Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Plankton adalah organisme yang hidupnya mengembara mengikuti massa
jenis air, plankton bukanlah suatu organisme melainkan suatu sifat. Yaitu
sifat yang memanfaatkan massa jenis air untuk berpindah tempat dan
mencari makan. Tidak hanya berdiam diri saja, tetapi beberapa jenis dari
plankton juga ada yang memiliki alat gerak yang biasa disebut flagel.
Ubur-ubur adalah plankton dengan ukuran terbesar.

Plankton adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang, hidupnya,


mengapung mengambang, atau melayang didalam air yang
kemampuanrenangnya terbatas sehingga mudah terbawa arus. Plankton
adalah biota yang hidup di mintakat pelagik dan mengapung,menghanyut
atau berenang sangat lemah, artinya mereka tak dapat melawanarus.
Plankton terdiri dari fitoplankton (phytoplankton) atau pelankton tumbuh-
tumbuhan dan zooplankton atau pelankton hewan

Plankton merupakan produsen utama dalam rantai makanan dunia air,ada


dua garis besar plankton, yaitu zooplankton dan phytoplankton
dalammanejemen sumberdaya perairan,plankton merupakan indikator dari
kesuburansuatu perairan di mana semakin subur suatu perairan maka akan
semakinberlimpah pula sumberdayanya. Ukuran plankton sangat beraneka
ragam dariyang terkecil yang disebut ultraplankton ukurannya < 0.005 mm
atau 5 mikron,seperti bakteri dan diatom kecil, sampai nanoplankton yang
berukuran 60-70 mikron. Nanoplankton terlalu kecil untuk dikumpulkan
dengan jaring planktonbiasa dan hanya dapat dikumpulkan dengan cara
mengambil jumlah besar airlaut
Karena memiliki banyak manfaat maka plankton perlu dibudidayakan, dan
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik maka beberapa plankton ada
yang dikulturkan, untuk itu dilakukan praktikum lapangan pada kali ini.

B. Tujuan:
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagaiberikut:
1. Mengetahui cara kultur phytoplankton dan zooplankton.
2. Mengetahui manfaat dari kultur phytoplankton dan zooplankton.
3. Mengetahui jenis plankton yang dikultur.
TINJAUAN PUSTAKA

Kultur merupakan suatu proses pembiakan organisme perairan dari mulai proses
produksi, penanganan hasil sampai pemasaran (Wheaton, 1977).

Kultur merupakan upaya produksi biota atau organisme perairan melalui


penerapan teknik domestikasi (membuat kondisi lingkungan yang mirip dengan
habitat asli organisme yang dibudidayakan), penumbuhan hingga pengelolaan
usaha yang berorientasi ekonomi (Bardach, dkk., 1972).

Kultur merupakan proses pengaturan dan perbaikan organisme akuatik untuk


kepentingan konsumsi manusia (Webster’s Dictionary, 1990).

Menurut Effendi (1979), pertumbuhan populasi adalah merupakan proses


biologis yang kompleks dimana hanya faktor yang mempengaruhinya.
Pertumbuhan phytoplankton selama kultur dapat ditandai dengan bertambah
besarnya ukuran sel atau bertambah banyaknya jumlah sel (Sachlan, 1982) .

Menurut Martossudarmo dan Wulani (1990), pertumbuhan phytoplankton secara


umum ditandai dengan 4 fase yaitu:

a. Fase Adaptasi
b. Fase Logaritmik atau Eksponensial.
c. Fase Stasioner atau Istirahat
d. Fase Kematian

. Zooplankton merupakan biota yang sangat penting peranannya dalam rantai


makanan dilautan. Mereka menjadi kunci utama dalam transfer energi dari
produsen utama ke konsumen pada tingkatan pertama dalam tropik ecologi,
seperti ikan laut, mamalia laut, penyu dan hewan terbesar dilaut seperti halnya
paus pemakan zooplankton ( Notji, 2002).

fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang
berbentuk rantai. Fitoplankton merupakan organisme autotroph utama dalam
kehidupan di laut. Melalui proses fotosisntesis yang dilakukannya, fitoplankton
mampu menjadi sumber energi bagi seluruh biota laut lewat mekanisme rantai
makanan. Walaupun memiliki ukuran yang kecil namun memiliki jumlah yang
tinggi sehingga mampu menjadi pondasi dalam piramida makanan di laut
(Sunarto, 2010).

Menurut Nontji (2005), plankton adalah organisme yang hidupnya melayang atau
mengambang di dalam air. Kemampuan geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas
hingga organisme tersebut terbawa oleh arus namun, mempunyai peranan penting
dalam ekosistem laut, karena plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai
jenis hewan laut lainnya. Selain itu hampir semua hewan laut memulai
kehidupannya sebagai plankton terutama pada tahap masih berupa telur dan larva

Berdasarkan intensitas cahaya, stratifikasi vertikal kolom air pada perairan lentik
(tergenang) dikelompokkan menjadi 3 yaitu eufotik yang mendapat cukup sinar
matahari, kedua lapisan kompensasi dengan intensitas cahaya sebesar 1% yang
terakhir adalah lapisan profundal. Kecerahan merupakan daya tembus sinar
matahari kedalam perairan. Daya tembus atau transparasi ini dapat diamati secara
langsung dengan menggunakan alat bantu berupa piringan berwarna yang
dinamakan secchidisch. Pengukuran kecerahan ini berfungsi untuk menduga
jumlah kepadatan plankton dalam perairan (Ariendi, 1986).
PEMBAHASAN

Pakan alami dengan berbagai kelebihannya sangat cocok untuk benih ikan.
Selama ini, pakan alami diperoleh dengan cara menangkap di alam atau dengan
membudidayakannya. Ketersediaan pakan alami merupakan faktor penting dalam
budidaya ikan terutama pada usaha pembenihan dan usaha budidaya ikan.

Pakan alami merupakan pakan hidup bagi larva ikan yang mencakup fitoplankton,
zooplankton, dan benthos. Pakan alami untuk larva atau benih ikan mempunyai
beberapa kelebihan karena ukurannnya relatif kecil dan sesuai dengan bukaan
mulut larva atau benih ikan, nilai nutrisinya tinggi, mudah dibudidayakan,
gerakannya dapat merangsang ikan untuk memangsanya, dapat berkembang biak
dengan cepat sehingga ketersediaannya dapat terjamin, dan biaya
pembudidayaannya relatif murah.

A. Kultur Phytoplankton

Salah satu dari plankton jenis phytoplankton yang dapat di budidayakan atau di
kultur adalah chlorella. Salah satu cara mengkultur chlorella adalah

1. wadah dicuci bersih dan masukan media air laut


2. sterilisasi air laut dengan di beri kaporit 5 ppm dilakukan pengadukan atau
pengudaraan selama 24 jam, chlorin test digunakan untuk mengetahui
kenetralan air
3. untuk bibit yang di perlukan 20 – 30 % dari volume total, salinitas 28 – 30
ppt, suhu air 30 ºC , pH 8, cahaya yang dibutuhkan 10000 lux
4. pupuk yang digunakan yaitu 50 – 60 ppm urea, 30 – 40 ppm ZA, 20 – 25
ppm SP 36, 1 – 5 ppm EDTA
Setelah chlorella ini tumbuh dan berkembangbiak maka dilakukan pemananan
dengan cara langsung bersamaan air media kulturnya. Ukuran phytoplankton yang
mikroskopik sulit untuk dilakukan penyaringan seperti chlorella. Fitoplankton
yang mampu disaring adalan skeletonema, spirulina bentukselnya seperti benang
sengan ukuran 20µm

Media kultur phytoplankton harus sudah berumur tua antara 5 hari sampai 10 hari
untuk menghilangkan pupuk yang ada didalamnya karena pemberiannya bersama
media air kultur dan di gunakan secara langsung sebagai pakan larva. Teknik
panen yang digunakan adalah panen total yaitu dengan menggunakan pompa
celup dan didistribusikan ke bak larva dan dialirkan secara perlahan sesuai
kebutuhan dengan system gravitasi tanpa pompa.

Salah satu cara pengangkutan alga klorella yang tdak membutuhkan volume
media yang banyak dengan cara pengendapan. Langkah pengendapan chlorella
adalah sebagai berikut :

a. Alga chlorella yang siap dipananen ditampung dalam wadah bervolume 1


ton
b. NaOH teknis sebanyak 75 – 100 ppm dilarutkan dalam air laut dan
ditambahkan pada chlorella tersebut dan diberi aerasi selama 2 jam.
c. Setelah 2 jam, aerasi dimatikan dan tunggu 10 – 15 jam akan terjadi proses
pengendapan alga yang ditandai dengan adanya larutan hijau alga yang
mengendap didasar dan larutan bening yang berada diatasnya.
d. Larutan benind di buang dan didapatkan endapan alga sekitar 25 – 30 liter.

Endapan chorella dapat digunakan sebagai bibit dengan dimasukan


kemedia air laut 4 ton yang sudah diberi pupuk dan aerasi. Endapan
chlorella dapat digunakan sebagai pakan larva yang diencerkan campuran
air twar dan ditambah air laut perbandingan 1 : 4 dan diaerasi sekitar 1jam
untuk menurunkan pH endapan chlorella. Penambahan asam dan asam
strat dapat ditambahkan setelah diber air laut dan diaerasi. Pengukuran pH
dapat digunakan PH meter atau kertas lakmus.
Cara - cara kultur untuk pertumbuhan phytoplankton kurang lebih sama dengan
pengkulturan chlorella.

B. Kultur Zooplankton

Sejarah dimulainya kultur pakan alami dilakukan oleh Allen dan Nelson pada
tahun 1910, dengan kulture diatom untuk pakan Invertebrata (Ryther and
Goldman, 1975).
Adapun beberapa glongan dari zooplankton yang digunakan sebagai pakan alami
dan perlu dibudidayakan sebagai pakan alami burayak diantaranya adalah :
1. Brachionus sp.
2. Kopepoda (Cyclop sp., Acartia sp.)
3. Diaphanosoma sp.
4. Artemia sp.
5. Cacing rambut
6. Daphnia sp.
7. Moina sp.
8. Larva chironomus
9. Infusoria

(Susanto,2010).

Selain phyoplankton yang dapat di kultur utuk budidaya pakan alami untuk ikan
maka zooplankton dapat juga dikultur tetapi perlu tenaga ekstra untuk
membudidayakannya. Salah satu zooplankton yang dapat dikultur adalah rotifer

Rotifer merupakan salah satu pakan alami larva ikan yang diguunakan para
pembudidaya ikan. Rotifer memiliki masa hidup yang tidak terlalu lama. Usia
betina pada suhu 25◦C adalah antara 6-8 hari sedangkan yang jantan hanya 2 hari
.

Teknik Kultur Rotifera ( Branchionus sp )


a. Pembibitan
Rotifera merupakan pakan alami yang membutuhkan teknik yang matang dalam
melakukan pembibitan untuk mendapatkan kultur rotifara yang bagus. Langkah
pertama yaitu menyiapkan wadah berupa bak tembok atau bak fiberglass dengan
ukuran 25 liter atau wadah lain tersedia. Wadah dibersihkan dengan cara mencuci
kemudian mengeringkannya di bawah sinar matahari.
Media pemeliharaan yang dipakai adalah ekstrak pupuk kandang seperti kotoran
ayam atau kotoran kuda. Media pemeliharaan dibuat dengan cara merebus kotoran
ayam atau kuda dalam panic sebanyak 500 g/liter air. Setelah dimasak, kotoran
disaring dengan menggunakan kain blacu atau kain trilin.
Cairan hasil penyaringan ditampung dalam bak fiberglass ukuran 25 liter dan
diencerkan dengan menambahkan air kolam 5-10 liter. Penambahan air kolam
bertujuan agar bakteri dan jasad renik sebagai pakan rotifer dapat tumbuh.
Pada hari ketujuh, bibit rotifer yang diperoleh dari perairan umum dimasukkan ke
dalam media pembibitan. Untuk memastikan ada tidaknya rotifer dalam air harus
dilakukan pengamatan di bawah mikroskop. Dalam waktu 1-2 minggu rotifer
sudah berkembang dengan baik, dan dapat diinokulasikan untuk dipelihara.
b. Pemeliharaan

1. Dalam Akuarium ( Terbatas )


Ukuran akuarium yang dapat digunakan sebagai wadah pemeliharaan adalah 60 x
40 x 50 cm, sedangkan fiberglass yang biasa dipakai adalah yang berukuran
hingga 1 ton. Wadah dicuci bersih dan dikeringkan di bawah terik matahari.
Akuarium diisi dengan air kolam dan volume air yang dimasukkan dihitung. Hal
ini diperlukan untuk memperkirakan jumlah pupuk yang akan digunakan. Pupuk
yang digunakan adalah kotoran ayam atau kotoran kuda dengan dosis 300-400
g/liter air. Pemberian pupuk dilakukan dengan jalan membungkus pupuk tersebut
dalam kain, kemudian digantung hingga seluruh pupuk terendam air.
Setelah tujuh hari, kondisi air media sudah siap sitebari bibit rotifer. Panen dapat
dilakukan pada minggu berikutnya ketika populasi rotifera mencapai puncak.
Pemanenan dilakukan dengan menggunakan planktonnet dengan cara menciduk
langsung atau melaluio penyifonan. Kepadatan populasi akan bisa dipertahankan
tetap tinggi selama satu bulan apabila setiap 5-6 hari dilakukan pemupukan ulang
sebanyak separuh dosis pupuk awal.

2. Dalam Kolam (Massal)


Kolam yang digunakan bisa kolam tembok atau kolam tanah yang berukuran
antara 100-00 m2. Kolam dikeringkan slama 2-4 hari hingga dasarnya menjadi
pecah-pecah. Pencangkulan dan pembajakan dilakukan untuk membalik tanah
dasar kolam sehingga udara dapat masuk ke dasar kolam. Perbaikan-perbaikan
dilakukan pada saluran pemasukan serta kebocoran-kebocoran yangada pada
tanggul ditutup.
Untuk memperbaiki pH tanah iar dan membunuh bibit-bibit penyakit dilakukan
pengapuran dengan memakai kepur pertanian atau kapur tohor 200-300 g/m2.
Pemupukan dilakukan dengan cara menebar irisan jerami atau daun kol secara
merata dengan dosis 500 g/m2 air. Kolam diisi air hingga menggenang.

Penyemprotan insektisida dilkukan pada hari keempat setelah penggenangan.


Insektisida yang dipakai adalah Sumithion 50 EC dengan dosis 4 ppm untuk
membunuh organism lain seperti cladocera yang menjadi pemangsa rotifera. Pada
hari keenam atau ketujuh setelah penyemprotan, pemeliharaan rotifera dapat
dilakukan.
Seminggu kemudian rotifera sudah mencapai populasi puncak dan siap dipanen.
Pemanenan dilakukan dengan menggunakan planktonnet. Cara pemanenannya
yaitu ciduk air kolam kemudian air yang terkonsentrasi pada tabung planktonnet
ditampung dalam ember. Cara lain panen rotifera adalah dengan menggunakan
pompa air yang di alirkan pada wadah tertentu.
Pemupukan ulang perlu dilakukan untuk mempertahankan populasi rotifera
dengan dosis sebanyak setengah dosis pemupukan awal. Sebaiknya pemupukan
dilkukan setiap 5-6 hari sekali.

Faktor Pembatas Plankton


Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan plankton dibagi dalam dua kelompok,
yaitu faktor fisik dan faktor kimia :

Faktor fisik : cahaya, temperatur air, kekeruhan/kecerahan, pergerakan air

A. Cahaya
Bagi hewan laut, cahaya mempunyai pengaruh terbesar secara tidak langsung,
yakni sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis tumbuh-tumbuhan yang
menjadi tumpuan hidup mereka karena menjadi sumber makanan. Cahaya juga
merupakan faktor penting dalam hubungannya dengan perpindahan populasi
hewan laut. Laju pertumbuhan fitoplankton sangat tergantung pada ketersediaan
cahaya di dalam perairan. Hubungan antara cahaya dan perpindahan hewan laut
ini banyak dipelajari, terutama pada plankton hewan (Romimohtarto dan Juwana,
1999).
Menurut Heyman dan Lundgren (1988), laju pertumbuhan maksimum
fitoplankton akan mengalami penurunan bila perairan berada pada kondisi
ketersediaan cahaya yang rendah.
B. Suhu
Suhu air dapat mempengaruhi sifat fisika kimia perairan maupun biologi, antara
lain kenaikan suhu dapat menurunkan kandungan oksigen serta menaikkan daya
toksit yang ada dalam suatu perairan. Suhu air mempengaruhi kandungan oksigen
terlarut dalam air, semakin tinggi suhu maka semakin kurang kandungan oksigen
terlarut. Perkembangan plankton optimal terjadi dalam kisaran suhu antara 25oc –
30oc (Mujib, 2010).

C. Kekeruhan/kecerahan
Kekeruhan sangat mempengaruhi perkembangan plankton, apabila kekeruhan
tinggi maka cahaya matahari tidak dapat menembus perairan dan menyebabkan
fitoplankton tidak dapat melakukan proses fotosintesis (Mujib, 2010).

D. Pergerakan Air
Arus berpengaruh besar terhadap distribusi organisme perairan dan juga
meningkatkan terjadinya difusi oksigen dalam perairan. Arus juga membantu
penyebab plankton dari satu tempat ke tempat lainnya dan membantu menyuplai
bahan makanan yang dibutuhkan plankton (Mujib, 2010).

Faktor kimia : oksigen terlarut, ph, salinitas, nutrisi

A. Derajat Keasaman (ph)


Derajat keasaman (ph) berpengaruh sangat besar terhadap tumbuh-tumbuhan dan
hewan air sehingga sering digunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik
atau tidaknya kondisi air sebagai media hidup. Apabila derajat keasaman tinggi
apakah itu asam atau basa menyebabkan proses fisiologis pada plankton
terganggu (Mujib, 2010).

B. Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut diperlukan oleh tumbuhan air, plankton dan fauna air untuk
bernapas serta diperlukan oleh bakteri untuk dekomposisi. Dengan adanya proses
dekomposisi yang dilakukan oleh bakteri menyebabkan keadaan unsur hara tetap
tersedia di perairan. Hal ini snagat menunjang pertumbuhan air, plankton dan
perifiton (Mujib, 2010).

C. Salinitas
Salinitas berperanan penting dalam kehidupan organisme, misalnya distribusi
biota akuatik. Menyatakan bahwa pada daerah pesisir pantai merupakan perairan
dinamis, yang menyebabkan variasi salinitas tidak begitu besar. Organisme yang
hidup cenderung mempunyai toleransi terhadap perubahan salinitas sampai
dengan 15 ‰ (Nybakken 1992).

D. Nutrisi
Nutrisi sangat berperan penting untuk pertumbuhan plankton, nutrisi yang paling
penting dalam hal ini adalah nitrat ( NO3 ) dan phosphat ( PO4 ) phytoplankton
mengkonsumsi nitrogen dalam banyak bentuk, seperti nitrogen dari nitrat,
ammonia, urea, asam amino. Tetapi phytoplankton lebih cendrung mengkonsumsi
nitrat dan ammonia. Nitrat lebih banyak didapati di dasar yang banyak
mengandung unsur organik ketimbang dari air laut, nitrat juga bisa diperoleh dari
siklus nitrogen. Nitrogen dari nitrat adalah salah satu unsur penting untuk
pertumbuhan blue green alga dan phytoplankton lainnya (Mujib, 2010).

Beberapa Jenis Plankton Air Laut


1. Ceratium

Ceratium sp merupakan fitoplantkon berwarna coklat, tergabung dalam genus


yang berbentuk menajam ( armoused ). Termasuk dalam kelas dynoflagellata.
Memiliki bentuk umum yaitu terdiri membran vesikel berisi lapisan – lapisan
theca yang cukup nyata, memiliki substansi cadangan utama berupa karbohidrat
dan garam, memiliki nukleus yang besar dengan penampilan berbentuk seperti
manik – manik, Ceratium sp juga memiliki trichocysr dan stigma (Nybakken,
1992).
Klasifikasi:
Kingdom : Protozoa

Divisi : Dinoflagellata

Kelas : Dinophyceae

Ordo : Gonyaulacales

Family : Ceratiaceae

Genus : Ceratium

2. Bacteriastrum

Bacteriastrum adalah genus diatom di keluarga Chaetocerotaceae keluarga. Ada


lebih dari 30 jenis yang diuraikan dalam Bacteriastrum genus, tapi banyak di
antaranya belum diterima, dan spesies baru masih ditambahkan ke genus. Genus
ini sering dikaitkan dengan Chaetoceros tetapi berbeda dalam simetri radial dan
fanestration dari setae. Koloni cenderung berkamuflase dalam tampilan korset dan
sel – sel yang dipisahkan oleh lingkungan bagian basal setae, meninggalkan celah
kecil antar sel. Sel – sel yang silinder dan dihubungkan untuk membentuk filamen.
Setiap sel memikiki beberapa lama, memancar setae yang memungkinkan
sederhana atau membagi dalam dua cabang (Nybakken,1992)

Klasifikasi:

Kingdom : Chromalveolata

Divisi : Heterokontophyta

Kelas : Bacillariophyceae

Ordo : Centrales

Family : Chaetoceraceae

Genus : Bacteriastrum
3. Pleurobrachia sp.
Pleurobrachia kadang memiliki bentuk tubuh telur dengan mulut disekitar
ujungnya, walupun beberapa individu tidak beraturan bulatannya.Dari sisi yang
berhadapan dari tubuh memanjang sepasang, tentakel yang lampai yang setiap
bagiannya ada pada sebuah lapisan dalam yang mana dapat di tarik
mundur.Beberapa spesies dari Cydippids memiilki tubuh yang yang rata pada
berbagai tingkatan sehingga mereka lebih luas pada bagian tentakelnya.

Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phyllum : Ctenophora
Class : Tentaculata
Ordo : Cydippida
Family : Pleurobranchiidae
Genus : Pleurobranchia
Spesies : Pleurobranchia sp.

4. Coscinodiscus

Sel Coscinodiscus berbentuk simetri radial(bulat) berukuran 100 µ.sel


coscinodiscus ini merupakan kels dari Bacillariophyceae.hidup diperairan laut
secara soliter.Coscinodiscus theca(epyteca dan hypotheca). Antara epyheca dan
hypoteca dihubungkan oleh pectin,dinding selnya tersusun atas silikal ya ng
merupakan pembatas antara kerangka luar bagi sitoplasma,vakoula dan
nucleus,Coscinodiscus, sel yang soliter ,cangkang berbentuk segi
delapan,memiliki banyak kloroplas,permukaan sel berbentu flat/datar,hidup pada
temperature optimum 250C dan salinitas maksimal 36 ‰,mempunyai pola areal
berbentuk radial. (Thomas,1997)

Klasifikasi:

Kingdom :Plantae

Divisi :Chrysophyta
Kelas : Bacillariophyceae

Ordo :Coscinodiscales

Family : Coscinodisceae

Genus : Coscinodiscus

5. Rotifera
Rotifer merupakan salah satu pakan alami larva ikan yang diguunakan para
pembudidaya ikan. Rotifer termasuk kedalam filum invetrebrata yang lebih dan
secara dekat dikaitkan dengan cacing gelang (nematoda). Ada tiga kelas Rotifera
yaitu (1) Seisionidea, (2) Bdelloidea, (3) Monogononta, kelas dimana terdapat
Branchionus plicatilis, B. calyciflorus, dan B. rubens. Kelas Monogononta
memiliki sirklus hidup partenogenetik yang terdiri dari fase seksual dan aseksual.
Sebagian masa hidupnya berada dalam fase aseksual namun pada lingkungan
tertentu kelompok ini dapat melakukan reproduksi seksual dan aseksual secara
serentak. faktor-faktor yang menentukan jenis kelamin masih belum dipahami
namun faktor makanan, tidak adanya stress fisiologis dan juga genetik memainkan
peranan yang penting dalam hal ini.

Menurut Isnanstyo dan Kurniastuty (1995), klasifikasi Branchionus sp adalah


sebagai berikut :
Phyllum : Avertebrata
Kelas : Aschelminthes
Sub-kelas : Rotaria
Sub-ordo : Eurotaria
Familia : Monogonanta
Sub-familia : Branchionidae
Genus : Branchionae
Spesies : Branchionus plicatilis
6. Oithona sp.
Tonjolan-tonjolan kecil yang terdapat pada ruas pertama urosome sangat baik
unuk mengidentifikasi hewan ini, tetapi tonjolan ini sangat sulit untuk dilihat.Pada
betina urosome terdiri dari 5 ruas pada jantan 6 ruas.Panjang berkisar antara 0,5
sanpai 1,5 mm. Habitat di perairan laut terbuka.

Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Maxillopoda
Ordo : Cyclopoida
Family : Oithonidae
Genus : Oithona
Spesies : Oithona sp.

7. Calanus sp.
Calanus dianggap menjadi copepoda besar, yang biasanya 2-4 milimeter (0,08-
0,16). Habitatdi Laut Utara danLautNorwegia.Calanus juga ditemukan di seluruh
perairan dingin Atlantik Utara, terutama di lepas pantai Kanada dan di Teluk
Maine.

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Maxillopoda

Ordo : Calanoida

Family : Calanidae

Genus : Calanus

Species : Calanus sp.


8. Obellia sp.
Mempunyai rongga besar di tengah-tengah tubuhnya yang berfungsi seperti Usus
pada hewan-hewan tingkat tinggi.Rongga itu disebut rongga
Gastrovaskuler.Simetri tubuhnya Radial dan terdapat Tentakel disekitar mulutnya
yang berfungsi untuk menangkap dan memasukkan makanan ke dalam tubuhnya.

Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phyllum : Cnidaria
Class : Hydrozoa
Ordo : Leptomedusae
Family : Campanullaridae
Genus : Obelia
Spesies : Obelia sp.
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Plankton dipindahkan ke akuarium saat fase eksponensial yaitu ketika
mengalami warna yang sangat pekat.
2. Pada saat kultur phytoplankton, terdapat banyak warna yang berbeda-beda
tiap jenis nya, tergantung dengan pigmen yang dimiliki masing-masing
jenis nya.
3. Zooplankton yang dikultur pada praktikum lapangan kali ini yaitu Rotifera
sp. Diaphanosoma sp. Dan Copepoda.
4. Tahapan kultur yaitu pada toples ke akuarium ke semi missal dan ke
missal.
5. Factor yang mempengaruhi kultur plankton yaitu cahaya, nutrisi, Ph,
pergerakan air, oksigen terlarut dll.

Anda mungkin juga menyukai