Anda di halaman 1dari 15

RESUME

FITOPLANKTON PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)


Makalah Ini Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas
Mata Kuliah “Ekologi Perairan”

Dosen Pengampu : Damai Diniariwisan, S.Pi., MP

Di susun Oleh :
Kelompok 7
Jian Ainun Riqia C1K02310007
Reskinia Ulfa C1K02310047
Rianda Parjianto C1K02310049
Rizka Darajati Amini C1K02310051
Zikrullail Mardotillah C1K02310061
Lalu irfan hadi nugraha C1K02310071
Ahmad Fajrul Rizki C1K02310081

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
1

KATA PENGANTAR

Pada kesempatan ini, kami dengan rendah hati menyajikan makalah ini yang
membahas topik yang memiliki signifikansi besar dalam konteks Fitoplankton pada Ikan
Nila. Melalui karya ini, kami bermaksud untuk menggali isu-isu yang relevan, menganalisis
data yang diperlukan, dan menyajikan pandangan yang mendalam tentang topik ini. Makalah
ini disusun sebagai upaya kami untuk menjembatani pemahaman tentang Mata Kuliah
Ekologi Perairan dan membagikan wawasan kepada para pembaca. Kami percaya bahwa
Fitoplankton pada Ikan Nila adalah topik yang relevan dan penting yang memiliki implikasi
yang mendalam dalam Ekologi Perairan yang merupakan interaksi timbal balik di
lingkungan.

Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Baik itu dalam bentuk dukungan, bahan referensi,
atau inspirasi, semua kontribusi berharga ini sangat dihargai. Kami berharap makalah ini
dapat memberikan wawasan yang bermanfaat dan mendukung perkembangan pengetahuan di
bidang Perikanan. Makalah ini adalah hasil upaya bersama kami dalam mengejar pemahaman
yang lebih dalam dan memberikan kontribusi positif. Selamat membaca makalah ini, dan
semoga pembaca menemukan informasi yang berharga dan bermanfaat dalam halaman -
halaman berikutnya.

Dalam era yang semakin berkembang ini, ekologi perairan telah menjadi bagian
penting dari dunia perikanan karena menjadi faktor penting untuk dipelajari karena berkaitan
dengan interaksi timbal balik di lingkungan perairan. Dalam tugas resume ini, kami akan
menjelajahi aspek penting dari Fitoplankton pada Ikan Nila, termasuk mengenai ruang
lingkup ikan nila, ruang lingkup fitoplankton, faktor biotik dan abiotik dan kualitas air fisika
maupun kimia ikan. Melalui resume ini, kami berharap pembaca akan mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang ekologi perairan, dan bagaimana peran fitoplankton pada
ikan nila. Selamat membaca resume ini, dan semoga pengetahuan yang pembaca peroleh
dapat membantu dalam memahami peran ekologi perairan dalam perikanan.
2

DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 1
BAB I ............................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 4
1.3 Tujuan.............................................................................................................. 4
BAB II .............................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5
2.1 Fitoplankton Pada Ikan Nila ............................................................................... 5
Fitoplankton............................................................................................................. 5
Ikan Nila................................................................................................................... 6
2.2 Ketersediaan Pakan Alami Berupa Fitoplankton Pada Ikan Kolam Ikan Nila ................ 6
2.3 Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila, serta kualitas air dan kepadatan
plankton...................................................................................................................... 7
2.3.1 Kualitas Air....................................................................................................... 7
2.3.2 Pertumbuhan..................................................................................................10
2.3.3. Mortalitas ......................................................................................................11
BAB III ............................................................................................................................13
PENUTUP .......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................14
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fitoplankton pada ikan nila adalah elemen penting dalam ekosistem perairan
dan berperan dalam mendukung keberhasilan budidaya ikan nila. Fitoplankton adalah
mikroorganisme autotrofik yang berperan sebagai produsen utama dalam rantai
makanan perairan.
Ikan nila adalah salah satu ikan air tawar yang penting dalam budidaya.
Makanan alami bagi ikan nila umumnya terdiri dari plankton, termasuk fitoplankton.
Fitoplankton merupakan sumber pakan alami yang menyediakan nutrisi esensial
seperti protein dan lemak untuk pertumbuhan ikan nila.
Fitoplankton adalah komponen penting dalam menjaga ekosistem perairan
yang seimbang. Mereka menghasilkan oksigen melalui fotosintesis dan membantu
menjaga kualitas air dengan menyerap nutrien berlebih, seperti nitrat dan fosfat.
Populasi yang sehat dari fitoplankton dapat membantu mengendalikan parameter
kualitas air, seperti kekeruhan air. Kekurangan fitoplankton dapat mengakibatkan
penurunan kualitas air dan mempengaruhi kesehatan ikan nila.
Kondisi lingkungan, seperti cahaya, suhu air, dan ketersediaan nutrien, dapat
memengaruhi pertumbuhan dan komposisi fitoplankton. Kondisi lingkungan yang
baik dapat mendukung perkembangan fitoplankton yang memadai sebagai makanan
ikan nila. Untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, ikan nila membutuhkan akses
yang memadai ke sumber makanan alami, yang dalam kasus ini adalah fitoplankton.
Ketersediaan fitoplankton yang cukup dapat meningkatkan kualitas dan pertumbuhan
ikan nila. Perubahan iklim, polusi, dan aktivitas manusia dapat memengaruhi
komposisi dan kelimpahan fitoplankton. Ini dapat menjadi tantangan bagi budidaya
ikan nila dan memerlukan tindakan pengelolaan yang tepat.
Dalam konteks budidaya ikan nila, pemahaman tentang peran fitoplankton
dalam ekosistem perairan dan dampaknya pada pertumbuhan dan kesehatan ikan nila
sangat penting. Pengelolaan yang baik dari aspek fitoplankton dapat berkontribusi
pada keberhasilan budidaya ikan nila.
4

1.2 Rumusan Masalah


Berikut beberapa rumusan masalah terkait fitoplankton pada ikan nila:
1. Bagaimana Ruang Lingkup Fitoplankton?
2. Bagaimana Ruang Lingkup Ikan Nila?
3. Bagaimana Ketersediaan Pakan Alami Berupa Fitoplankton Pada Ikan Kolam
Ikan Nila?
4. Bagaimana Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila, serta kualitas air
dan kepadatan Fitoplankton.

1.3 Tujuan
Berikut beberapa tujuan mempelajari fitoplankton pada ikan nila:
1. Untuk mengetahui mengenai Ruang Lingkup Fitoplankton
2. Untuk mengetahui mengenai Ruang Lingkup Ikan Nila
3. Untuk mengetahui mengenai Ketersediaan Pakan Alami Berupa Fitoplankton
Pada Ikan Kolam Ikan Nila
4. Untuk mengetahui mengenai Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila,
serta kualitas air dan kepadatan Fitoplankton
5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fitoplankton Pada Ikan Nila

Fitoplankton

Fitoplankton adalah organisme yang hidup melayang dan hanyut dalam air
serta mampu berfotosintesis (Nybakken, 1992). Fitoplankton merupakan tumbuhan
yang mengandung pigmen klorofil dan mampu melaksanakan reaksi
fotosintesis.Keberadaan Fitoplankton dalam lingkungan perairan mempunyai arti
yang penting karena Fitoplankton merupakan rantai makanan pertama d alam
penyediaan energi bagi kehidupan dalam air (Djuhanda, 1980). Fitoplankton disebut
juga sebagai produsen primer, karena merupakan pangkal rantai pakan dan fondamen
yang mendukung kehidupan seluruh biota laut lainnya (Nontji, 1993).

Fitoplankton merupakan komponen primer dalam ekosistem perairan dan


berperan penting dalam mendukung produktivitas serta aktivitas budidaya ikan.
Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang
dapatmenggambarkan kondisi kualitas perairan dan mampu menyumbang energi
untukkonsumen tingkat lanjut serta bertindak sebagai bioindikator kualitas
perairan(Sukardi & Arisandi, 2020; Mallongi et al., 2020; Samudera et al., 2021).

Fitoplankton berperan sebagai produsen primer zat-zat organik sehingga


dapatdikonsumsi oleh zooplankton dan beberapa organisme lainnya seperti larva
ikanyang masih muda, sedangkan zooplankton berperan sebagai konsumen pertama
disuatu perairan (Daniaty et al., 2021). Sukoco et al., (2020) menyatakan bahwasalah
satu organisme yang penting pada lingkungan perairan adalah fitoplanktonkarena
merupakan makanan alami organisme perairan. Fitoplankton di perairansecara
kuantitatif sepanjang tahun berubah-ubah sesuai dengan berubahnyakualitas air
(Pagoray & Sukarti, 2020). Plankton ialah organisme renik berukuran kecil yang
hidupnya melayang-layang mengikuti arus air. Plankton terbagi dua, yakni
zooplankton (jasad hewani) dan fitoplankton (jasad nabati/produsen primer). Baik
zooplankton maupun fitoplankton, keduanya memiliki peranan masing-masing di
perairan yang bisa dijadikan bioindikator suatu lingkungan perairan untuk
menentukan apakah suatu perairan tersebut dalam kondisi yang baik atau tidak
(Utomo dkk, 2013). Plankton yang berada di suatu perairan memiliki ragam jenis,
sehingga dikumpulkan membentuk struktur komunitas. Struktur komunitas ialah
kumpulan spesies yang ada di dalam komunitas, terdiri dari komposisi jenis,
6

kelimpahan, indeks dominansi dan indeks keanekaragaman (Heddy, 1994 dalam


Wijayanti dkk, 2021)

Ikan Nila

Ikan Nila (Oreochromis niloticus, Linnaeus) merupakan ikan konsumsi yang


mudah dikembangbiakkan karena cepatnya pertumbuhan dan tahan terhadap berbagai
keadaan lingkungan. Tingginya permintaan pasar membuat ikan nila banyak
dibudidayakan, menurut Darmawan dan Evi (2014) penentuan lingkungan tempat
budidaya menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan, contohnya kolam. Kolam
pada budidaya ada berbagai jenisnya, seperti kolam beton (tembok) dan kolam tanah.
Perbedaan kolam pada budidaya akan memberikan pengaruh pada kualitas air kolam.
Dibandingkan dengan kolam tanah, unsur hara yang ada pada kolam beton lebih
sedikit dan hal ini akan berdampak pada kualitas air, komposisi nutrient dan banyak
sedikitnya mikroorganisme.

Ikan nila (Oreochromis sp) sudah lama dikenal oleh masyarakat luas sebagai
ikan konsumsi dan mengandung gizi yang hampir sama dengan jenis ikan air tawar
lainnya (Sangihe, 2010). Selain itu ikan nila memiliki keunggulan antara lain mudah
dikembangbiakan dan daya kelangsungan hidup tinggi, pertumbuhan relatif cepat
dengan ukuran badan relatifbbesar, serta tahan terhadap perubahan kondisi
lingkungan (Taftajani, 2010).

2.2 Ketersediaan Pakan Alami Berupa Fitoplankton Pada Ikan Kolam Ikan Nila

Fitoplankton merupakan sumber makanan alami ikan, termasuk ikan nila


(Oreochromis niloticus). Ketersediaan fitoplankton di kolam ikan dapat ditingkatkan
melalui penggunaan pupuk, misalnya pupuk organik, yang memberikan unsur hara
untuk mendukung pertumbuhan fitoplankton. Jenis dan kelimpahan fitoplankton di
kolam ikan dapat bervariasi dari hari ke hari, dan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti kualitas air dan keberadaan organisme lain. Ketersediaan fitoplankton
juga dapat mempengaruhi kebiasaan makan ikan karena cenderung mengkonsumsi
apa yang tersedia di lingkungannya. Oleh karena itu, menjaga populasi fitoplankton
yang sehat dan beragam di kolam ikan menjadi penting bagi pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan.

Ketersediaan pakan alami berupa fitoplankton di kolam ikan nila dapat


mempengaruhi laju pertumbuhan ikan nila. Ikan nila dikategorikan sebagai organisme
herbivora dengan preferensi makanan yang didominasi oleh fitoplankton, detritus,
7

dan makrofita. Penelitian yang dilakukan di IBAT Punten, Kota Batu, Jawa Timur,
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kelimpahan fitoplankton
dengan laju pertumbuhan ikan nila. Selain itu perifiton juga dapat dijadikan sebagai
pakan alternatif ikan nila yang dapat memenuhi kebutuhan protein ikan nila dan
menunjang pertumbuhannya. Penelitian yang dilakukan di Politeknik Kelautan dan
Perikanan menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka respon ikan
nila terhadap pakan akan semakin baik, hal ini ditandai dengan pertumbuhan ikan nila
yang sesuai. Oleh karena itu, ketersediaan pakan alami berupa fitoplankton dapat
mempengaruhi laju pertumbuhan ikan nila di kolam.

2.3 Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila, serta kualitas air dan
kepadatan plankton.

Ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang
sempit dan dangkal, nila juga dapat hidup di sungai yang tidak terlalu deras alirannya,
di waduk, danau, rawa, sawah, tambak air payau, atau di dalam jaring terapung di
laut. Termasuk di kolam beton dan kolam terpal (Sangihe, 2010). Kualitas air yang
kurang baik mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Dalam usaha
budidaya ikan nila (Oreochromis sp) ketersediaan air dan kualitas air merupakan
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam usaha budidaya ikan (Suyanto,
1993). Kolam beton dan kolam terpal dipilih sebagai media pemeliharaan ikan karena
media ini lebih praktis, murah dan dapat memanfaatkan lahan yang sempit daripada
menggunakan kolam tanah mengingat kondisi lingkungan perairan kita yang bersifat
asam. Kolam beton merupakan kolam yang dasar sisi-sisinya terbuat dari beton
sedangkan kolam terpal adalah kolam yang dasar serta sisinya terbuat dari terpal.

2.3.1 Kualitas Air

kualitas air dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan mahluk-


mahluk hidup di air (Djatmika, 1986). Kualitas air merupakan faktor pembatas
terhadap jenis biota yang dibudidayakan di suatu perairan (Kordidan Tancung, 2007).
Pengukuran terhadap para parameter kualitas air yang di ukur dalam media penelitian
antara lain :

1. Suhu. Data hasil pengukuran suhu yang dilakukan pada pagi dan sore
hari setiap 2 (dua) minggu sekali selama pemeliharaan didapatkan nilai
rata-rata suhu air yaitu pada perlakuan A sebesar 29,40C sedangkan
pada perlakuan B yaitu pada 29,20C. Pergolakan suhu yang demikian
dianggap cukup baik, karena menurut Kordi dan Tancung (2007),
8

bahwa kisaran suhu yang optimal bagi kehidupan ikanadalah 28oC-


32oC. Sedangkan menurut Anonim (2010)kisaran suhu yang baik
untuk budidaya ikan nila adalah 25 – 30oC.Berdasarkan analisis
korelasi suhu terhadap pertumbuhan relatif (%) ikan nila (Oreochromis
sp)selama masa penelitian dihasilkan R2 = 38,9% atau0,389, hal ini
menunjukan bahwa tingkat hubungan yang rendah antara suhu dan
pertumbuhan relatif. Oksigen Terlarut (DO)Oksigen terlarut merupakan
faktor terpenting dalam menentukan kehidupan ikan, pernapasan akan
terganggu bila oksigen kurang dalam perairan. Hasil pengukuran
kandungan oksigen terlarut rata-rata selama penelitian pada perlakuan
A = 5,4ppm dan padaperlakuan B = 5,2ppm.Menurut Kordi dan
Tancung (2007), beberapajenis ikan mampu bertahan hidup pada
perairan dengan konsentrasi oksigen 3 ppm, namun konsentrasi oksigen
terlarut yang baik untuk hidup ikan adalah 5 ppm. Pada perairan
dengan konsentrasi oksigen dibawah 4 ppm,beberapa jenis ikan masih
mampu bertahan hidup, akan tetapi nafsu makannya mulai menurun.
Untuk itu,konsentrasi oksigen yang baik dalam budidaya perairan
adalah antara 5-7 ppm. Pada penelitian ini kandungan oksigen terlarut
umumnya sudah cukup baik, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
kandungan oksigen terlarut selama masa penelitian dalam 10 minggu
cukup baik dalam menunjang pertumbuhan ikan. Berdasarkan analisis
korelasi DO terhadap pertumbuhan relatif (%) ikan nila (Oreochromis
sp) selama masa penelitian dihasilkan R2 = 38,9% atau 0,389, hal ini
menunjukan bahwa tingkat hubungan yang rendah antara DO dan
pertumbuhan relatif.
2. Derajat Keasaman (pH). Derajat keasaman (pH) rata-rata setiap 2
(dua) minggu pada setiap perlakuan selama penelitian menunjukan
bahwa pH perairan pada perlakuan A adalah 5,1, sedangkan perlakuan
adalah B 5,3. Menurut Kordi dan Tancung (2007), menyatakan bahwa
dalam budidaya pada pH 5 masih dapat ditolerir oleh ikan tapi
pertumbuhan ikan akan terhambat. Namun ikan dapat mengalami
pertumbuhan yang optimal pada pH 6,5-9,0. Menurut Asmawi (1983),
bahwa derajat keasaman yang masih dapat di tolerir oleh ikan air tawar
adalah 4,0. Sedangkan menurut Anonim (2010), pH air yang baik untuk
budidaya ikan nila adalah 6 – 8,5 dengan kisarano ptimum 7 – 8.
Dengan demikian, kisaran derajat keasaman selama penelitian masih
berada dalam batas yang cukup baik bagi ikan.Berdasarkan analisis
korelasi pH terhadap pertumbuhan relatif (%) ikan nila (Oreochromis
sp)selama masa penelitian dihasilkan R2 = 38,9% atau0,389, hal ini
9

menunjukan bahwa tingkat hubungan yang rendah antara pH dan


pertumbuhan relatif.
3. Kecerahan. Kecerahan yang diukur setiap 2 (dua) minggu pada setiap
perlakuan selama penelitian menunjukan bahwa kecerahan rata-rata
perairan berkisar antara 20 – 30 cm. Kekeruhan pada kolam beton
maupun terpal di duga disebabkan oleh fitoplankton karena terlihat dari
air yang berwarna hijau muda. Menurut Kordi dan Tancung (2007),
kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad -
jasad renik atau plankton. Adapun tingkat kecerahan yang baik untuk
kehidupan ikan adalah 30-40 cm yang di ukur dengan menggunakan
secchi disk. Apabila kedalaman kurang dari 25 cm, maka pergantian air
harus cepat dilakukan sebelum fitoplankton mati berurutan yang diikuti
penurunan oksigen terlarut secara drastis. Ditambahkan oleh Anonim
(2010), bahwa kisaran kecerahan yang disukai oleh ikan nila adalah 20
- 35 cm.Berdasarkan analisis korelasi kecerahan terhadap pertumbuhan
relatif (%) ikan nila (Oreochromis sp) selama masa penelitian
dihasilkan R2 = 38,9% atau0,389, hal ini menunjukan bahwa tingkat
hubungan yang rendah antara kecerahan dan pertumbuhan relatif.
4. Amoniak (NH3). Menurut Kordi dan Tancung (2007), kadar amoniak
(NH3) yang terdapat dalam perairan umumya merupakan hasil
metabolisme ikan berupa kotoran padat (faces) dan terlarut (amonia),
yang dikeluarkan lewat anus, ginjal dan jaringan insang. Kotoran padat
dan sisa pakan tidak termakan adalah bahan organik dengan kandungan
protein tinggi yang diuraikan menjadi polypeptida, asam-asam amino
dan akhirnya amonia sebagai produk akhir dalam kolam. Makin tinggi
konsentrasi oksigen, pH dan suhu air makin tingipula konsentrasi
NH3.Asmawi (1983), menyatakan bahwa amoniak terlarut yang baik
untuk kelangsungan hidup ikan kurang dari 1 ppm.Hasil pengukuran
dari kadar amoniak (NH3) pada perlakuan A awal adalah 3 mg/l dan
pada akhir penelitian adalah 5 mg/l, sedangkan pada perlakuan Bawal
adalah 1 mg/l dan pada akhir penelitian adalah 3mg/l. Hal ini berarti
kadar amoniak mengalami peningkatan dari awal sampai akhir
penelitian baik pada perlakuan A maupun perlakuan B kadar amoniak
juga mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena adanya sisa-
sisa makanan yang tidak termakan oleh ikan uji selama penelitian serta
kotoran yang dihasilkan.Berdasarkan analisis korelasi NH3terhadap
pertumbuhan relatif (%) ikan nila (Oreochromis sp)selama masa
penelitian dihasilkan R2 = 38,9% atau 0,389, hal ini menunjukan
10

bahwa tingkat hubungan yang rendah antara NH3 dan pertumbuhan


relatif.
Parameter fisika kimia yang memenuhi baku mutu adalah suhu, kecepatan
arus, pH, dan DO. Kisaran suhu selama penelitian masih dalam kisaran
yang sesuai baku mutu. Tingginya nilai suhu di perairan Sei Carang
dikarenakan bahwa nilai suhu selalu berubah ubah berdasarkan penyinaran
matahari. Dengan demikian kondisi suhu ini diakibatkan karena cuaca yang
cukup terik dan kurangnya penutupan awan. Keadaan angin yang kurang
stabil menyebabkan kecepatan arus di perairan Sei Carang juga kurang
optimal sehingga tergolong kecepatan arus yang lambat. Secara umum nilai
pH sesuai untuk kelangsungan hidup fitoplankton. Rahman et al (2016)
menyatakan pH ideal untuk keberlangsungan hidup fitoplankton berkisar
antara 6,5-8. Perubahan pH dapat menyebabkan kehidupan biota disuatu
perairan menjadi terganggu karena ketidak seimbangan CO2 (Rukminasari
et al., 2014).
Oleh karena itu pH dapat menjadi petunjuk terganggunya suatu penyangga
di perairan. Konsentrasi DO untuk biota laut adalah >5 mg/L. Berdasarkan
hasil selama penelitian, oksigen terlarut pada lokasi penelitian sesuai
dengan baku mutu untuk biota laut. Kelimpahan fitoplankton merupakan
petunjuk dari kesuburan di suatu lingkungan perairan (Sofarini, 2012).
Menurut Nastiti dan Hartati (2016), kelimpahan individu fitoplankton dapat
digolongkan berdasarkan 3 kategori, yaitu Kategori oligotrofik termasuk
kesuburan yang rendah dengan kelimpahan <2.000 sel/L. Mesotrofik
termasuk perairan dengan kesuburan sedang dengan kelimpahan antara
2.000-15.000 sel/L. Selain suhu, fosfat juga berperan dalam kehidupan
fitoplankton. Fosfat termasuk nutrien yang merupakan zat hara penting bagi
pertumbuhan dan metabolisme fitoplankton yang merupakan indikator
untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan perairan (Fachrul et al.,
2005). Sumber utama zat hara berasal dari perairan itu sendiri yaitu melalui
proses-proses penguraian pelapukan atau pun dekomposisi tumbuh-
tumbuhan dan sisa-sisa organisme mati. Kadar nutrien di perairan apabila
meningkat, maka biomassa fitoplankton akan meningkat karena kebutuhan
yang diperlukan oleh fitoplankton untuk melakukan proses metabolisme
tercukupi.

2.3.2 Pertumbuhan

Pertumbuhan berat ikan nila (Oreochromis sp) selama pemeliharaan,


diperoleh dari hasil penimbangan setiap 2 (dua) minggu sekali. Kecepatan
pertumbuhan relatif (%) pada waktu pemeliharaan selama 2 minggu dapat
11

di lihat pada tabel 1 dibawah ini. Dari Tabel 1 dapat terlihat bahwa
kecepatan pertumbuhan relatif (%) ikan nila (Oreochromis sp) sampai akhir
masa pemeliharaan adalah pada perlakuan A dan B mengalami
pertumbuhan yang tidak jauh berbeda. Dari hasil Uji t pertumbuhan relatif.
menunjukan bahwa pertumbuhan pada pemeliharaan ikan antara perlakuan
A dan B adalah thitung < t0,05 (n - 1) terima Ho : sehingga disimpulkan
bahwa data menunjukan tidak ada perbedaan yang nyata antara perlakuan
A dan B.

Tinggi pertumbuhan relatif ikan uji pada perlakuan A maupun perlakuan B


disebabkan oleh padat penebaran yang rendah sehingga tidak terjadi
kompetisi terhadap ruang gerak serta makanan yang diberikan dapat
dimanfaatkan secara optimal oleh ikan serta kondisi air yang cukup baik
bagi pertumbuhan ikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mantau (2005)
yang menyatakan bahwa padat penebaran, kualitas pakan serta kualitas air
yang baik dapat menunjang pertumbuhan ikan. Untuk jelasnya, kecepatan
pertumbuhan relatif (%) selama masa pemeliharaan dari kedua perlakuan
dapat dilihat pada grafik gambar 2. Dari grafik tersebut dapat terlihat dari
setiap perlakuan menunjukan pertumbuhan ikan nila (Oreochromis sp)
yang dipelihara masih meningkat pada setiap 2 (dua) minggu, dimana
pertumbuhan relatif perlakuan A lebih tinggi dibandingkan perlakuan B.

2.3.3. Mortalitas

Mortalitas merupakan persentase dari jumlah ikan yang mati dari


populasi. Selama berlangsungnya penelitian dalam waktu 10 minggu tidak
ada mortalitas (tingkat mortalitas 0%). Tidak adanya mortalitas selama
penelitian menunjukan kemampuan dari ikan nila (Oreochromis sp) yang
dipelihara dalam kolam beton dan terpal mampu beradaptasi dengan
lingkungan perairan. Menurut Suyanto (1993), ikan nila terkenal sebagai
12

ikan yang sangat tahan terhadap perubahan lingkungan hidup dan memiliki
kemampuan adaptasi yang baik terhadap berbagai jenis air.
13

BAB III

PENUTUP

Dari beberapa penjelasan dalam makalah resume ini mengenai Fitoplankton Pada
Ikan Nila dapat disimpulkan bahwa:

1. Pakan alami ikan nila berupa fitoplankton yang merupakan tumbuhan


mikroskopis yang hidup di udara. Fitoplankton merupakan sumber makanan
bagi zooplankton, yang kemudian menjadi makanan bagi ikan kecil.
2. Ketersediaan fitoplankton yang cukup penting untuk menjaga kelangsungan
hidup ikan dan spesies ikan tertentu. Namun ketersediaan fitoplankton dapat
dipengaruhi oleh kondisi nutrisi dan sinar matahari yang tepat. Ketersediaan
fitoplankton pada kolam ikan nila dapat dipengaruhi oleh manajemen
perikanan yang dilakukan Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa
keberagaman spesies fitoplankton dapat mempengaruhi sifat ekosistem air
tawar.
3. Keterkaitan antar parameter lingkungan perairan terhadap kelimpahan
fitoplankton adalah parameter perairan suhu berkorelasi kuat, oksigen terlarut
(DO) berkorelasi rendah, dan konsentrasi fosfat (PO4) berkorelasi kuat.
Parameter lingkungan perairan yang memengaruhi kelimpahan fitoplankton di
perairan Sei Carang Kota Tanjungpinang adalah parameter perairan suhu dan
konsentrasi fosfat (PO4) dengan nilai determinasi sebesar 65,1%. Dekat atau
jauh jarak dari daratan yang memiliki ekosistem mangrove ke titik sampling
tidak memberikan pengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton di perairan Sei
Carang Kota Tanjungpinang, karena lokasi penelitian ini masih dalam 1 area
lokasi yang sama (homogen) sehingga tidak beda nyata antara jarak dari
daratan terhadap kelimpahan fitoplankton.
14

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal :

Gusmaweti, Hendri. W, Desmawati. L, Enjoni, Kurniawan, V.G. (2022). Struktur


Komunitas Fitoplankton Di kolam Bekas Tambang Emas Sebagai Budidaya
Ikan. Jurnal Pendidikan Biologi dan Sains. 5(2): 425-433.

Ramadhan, S. (2018). Analisis Fitoplankton Sebagai Pakan Alami Dan Laju


Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Kolam Budidaya di
IBAT Punten, Kota Batu, Jawa Timur, Universitas Brawijaya.

Monalisa, S. S, Minggawati, I. (2010). Kualitas Air Yang Mempengaruhi


Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis sp). Di kolam Beton dan Terpal. Jurnal
Of Tropical Fisheries. 5(2): 526-530.

Akmal. Y, Humairani, R, Muliari, Hanum, Zulfahmi. I. (2021). Komunitas


Fitoplankton sebagai bioindicator pada media pemeliharaan ikan nila
(Oreochromisniloticus) yang dipapar limbah deterjen dan pestisida.
Jurnal Akuakultur,Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. 1(5) :7-14.

Hardiyanto. R, Suherman. H, Pratama, R. I. (2012). Kajian Produktivitas Primer


Fitoplankton Di Waduk Saguling, Desa Bongas Dalam Kaitannya
Dengan Kegiatan Perikanan. Jurnal Perikanan dan Kelautan.
4(3):51-59.

Anda mungkin juga menyukai