Anda di halaman 1dari 14

Tugas Makalah (Individu) Planktonologi

ZOOPLANKTON

Oleh :

Mawar Anriani
(L021211006)

Dosen pengampu :
Wilma J.C. Moka, S.Kel, M.Agr., Ph.d

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan


Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikana
Universitas Hasanuddin
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt, atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah Planktonologi ini dengan baik dan tepat waktu. Saya membuat
makalah ini dalam rangka membahas tentang komposisi zooplankton, distrubusi zooplankton
dan pola migrasi zooplankton
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh ibu Wilma J.C. Moka, S.Kel, M.Agr., Ph.d pada mata kuliah planktonologi . Saya juga
berterima kasih kepada ibu Wilma J.C. Moka, S.Kel, M.Agr., Ph.d selaku pengajar pada mata
kuliah ini. Tak lupa, saya juga berterima kasih kepada orang-orang hebat yang telah menulis
data ataupun artikel, di mana tulisan Anda sekalian saya jadikan referensi bagi karya makalah
saya ini.

Makalah ini saya buat secara sistematis agar pembaca dapat mengetahui sekilas tentang
komposisi zooplankton, distrubusi zooplankton dan pola migrasi zooplankton . Oleh sebab
itu, saya berharap agar pembaca dapat memperoleh informasi yang berguna. Dan saya
berharap agar pembaca memperoleh banyak manfaat dari makalah ini.

Akhir kata, tiada gading yang tak retak, kritik dan saran yang membangun kami terima
dengan senang hati.

Lasusua, 30 Semptember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................6

I.I Latar Belakang.............................................................................................................6

I.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................7

I.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................7

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................8

2.1 Komposisi Zooplankton.............................................................................................8

2.2 Distribusi Zooplankton.............................................................................................11

2.3 Pola Migrasi Zooplankton.......................................................................................12

BAB III KESIMPULAN.....................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Plankton dibagi menjadi dua yaitu fitoplankton dan zooplankton. Zooplankton
merupakan kelompok plankton yang terdiri dari kelompok hewan-hewan yang berukuran
kecil. Organisme ini mampu bergerak namun tidak terlalu kuat untuk menahan gerakan air
yang begitu besar, sehingga gerakannya tergantung pada gerakan air (Sachlan, 1974).
Zooplankton akan berada pada kedalaman tertentu pada saat siang hari dan pada malam
hari akan naik ke permukaan perairan (Michael, 1994).
Berdasarkan ukuran tubuhnya Dussart et al, (1984) dalam Michael, (1994)
membagi plankton kedalam lima kelompok yaitu ultra nanoplankton memiliki ukuran
kurang dari 0,002 mm, nanoplankton 0,002-0,02 mm, mikroplankton antara 0,02-0,2 mm,
mesoplankton 0,2-2 mm, dan megaplankton diatas 2 mm. Michael (1994) menyatakan
bahwa zooplankton memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan fitoplankton.
Pertumbuhan zooplankton tergantung pada fitoplankton, tetapi karena pertumbuhan
zooplankton lebih lambat dari pada fitoplankton maka populasi maksimum zooplankton
baru tercapai beberapa waktu setelah populasi maksimum fitoplankton berlalu.
Zooplankton sangat berguna sebagai makanan utama dialam bagi berbagai jenis
ikan dan udang, karena mengandung nilai nutrisi yang sangat tinggi. Analisis tubuh
zooplankton menunjukkan kadar protein sebanyak 40-70% yang merupakan sumber
makanan yang cocok untuk benih-benih ikan dan udang budidaya (Mulyadi, 1985).
Peranan zooplankton sebagai konsumen pertama sangat berpengaruh dalam rantai
makanan suatu ekosistem perairan. Sebaran dan keanekaragaman zooplankton yang
merupakan salah satu indikator kualitas biologi suatu perairan (Handayani dan Patricia,
2005). Kelimpahan zooplankton dalam suatu perairan dapat menggambarkan jumlah
ketersediaan makanan, maupun kapasitas lingkungan yang dapat menunjang kehidupan
biota. Oleh karenanya perubahan yang terjadi pada suatu wilayah perairan dapat diketahui
dengan melihat perubahan kelimpahan zooplankton (Augusta, 2013).
Zooplankton pada zona litoral khas dan berbeda dibandingkan dengan yang hidup
pada zona limnetik. Pada zona litoral udang–udangan lebih berat dan kurang mengapung,
biasanya menempel pada tanaman seperti Cladocera. Pada zona limnetik hanya terdiri
dari beberapa spesies tetapi jumlah individu mungkin besar, Copepoda, Cladocera, dan
Rotifera umumnya paling penting dan spesies ini berbeda dari yang dijumpai pada zona
litoral (Odum, 1998)

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana komposisi zooplankton?
2. Bagaimana distrubusi zooplankton itu?
3. Bagaimana Pola migrasi zooplankton?

I.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui komposisi zooplankton, distrubusi zooplankton dan pola migrasi
zooplankton
Untuk memenuhi tugas pekan 6 pada matakuliah planktonologi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Komposisi Zooplankton


Peranan zooplankton dalam ekosistem sebagai konsumer pertama yang memakan
fitoplankton, kemudian zooplankton dimakan oleh anak-anak ikan.  Terdapat 33 jenis
zooplankton dengan kelimpahan yang berkisar antara 4.567,84 - 19.321,61 ind/m3. 
Indeks-indeks biologi zooplankton berturut-turut dengan kisaran adalah indeks
keanekaragaman (H’) : 1,5286 - 1,9282, indeks keseragaman ( E ) :  0,4945 - 0,6238, dan
indeks dominansi (D) : 0,1926 - 0,3389.

1. Suhu
Suhu merupakan parameter fisika yang penting untuk kehidupan organisme di
perairan laut dan payau. Menurut Pescod di lingkungan suatu organisme
perairan, suhu sangat mempengaruhi perkembangan atau hambatan organisme
tersebut. Menurut Arinardi , suhu air di perairan Indonesia menunjukan ciri khas
perairan tropis yaitu umumnya relative tinggi dengan perbedaan sebaran horizontal
yang kecil . Pengaruh suhu pada plankton tidak seragam di seluruh perairan terhadap
masing – masing kelompo katau populasi.
Tingkat penyaringan zooplankton sangat dipengaruhi oleh suhu dan biasanya
zooplankton akan mati jika pada suhunya berada diatas 280 C. Zooplankton
mememiliki kemampuan untuk menyeleksi makanan, fitoplankton salah satu makanan
yang baik untuk zooplankton tetapi tidak semua fitoplankton yang ada dapat di makan
dikarenakan ada beberapa yang sulit di cerna. Zooplankton menggunakan berbagai
alat dan struktur untuk memperoleh makanannya sendiri. Adanya komposisi kimia
pada suhu sangat dibutuhkan karena mempengaruhi hidup zooplankton dan dapat
dijadikan sebagai faktor pembatas terhadap penyebaran jenis. 20 -30 derajat C
merupakan suhu yang baik untuk organisme atau hewan laut karena masih berada
pada suhu yang normal.
Pada suhu 15°C Brachionus plicatilis masih dapat tumbuh, tetapi tidak dapat
bereproduksi, sedangkan pada suhu di bawah 10°C akan terbentuk telur istirahat.
Kenaikan suhu antara 15-35°C akan menaikkan laju reproduksinya. Kisaran suhu
antara 22-30°C merupakan kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan dan reproduksi.
Kondisi fisika kimia perairan dalam kisaran normal yaitu Suhu berkisar 29-30 oc, ph
6,4-6,5mg/l,Disolved oxygen(DO) 8,20-9,39mg/l, salinitas 8,69-9,050/00

2. pH
pH merupakan faktor lingkungan yang berperan sebagai faktor pembatas pada
ekosistem perairan (Michael 1984 dalam Yazwar 2008). Sebagian besar biota perairan
sensitif terhadap perubahan nilai pH. Hasil uji korelasi antara pH dan kemelimpahan
zooplankton menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,990 yang artinya terdapat
korela-si yang cukup tinggi antara pH dan kemelimpahan zooplankton. Koefisien
determinasi (R2) menunjukkan bahwa sumbangan pH dalam menentukan
kemelimpahan zoo-plankton sebesar 98,1%. Konstanta sebesar -13374,622 dan
koefisien X (mewakili pH) adalah 1748,524 yang akhirnya diperoleh persamaan garis
regresinya adalah: Y=1748, 524X-13374,622. Persamaan ini menunjukkan hubungan
yang signifikan dengan arah positif antara pH dan kemelimpahan zooplankton artinya
kenaikan pH dapat meng-akibakan kenaikan zooplankton. Kenaikan pH disini bukan
berarti ketika pH naik secara terus menerus maka kemelimpahan zooplankton akan
mengikuti. Derajat keasaman (pH) berpengaruh pada setiap kehidupan organisme,
namun setiap organisme memiliki batas toleransi yang berbeda-beda terhadap pH
perairam. pH dapat mempengaruhi per-nafasan dan pengaturan kecepatan
metabolisme zooplankton. Kenaikan pH dapat meng-akibatkan turunnya konsentrasi
CO2 pada saat fotosintesis berlangsung sehingga fotosin tesis tidak dapat berjalan
secara optimal. Akibatnya, pertumbuhan zooplankton sebagai pema kan fitoplankton
juga dapat terhambat.

3. Oksigen terlarut (DO)


Menurut Anonimus (1990) kualitas air media dengan kandungan oksigen
terlarut tidak kurang dari 4,15 ppm layak bagi rotifera. Oksigen terlarut merupakan
suatu faktor yang sangat penting dalam ekosistem air, terutama untuk proses respirasi
sebagian besar organisme air. Pada umumnya kelarutan oksigen menurut Barus
(2004) dalam air sangat terbatas dibandingkan dengan kadar oksigen di udara yang
mempunyai konsentrasi sebanyak 21% volume, air hanya mampu menyerap oksigen
sebesar 1% volume saja. Hasil pengukuran DO pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
nilai DO perairan laguna Glagah berkisar antara 10-14 mg/L. Terdapat variasi antara
nilai DO pada pengamatan pagi dan siang hari serta pada ketiga stasiun namun secara
umum lebih tinggi pada pengamatan pagi hari. Schworbel (dalam Barus 2001)
menyatakan bahwa nilai DO mengalami fluktuasi baik harian maupun musiman.
Fluktuasi ini sering dipengaruhi oleh perubahan suhu juga aktivitas fotosintesis
tumbuhan yang menghasilkan oksigen. Sugiyo (2008) menyatakan bahwa besarnya
nilai DO pada pengamatan pagi hari dikarenakan pada pagi hari proses fotosintesis
yang menghasilkan oksigen berlangsung cukup optimal sedangkan pada sore hari
organisme membutuhkan oksigen sehingga konsentrasi oksigen terlarut juga
berkurang. Oksigen terlarut adalah gas untuk respirasi yang sering menjadi faktor
pembatas dalam lingkungan perairan. Ditinjau dari segi ekosistem, kadar oksigen
terlarut menentukan kecepatan metabolisme dan respirasi serta sangat penting bagi
kelangsungan dan pertumbuhan organisme air. Kandungan oksigen terlarut akan
berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas. Kadar oksigent terlarut (Dissolved
oxygen, DO) dapat dijadikan ukuran untuk menentukan mutu air. Kehidupan di air
dapat bertahan jika ada oksigent terlaut minimum sebanyak 5 mg oksigent setiap liter
air (5 ppm). Selebihnya 11 bergantung kepada ketahanan organisme,derajat
aktivitasnya, kehadiran pencemar, suhu air dan sebagainya.

4. Salinitas
Salinitas adalah garam – garam terlaut dalam 1 kg air laut dan dinyatakan dalam
satuan perseribu. Salinitas mempunyai peranan yang penting dalam 10 kehidupan
organisme, misalnya dalam hal distribusi biota laut akuatik. Beberapa organisme ada
yang tahan terhadap perubahan salinitas yang besar ada pula yang tahan terhadap
salinitas yangkecil (Nybakken, 1992). Zooplankton memiliki tingkat kepakaan yang
tinggi terhadap kandungan garam dalam suatu perairan.Pertumbuhan zooplankton
akan lambat bahkan bisa meningkatkan kematian jika tingkat salinitas dalam perairan
tersebut sangat tinggi atau ekstrim (odum, 1993). Menurut Sachlan (1982), plankton
air tawar hidup pada salinitas 0 – 10 ppt, pada salinitas 10 – 20 ppt hidup plankton air
tawar dan laut, sedangakan untuk plankton air laut organisme ini mentolerir tingkat
salinitas yang lebih besar yaitu 20 ppt.
Brachionus plicatilis  betina dengan telurnya dapat bertahan hidup pada salinitas
98 ppt, sedangkan salinitas optimalnya adalah 10-35 ppt, disamping itu Brachionus
plicatilis juga bersifat euryhalin.
5. Arus
Arus merupakan faktor utama yang membatasi penyebaran
diperairan, penyebaran pnyebarannya biasa berupa biota. Arus menjadi penentu
pergerakan dan distribusi plankton pada suatu . Arus disebut sebagai sarana
transportasi berbenttuk baku untuk memperoleh makanan makanan maupun oksigen
terhadap suatu organism air seperti zooplankton . Misalnya disuatu tempat terdapt
plankton nopleus, dimana nupleus A tersebut sangat mendominasi, sedangkan nupleus
B tidak ada sama sekali, jadi nupleus inilah yang akan bergerak dari suatu lokasi ke
lokasi B karena pengarauh dari arus.

2.2 Distribusi Zooplankton


Penyebaran fitoplankton lebih merata dibandingkan dengan penyebaran
zooplankton. Zooplankton bermigrasi ke arah horizontal dan vertikal mengikuti
kelompok fitoplankton. Jika sudah mencapai tingkat kepadatan tertentu
perkembangan zooplankton akan berkurang dan memberi kesempatan pada
fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang biak sehingga menghasilkan konsetrasi
yang tinggi (Nybakken, 1992). Rangsangan utama yang mengakibatkan zooplankton
melakukan migrasi harian vertikal adalah cahaya. Pola yang umum tampak adalah
zooplankton terdapat di dekat permukaan laut pada makan hari, sedangkan
menjelang dini hari dan datangnya cahaya mereka bergerak lebih ke perairan yang
dalam. Saat 6 tengah hari atau ketika intensitas cahaya matahari maksimal,
zooplankton berada pada kedalam paling jauh (Arinardi, 1997). Beberapa alasan
zooplankton melakukan migrasi vertikal adalah untuk menghindari pemangsaan oleh
para predator yang mendeteksi mangsa secara visual, mengubah posisi dalam kolom
air, dan sebagai mekanisme untuk meningkatkan produksi dan menghemat energi.
Pada distribusi vertikal, terdapat perubahan Komposisi dari tiap kelas secara
vertikal. Komposisi dengan jumlah spesies yang ditemukan, banyak berada pada
kedalaman 0,5 hingga 1 m dengan komposisi 25 spesies. Kepadatan zooplankton
semakin menurun pada tiap kedalaman pada saat pagi dan sore hari, dan meningkat
pada tiap kedalaman pada siang hari. 2.) Pada distribusi horizontal, komposisi
zooplankton paling banyak berasal dari titik pengambilan 1 yang berada di zona
keramba jaring apung, yang terdiri dari 27. Jumlah spesies yang ditemukan lebih
banyak berada di zona keramba jaring daripada zona netral. Kepadatan tertinggi
berada pada titik pengambilan 2 yang berada pada zona jaring apung dengan
kepadatan 232 ind/l. 3.) Nilai faktor lingkungan di Ranu Grati yang berupa suhu,
oksigen terlarut, derajat keasaman, kekeruhan, salinitas, kecerahan, dan intensitas
cahaya menunjukkan bahwa lingkungan di perairan Ranu Grati masih mendukung
kehidupan zooplankton.
Distribusi zooplankton dikatakan sebagai distribusi yang memiliki tingkatan,
seperti pada perairan yang dalam lebih banyak memiliki variasi dari pada perairan
yang dangkal. Distribusi zooplankton disebut secara spasial karena menunjukkan
bahwa jumlah jenis ditemukan pada beberapa stasiun indeks kesamaan jenis
zooplankton seperti stasiun 11 pada periode 2, dengan 20 jenis zooplankton .
sedangkan ada juga distribusi yang dilakukan secara temporal, ditemukan bahwa
jenis zooplankton yang memiliki period eke 2 yaitu sebanyak 25 jenis.

2.3 Pola Migrasi Zooplankton


Pergerakan ini dikenal sebagai diel vertical migration , DVM indentik dengan
migrasi hewan karena pergerakannya lebih cepat di siang hari dan mengurangi tingkat
predasinya dibandingkan malam hari ketika makanan melimpah . Pada awalnya ADCP
digunakan untuk mengukur kecepatan arus terhadap kedalaman, namun karena echo
strength setara dengan volume scattering organisme di setiap bin, maka sinyal backscatter
dapat digunakan untuk melihat DVM yaitu pola migrasi vertikal yang ditunjukkan oleh
zooplankton dalam siklus 24 jam . Hipotesis kedua lebih banyak digunakan karena lebih
berdasar, dimana faktor yang mempengaruhi migrasi vertikal adalah cahaya, suhu dan untuk
menghindari predator . Perbedaan pola migrasi intra spesies disebabkan oleh faktor
ukuran, umur dan jenis kelamin.
Setiap spesies memiliki pola kedalaman migrasi tersendiri yang akan berubah setara
dengan pertumbuhan, masa reproduksi dan waktu setiap tahun. Variasi penyusun organisme
seperti ukuran tubuh, pigmen serta faktor lingkungan seperti kesedian makanan, kedalaman
perairan, penetrasi cahaya, dan topografi dasar perairan menyebabkan perbedaan tingkah
laku migrasi.  Terdapat tiga pola DVM yaitu:

 Migrasi Nokturnal
Migrasi ini paling awam terjadi, dimana pola migrasi ke arah permukaan pada
waktu petang dan sebelum fajar bermigrasi ke lapisan yang lebih dalam. Organisme
yang mempunyai pola migrasi nokturnal maupun twilight berlindung pada perairan
yang lebih pada asal predator sebab pengaruh cahaya matahari, aktif di malam hari
pada daerah bagian atas yang kaya akan makanan.

 Migrasi twilight
Adalah pola migrasi ke arah permukaan menjelang petang dan bermigrasi ke
perairan yang lebih dalam saat tengah malam, diikuti migrasi kembali ke arah
permukaan kemudian kembali bermigrasi perairan yang lebih dalam pada saat fajar
(cohen dan forward, 2002 in tsui, 2006). Saat tengah malam sebagian dari hewan
tersebut bergerak ke arah yang lebih dalam, disebabkan oleh komposisi zooplankton
lebih padat dari pada air maka ketika aktivitas berkurang, menyebabkan cenderung
tenggelam.

 Migrasi reverse
Migrasi ini merupakan kebalikan dari migrasi nokturnal, yaitu bermigrasi ke arah
permukaan pada siang hari dan ke arah yang lebih dalam pada malam hari. Migrasi ini
dapat dicirikan oleh spesies kopepoda dengan ukuran yang besar maupun kopepoda
yang berwarna (Tsiu, 2006), yaitu individual kopepoda dengan ukuran tubuh yang
besar dan kopepoda yang memiliki pigmen tubuh. Menurut Tsui (2006) penyebab
utama pergerakan individu kopepoda untuk DVM disebabkan oleh kondisi
tubuh. Bedasarkan hal tersebut dan juga diindikasi oleh faktor lingkungan, maka
kopepoda memodifikasi pola pergerakan migrasi sebagai reaksi terhadap predator.
BAB III
KESIMPULAN
III KESIMPULA
Zooplankton merupakan kelompok plankton yang terdiri dari kelompok hewan-hewan
yang berukuran kecil. Organisme ini mampu bergerak namun tidak terlalu kuat untuk
menahan gerakan air yang begitu besar, sehingga gerakannya tergantung pada gerakan air
(Sachlan, 1974).

Komposisi kimia zooplankton yang sangat diperlukan ialah: Suhu merupakan


parameter fisika yang penting untuk kehidupan organisme di perairan laut dan payau. pH
merupakan faktor lingkungan yang berperan sebagai faktor pembatas pada ekosistem
perairan. Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam ekosistem air,
terutama untuk proses respirasi sebagian besar organisme air. Salinitas adalah garam –
garam terlaut dalam 1 kg air laut dan dinyatakan dalam satuan perseribu Arus merupakan
faktor utama yang membatasi penyebaran diperairan, penyebaran pnyebarannya biasa
berupa biota dan masih banyak lagi.

Pola yang umum tampak adalah zooplankton terdapat di dekat permukaan laut pada
makan hari, sedangkan menjelang dini hari dan datangnya cahaya mereka bergerak lebih ke
perairan yang dalam. Saat 6 tengah hari atau ketika intensitas cahaya matahari
maksimal, zooplankton berada pada kedalam paling jauh.

Pola migrasi zooplankton sangat bervariasi, sehingga permigrasian


zooplankton mengalami dampak yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Y Yuliana, F Ahmad. 2017.Komposisi Jenis dan Kelimpahan Zooplankton di Perairan


Teluk Buli, Halmahera Timur. stipwunaraha.ac.id
(https://www.stipwunaraha.ac.id/ejournal/index.php/AGRIKAN/article/view/210)

S Sulis. 2017. Komposisi Dan Struktur Komunitas Zooplankton Pada Kedalaman Yang
Berbeda Di Danau Diatas Kabupaten Solok Sumatera Barat. Scholar.Unand.Ac.Id

Saputra, A., Lestari, E., & Hadisusanto, S. Komposisi dan Kemelimpahan Zooplankton di
Laguna Glagah Kabupaten Kulonprogo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
In Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and
Learning (Vol. 10, No. 1).

Prianto, E. Husnah, & Aprianti, E. 2013. Komposisi Jenis Dan Struktur Ekologi
Zooplankton Di Sungai Banyuasin Sumatera

https://core.ac.uk/download/pdf/77627447.pdf

Yuliana, Y., & Ahmad, F. (2017). Komposisi jenis dan kelimpahan zooplankton di
perairan Teluk Buli, Halmahera Timur. Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan

Barbiero, R. P, Lori L. S,dan Mark A. 2001. Effects of the Vertical Distribution of


Zooplankton on the Estimation of Abundance and Biovolume Using Deep and
Shallow Tows.
Eko Efendi. 2012. Migrasi Vertikal Zooplankton Dan Kaitannya Dengan Arus Lintas
Indonesia (Arlindo). Blogspot.com. https://ekoefendi.blogspot.com/2008/12/migrasi-
vertikal-zooplankton-dan.html?m=0

Anda mungkin juga menyukai