DISUSUN OLEH:
NAMA : GEDE ANDHI PURNAWAN
NIM : G 401 16 052
KELOMPOK : V (LIMA)
LABORATORIUM BIODIVERSITY
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
DESEMBER, 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum lapang ini adalah untuk mengetahui
berbagai jenis tumbuhan tingkat rendah seperti alga, lumut dan paku di Kawasan
Taman Nasional Lore Lindu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa:
1. Tumbuhan tingkat rendah merupakan tumbuhan yang menggunakan spora
sebagai alat perkembangbiakannya, organnya masih sangat sederhana, belum
mempunyai jaringan pengangkutan dan sebagian tumbuhan dari tumbuhan
tingkat rendah tubuhnya belum dapat dibedakan antara akar, batang dan daun
seperti alga (Thallophyta) dan lumut (Bryophyta). Namun ada tumbuhan
tingkat rendah yang sudah dapat dibedakan antara akar, batang dan daunnya
yaitu tumbuhan paku (Pteridophyta).
2. Tumbuhan bertallus (Thallophyta) memiliki tubuh yang hanya berupa tallus,
memiliki membran inti dan plastid yang beranekaragam sehingga memiliki
berbagai warna serta menggunakan spora sebagai alat perkembangbiakannya.
Dari identifikasi yang dilakukan, didapat 9 spesies alga yaitu Actinotrichia
fragilis, Ulva lactuca, Eucheuma edule, Galaxaura subvefficillata,
Eucheuma denticulatum, Gracilaria arcuata, Padina sp., Gracilaria
solicornia dan Halimeda sp.
3. Tumbuhan lumut (Bryophyta) memiliki tubuh yang lebih kompleks dari
divisi Thallophyta dimana telah memiliki akar sederhana yang disebut
rhizoid serta dari kelompok lumut daun (Musci) telah dapat dibedakan akar,
batang dan daunnya. Dari proses identifikasi yang dilakukan, didapat 5
spesies lumut yaitu Pogonatum sp., Polytrichum commune, Andreaea
rupestris, Cyampylopus atlaticus dan Polytrichum formosum.
4. Tumbuhan paku (Pterydophyta) disebut juga tumbuhan berkormus karena
telah dapat dibedakan antara akar, batang dan daunnya serta telah memiliki
jaringan pembuluh sederhana. Dari proses identifikasi yang dilakukan,
didapat 6 spesies paku yaitu Athyrium filix-femina, Dicksonia Antarctica,
Asplenium nidus, Anemia tomentosa, Nephrolepis sp. dan Dipteris conjugate.
5.2. Saran
Sebaiknya dalam melaksanakan praktikum ini, perlu adanya identifikasi
menggunakan buku dan bantuan alat lain seperti mikroskop untuk melihat
bentuk-bentuk sporanya agar identifikasi yang dilakukan tidak hanya melihat
internet dengan sumber yang belum pasti.
DAFTAR PUSTAKA
Bold, H. C., dan Wynne, M. J. (1985). Introduction to the Algae. Prentice Hall Inc.
Eaglewood Cliffs. New Jersey.
Campbell, N. A., Reece, J. B., dan Mitchell, L.G. (2003). Biologi Edisi Kelima Jilid
1. Erlangga. Jakarta.
Duxbury, A. C., dan Duxbury, A. B. (1989). Ocean and Introduction to the World.
WM. C. Publishers. USA.
Fitrya dan Anwar, L. (2009). Uji Aktivitas Antikanker Secara In Vitro dengan Sel
Murine P-388 Senyawa Flavonoid dari Fraksi Etilasetat Akar Tumbuhan
Tunjuk Langit (Helmynthostachis Zeylanica (Linn) Hook). Jurnal Penelitian
Sains Vol. 12 (1).
Pitopang, R. (2012). Struktur Dan Komposisi Vegetasi Pada 3 Zona Elevasi Yang
Berbeda Di Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah Indonesia. Jurnal
Natural Science. Vol. 1.(1): 85-105.
Sastrapradja, S., Afriastini, J. J., Darnaedi, D., dan Elizabeth. (1980). Jenis Paku
Indonesia. Lembaga Biologi Nasional. Bogor.
Tjitrosomo, S., Sutarmi, H., Sudarnadi, dan Zakaria, A. (1983). Botani Umum 3.
Penerbit Angkasa. Bandung.
Widhiastuti, R., Aththorick, T. A., dan Sari, W. D. P. (2006). Struktur dan Komposisi
Tumbuhan Paku-pakuan di Kawasan Hutan Gunung Sinabung Kabupaten Karo.
Jurnal Biologi Sumatera, Vol. 1 (2).