PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Pengamatan Komponen Ekologi
Tujuan dari praktikum pengamatan komponen ekologi (biotik dan abiotik)
yang mempengaruhi kehidupan plankton.
1
sample plankton. Serta menambah pengetahuan praktikan tentang cara
penyimpanan sampel plankton.
2
2. TINJAUAN PUSTAKA
3
b. Berdasarkan asal
Menurut Basmi (1992) dalam Yazwar (2008), berdasarkan asal
usul plankton, dimana ada plankton yang hidup dan berkembang dari
perairan itu sendiri dan ada yang berasal dari luar, terdiri atas :
1. Autogenik plankton, yaitu plankton yang berasal dari perairan itu
sendiri.
2. Allogenetik plankton, yakni plankton yang datang dari perairan itu
sendiri dari perairan lain (hanyut terbawa oleh sungai atau arus). Hal
ini dapat diketahui sektar muara sungai.
Menurut Herawati (1989) berdasarkan asalnya plankton dapat
dibedakan menjadi :
1. Autogenik plankton, yaitu plankton yang berasal dari perairan itu
sendiri.
2. Allogenetik plankton, yakni plankton yang datang dari perairan lain.
d. Berdasarkan habitat
Plankton berdasarkan habitat hidupnya terdiri atas plankton
oseanik yang hidup di lautan lepas atau di luar paparan benua; plankton
neritik yang hidup di perairan paparan benua; dan limnoplankton yang hidup
di air tawar. Sedangkan berdasarkan kehidupan alamiah, plankton terdiri
atas holoplankton dan meroplankton. Holoplankton adalah zooplankton yang
seluruh daur hidupnya Bersifatplankton, sedangkan meroplankton adalah
4
organisme yang sebagian dari daur hidupnya bersifat planktonik dan akan
berubah menjadi nekton atau bentos (Saweti dan ahmad, 2012).
5
2.1.3 Ciri dan Klasifikasi Fitoplankton
a. Phylum Chlorophyta
Menurut Kumar dan Singh (1976) dalam Santya (2009),
Chlorellasp. termasuk divisi Chlorophyta. Klasifikasinya adalah:
Divisio : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorococcales
Sub-ordo : Autosporinaceae
Familia : Chlorellaceae
Genus : Chlorella
Spesies : Chlorella sp
Chlorophyta adalah sebuah kelompok yang sangat beraneka
ragam dengan lebih dari 7000 spesies yang telah dketahiu. Kloroplasnya
mengandung klorofil a dan b, juga karotenoid yang biasanya ditemukan
pada tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi. Clhlorophyta barang kali
merupakan nenek moyang kingdom plantae. Kebanyakan di antaranya
hidup di peraioran tawar tapi juga ada yang ditemukan di darat dan di
lautan. Chlorophyta adalah klomponen algae dari lichen , suatu persatuan
mutualistik yang erat dengan fungi yang ditemukan di daerah-daerah
beriklim dingin. Chlamydomonas adal;ah salah satu contoh khasd
anggota Chlorophyta. Tahapan-tahapan reproduksi seksual dan aseksual
yang kompleks menjadi ciori kelompok tersebut. Ada anggota
Chlorophyta yang uniseluler dan ada pula yang multiseluler (Freid and
George, 2005).
b. Phylum cyanophyta
Divisi Cyanophyta merupakan sel eukariotik, memiliki membran
inti dan nukleus,memiliki dinding sel yang tebal (peptidoglikan), lentur,
dan sel-selnya tidak memilikiflagel. Spesies yang ditemukan yaitu
Oscillatoria sp. Ciri khas Oscillatoria sp yaituberwarna hijau kebiru-biruan,
membentuk filamen panjang lurus, dan halus. Pigmenfotosintesis yaitu
klorofil a, karotenoid serta pigmen fikobilin yang terdiri dari fikosianindan
fikoeritin (Bold, 1985 dalam Kasrina, 2012)
Cyanobacteria/Cyanophyta atau alga hijau biru merupakan
kelompok alga prokariotik. Organisme tersebut memiliki peran sebagai
6
produsen dan penghasil senyawa nitrogen di perairan. Beberapa
organisme tersebut bersifat kosmopolit, tidak hanya ditemukan di habitat
akuatik melainkan juga ditemukan di habitat terestrial (Prihantini, et al.,
2008).
c. Phylum chrysophyta.
Chrysophyta atau ganggang keemasan meliputi ± 850 jenis.
Selnya mempunyai plastida berwarna hijau kekuningan/cokelat keemasan
yang disebabkan oleh pigmen xantofil dalam jumlah banyak. Chrysophyta
ada yang hidup soliter dan ada yang berkoloni. Sebagian besar
Chrysophyta mempunyai flagela, namun ada pula bersifat amoeboid
karena tidak berdinding. Bentuk sel atau koloni bermacam-macam. Dapat
hidup di air maupun daratan. Chrysophyta yang hidup di darat sering
ditemui sebagai selaput seperti beludru di tepi kolam, tepi perairan, atau
di tanah yang lembab. Selain laminarin, Chrysophytamenyimpan
kelebihan makanan dalam bentuk minyak sehingga merupakan
komponen penting dalam pembentukan minyak bumi (Budiati, 2006).
Chrysophyta sering dinamakan alga pirang atau alga keemasan
karena mendapatkan warna dari karatinoid cokelat kuning yang disebut
fukosantin dan juga memiliki klorofil a dan b; memiliki sel yang bersifat
uniseluler dan banyak yang berflagel. Terdiri atas 5300 species, 5000
buah yang merupakanDiatom. Jadi, sebagian besar kelompok ini adalah
diatom (Kistinnah dan Lesari, 2009).
d. Phylum rhodophyta.
Rhodophyceae umumnya berwarna merah,coklat,nila,hijau,dan
memiliki pigmen fikoeritin.Rhodhophyta memiliki dua sub kelas yaitu
Bangiophycidae yang dapat berupa uniseluler atau lamella.
Reproduksinya dibatasi pada formasi monospora yang dapat melakukan
multiplikasi vegetatif. Dan florideophycidae atau floridae, thallusnya
seringkali berupa fiament dengan struktur massive dan
kompleks.Strukturnya dapat uniaxial atau dapat pula berupa filament
terpusat (struktur multiaxial).Reproduksinya didasarkan pada sel-sel
vegetatif atau sel-sel terminal yang disebut dengan carpogonial dan
carposporophyte (Risiani, 2004).
7
Menurut Haniffa, et al., (2012) dalam Fattah, (2012), Alga merah
(Rhodophyceae) merupakan salah satu organisme laut yangdapat
menyediakan sumber bahan alam dalam jumlah yang melimpah dan
mudahuntuk dibudidayakan. Berbagai bahan aktif dari alga telah
ditemukanpenggunaannya seperti antibakteri antivirus,
antijamur,sitotoksik, antialga dan lainnya
e. Phylum dinoflagellata
Menurut Anderson et al. 2007, Krakteristik Dinoflagellata adalah:
Habitat: Kebanyakan pada air asin, tetapi juga terdapat air tawar
Pigmen pokok: Karoten; Xantofil
Produk simpan: Minyak
Dinding sel: Selulosa dan pektin
Cara reproduksi: Aseksual
Dinoflagellata merupakan mekanisme terpenting kedua setelah
diatomada sebagai produsen makanan (fitoplankton) pada habitat
air laut. Dinoflagelata mempunyai dua flagella yang letaknya
berdasarkan satu sama lain dan biasanya terletak pada pusat sel
(Haerawati dan Kusriani, 2005)
8
b. Phylum Arthropoda
Organisme ini bisa hidup pada mampir setiap “ecological
niche” baik di darat maupun di laut, dimana saja kondisi
memungkinkan bagi kehidupan. Dilihat dari struktur tubuhnya
arthopoda sangat mirip dengan anilida kecuali perkembangan
coelamic cavity. Klas terbesar dari fillum ini adalah insekta yang
hampir semua anggotanya hidup di darat, hanya beberapa spesies
saja yang hidup di air, terutama di tawar (Kusriani dan Herawati 2005).
Menurut Asmara (2005), Crustacea, elococesa, ostracoda,
copepoda, ampedia, comacea, isopoda, aphipoda, mysidaceae,
euphousiacea, decupoda, dan stomatopoda adalah tipe grup yang
paling banyak ditemukan sebagai plankton baik dewasa, larva maupun
keduanya.
c. Phylum Cepapoda
Menurut Kusriani dan Herawati, (2005) kebanyakan
cepapoda adalah filter feeder jenis makanannya secara detail belum
diteliti secara jelas. Kelihatannya makanan dari cepapoda terutama
adalah nanoplankton termasuk beberapa diantaranya adalah bacteri.
Di laut cepapoda menempati posisi kedua sebagai zooplankton.
Sementara di perairan tawar hanya memegang peran yang hampir
sama dengan celadocera.
9
terhadap toleransi suhu, tetapi spesies alga potensial berbahaya daerah
tropik mempunya itoleransi yang rendah terhadap perubahan suhu.
Kisaran suhu optimal bagi spesies alga potensial berbahaya adalah 250–
300 C dan kemampuan proses fotosintesis akan menurun tajam apabila
suhu perairan berada di luar kisaran optimal tersebut (Gross dan
Enevoldsen, 1998 dalam Gosari, 2002).
2.2.2. pH
Derajat keasaman (pH) berpengaruh pada setiap kehidupan
organisme, namun setiap organisme mempunyai batas toleransi yang
bervariasi terhadap pH perairan. Toleransi masing-masing jenis terhadap
pH juga sangat dipengaruhi faktor lain seperti suhu dan oksigen terlarut.
Apabila suhu di perairan tinggi maka oksigen terlarut menjadi rendah. Hal
ini akan mengganggu dalam pernafasan dan pengaturan kecepatan
metabolisme zooplankton. Kenaikan pH pada perairan akan menurunkan
konsentrasi CO2 terutama pada siang hari ketika proses fotosintesis
sedang berlangsung. Dengan adanya aktivitas fotosintesis, maka kadar
oksigen terlarut (DO) meningkat di perairan (Angka derajat keasaman
(pH) perairan Sungai Citarum Hulu berkisar antara 7, 19 – 8,53 Menurut
Harris (1986), bahwa derajat keasaan (pH) perairan yang ideal untuk
plankton berkisar antara 6,0 – 9,0. Berdasarkan hasil pengukuran di
Sungai Ctarum Hulu dapat disimpulkan bahwa nilai kisaran pH berada
pada kisaran yang ideal untuk pertumbuhan plankton (Putra, Adie Wijaya
et al., 2012)
2.2.3. Kecerahan
Intensitas cahaya yang sangat berperan dalam proses fotosintesis
diduga relatif tidak berpengaruh, karena setiap stasiun mempunyai nilai
kecerahan yang hampir sama. Demikian pula, suhu dan pH perairan
mempunyai nilai yang tidak jauh berbeda sehingga diduga tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap fitoplankton. Hal ini sesuai
dengan pendapat dari Kimmel dan Groeger (1984) serta Thornton et al.
(1990) bahwa ketersediaan unsur hara dan cahaya yang cukup dapat
digunakan oleh fitoplankton untuk perkembangannya(Yuliana, 2007).
10
Perbedaan kisaran kecerahan tersebut dapat disebabkan oleh faktor
biologi dan fisik. Biologi dikarenakan perbedaan kandungan
mikroorganisme (mikroba & plankton), sedang kan fisik dikarenakan
perbedaan padatan tersuspensi dan terlarut dalam air tersebut.
Perbedaan kandungan partikel di lautdimungkinkan untuk berfluktuasi
setiap saat karena air selalu bergerak terbawa arus. Dengan kecerahan
yang selalu diatas 6 meter menunjukkan bahwa perairan-laut pulau
Harapan masih tergolong oligotrofik(Garno, 2008).
2.2.5. CO2
Menurut Wetzel dan Likens (2011), Digunakan lebih oleh
fitoplankton dari pada HCO3 dan itu dapat menjadi racun bagi organisme
lain jika tersedia pada konsentrasi yang tinggi. Jumlah karbondioksida
ditentukan dengan penambahan fenolftalein ke dalam air sampel hingga
muncul warna pink.
11
MenurutKenza (2011), CO2 digunakan produksi air alami oleh laju
fotosintesis yang banyak pada jumlah pada pernafasan dan dekomposisi.
2.2.6. Nitrat
Ion nitrat dibentuk oleh oksidasi lengkap dari ion amonium oleh
mikroorganisme yang ada di tanah atuapun air atau akibat proses
nitrifikasi dari asam amoniak. Bakteri yang berperan dalam proses
nitrifikasi untuk mengubah nitrat adalah nitrobacter. Bakteri tentu pula
mengubah nitrat menjadi nitrogen bebas (N2) yang dapat dilepas dari
suatu sistem sebagai gas. Reaksi ini dapat ditemukan pada biofelter dan
lingkungan alamiah serta tanggung jawab untuk mempertahankan
konsentrasi amonia dalam kisaran yang layak ( Spotte, 1996).
Menurut Millero dan Sohn (1992) dalam Asmara (2005),
keberadaan nitrat di lapisan permukaan laut juga diatur oleh proses
biologi dan fisika. Pemanfaatan nitrat oleh fitoplankton terjadi selama
berlangsung proses fotosintesis dan bergantung pada intensitas matahari.
Proses regenerasi NO3- sebagian oleh bakteri pengoksidasi dari nitrogen
organik, yang kemudian melepaskan NH4+ dan PO42-, selanjutnya NH4+
akan mengalami oksidasi menjadi NO3-.
2.2.7. Phosfat
Phosfat merupakan faktor pembatas bagi produktifitas suatu
perairan. Perairan dengan kandungan fosfat yang tinggi melebihi
kebutuhan normal organisme nabati yang ada di perairan tersebut, maka
akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi (Nybakken, 1992). Menurut Tait,
(1981) dalam Michael, (1994), Secara alamiah, fosfor tidak terdapat
dalam bentuk bebas namun dalam bentuk fosfat. Dalam sistem perairan,
fosfat berada dalam bentuk fosfat terlarut atau fosfat organik yang
terkandung dalam biota plankton.
12
0,051 – 0,10 : baik
2.2.8. TOM
Menurut Lukman, et al., (2008), berbagai faktor lingkungann dapat
berperan terhadap komposisi dan kelimpahan biota benthic, diantaranya
yang cukup penting adalah kuantitas dan kualitas TOM sedimen. Kadar
organik sedimen merupakan salah satu penentuan keberadaan biota
benthic di suatu perairan. Karena selain menjadi sumber pakan tetapi
pada sisi lain akan berpengaruh terhadap pada kadar oksigen yang
tersedia di dasar perairan tersebut. Pada kondisi oksigen yang masih
mencukupi atau biota yang tidak terpengaruh oleh kondisi oksigen rendah,
kondisi bahan organik yang ada dapat menetukan tingkat kelimpahannya.
Menurut sugianti, et al., (2010), sedimen dengan ukuran partikel
lebih halus umumnya memiliki kandungan bahan organik lebih tinggi
dibandingkan dengan ukuran partikel yang lebih besar, semakin halus
tekstur substrat semakin besar kemampuannya menjebak bahan organik.
13
2.3.2 Indeks Dominasi
Berdasarkan Odum (1971) dalam Madinawati 2010, dominansi
hasil perhitungan adalah sebagai berikut : D mendekati 0 tidak ada jenis
yang mendominasi dan D mendekati 1 terdapat jenis yang mendominasi.
Penelitian Kelimpahan Fitoplankton di Ekosistem Perairan Teluk
Gilimanuk, Taman Nasional, Bali Barat telah dilakukan pada bulan Maret
2006. Pengamatan difokuskan pada komunitas fitoplankton dan
zooplankton di sepuluh titik stasiun pengamatan. Variasi kelimpahan
plankton rata-rata antar kelompok lokasi adalah 4428 – 1716224 sel/m3
dan 23938 individu/m3 (67,73 %) masing-masing untuk fitoplankton dan
zooplankton. Struktur komunitas fitoplankton didominasi oleh kelompok
diatom dengan tercatat ada 5 (lima) yaitu: Coscinodiscus, Chaetoceros,
Guinardia, Navicula,Pseudonitzshia (Thoha, 2007)
14
3. MATERI DAN METODE
a. Parameter Fisika
Suhu
Kecerahan
Alat yang digunakan dalam pengukuran kecerahan yaitu:
- Secchidisk : Alat untuk mengukur kecerahan air
- Penggaris : Sebagai penanda d1 dan d2
- Tali : Mengikat secchidisk
b. Parameter Kimia
DO (Oksigen terlarut)
15
- Statif : Sebagai peyangga berat
Karbondioksida (CO2)
16
- Na2 CO3 (0,0454 N) : Untuk mengikat CO2 diperairan dan
sebagai titran
Nitrat
17
- NH4OH : untuk menghilangkan kerak dari
nitrat
Phospat
18
- Amonium molybdate 0,5 ml : sebagai pengikat fosfat
terlarut di perairan dan membentuk
amonium fosfor molybdate
PH
TOM
19
- Pipet tetes : untuk mengambil larytan Na-oxalate
dan air sampel
20
- Isolasi bening : untuk perekat botol film agar tidak tumpah
21
3.2. Metode Praktikum
3.2.1 Metode Pengukuran Parameter Kualitas Air
a. Parameter Fisika
Suhu
Thermometer Hg
-dimasukkan dalam perairan kolam, dengan posisi membelakangi
matahari.
-ditinggal + 2 – 3 menit.
-dibaca skala air raksa saat masih dalam perairan.
-dicatat dalam skala oC.
Hasil
Kecerahan
Secchi disk
d1 d 2
2
d1 + d2
D= 2
Hasil
22
b. Parameter Kimia
pH
pH meter
Hasil
23
Oksigen terlarut (DO)
Botol DO
Air Sampel
25
Othofosfat
Air Sampel
Hasil
26
Nitrat
Air Sampel
Hasil
27
3.2.3 Pengambilan sampel plankton
Botol Film
-dibuka tutupnya
-diikat dan dipasang pada plonkten net
-diambil air kolam dengan ember sebanyak 25l
-dituangkan ke dalam plankton net sambil digoyang
-ditutup bute film
-ditambah lugol sebanyak 5 tetes
-ditandai dengan kartu label
-disimpan dalam cool box
Hasil
28
3.2.4 Pembuatan Preparat dan Pengamatan Plankton
Preparat
Hasil
Hasil
29
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
30
2 6 Phylum : Chlorophyta
Subfilum : Chlorophycae
Ordo : Ulvales
Family : Ulvaceae
Genus : Schizomeris
Spesies : Scizomeris
leibleinii
31
4 4 Phylum : Chlorophyta
Subfilum : Chlorophycae
Ordo : Chlorococcales
Family : Scenedesmaceae
Genus : Gloeactinium
Spesies : Gloeactinium
(Google image, 2013)
limneticum
5 1 Phylum : Phytophyta
Subfilum : Dinophyceae
Ordo : Dinokonteae
Family : Ceratiaceae
Genus : Ceratium
Spesies : Ceratium
(Google image, 2013)
hirudinella
Phylum – KR
Jam n N (mg/l) Pi Pi2 D H (ind/l)
Genus (%)
08.2 Chorophyta –
8 0,216 0,0466 21,6
9 Scenedesmus
Chlorophyta –
6 0,162 0,0264 16,2
Schizomeris
Chlorophyta –
7 0,189 0,0352 18,9
Spaerocystis
Chlorophyta – 27376,68
2 0,054 0,00291 0,1829999 2,76279 5,4
Ankistrodesmus 2
Chlorophyta –
9 0,243 0,0591 24
Trichosarcina
Chlorophyta –
4 0,108 0,01166 10,8
Gloeactinium
Phytophyta –
1 0,027 0,000729 2,7
Ceratium
32
4.2. Pembahasan
a. Suhu
Menurut Tomaseik et al. (1957) dalam Afdal et al. (2011), pengaruh suhu
secara langsung yakni untuk mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses
fotosintesis. Sedangkan pengaruh secara tidak langsung yaitu dalam meraba
struktur hidrologi kolam perairan yang dapat mempengaruhi distribusi plankton
b. pH
33
Namun jika pH basa akan bersifat toksik. Hal ini sesuai dengan dengan
pernyataan Effendi ( 2003 ) dalam Samsidor etal. ( 2013 ), pH yang cukup bagi
pertumbuhan fitoplankton dalam suatu perairan adalah 6,9. Namun jika pH
berada pada kisaran 6-6,5 maka akan mengakibatkan keanekaragaman
plankton menurun
c.Kecerahan
d.DO
e.CO2
f.Nitrat
34
Pada praktikum planktonologi tentang pengamatan Nitrat diperoleh hasil
0,334 mg/l pada pukul 08.29 WIB. Pertumbuhan plankton umumnya
dipengaruhi oleh pertumbuhan nitrat pada perairan. Nitrat di perairan berasal
dari buangan industri, bahan peledak dan pemupukan.
Menurut Yazwar ( 2008 ), kadar nitrat dan fosfat yang optimal untuk
pertumbuhan fitoplankton masing-masing 3,9 mg/l – 15,5 mg/l dan 0,27 mg/l –
5,51 mg/l. Nitrat dan fosfat merupakan faktor pembatas dibawah 0,144 mg/l
0,02 mg/l dalam perairan.
G. Fosfat
Menurut Supeno ( 2008 ), kadar fosfat rata-rata 0,47 rpm dengan kisaran
anatara 0,08 mg/l dan 1,38 mg/l. kadar fosfat tertinggi terjadi pada tambak.
h.TOM
a) Fitoplankton
35
dengan pendapat Yazwar (2008), bahwa dari suatu perairan kelimpahan algae
yang paling dominan adalah phylum chlorophyta . Hal ini dapat dilihat dari
kemampuan dalah hal berfotosintesis dibanding dengan alga dari jenis yang lain.
b) Zooplankton
Apabila nilai indeks ini makin tinggi, berarrti komunitas biota plankton di
perairan itu makin beragam dan tidak didominasi oleh satu atau dua takson saja
(Asmara, 2005).
36
37
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
38
- Faktor Biologi:
Plankton
- Faktor Fisika:
Suhu
Kecerahan
n1
Rumus Indeks Dominasi: D= X 100 %
N
T XV
Rumus Kelimpahan Plankton: N= Xn
LXvX pXw
1 2
Rumus Luas bidang Pengamatan (LBD): LBD= π D dengan D = D1
4
+ D2
39
5.2 Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
Budiati, H. 2006. Biologi Jilid 1 untuk SMA dan MA Kelas X. Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
41
Kodinor.2011.klasifikasiplankton.http://kodiron57.wordpress.com/2011/11/17/
klasifikasi-berdasarkan-habitat/diakses pada 30 september 2013 pukul
14.38 WIB.
Lukman, S.T. 2008. Struktur Komunitas Biota Bentik dan Kaitannya dengan
Karakteristik Sedimen Danau Limboto Sulawesi. Jurnal Oseanologi dan
Limnologi Di Indonesia.34(3): 479-494.
Risiani, Y. 2004 .Potensi Sumberdaya Rumput Laut Di Jawa Timur dan Jenis-
Jenis Ekonomis Penting. FPIK UB : Malang.
Santya, D.Y. dan Y. H. Gultom. 2009. Pemanfaatan Algae Chlorella Sp. dan
Eceng Gondok Untuk Menurunkan Tembaga (Cu) Pada Industri Pelapisan
Logam. Universitas Diponegoro : Semarang.
Sawestri, S. dan A. Farid. 2012 . Kajian Dampak Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (Pltn) Terhadap Kelimpahan Organisme Planton. Pusat
Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional. Universitas
Sriwijaya : Palembang
Spotte, H.S. 1996. Fish and Invertebrata Culture Water Manajement in Closed
System Willey Interscience : NewYork.
Thoha, H. 2007. Kelimpahan Plankton Di Ekosistem Perairan Teluk Gilimanuk,
Taman Nasional, Bali Barat. Makara Sains. 11(1) :44-48.
42
Wetzel, R.G dan Likens, G.E. 2011. Limnological Analyses: Third Edition : New
York.
Zahidin, M. 2008. Kajian Kualitas Air Di Muara Sungai Pekalongan Ditinjau dari
Indeks Keaneragaman Makrobenthos dan Indeks Saprobitas Plankton.
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro : Semarang.
43
LAMPIRAN
a.
V titran x N titran x 8 x 1000 4 , 8 x 0,025 x 8 x 1000 960
DO= = = =3,086 mg/l
V botol DO−4 315−4 311
b.
V titran x N titran x 22 x 1000 0 , 1 x 0,0454 x 22 x 1000 99 ,88
CO 2= = = =3 , 99 mg/l
V air sampel 25 25
c.
( x− y) x 31 , 6 x 0 , 01 x 1000 ( 4−0 , 8)x 31 ,6 x 0 , 01 x 1000
TOM= = =40,448 mg/l
V air sampel 25
44
Perhitungan :
a. Kelimpahan Fitoplankton
T .V 400. 33 13200
N= x n= x 37= x 37=27376,682ind /l
L.v .P.W 1 17 , 84
3 , 14. .5 .25
22
b. Indeks Keragaman
8
Scenedesmus → Pi= ¿ = =0,216
N 37
H’ = Pi log 2 Pi
= 0,47755 ind/l
6
Schyzomeris → Pi= ¿ = =0,162
N 37
H’ = Pi log 2 Pi
= 0,42450 ind/l
7
Sphaerocystis → Pi= ¿ = =0,189
N 37
H’ = Pi log 2 Pi
= 0,45426 ind/l
2
Ankistrodesmus → Pi= ¿ = =0,054
N 37
H’ = Pi log 2 Pi
= 0,21609 ind/l
45
9
Trichosarcina → Pi= ¿ = =0,243
N 37
H’ = Pi log 2 Pi
= 0,49595 ind/l
4
Gloeactinium → Pi= ¿ = =0,108
N 37
H’ = Pi log 2 Pi
=0,34677 ind/l
1
Ceratium → Pi= ¿ = =0,027
N 37
H’ = Pi log 2 Pi
= 0,14069 ind/l
H’= ∑ Pi log2 Pi
= 0,47755+0,42450+0,45426+0,21609+0,49595+0,49595+0,14069
= 2,76279 ind/l
c. Indeks Dominasi
Scenedesmus → D = Pi2
= (0,216)2
= 0,0466
Schizomeris → D = Pi2
= (0,162)2
= 0,0264
46
Sphaerocystis → D = Pi2
= (0,189)2
= 0,0357
Ankistrodesmus → D = Pi2
= (0,054)2
= 0,00291
Trichosarcina → D = Pi2
= (0,243)2
= 0,0590
Gloeactinium → D = Pi2
= (0,108)2
= 0,01166
Ceratium → D = Pi2
= (0,027)2
= 0,000729
¿
D = ∑ ( N ¿2
= 0,0466+0,0264+0,0264+0,0357+0,00291+0,0590+0,01166+0,000729
= 0,182999
d. Kelimpahan Relatif
Scenedesmus :
8
KR= ¿ x 100 %= x 100 %=0,216 x 100 %=21 ,6 %
N 37
Schizomeris :
6
KR= ¿ x 100 %= x 100 %=0,162 x 100 %=16 ,2 %
N 37
47
Sphaerocystis :
7
KR= ¿ x 100 %= x 100 %=0,189 x 100 %=18 , 9 %
N 37
Ankistrodesmus :
2
KR= ¿ x 100 %= x 100 %=0,054 x 100 %=5 , 4 %
N 37
Trichosarcina :
9
KR= ¿ x 100 %= x 100 %=0,243 x 100 %=24 , 3 %
N 37
Gloeactinium :
4
KR= ¿ x 100 %= x 100 %=0,108 x 100 %=10 , 8 %
N 37
Ceratium :
1
KR= ¿ x 100 %= x 100 %=0,027 x 100 %=2 ,7 %
N 37
48
Gambar Kolam
49