bening, pastikan tiap koleksi
diberi label gantung. Selanjutnya tumpukan koran yang didalamnya
terdapat koleksi paku dibasahi dengan spritus. Koleksi siap untuk
dibawa ke laboratoium untuk lanjutkan proses pengeringan. Tahapan di
laboratorium yaitu sampel dikeluarkan dari plastik koleksi dan kertas
koran yang basah diganti dengan kertas koran yang baru atau kering.
Sampel yang sudah terbungkus koran diletakan secara berhimpitan di
atas sasak dan setiap 3 spesimen dilapii lagi menggunakan kertas kardus
atau tripleks kemudian diikat menggunakan tali raffia, kemudian
dimasukkan kedalam oven bersuhu 50℃-60℃ selama 2-3 hari hingga
sampel kering merata. Sampel yang telah dikeringkan kemudian
diletakkan diatas kertas bebas asam dengan posisi salah satu daun
dibalik, lalu sampel tumbuhan direkatkan menggunakan perekat pada
bagian daun dan batang. Kemudian label yang telah berisikan informasi
tentang sampel tumbuhan ditempelkan pada bagian sudut kanan bawah.
Setelah selesai proses mounting kemudian spesimen dimasukkan ke
dalam map.

3.3.2 Tumbuhan Lumut


Ditentukan tempat pengambilan sampel lumut berdasarkan kondisi
lingkungan. Dicatat informasi koleksi lumut: nomor koleksi, nama
kolektor, tanggal pengoleksian, warna, substrat (di atas tanah, batu,
pohon, dll) dan koleksi didokumentasikan kemudian diambil sampel
lumut yang kondisinya baik (tidak cacat atau rusak), selanjutnya sampel
lumut dan substrat lumut diambil kurang lebih satu genggam tangan
atau satu skop kecil, kemudian dimasukkan ke dalam plastik klip.
Setelah selesai pengumpulan sampel dilapangan, sampel lumut
dikeluarkan dari kantong plastik, selanjutnya sampel dibersihkan,

8
selanjtnya dikering anginkan.Kemudian sampel lumut difoto
menggunakan latar hitam atau putih dengan menggunakan skala atau
mistar. Selanjutnya, sampel dimasukkan ke dalam map dan diberi label
informasi pada permukaan atas map. Kumpulan sampel lumut
dimasukkan ke dalam wadah plastik.

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini yaitu:

4.1.1 Paku (Pterydophyta)

NO No Famili Nama Latin Titik

Koleksi Koordinat

Diplazium 1º30ˈ30,1 ̎ S
1. 01 Athyriaceae 119º40ˈ38,2 ̎ E
esculentum

Athyrium filix- 1º31ˈ23,6 ̎ S


2. 02 Athyriaceae 119º58ˈ54,2 ̎ E
femina

Nephrolephis 1º27ˈ20,3 ̎ S
3. 03 Nephrolepidaceae
biserrata 119º58ˈ42,4 ̎ E

Microgramma 1º27ˈ05,6 ̎ S
4. 04 Polypodiaceae 119º58ˈ27,7 ̎ E
megalophyta

Aponogeton 1º26ˈ43,8 ̎ S
5. 05 Aponogetonaceae 119º59ˈ38,0 ̎ E
crispus

Aponogeton 1º26ˈ59,2 ̎ S
6. 06 Aponogetonaceae
monostachyos 119º59ˈ21,9 ̎ E

10
NO No Famili Nama Latin Titik

Koleksi Koordinat

1º26ˈ58,4 ̎ S
7. 07 Athyriaceae Athyrium sp.
119º59ˈ21,9 ̎ E

Zealanda 1º26ˈ57,9 ̎ S
8. 08 Polypodiaceae 119º59ˈ19,8 ̎ E
pustulata

1º27ˈ13,6 ̎ S
Nephrolephis
9. 09 Nephrolepidaceae 119º59ˈ20,5 ̎ E
biserrata

Asplenium 1º27ˈ13,7 ̎ S
10. 10 Aspleniaceae 119º59ˈ20,6 ̎ E
longissimum

Nephrolephis 1º27ˈ16,3 ̎ S
11. 11 Nephrolepidaceae 119º59ˈ21,1 ̎ E
biserrata

Bolbitis 1º27ˈ16,4 ̎ S
12. 12 Dryopteridaceae 119º59ˈ21,3 ̎ E
appendiculata

1º27ˈ16,6 ̎ S
13. 13 Cyathaeceae Chathea sp.
119º59ˈ21,2 ̎ E

1º27ˈ16,9 ̎ S
14. 14 Selaginellaceae Selaginella sp.
119º59ˈ22,5 ̎ E

Phymatosorus 1º27ˈ17,0 ̎ S
15. 15 Polypodiaceae 119º59ˈ22,5 ̎ E
nigrescens

11
NO No Famili Nama Latin Titik

Koleksi Koordinat

Dicranopteris 1º27ˈ18,0 ̎ S
16. 16 Gleicheniacecae 119º59ˈ22,2 ̎ E
linearis

Asplenium 1º27ˈ19,8 ̎ S
17. 17 Aspleniaceae
nindus 119º59ˈ23,2 ̎ E

Lygodium 1º27ˈ16,6 ̎ S
18. 18 Lygodiaceae 119º59ˈ25,7 ̎ E
palmatum

Lycopodium 1º27ˈ16,6 ̎ S
19. 19 Lycopodiaceae 119º59ˈ25,7 ̎ E
cernuum

Pyrrosia 1º27ˈ12,6 ̎ S
20. 20 Polypodiaceae 119º59ˈ26,8 ̎ E
longifolia

4.1.2 Lumut (Bryophyta)

NO No Famili Nama Latin Titik

Koleksi Koordinat

Fissidens 1º26ˈ57,3 ̎ S

1. 01 Fissidentaceae intromarginatulus 119º59ˈ19,2 ̎ E

Sphagnum sp. 1º26ˈ57,4 ̎ S


2. 02 Sphagnaceae
119º59ˈ19,0 ̎ E

12
NO No Famili Nama Latin Titik

Koleksi Koordinat

Marchantia 1º26ˈ57,0 ̎ S
3. 03 Marchantiaceae 119º59ˈ19,3 ̎ E
acaulis

1º26ˈ57,4 ̎ S
4. 04 Notothyladaceae Phaeoceros laevis
119º59ˈ19,1 ̎ E

Ectropothecium 1º26ˈ19,5 ̎ S
5. 05 Hypnaceae
falciforme 119º59ˈ22,8 ̎ E

Ectropothecium 1º26ˈ18,8 ̎ S
6. 06 Hypnaceae 119º59ˈ23,0 ̎ E
falciforme

Fissidens 1º26ˈ17,9 ̎ S
7. 07 Fissidentaceae
intromarginatulus 119º59ˈ25,5 ̎ E

Selaginella 1º26ˈ12,8 ̎ S
8. 08 Selaginellaceae
ruprestis 119º59ˈ27,1 ̎ E

13
4.2 Deskripsi

4.2.1 Paku (Pteridophyta)

Nomor koleksi 01

Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 01 yaitu terrestrial.


Bentuk atau perawakannya tumbuh batang tegak lurus, panjang
tangkai daun 0,1 cm, berdaun majemuk, warna daun hijau, warna
spora putih, letak duduk spora sejajar dengan pertulangan daun dan
terletak ditepi daun.

Nomor koleksi 02

Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 02 yaitu terrestrial.


Bentuk atau perawakannya tumbuh batang tegak lurus, panjang
tangkai daun 0,1 cm, berdaun tunggal, warna daun hijau, warna spora
cokelat, letak duduk spora dibawah daun sejajar dengan pertulangan
daun.

14
Nomor koleksi 03

Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 03 yaitu terrestrial.


Bentuk atau perawakannya tumbuh batang tegak lurus, panjang
tangkai daun 0,1 cm, berdaun tunggal, warna daun hijau, warna spora
cokelat, letak duduk spora sejajar dengan pertulangan daun dan
terletak ditepi daun.

Nomor koleksi 04

Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 04 yaitu epifit. Bentuk atau
perawakannya tumbuh batang tegak lurus, panjang tangkai daun 3 cm,
berdaun tunggal, warna daun hijau, warna spora orange, letak duduk
spora dibawah daun.

Nomor koleksi 05

15
Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 05 yaitu epifit. Bentuk atau
perawakannya tumbuh batang tegak lurus, panjang tangkai daun 0,2
cm, berdaun tunggal, warna daun hijau, warna spora orange, letak
duduk spora diujung daun.

Nomor koleksi 06

Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 05 yaitu epifit. Bentuk atau
perawakannya tumbuh batang tegak lurus, panjang tangkai daun 0,1
cm, berdaun tunggal, warna daun hijau, warna spora coklat, letak
duduk spora dibelakang daun (sorus).

Nomor koleksi 07

Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 07 yaitu terrestrial.


Bentuk atau perawakannya tumbuh batang tegak lurus, panjang
tangkai daun 0,1 cm, berdaun tunggal, warna daun hijau, warna
sporangium hitam, letak duduk spora sejajar dengan tepi daun.

16
Nomor koleksi 08

Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 08 yaitu terrestrial.


Bentuk atau perawakannya tumbuh batang tegak lurus, panjang
tangkai daun 0,1 cm, berdaun tunggal, warna daun hijau, warna spora
cokelat, letak duduk spora sejajar dengan tepi daun.

Nomor koleksi 09

Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 09 yaitu terrestrial.


Bentuk atau perawakannya tumbuh batang tegak lurus, panjang
tangkai daun 0,1 cm, berdaun tunggal, warna daun hijau, warna spora
hijau, sporangium tersusun satu baris memanjang di tepi daun.

Nomor koleksi 10

Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 10 yaitu terrestrial.


Bentuk atau perawakannya tumbuh batang tegak lurus, panjang
tangkai daun 0,2 cm, berdaun tunggal, warna daun hijau, warna spora
putih, sporangium tersusun pada tepi daun.

17
Nomor koleksi 11

Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 11 yaitu terrestrial.


Bentuk atau perawakannya tumbuh batang tegak lurus, panjang
tangkai daun 0,1 cm, berdaun tunggal, warna daun hijau, warna spora
hijau keputihan, sporangium tersusun satu baris memanjang di tepi
daun.

Nomor koleksi 12

Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 12 yaitu terrestrial.


Bentuk atau perawakannya tumbuh batang tegak lurus, panjang
tangkai daun 0,1 cm, berdaun tunggal, warna daun hijau, sporangia
berwarna cokelat tua sampai hitam menutupi hampir seluruh
permukaan bawah daun.

Nomor koleksi 13

18
Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 13 yaitu terrestrial.
Bentuk atau perawakannya tumbuh batang tegak lurus, panjang
tangkai daun 0,1 cm, berdaun tunggal, warna daun hijau, sporangia
berwarna hitam menutupi hampir seluruh permukaan bawah daun
(satu baris pada tepi bagian bawah daun).

Nomor koleksi 14

Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 14 yaitu terrestrial.


Bentuk atau perawakannya tumbuh batang tegak lurus, panjang
tangkai daun 1 cm, berdaun tunggal, warna daun hijau, strobilus
berbentuk kerucut di ujung percabangan. Spora berwarna coklat dan
berbentuk bulat diketiak daun.

Nomor koleksi 15

Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 15 yaitu terrestrial.


Bentuk atau perawakannya tumbuh batang tegak lurus, panjang
tangkai daun 0,1 cm, berdaun tunggal, warna daun hijau, warna
sporangium orange, letak duduk sporangium sejajar dengan
pertulangan daun.

19
Nomor koleksi 16

Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 16 yaitu terrestrial.


Bentuk atau perawakannya tumbuh batang menggantung, panjang
tangkai daun 7,5 cm, berdaun majemuk, warna daun hijau, warna
spora hijau muda, letak duduk spora tersebar.

Nomor koleksi 17

Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 17 yaitu terrestrial.


Bentuk atau perawakannya tumbuh batang tegak lurus, panjang
tangkai daun 4,5 cm, berdaun tunggal, warna daun hijau, warna
sporangium coklat, letak duduk sporangium memanjang terletak di
pertulangan daun.

Nomor koleksi 18

20
Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 18 yaitu epifit. Bentuk atau
perawakannya tumbuh batang menjalar, panjang tangkai daun 3-10
cm, berdaun majemuk, warna daun hijau, warna sporangium
kecoklatan, letak duduk sporangium adalah ditepi daun.

Nomor koleksi 19

Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 12 yaitu terrestrial.


Bentuk atau perawakannya tumbuh batang tegak berbaring, berdaun
majemuk, warna daun hijau, warna sporangium kecoklatan, letak
duduk sporangium adalah ditepi daun.

Nomor koleksi 20

Habitat dari tumbuhan paku nomor koleksi 12 yaitu epifit. Bentuk atau
perawakannya tumbuh batang tegak lurus menggantung, panjang
tangkai daun 8 cm, berdaun majemuk, warna daun hijau, warna
sporangium kecoklatan, letak duduk sporangium adalah ditepi daun.

21
4.2.1 Lumut (Bryophyta)

Nomor koleksi 01

Habitat dari tumbuhan lumut nomor koleksi 01 yaitu drainase


(terrestrial). Bentuk atau perawakannya menyerupai hamparan tipis
yang berkelompok, bentuk daun lembaran yang tersusun spiral, warna
daun hijau, memiliki kapsul kaliptra tudung sporangium, warna
sporangium kecoklatan.

Nomor koleksi 02

Habitat dari tumbuhan lumut nomor koleksi 02 yaitu epifit. Bentuk


atau perawakannya belum dapat diidentifikasi disebabkan daun dari
sampel ini sangat kecil.

Nomor koleksi 03

22
Habitat dari tumbuhan lumut nomor koleksi 03 yaitu epifit. Bentuk
atau perawakannya pipih, warna daun hijau, duduk daunnya
menumpuh bebas.

Nomor koleksi 04

Habitat dari tumbuhan lumut nomor koleksi 04 yaitu terrestrial.


Bentuk atau perawakannya pipih, warna daun hijau, memiliki kapsul
kaliptra tudung sporangium, duduk daunnya menumpuh bebas.

Nomor koleksi 05

Habitat dari tumbuhan lumut nomor koleksi 05 yaitu terrestrial.


Bentuk atau perawakannya menyerupai hamparan tipis yang
berkelompok, bentuk daun lembaran yang tersusun spiral, warna daun
hijau, memiliki kapsul kaliptra tudung sporangium. Duduk daunnya
berseling.

23
Nomor koleksi 06

Habitat dari tumbuhan lumut nomor koleksi 06 yaitu terrestrial.


Bentuk atau perawakannya menyerupai hamparan tipis yang
berkelompok, bentuk daun lembaran yang tersusun spiral, warna daun
hijau, memiliki kapsul kaliptra tudung sporangium. Duduk daunnya
berseling.

Nomor koleksi 07

Habitat dari tumbuhan lumut nomor koleksi 07 yaitu terrestrial.


Bentuk atau perawakannya menyerupai hamparan tipis yang
berkelompok, bentuk daun lembaran yang tersusun spiral, warna daun
hijau, memiliki kapsul kaliptra tudung sporangium, warna sporangium
kecoklatan.

Nomor koleksi 08

24
Habitat dari tumbuhan lumut nomor koleksi 04 yaitu epifit. Bentuk
atau perawakannya pipih, warna daun hijau, memiliki kapsul kaliptra
tudung sporangium, duduk daunnya berhadapan.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Paku (Pteridophyta)

Nomor koleksi 01 (Diplazium esculentum)


Diplazium esculentum, famili Athyriaceae, substratnya di tanah
(terrestrial), bentuk akar serabut, arah tumbuh batang tegak lurus
(erectus), tinggi atau panjang 57 cm, bentuk tangkai daun silinder,
permukaan tangkai daun licin, panjang tangkai daun 0,1 cm, warna
tangkai daun hijau tua, berdaun majemuk, bangun daun memanjang
(oblongus), permukaan daun licin (laevis), ujung daun meruncing
(acuminatus),pangkal daun rompang (truncatus), tepi daun bergigi
(serratus), pertulangan daun menyirip (palminervis), ukuran daun P=
1,5 cm dan L= 7 cm, warna daun hijau, warna spora putih, letak duduk
spora sejajar dengan pertulangan daun dan terletak ditepi daun,
ketinggian 608 mdpl.

Nomor koleksi 02 (Atryum filixfemina)


Atryum filixfemina, famili Athyriaceae, substrat tanah (terrestrial),
bentuk akar serabut, arah tumbuh batang tegak lurus (erectus), tinggi
atau panjang 38 cm, bentuk tangkai daun bulat (teres), permukaan
tangkai daun berambut, panjang tangkai daun 0,1 cm, warna tangkai
daun cokelat, berdaun tunggal, bangun daun memanjang (oblongus),
permukaan daun berambut, ujung daun meruncing (acuminatus),
pangkal daun rompang (truncatus), tepi daun bergerigi (serratus),
pertulangaan daun menyirip (penninervis), ukuran daun P= 2 cm dan
L= 10 cm, warna daun hijau, warna spora coklat, letak duduk spora
dibawah daun sejajar dengan pertulangan daun, ketinggian 608 mdpl.

25
Nomor koleksi 03 (Nephrolephisbiserrata)
Nephrolephisbiserrata, famili Nephrolepidaceae, habitat tanah
(terrestrial), bentuk akar serabut, arah tumbuh batang tegak lurus
(erectus), tinggi atau panjang 57 cm, bentuk tangkai daun bulat (teres),
permukaan tangkai daun licin (laevis),ptangkai daun 0,1 cm, warna
tangkai duan coklat, berdaun tunggal, bangun daun memanjang
(oblongus), permukaan daun licin (laevis), ujung daun runcing (acutus),
pangkal daun rompang (truncatus), tepi daun bergerigi (serratus),
pertulangan daun menyirip (penninervis), ukuran daun P= 1,5 cm dan
L= 7 cm, warna daun hiijau, warna spora coklat, letak duduk spora
sejajar dengan pertulangan daun dan terletak ditepi daun, ketinggian
606 mdpl.

Nomor koleksi 04 (Microgramma megalophyta)


Microgramma megalophyta, famili Polypodiaceae, substrat pohon
(epifit), bentuk akar serabut, arah tumbuh batang tegak lurus (erectus),
tinggi atau panjang 61 cm, bentuk tangkai daun bulat (teres),
permukaan tangkai daun licin (laevis), panjang tangkai daun 3 cm,
warna tangkai daun coklat, berdau tunggal, bangun daun jorong
(ovalis), permukaan daun licin (laevis), ujung daun tumpul (obtusus),
pangkal daun meruncing (acuminatus), tepi daun bergelombang,
pertulangan daun menyirip (penninervis), ukuran daun P= 7 cm dan L=
11 cm, warna daun hijau, warna spora orange, letak duduk spora
dibawah daun, ketinggian 606 mdpl.

Nomor koleksi 05 (Aponogeton crispus)


Aponogeton crispus, famili Aponogetonaceae, substrat pohon (epifit),
bentuk akar serabut, arah tumbuh batang tegak lurus (erectus), tinggi
atau panjang 36 cm, bentuk tangkai daun bulat (teres), permukaan
tangkai daun licin (laevis), panjang tangkai daun 0,2 cm, warna tangkai
daun hijau, berdaun tunggal, bangun daun jorong (ovalis), permukaan
daun licin (laevis), ujung daun meruncing (acuminatus), pangkal daun

26
meruncing (acuminatus) tepi daun bergelombang, pertulangaan daun
menyirip (penninervis), ukuran daun P= 7 cm dan L= 25 cm, warna
spora orange, letak duduk spora diujung daun, ketinggian 608 mdpl.

Nomor koleksi 06 (Aponogeton monostachyos)


Aponogeton monostachyos, famili Aponogetonaceae, substrat tanah,
bentuk akar serabut, arah tumbuh batang tegak lurus (erectus), tinggi
atau panjang 25 cm, bentuk tangkai daun bulat (teres), panjang tangkai
daun 0,1 cm, permukaan tangkai daun kasar, warna tangkai daun coklat,
berdaun tunggal, bangun daun berbentuk meruncing, permukaan daun
licin (laevis), ujung daun bulat, pangkal daun meruncing (acuminatus),
tepi daun rata (integer), ukuran daun 7,5-15 cm, pertulangan daun
menyirip, warna daun hijau, warna spora coklat, letak duduk spora
dibelakang daun (sorus), ketinggian 610 mdpl.

Nomor koleksi 07 (Athyrium sp.)


Athyrium sp. dari famili Athyriaceae, substrat tanah (terrestrial),
mempunyai akar serabut, arah tumbuh batang tegak lurus (erectus),
tinggi 70 cm, bentuk tangkai daun bulat (teres), permukaan tangkai
daun berambut (villosus), panjang tangkai daun 0,1 cm, warna tangkai
daun hitam, berdaun tunggal, bangun daun jorong (ovalis), permukaan
daun licin (laevis), ujung daun runcing (acutus), pangkal daun tumpul
(obtusus) tepi daun bergelombang (lobatus), pertulangaan daun
menyirip (penninervis), warna daun hijau ukuran daun 4-21 cm, warna
sporangium hitam, letak duduk spora sejajar dengan tepi daun,
ketinggian 610 mdpl.

Nomor koleksi 08 (Zealanda pustulata)


Zealanda pustulata dari famili Polypodiaceae merupakan tumbuhan
paku terrestrial, mempunyai akar serabut, tangkai daun berbentuk bulat
(teres), tinggi atau panjang 49,8 cm, licin dan berwarna coklat, daun
berwarna hijau dan kaku, licin, bulat, ujung daun meruncing

27
(acuminatus), tepi daun rata (integer), ukuran daun 12-25 cm, warna
spora cokelat, sporangium terletak dibagian bawah daun dan.
Ketinggian 610 mdpl.

Nomor koleksi 09 (Nephrolephis biserrata)


Nephrolephis biserrata dari famili Nephrolepidaceae merupakan
tumbuhan paku terrestrial yang mempunyai akar serabut, tangkai
berbentuk bulat (teres), berwarna coklat, tinggi tanaman 63 cm, daun
berwarna hijau dan saat masih muda menggulung, letak susunan
daunnya berhadapan. Spora berwarna hijau. Sporangium tersusun satu
baris memanjang di tepi daun.Ketinggian 604 mdpl.

Nomor koleksi 10 (Asplenium longissimum)


Asplenium longissimum dari famili Aspleniaceae merupakan tumbuhan
paku terrestrial yang mempunyai akar serabut, batang bulat berwarna
coklat dan kaku, tinggi tanaman 130 cm, daun berwarna hijau, kaku dan
licin, letak duduk daunnya berseling berhadapan. Spora berwarna putih.
Sporangium tersusun pada tepi daun. Ketinggian 606 mdpl.

Nomor koleksi 11 (Nephrolephis biserratadari)


Nephrolephis biserratadari famili Nephrolepidaceae merupakan
tumbuhan paku terrestrial yang mempunyai akar serabut, tangkai daun
berbentuk bulat, coklat, dan berambut, tinggi tanaman 84 cm. Daun
berwarna hijau dan saat masih muda menggulung, daun tunggal, ujung
daun bulat, daun memanjang, permukaan daun kasar, tepi daun
berlekuk, letak susunan daunnya berhadapan. Spora berwarna hijau
keputihan. Sporangium tersusun satu baris memanjang di tepi daun.
Ketinggian 610 mdpl.

Nomor koleksi 12 (Bolbitis appendiculata)


Bolbitis appendiculata dari famili Dryopteridaceae merupakan paku
terrestrial, rimpang pendek, tegak bersisik, tinggi tanaman 75 cm,

28
bentuk tangkai bulat, permukaan tangkai daun mengkilap, warna
tangkai daun hitam berambut coklat, bangun daun ental pinnate,
permukaan daun licin, ujung daun meruncing (acuminates), pangkal
daun membulat (orbiculans) tepi daun bergerigi, pertulangan daun
menyirip, sporangia berwarna cokelat tua sampai hitam menutupi
hampir seluruh permukaan bawah daun. Ketinggian 611 mdpl.

Nomor koleksi 13. (Cyathea sp.)


Cyathea sp. dari famili Cyathaeceae merupakan tumbuhan paku
terrestrial, akar rimpang berwarna coklat, batang bulat, warna tangkai
daun coklat, dan berbulu, tinggi tanaman 89 cm. Daun berwarna hijau
muda, tepi daun bergerigi, ujung daun runcing (acutus), permukaan
daun berambut, dan letak duduk daun berselang seling. Spora berwarna
hitam. Sporangia satu baris pada tepi bagian bawah daun. Ketinggian
606 mdpl.

Nomor koleksi 14 (Selaginella sp.)


Selaginella sp. dari famili Selaginellaceae merupakan paku terrestrial,
bentuk tangkai pendek bulat, kaku diselimuti mikrofil yang berseling
berhadapan, ental oblong, percabangan dikotom. Tinggi tanaman 65
cm. Strobilus berbentuk kerucut di ujung percabangan. Spora berwarna
coklat dan berbentuk bulat diketiak daun. Ketinggian 611 mdpl.

Nomor koleksi 15 (Phymatosorus nigrescens)


Phymatosorus nigrescens dari famili Polypodiaceae, substrat tanah
(terrestrial), mempunyai akar serabut, arah tumbuh batang tegak lurus
(erectus), tinggi 104 cm, bentuk tangkai daun bulat (teres), permukaan
tangkai daun licin (Laevis), Panjang tangkai daun 0,1 cm, warna tangkai
daun coklat tua, berdaun majemuk, bangun daun bulat telur (obvatus),
permukaan daun licin (laevis), ujung daun runcing (acutus), pangkal
daun tumpul (obtusus) tepi daun bergelombang (lobatus), pertulangaan
daun menjari (palminervis), warna daun hijau, warna sporangium

29
orange, letak duduk sporangium sejajar dengan pertulangan daun,
ketinggian 619 mdpl.

Nomor koleksi 16 (Dicranopteris linearis)


Dicranopteris linearis famili Gleicheniaceae, substrat teristerial, arah
tumbuh batang menggantung (dependens), tinggi atau panjang 54 cm,
bentuk akar serabut, bentuk tangkai daun bulat (teres), permukaan
tangkai daun licin (leavis), warna tangkai daun hijau muda, panjang
tangkai daun 7,5 cm, bangun daun memanjang (obiongus), permukaan
daun licin (laevis), ujung daun meruncing (acuminate), pangkal daun
tumpul (obtusus), tepi daun rata (integer), pertulangan daun menyirip
(penninervis), warna daun hijau, ukuran daun 7,5-18 cm, warna spora
hijau muda, letak duduk spora tersebar, ketinggian 618 mdpl.

Nomor koleksi 17 (Asplenium nindus)


Asplenium nindus dari famili Aspleniaceae, substrat tanah (terrestrial),
mempunyai akar serabut, arah tumbuh batang tegak lurus (erectus),
tinggi 100 cm, bentuk tangkai daun bulat (teres), permukaan tangkai
daun licin (Laevis), Panjang tangkai daun 4,5 cm, warna tangkai daun
hitam, berdaun tunggal, bangun daun lanset (lanceolus), permukaan
daun licin (laevis), ujung daun meruncing (acuminatus), pangkal daun
tumpul (obtusus) tepi daun bergelombang (lobatus), pertulangaan daun
menyirip (penninervis), warna daun hijau, warna sporangium coklat,
letak duduk sporangium memanjang terletak di pertulangan daun,
ketinggian 611 mdpl.

Nomor Koleksi 18 (Lygodium palmatum)


Lygodium palmatum yang merupakan famili dari Lygodiaceae, paku
tersebut memiliki substrat epifit, bentuk akarnya menjalar, arah tumbuh
batangnya menjalar, tinggi atau panjang 113 cm, bentuk tangkai daun
bulat, permukaan tangkai daunnya kasar, warna tangkai daun hijau,
panjang tangkai daun 3-10 cm, daunnya termasuk kedalam daun

30
majemuk, bangun daunnya menjari, permukaan daunnya licin, ujung
daun meruncing, pangkal daun membulat, tepi daun rata, pertulangan
daun menjari, warna daun hijau, warna sporangium kecoklatan, letak
duduk sporangium adalah ditepi daun, ketinggian 644 mdpl.

Nomor koleksi 19 (Lycopodium cernuum)


Lycopodium cernuum dari famili Lycopodiaceae, substrat tanah
(terrestrial), mempunyai akar serabut, arah tumbuh batang berbaring
(humifusus), tinggi 60 cm, bentuk tangkai daun bulat (teres), daunnya
berupa daun mikrofil, warna tangkai daun hijau tua, berdaun majemuk,
bangun daun jarum permukaan daun berambut (villosus), ujung daun
runcing (acutus), pangkal daun bulat (ovallis) tepi daun rata (integer),
pertulangaan daun menjari (palminervis), warna daun hijau, warna
sporangium putih, letak duduk sporangium sejajar dengan pertulangan
daun, ketinggian 643 mdpl.

Nomor koleksi 20 (Pyrrosia longifolia)


Pyrrosia longifolia dari famili Polypodiaceae, habitat pohon (epifit),
mempunyai akar serabut, arah tumbuh batang tegak lurus (erectus),
tinggi 87 cm, bentuk tangkai daun bulat (teres), bentuk tangkai daun
bulat (teres), permukaan tangkai daun licin (Laevis), Panjang tangkai
daun 8 cm, warna tangkai daun coklat tua, berdaun tunggal, bangun
daun jorong (ovalis), permukaan daun licin (laevis), ujung daun
meruncing (acuminatus), pangkal daun meruncing (acuminatus) tepi
daun rata (integer), pertulangaan daun menyirip (penninervis), ukuran
daun 76 cm warna daun hijau muda, warna sporangium orange, letak
duduk sporangium tersebar dari tengah sampai ujung daun, ketinggian
650 mdpl.

31
4.3.2 Lumut (Bryophyta)

Nomor koleksi 01 dan koleksi 07 (Fissidens intromarginatulus)


Fissidens intromarginatulus yang merupakan famili dari
Fissidentaceae. Lumut tersebut memiliki substrat yaitu drainase
(terrestrial). Bentuk atau perawakannya menyerupai hamparan tipis
yang berkelompok. Batangnya tidak nampak. Bentuk daun lembaran
yang tersusun spiral. Ujung daun runcing. Tepi daun bergerigi. Warna
daun hijau. Ukuran daun 1 mm. tidak terdapat sporofit. Ukuran seta 1,5
cm. memiliki kapsul kaliptra tudung sporangium. Duduk daunnya
berseling.

Nomor koleksi 02 (Sphagnum sp.)


Sphagnum sp. yang merupakan famili dari Sphagnaceae. Setelah di
identifikasi didapatkan hasil deskripsi dari lumut ini yaitu substrat
epifit, batang pada lumut ini tak nampak, bentuk daunnya mikrofil,
warna daunnya hijau.Sampel ini belum terlihat jelas untuk dapat di
deskripsikan.

Nomor koleksi 03 (Marchantia acaulis)


Marchantia acaulis yang merupakan famili dari Marchantiacea. Lumut
tersebut memiliki substrat yaitu epifit. Bentuk atau perawakannya pipih.
Batangnya tidak nampak. Ujung daun meruncing. Tepi daun rata.
Warna daun hijau muda. Ukuran daun 2 mm. Pada sampe ini terdapat
sporofit. Ukuran seta 1,5 cm, memiliki kapsul kaliptra tudung
sporangium. Duduk daunnya menumpuh bebas.

Nomor koleksi 04 (Phaeoceros laevis)


Phaeoceros laevis yang merupakan famili dari Nototnyladaceae. Lumut
tersebut memiliki substrat yaitu terristrial. Bentuk atau perawakannya
pipih. Batangnya tidak nampak.Ujung daun meruncing. Tepi daun rata.
Warna daun hijau. Ukuran daun 1 mm. terdapat sporofit. Ukuran seta

32
1,5 cm, memiliki kapsul kaliptra tudung sporangium. Duduk daunnya
menumpuh bebas.

Nomor koleksi 05 dan koleksi 06 (Ectropothecium falcforme)


Ectropothecium falcforme yang merupakan famili dari Hypnaceae.
Lumut tersebut memiliki substrat yaitu terristrial. Bentuk atau
perawakannya menyerupai hamparan tipis yang berkelompok.
Batangnya tidak nampak. Bentuk daun lembaran yang tersusun spiral.
Ujung daun meruncing. Tepi daun bergerigi kecil. Warna daun hijau
muda. Ukuran daun 1 mm, tidak terdapat sporofit. Ukuran seta 1,5 cm,
memiliki kapsul kaliptra tudung sporangium. Duduk daunnya berseling.

Nomor koleksi 08 (Selaginella ruprestis)


Selaginella ruprestis yang merupakan famili dari Selaginellaceae.
Lumut tersebut memiliki substrat yaitu epifit. Bentuk atau
perawakannya pipih. Batangnya tidak nampak. Bentuk daun ovatus.
Ujung daun tumpul. Tepi daun bergerigi. Warna daun hijau muda.
Ukuran daun 1 mm, tidak terdapat sporofit, memiliki kapsul kaliptra
tudung sporangium. Duduk daunnya berhadapan.

33
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum lapangan ini yaitu didapatkan 20 spesies


tumbuhan paku yang terdiri dari 15 genus (Diplazium, Athyrium,
Nephrolephis, Microgramma, Aponogeton, Zealanda, Asplenium, Bolbitis,
Chathea, Selaginella, Phymatosorus, Dicranopteris, Lygodium, Lycopodium,
Pyrrosia) dan 11 famili (Athyriaceae, Nephrolepidaceae, Polypodiaceae,
Aponogetonaceae, Aspleniaceae, Dryopteridaceae, Cyathaeceae,
Selaginellaceae, Gleicheniaceae, Lygodiaceae, Lycopodiaceae). Sedangkan
pada tumbuhan lumut didapatkan 8 spesies yang terdiri dari 6 genus
(Fissidens, Sphagnum, Marchantia, Phaeoceros, Ectropothecium, Selaginella)
dan 6 famili (Fissidentaceae, Sphagnaceae, Marchantiaceae, Nototnyladaceae,
Hypnaceae, Selaginellaceae). Adapun fungsi dari pengoleksian spesimen ini
yaitu untuk memudahkan dalam proses mengidentifikasi spesimen lainnya
yang sekiranya memiliki persamaan ciri-ciri morfologinya serta sebagai media
pembelajaran.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari praktikum lapangan yang telah dilakukan
yaitu agar dapat menyiapkan alat dan bahan dengan sebaik-baiknya sehingga
dapat memperlancar proses pengambilan sampel.

34
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, M. (2006). Biologi X untuk SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Ariyanto. (2000). Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.

Bawaihaty, N. Istomo & Hilwan, I. (2014).Keanekaragaman dan Peran Ekologi


Bryophyta di Hutan Sesaot Lombok, Nusa Tenggara Barat. Jurnal
Silfikultur Tropika. 5 (1): 13-17.

Febriliani, Sri Ningsih, Muslimin. (2013). Analisis Vegetasi Habitat Anggrek di


Sekitar Danau Tambing Kawasan Taman Nasional Lore Lindu. 1(1): 1-2.
Gunawan, D, dan S, Mulyani. (2004). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1.
Depok: Penebar Swadaya.
Hasanudin dan Mulyadi.(2015). Botani Tumbuhan Rendah. Banda Aceh:
Universitas Syiah Kuala.

Komaria, N. (2015). Identifikasi dan Inventarisasi Tumbuhan Paku Epifit di


Lingkungan Kampus Universitas Jember untuk Penyusunan Buku Nonteks.

Rismunandar, & Ekowati, M. (1991). Tanaman Hias Paku-Pakuan. Jakarta:


Penebar Swadaya.

Saptasari, M. (2010).Tumbuhan Lumut. Malang: UM Press. Windadri, F.I.


(2007). Lumut (Musci) di Kawasan Cagar Alam Kakenauwe dan Suaka
Margasatwa Lambusango. Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Jurnal
Biodiversitas. 8 (3): 197-203.

Septiani, Jupriadi, Lola Sutra Islami Arwin, Ayu Resti Andrea Suri, Dinda
Fadhilah Belahusna, Annisha Fajria. (2018). Laporan Praktikum Teknik
Biologi Laboratorium Dan Lapangan. Metode Pengoleksian Hewan Dan
Tumbuhan. Padang: Biologi FMIPA, Universitas Andalas.

Soeratman. (1999). Pengelompokan Tumbuhan Bryophyta. Jakarta: Erlangga.

Suhardjono, Y.R. (1999). Buku Pegangan Pengelolaan Koleksi Spesimen Zoologi.


Bogor: LIpi Press.

Tjitrosoepomo, Gembong. (2009). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Widjaja, E.A. (2014). Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia. Jakarta: LIPI


Press.

35
Windadri, F. I. (2017). Lumut (Musci) di kawasan Cagar Alam Kakenauwe dan
Suaka Margasatwa Lambusango. Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Jurnal
Biodiversitas. 8 (3) : 197-203.

Yusna, M., Sofiyanti, N., & Fitmawati.(2016). Keanekaragaman Pteridaceae


Berdasarkan Karakter Morfologi dan Fitokimia di Hutan PT. Chevron
Pacific Indoneisa (PT. CPI) Rumbai. Jurnal Riau Biologia. 1(2): halaman
165-172.

36
LAMPIRAN

37
LEMBAR ASISTENSI

KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : SITI RAHMA
LISMAWATI PATANDUNG

No Hari/Tanggal Koreksi Paraf


lengkapi dan
perbaiki
1. 08/11/2021

2. 09/11/2021 Perbaiki

3.

4.

38

Anda mungkin juga menyukai