Anda di halaman 1dari 49

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menutut Sachlan (1972) dalam Nulya et al (2013), plankton adalah jasad-
jasad renik yang melayang dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan
selalu mengikuti arus. Menurut Nulya et al (2013) , Plankton merupakan makhluk
yang melayang di air dan pergerakannya tergantung pada arus. Terdapat
beberapa zooplankton yang bergerak aktif, hal ini dikarenakan adanya alat gerak
berupa flagel ataupun silia.

Menurut Fajrina et al (2013), peranan fitoplankton sangat penting karena


diperlukan oleh organisme lainnya sebagai bahan makanan. Pada perairan
pelagis, fitoplankton adalah satu-satunya organisme yang berperan sebagai
mesin kehidupan, yang mampu menghasilkan bahan organik. Hal ini karena
fitoplankton berperan sebagai produser primer dan terkait dengan rantai dan
jaring-jaring makanan. Berdasarkan peranan tersebut Sumich (1992) dalam
Fajrina et al (2013), menyatakan bahwa fitoplankton dapat dipergunakan sebagai
indikator tingkat kesuburan perairan dan digunakan untuk mengetahui daya
dukung suatu perairan.

Menurut Wiadnyana, (1999) dalam Lasri et al, (2013), Zooplankton


berperan sangat penting dalam jaringan makanan sebagai faktor energi. Fungsi
ini banyak tergantung pada kemampuan zooplankton berperan sebagai
konsumen dari fitoplankton, yang merupakan komponen dasar dalam struktur
kehidupan di laut. Perubahan kuantitas zooplankton banyak dipengaruhi oleh
kuantitas fitoplankton.

1.2 Tujuan
1.2.1 Pengamatan Komponen Ekologi
Tujuan dari praktikum pengamatan komponen ekologi (biotik dan abiotik)
yang mempengaruhi kehidupan plankton.

1.2.2 Pengambilan Sampel di Perairan


Tujuan dari praktikum pengambilan sampel di perairan untuk menambah
ketrampilan praktikan terutama dalam penentuan lokasi pengambilan

1
sample plankton. Serta menambah pengetahuan praktikan tentang cara
penyimpanan sampel plankton.

1.2.3 Pembuatan Preparat Plankton


Tujuan dari praktikum pembuatan preparat plankton adalah untuk
menambah ketrampilan praktikan dalam membuat preparat plankton.

1.2.4 Pengamatan Plankton di Bawah Mikroskop


- Tujuan dari praktikum pengamatan plankton di bawah mikroskop untuk
menambah keterampilan dalam menggunakan mikroskop dalam
penentuan luas bidang pandang.
- Menambah pengetahuan praktikan tentang bentuk-bentuk plankton serta
dapat membedakan antara fitoplankton, zooplankton, dan seresah.
- Menambah pengetahuan tentang cara penentuan bidang pandang untuk
perhitungan plankton.

1.2.5 Identifikasi dan Perhitungan Plankton


Tujuan dari praktikum identifikasi dan perhitungan plankton menambah
pengetahuan tentang bagaimana cara mengidentifikasi plankton dan
menentukan klasifikasinya.

1.3 Tempat dan Waktu


Praktikum planktonologi di laksanakan di dua tempat, yang pertama
di laksanakan di Laboratorium Pembenihan, Reproduksi dan Pemuliaan Ikan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang, mulai
pukul 08.00 WIB hingga pukul 11.30 WIB, tanggal 6 oktober 2013.
Praktikum Planktonologi yang kedua dilaksanakan di laboratorium
ilmu-ilmu perikanan, gedung C lantai 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Brawijaya Malang, mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul
10.00, tanggal 11 oktober 2013.

2
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis dan Klasifikasi Plankton


2.1.1 Pengertian Plankton
Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Hansen pada tahun
1887 satu specimen atau individu plankton disebut plankter. Dalam biologi
laut, hewan-hewan yang agak besar (kasar) seperti larva udang udangan
atau specimen dari jenis udang kecil, jenis ubur-ubur kecil, dan mollusca
kecil juga di maukkan daam golongan plankton (makro plnkton). Plankton
yang berupa jasa-jasad renik disebut mikro plankton, dan inilah yang penting
bagi ikan secara langsung atau tidak langsung (Sachlan, 1982).
Plankton adalah semua kumpulan organisme, baik hewan maupun
tumbuhan air berukuran mikroskopis dan hidupnya melayang mengikuti arus
(odum, 1998 dalam Yuliana, 2012)

2.1.2 Pengelompokan Plankton


a. Berdasarkan ukuran
Plankton adalah suatu komunitas meliputi tumbuhan dan hewan
yang terdiri dari organisme yang melayang baik yang mampu melawan arus
maupun yang tidak. Plankton berdasarkan ukurannya dapat dibagi menjadi 4
(empat) kelompok yaitu: ultra nanoplankton (<2 mikron); nannoplankton (2-
20 mikron); mikroplankton (20-200 mikron); makroplankton (200-2000
mikron) (Zahidin, 2008).
Pembagian menurut Hayward, (1992) dalam Prasetyati, (2004), plankton
dibedakan menjadi tujuh kelompok ukuran, yaitu:

3
b. Berdasarkan asal
Menurut Basmi (1992) dalam Yazwar (2008), berdasarkan asal
usul plankton, dimana ada plankton yang hidup dan berkembang dari
perairan itu sendiri dan ada yang berasal dari luar, terdiri atas :
1. Autogenik plankton, yaitu plankton yang berasal dari perairan itu
sendiri.
2. Allogenetik plankton, yakni plankton yang datang dari perairan itu
sendiri dari perairan lain (hanyut terbawa oleh sungai atau arus). Hal
ini dapat diketahui sektar muara sungai.
Menurut Herawati (1989) berdasarkan asalnya plankton dapat
dibedakan menjadi :
1. Autogenik plankton, yaitu plankton yang berasal dari perairan itu
sendiri.
2. Allogenetik plankton, yakni plankton yang datang dari perairan lain.

c. Berdaskan siklus hidup


Sedangkan berdasarkan kehidupan alamiah, plankton terdiri atas
holoplankton dan meroplankton. Holoplankton adalah zooplankton yang
seluruh daur hidupnya bersifat plankton, sedangkan meroplankton adalah
organisme yang sebagian dari daur hidupnya bersifat planktonik dan akan
berubah menjadi nekton atau bentos ( sawestri dan farid, 2012).
Menurut Newell dan Newell (1963) dalam Kangkan (2006) daur
hidupnya plankton digolongkan atas :
1. Holoplankton adalah plankton yang seluruh daur hidupnya bersifat
planktonik
2. Meroplankton merupakan organisme akuatik yang sebagian dari
daurhidupnya bersifat planktonik.

d. Berdasarkan habitat
Plankton berdasarkan habitat hidupnya terdiri atas plankton
oseanik yang hidup di lautan lepas atau di luar paparan benua; plankton
neritik yang hidup di perairan paparan benua; dan limnoplankton yang hidup
di air tawar. Sedangkan berdasarkan kehidupan alamiah, plankton terdiri
atas holoplankton dan meroplankton. Holoplankton adalah zooplankton yang
seluruh daur hidupnya Bersifatplankton, sedangkan meroplankton adalah

4
organisme yang sebagian dari daur hidupnya bersifat planktonik dan akan
berubah menjadi nekton atau bentos (Saweti dan ahmad, 2012).

Menurut Kodiron (2011), klasifikasi plankton berdasarkan habitat yaitu:


1.Plankton Laut (Haliplankton)
Plankton oseanik adalah plankton yang hidup di luar paparan benua
Plankton neritik adalah plankton yang hidup di dalam wilayah paparan
benua.
2.Plankton air tawar (Limnoplankton)

e. Berdasarkan jenis makanan.


Plankton juga bisa diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan
makanannya. Plankton tanaman atau nabati disebut phytoplankton.
Phytoplankton memiliki klorofil sehingga memungkinkan untuk melakukan
fotosintesis, sementara saproplankton terdiri dari tanaman non fotosintesis,
termasuk bakteri dan jamur. Zooplankton terdiri dari plankter yang
makanannya bersifat holozoik, sehingga kedalam jenis itu termasuk semua
plankton hewani (Herawati dan Kusriani, 2005).
Menurut Basmi (1992) dalam Yazwar, (2008) mengelompokkan
plankton berdasarkan nutrient pokok yang dibutuhkan, terdiri atas :
a. Fitoplankton, yakni plankton nabati (< 90% terdiri atas algae) yang
mengandung klorofil yang mampu mensintesis nutrient-nutrien anorganik
menjadi zat organic melalui proses fotosintesis dengan energy yang
berasal dari sinar surya.
b. Saproplankton, yakni kelompok tumbuhan (bakteri dari jamur) yang tidak
mempunyai pigmen fotosintesis, dan memperoleh nutrisi dan energy
darisisa – sisa organisme yang telah mati.
c. Zooplankton, yakni plankton hewani yang makanannya sepenuhnya
tergantung pada organisme lain yang masih hidup maupun partikel –
partikel sisa organisme seperti detritus dan debris.

5
2.1.3 Ciri dan Klasifikasi Fitoplankton
a. Phylum Chlorophyta
Menurut Kumar dan Singh (1976) dalam Santya (2009),
Chlorellasp. termasuk divisi Chlorophyta. Klasifikasinya adalah:
Divisio : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorococcales
Sub-ordo : Autosporinaceae
Familia : Chlorellaceae
Genus : Chlorella
Spesies : Chlorella sp
Chlorophyta adalah sebuah kelompok yang sangat beraneka
ragam dengan lebih dari 7000 spesies yang telah dketahiu. Kloroplasnya
mengandung klorofil a dan b, juga karotenoid yang biasanya ditemukan
pada tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi. Clhlorophyta barang kali
merupakan nenek moyang kingdom plantae. Kebanyakan di antaranya
hidup di peraioran tawar tapi juga ada yang ditemukan di darat dan di
lautan. Chlorophyta adalah klomponen algae dari lichen , suatu persatuan
mutualistik yang erat dengan fungi yang ditemukan di daerah-daerah
beriklim dingin. Chlamydomonas adal;ah salah satu contoh khasd
anggota Chlorophyta. Tahapan-tahapan reproduksi seksual dan aseksual
yang kompleks menjadi ciori kelompok tersebut. Ada anggota
Chlorophyta yang uniseluler dan ada pula yang multiseluler (Freid and
George, 2005).

b. Phylum cyanophyta
Divisi Cyanophyta merupakan sel eukariotik, memiliki membran
inti dan nukleus,memiliki dinding sel yang tebal (peptidoglikan), lentur,
dan sel-selnya tidak memilikiflagel. Spesies yang ditemukan yaitu
Oscillatoria sp. Ciri khas Oscillatoria sp yaituberwarna hijau kebiru-biruan,
membentuk filamen panjang lurus, dan halus. Pigmenfotosintesis yaitu
klorofil a, karotenoid serta pigmen fikobilin yang terdiri dari fikosianindan
fikoeritin (Bold, 1985 dalam Kasrina, 2012)
Cyanobacteria/Cyanophyta atau alga hijau biru merupakan
kelompok alga prokariotik. Organisme tersebut memiliki peran sebagai

6
produsen dan penghasil senyawa nitrogen di perairan. Beberapa
organisme tersebut bersifat kosmopolit, tidak hanya ditemukan di habitat
akuatik melainkan juga ditemukan di habitat terestrial (Prihantini, et al.,
2008).

c. Phylum chrysophyta.
Chrysophyta atau ganggang keemasan meliputi ± 850 jenis.
Selnya mempunyai plastida berwarna hijau kekuningan/cokelat keemasan
yang disebabkan oleh pigmen xantofil dalam jumlah banyak. Chrysophyta
ada yang hidup soliter dan ada yang berkoloni. Sebagian besar
Chrysophyta mempunyai flagela, namun ada pula bersifat amoeboid
karena tidak berdinding. Bentuk sel atau koloni bermacam-macam. Dapat
hidup di air maupun daratan. Chrysophyta yang hidup di darat sering
ditemui sebagai selaput seperti beludru di tepi kolam, tepi perairan, atau
di tanah yang lembab. Selain laminarin, Chrysophytamenyimpan
kelebihan makanan dalam bentuk minyak sehingga merupakan
komponen penting dalam pembentukan minyak bumi (Budiati, 2006).
Chrysophyta sering dinamakan alga pirang atau alga keemasan
karena mendapatkan warna dari karatinoid cokelat kuning yang disebut
fukosantin dan juga memiliki klorofil a dan b; memiliki sel yang bersifat
uniseluler dan banyak yang berflagel. Terdiri atas 5300 species, 5000
buah yang merupakanDiatom. Jadi, sebagian besar kelompok ini adalah
diatom (Kistinnah dan Lesari, 2009).

d. Phylum rhodophyta.
Rhodophyceae umumnya berwarna merah,coklat,nila,hijau,dan
memiliki pigmen fikoeritin.Rhodhophyta memiliki dua sub kelas yaitu
Bangiophycidae yang dapat berupa uniseluler atau lamella.
Reproduksinya dibatasi pada formasi monospora yang dapat melakukan
multiplikasi vegetatif. Dan florideophycidae atau floridae, thallusnya
seringkali berupa fiament dengan struktur massive dan
kompleks.Strukturnya dapat uniaxial atau dapat pula berupa filament
terpusat (struktur multiaxial).Reproduksinya didasarkan pada sel-sel
vegetatif atau sel-sel terminal yang disebut dengan carpogonial dan
carposporophyte (Risiani, 2004).

7
Menurut Haniffa, et al., (2012) dalam Fattah, (2012), Alga merah
(Rhodophyceae) merupakan salah satu organisme laut yangdapat
menyediakan sumber bahan alam dalam jumlah yang melimpah dan
mudahuntuk dibudidayakan. Berbagai bahan aktif dari alga telah
ditemukanpenggunaannya seperti antibakteri antivirus,
antijamur,sitotoksik, antialga dan lainnya

e. Phylum dinoflagellata
Menurut Anderson et al. 2007, Krakteristik Dinoflagellata adalah:
 Habitat: Kebanyakan pada air asin, tetapi juga terdapat air tawar
 Pigmen pokok: Karoten; Xantofil
 Produk simpan: Minyak
 Dinding sel: Selulosa dan pektin
 Cara reproduksi: Aseksual
Dinoflagellata merupakan mekanisme terpenting kedua setelah
diatomada sebagai produsen makanan (fitoplankton) pada habitat
air laut. Dinoflagelata mempunyai dua flagella yang letaknya
berdasarkan satu sama lain dan biasanya terletak pada pusat sel
(Haerawati dan Kusriani, 2005)

1.1.4 Ciri dan Klasifikasi Zooplankton


a. Phylum Rotifera
Rotifera merupakan hewan air yang berukuran kecil (mikroskopik)
dengan struktur yang relative sederhana, panjang tubuhnya bervariasi
antara 35-400µm, partikel makanan yang dapat dimakan oleh rotifer
berukuran 2-20 µm (Riedel (2002) dalam Amali, (2005).
Menurut Fu et al., (1991) dalam Amali, (2005) Klasifikasi
Brachionus sp. adalah sebagai berikut:
Kingdom :Rotifera
Kelas :Monogononta
Ordo :Ploima
Famili :Brachionidae
Sub Famili :Brachioninae
Genus :Brachionus
Spesies :Brachionus sp.

8
b. Phylum Arthropoda
Organisme ini bisa hidup pada mampir setiap “ecological
niche” baik di darat maupun di laut, dimana saja kondisi
memungkinkan bagi kehidupan. Dilihat dari struktur tubuhnya
arthopoda sangat mirip dengan anilida kecuali perkembangan
coelamic cavity. Klas terbesar dari fillum ini adalah insekta yang
hampir semua anggotanya hidup di darat, hanya beberapa spesies
saja yang hidup di air, terutama di tawar (Kusriani dan Herawati 2005).
Menurut Asmara (2005), Crustacea, elococesa, ostracoda,
copepoda, ampedia, comacea, isopoda, aphipoda, mysidaceae,
euphousiacea, decupoda, dan stomatopoda adalah tipe grup yang
paling banyak ditemukan sebagai plankton baik dewasa, larva maupun
keduanya.

c. Phylum Cepapoda
Menurut Kusriani dan Herawati, (2005) kebanyakan
cepapoda adalah filter feeder jenis makanannya secara detail belum
diteliti secara jelas. Kelihatannya makanan dari cepapoda terutama
adalah nanoplankton termasuk beberapa diantaranya adalah bacteri.
Di laut cepapoda menempati posisi kedua sebagai zooplankton.
Sementara di perairan tawar hanya memegang peran yang hampir
sama dengan celadocera.

2.2 Parameter Fisika


2.2.1. Suhu
Menurut Hutabarat dan Evans, (1985), Plankton dari jenis
fitoplankton hanya dapat hidup dengan baik di tempat-tempat yang
mempunyai sinar matahari yang cukup. Akibatnya penyebaran
fitoplankton besar pada lapisan permukaan lautsaja. Keadaan yang
demikian memungkinkan untuk terjadinya proses fotosintesis. Sejak sinar
matahari yang diserap oleh lapisan permukaan laut, maka lapisan ini
relatif panas sampai ke kedalaman 200 m .
Walaupun Plankton potensial berbahaya menyebarluas secara
geografis dan hal ini mengidentifikasikan adanya kisaran yang luas

9
terhadap toleransi suhu, tetapi spesies alga potensial berbahaya daerah
tropik mempunya itoleransi yang rendah terhadap perubahan suhu.
Kisaran suhu optimal bagi spesies alga potensial berbahaya adalah 250–
300 C dan kemampuan proses fotosintesis akan menurun tajam apabila
suhu perairan berada di luar kisaran optimal tersebut (Gross dan
Enevoldsen, 1998 dalam Gosari, 2002).

2.2.2. pH
Derajat keasaman (pH) berpengaruh pada setiap kehidupan
organisme, namun setiap organisme mempunyai batas toleransi yang
bervariasi terhadap pH perairan. Toleransi masing-masing jenis terhadap
pH juga sangat dipengaruhi faktor lain seperti suhu dan oksigen terlarut.
Apabila suhu di perairan tinggi maka oksigen terlarut menjadi rendah. Hal
ini akan mengganggu dalam pernafasan dan pengaturan kecepatan
metabolisme zooplankton. Kenaikan pH pada perairan akan menurunkan
konsentrasi CO2 terutama pada siang hari ketika proses fotosintesis
sedang berlangsung. Dengan adanya aktivitas fotosintesis, maka kadar
oksigen terlarut (DO) meningkat di perairan (Angka derajat keasaman
(pH) perairan Sungai Citarum Hulu berkisar antara 7, 19 – 8,53 Menurut
Harris (1986), bahwa derajat keasaan (pH) perairan yang ideal untuk
plankton berkisar antara 6,0 – 9,0. Berdasarkan hasil pengukuran di
Sungai Ctarum Hulu dapat disimpulkan bahwa nilai kisaran pH berada
pada kisaran yang ideal untuk pertumbuhan plankton (Putra, Adie Wijaya
et al., 2012)

2.2.3. Kecerahan
Intensitas cahaya yang sangat berperan dalam proses fotosintesis
diduga relatif tidak berpengaruh, karena setiap stasiun mempunyai nilai
kecerahan yang hampir sama. Demikian pula, suhu dan pH perairan
mempunyai nilai yang tidak jauh berbeda sehingga diduga tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap fitoplankton. Hal ini sesuai
dengan pendapat dari Kimmel dan Groeger (1984) serta Thornton et al.
(1990) bahwa ketersediaan unsur hara dan cahaya yang cukup dapat
digunakan oleh fitoplankton untuk perkembangannya(Yuliana, 2007).

10
Perbedaan kisaran kecerahan tersebut dapat disebabkan oleh faktor
biologi dan fisik. Biologi dikarenakan perbedaan kandungan
mikroorganisme (mikroba & plankton), sedang kan fisik dikarenakan
perbedaan padatan tersuspensi dan terlarut dalam air tersebut.
Perbedaan kandungan partikel di lautdimungkinkan untuk berfluktuasi
setiap saat karena air selalu bergerak terbawa arus. Dengan kecerahan
yang selalu diatas 6 meter menunjukkan bahwa perairan-laut pulau
Harapan masih tergolong oligotrofik(Garno, 2008).

2.2.4. DO (Disolved Oxygen)


Menurut Wetzel dan Likens, (2011), Pengukuran Dissolved
oksigen (DO) adalah salah satu yang paling sering digunakan danpaling
penting dari semuanya metode kimia yang ada untuk penelitian
lingkungan perairan. Oksigen yang terlarut menyediakan informasi
berharga tentang biologi dan reaksi biokimia yang terdapat di air. Ini
adalah salah satu ukuran terpenting faktor lingkungan yang
mempengaruhi kehidupan perairan dan bagian dari kapasitas air untuk
menerima bahan organik tanpa menyebabkan gangguan gas oksigen
terlarut bebas dalam air. Oksigen yang terdapat di dalam air berasal dari
atmosfer atau dari produk fotosintesis dan tanaman perairan dan
digunakan kebanyakan reaksi biokimia atau sama dengan reaksi kimia
anorganik konsentrasi oksigen terlarut dalam air juga bergantung pada
temperatur, tekanan dak konsentrasi berbagai macam ion.
Menurut Sutamihardja (1987), Kadar oksigen di peraian laut yang
tercemar ringan di lapsan permukaan adalah 5 ppm, dengan demikian
dilihat dari kadar oksigen terlarutnya dapat dikatakan bahwa perairan ini
relatif belum tercemar oleh senyawa- senyawa organis.

2.2.5. CO2
Menurut Wetzel dan Likens (2011), Digunakan lebih oleh
fitoplankton dari pada HCO3 dan itu dapat menjadi racun bagi organisme
lain jika tersedia pada konsentrasi yang tinggi. Jumlah karbondioksida
ditentukan dengan penambahan fenolftalein ke dalam air sampel hingga
muncul warna pink.

11
MenurutKenza (2011), CO2 digunakan produksi air alami oleh laju
fotosintesis yang banyak pada jumlah pada pernafasan dan dekomposisi.

2.2.6. Nitrat
Ion nitrat dibentuk oleh oksidasi lengkap dari ion amonium oleh
mikroorganisme yang ada di tanah atuapun air atau akibat proses
nitrifikasi dari asam amoniak. Bakteri yang berperan dalam proses
nitrifikasi untuk mengubah nitrat adalah nitrobacter. Bakteri tentu pula
mengubah nitrat menjadi nitrogen bebas (N2) yang dapat dilepas dari
suatu sistem sebagai gas. Reaksi ini dapat ditemukan pada biofelter dan
lingkungan alamiah serta tanggung jawab untuk mempertahankan
konsentrasi amonia dalam kisaran yang layak ( Spotte, 1996).
Menurut Millero dan Sohn (1992) dalam Asmara (2005),
keberadaan nitrat di lapisan permukaan laut juga diatur oleh proses
biologi dan fisika. Pemanfaatan nitrat oleh fitoplankton terjadi selama
berlangsung proses fotosintesis dan bergantung pada intensitas matahari.
Proses regenerasi NO3- sebagian oleh bakteri pengoksidasi dari nitrogen
organik, yang kemudian melepaskan NH4+ dan PO42-, selanjutnya NH4+
akan mengalami oksidasi menjadi NO3-.

2.2.7. Phosfat
Phosfat merupakan faktor pembatas bagi produktifitas suatu
perairan. Perairan dengan kandungan fosfat yang tinggi melebihi
kebutuhan normal organisme nabati yang ada di perairan tersebut, maka
akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi (Nybakken, 1992). Menurut Tait,
(1981) dalam Michael, (1994), Secara alamiah, fosfor tidak terdapat
dalam bentuk bebas namun dalam bentuk fosfat. Dalam sistem perairan,
fosfat berada dalam bentuk fosfat terlarut atau fosfat organik yang
terkandung dalam biota plankton.

Joshimura (1976) dalam Wardoyo (1982) menggolongkan tingkat


kesuburan perairan berdasarkan konsentrasi fosfat terlarut sebagai
berikut :
< 0,02 : rendah
0,021 – 0,05 : cukup

12
0,051 – 0,10 : baik

2.2.8. TOM
Menurut Lukman, et al., (2008), berbagai faktor lingkungann dapat
berperan terhadap komposisi dan kelimpahan biota benthic, diantaranya
yang cukup penting adalah kuantitas dan kualitas TOM sedimen. Kadar
organik sedimen merupakan salah satu penentuan keberadaan biota
benthic di suatu perairan. Karena selain menjadi sumber pakan tetapi
pada sisi lain akan berpengaruh terhadap pada kadar oksigen yang
tersedia di dasar perairan tersebut. Pada kondisi oksigen yang masih
mencukupi atau biota yang tidak terpengaruh oleh kondisi oksigen rendah,
kondisi bahan organik yang ada dapat menetukan tingkat kelimpahannya.
Menurut sugianti, et al., (2010), sedimen dengan ukuran partikel
lebih halus umumnya memiliki kandungan bahan organik lebih tinggi
dibandingkan dengan ukuran partikel yang lebih besar, semakin halus
tekstur substrat semakin besar kemampuannya menjebak bahan organik.

2.3. Kelimpahan Plankton pada Perairan


2.3.1. Indeks keragaman
Keragaman jenis merupakan parameter yang digunakan dalam
mengetahui suatu komunitas. Parameter ini mencirikan kekayaan jenis
dan keseimbangan dalam suatu komunitas, akhir-akhir ini terjadi
penurunan yang menjadikan keragaman fitoplankton rendah. Ekosistem
dengan keragaman rendah adalah tidak stabil dan rentan terhadap
pengaruh tekanan dari luar dibandingkan dengan ekosistem yang
memiliki keragaman tinggi (Boyd, (1999) dalam Pirzan (2008)).
Menurut odum (1994) dalam Winarti dan dikki (2011), ada dua
komponen keanekaragaman jenis, yaitu kekayaan jenis dan kemerataan.
Kekayaan jenis adalah jumlah jenis dalam suatu komunitas. Kemerataan
adalah pembagian individu yang merata diantara jenis. Kemerataan
menjadi maksimum apabila semua spesies mempunyai jumlah yang
sama atau rata.

13
2.3.2 Indeks Dominasi
Berdasarkan Odum (1971) dalam Madinawati 2010, dominansi
hasil perhitungan adalah sebagai berikut : D mendekati 0 tidak ada jenis
yang mendominasi dan D mendekati 1 terdapat jenis yang mendominasi.
Penelitian Kelimpahan Fitoplankton di Ekosistem Perairan Teluk
Gilimanuk, Taman Nasional, Bali Barat telah dilakukan pada bulan Maret
2006. Pengamatan difokuskan pada komunitas fitoplankton dan
zooplankton di sepuluh titik stasiun pengamatan. Variasi kelimpahan
plankton rata-rata antar kelompok lokasi adalah 4428 – 1716224 sel/m3
dan 23938 individu/m3 (67,73 %) masing-masing untuk fitoplankton dan
zooplankton. Struktur komunitas fitoplankton didominasi oleh kelompok
diatom dengan tercatat ada 5 (lima) yaitu: Coscinodiscus, Chaetoceros,
Guinardia, Navicula,Pseudonitzshia (Thoha, 2007)

Menurut Madinawati (2010) dominasi jenis dapat dihitung sebagai


berikut D = n12 x 100%
N2
Dimana :
D : Indeks dominasi
N1 : jumlah individu jenis ke-1
N : jumlah total individu
Dominasi hasil perhitungan adalah sebagai berikut : D mendekati 0 tidak
ada jenis yang mendominasi dan D mendekati 1 terdapat jenis yang
mendominasi.

14
3. MATERI DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan Praktikum

3.1.1 Parameter Kualitas Air

a. Parameter Fisika

 Suhu

Alat yang digunakan dalam pengukuran suhu yaitu:


- Thermometer Hg : untuk mengukur suhu perairan
- Stopwatch : untuk mengukur waktu suhu

Bahan yang digunakan dalam pengukuran suhu yaitu:


 Air kolam : sebagai bahan yang akan diukur suhunya

 Kecerahan
Alat yang digunakan dalam pengukuran kecerahan yaitu:
- Secchidisk : Alat untuk mengukur kecerahan air
- Penggaris : Sebagai penanda d1 dan d2
- Tali : Mengikat secchidisk

Bahan yang digunakan dalam pengukuran kecerahan yaitu


- Sampel air kolam : sampel air yang akan diukur kecerahannya
- Karet gelang : untuk menandai d1 dan d2

b. Parameter Kimia

 DO (Oksigen terlarut)

Alat yang digunakan dalam pengukuran DO adalah:

- Botol DO : Sebagai tempat sampel air yang akan


diukuroksigen telarutnya

- Pipet tetes : Untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil

15
- Statif : Sebagai peyangga berat

- Buret : Sebagai tempat titian

Bahan yang digunakan dalam pengukuran DO adalah:

- Air kolam : sebagai sampel yang akan diukur DO-


nya

- H2SO4 Pekat 1 ml : Untuk pengkondisian asam dan


melarutkan lapisan endapan coklat.

- NaOH + KI 2 ml : Untuk melepaskan t2 dan membentuk


endapan coklat

- Amilum 3 tetes : Sebagai indikator suasana basa

- MnSO4 2 ml : untuk mengikat O2 dalam air kolam

- N2S2O3 (0,025 N) : Sebagai titran untuk melepas I2

- Kertas label : Untuk memberikan keterangan pada


botol DO

 Karbondioksida (CO2)

Alat yang digunakan dalam pengukuran CO2 adalah:

- Botol mineral 600 ml : sebagai tempat sampel yang akan


diukur CO2 nya

- Gelas ukur 25 ml : Untuk mengukur air sampai

- Pipet tetes : Untuk mengambil larutan dalam


jumlah kecil

- Erlenmeyer 100 ml : untuk menampung air sampel

Bahan yang digunakan dalam pengukuran karbondioksida adlah:

- Indikator pp (2 tetes ) : Sebagai indikator warna pink dan


suasana basa

16
- Na2 CO3 (0,0454 N) : Untuk mengikat CO2 diperairan dan
sebagai titran

- Air kolam : sebagai sampel yang akan diukur


CO2 nya

 Nitrat

Alat yang digunakan pada pengukuran nitrat adalah:

- Beaker glass 25 ml : untuk mengukur aquades

- Washing Bottle : sebagai tempat aquadest

- Cawan Porselen : sebagai wadah kerak nitrat

- Cuvet : sebagai tempat larutan

- Pipet volume 100 ml : untuk mengambil larutan pada


volume tertentu

- Rak cuvet : sebagai tempat cuvet

- Bolas hisap : untuk membantu mengambil larutan


dengan pipet volume

- Spatula : sebagai alat untuk melepaskan


kerak nitrat

- Hot Plate : untuk memanaskan air sampel

- Spektro Fotometer : untuk mengukur panjang gelombang

- Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam


jumlah kecil

- Corong : Untuk membantu memasukkan


larutan

Bahan yang digunakan dalam pengukuran nitrat adalah:

17
- NH4OH : untuk menghilangkan kerak dari
nitrat

- Asam fenol disulfonik : sebagai pelarut kerak nitrat

- Sampel air kolam : sebagai sampel yang akan diukur


kadar nitratnya

- Aquades : sebagai pengecer larutan

- Kertas label : untuk memberikan keterangan pada


cuvel

- Kerak nitrat : sebagia bahan yang akan diukur


kandungan nitranya.

- Kertas saring : untuk menyaring kertas sampel

 Phospat

- Gelas ukur 25 ml : sebagai tempat larutan saat diukur

- Cuvet : sebagai tempat larutan saat diukur di


spektofotometer

- Beaker glass 100ml : sebagai tempat larutan sementara

- Rak Cuvet : sebagai tempat cuvet

- Spektofotometer : alat yang digunakan untuk mengukur


panjang gelombang.

- Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam


jumlah sedikit.

- Corong : untuk membantu memasukkan


larutan

Bahan yang digunakan dalam pengukuran kadar phospat adalah:

- Air kolam 25 ml : sebagai sampel yang


akan diukur kadar phospatnya

18
- Amonium molybdate 0,5 ml : sebagai pengikat fosfat
terlarut di perairan dan membentuk
amonium fosfor molybdate

- SnCl2 : sebagai indikator warna biru

- Kertas label : untuk memberikan keterangan pada


cuvet.

- Tissue : untuk membersihkan peralatan

 PH

Alat yang digunakan dalam pengukuran PH adalah:

- Kotak standar PH : untuk mengetahui nilai PH air kolam

- Stopwatch : untuk mengukur waktu pH.

Bahan yang digunakan dalam pengukuran PH adalah:

- Sampel air kolam : sebagai sampel yang akan diuku PH-


Nya

- PH paper : untuk mengukur pH air kolam

 TOM

Alat – alat yang digunakan dalam pengukuran TOM adalah

- Hot plate : sebagai tempat untuk memanaskan air


sampel

- stirrer : berupa magnet untuk mengaduk


larutan saat tinggi

- Erlenmeyer 25 ml : sebagai tempat pereaksi larutan

- Buret : untuk tempat titran

- Statif : sebagai tempat menggantungkan


buret

19
- Pipet tetes : untuk mengambil larytan Na-oxalate
dan air sampel

- Gelas ukur 25 ml : untuk mengukur volume air sampel


sesuai ukuran

- Pipet volume 10 ml : untuk mengambil larutan dalam jumlah


banyak

- Termometer Hg : untuk mengukur suhu larutan

- Bola hisap : untuk memudahkan pemindahan


larutan H2SO4

- Sentrifuge : alat pengaduk atau pemutar magnet

3.1.2 Pengambilan Sampel Plankton

Alat yang digunakan dalam pengambilan sampel plankton adalah:

- Botol film 6 buah : sebagai tempat untuk net plankton

- Plantkon net : sebagai alat untuk menyaring plankton

- Pipet tetes : Untuk mengambil larutan lugol dalam jumlah


kecil

- Ember 5 L : sebagai alat untuk mengambil sampel air


sebanyak 25 L

- Gunting : untuk menggunting isolasi saat menutup


botol film

Bahan yang digunakan untuk mengambil plankton adalah

- Sampel air kolam : Sebagai sampel air yang akan ditangkap


planktonya.

- Lugol : sebagai bahan untuk mengawetkan sampel


plankton

- Kerta label : untuk memberikan keterangan pada botol


film

20
- Isolasi bening : untuk perekat botol film agar tidak tumpah

3.1.3 Pembuatan Preparat dan Pengamatan Plankton

Alat-alat digunakan dalam pembuatan preparat adalah:

- Objek glass : sebagai tempat untuk meletakkan objek


yang akan diamati

- Cover glass : sebagai penutup objek yang akan


diamati dalam mikroskop.

- Washing bottle : sebagai tempat aquadest

- Botol film : sebagai tempat sampel plankton

- Pipet tetes : untuk memindahkan larutan aquades

- Mikroskop binokuler : sebagai alat untuk mengamati


plankton

- Nampan : untuk tempat alat dan bahan praktikum

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan preparat adalah:

- Sampel plankton : sebagai sampel yang akan diamati

- Aquadest : untuk memberishkan objek glass dan


coverglass

- Tissue : untuk mengeringkan cover dan objek glass

21
3.2. Metode Praktikum
3.2.1 Metode Pengukuran Parameter Kualitas Air
a. Parameter Fisika
 Suhu

Thermometer Hg
-dimasukkan dalam perairan kolam, dengan posisi membelakangi
matahari.
-ditinggal + 2 – 3 menit.
-dibaca skala air raksa saat masih dalam perairan.
-dicatat dalam skala oC.

Hasil

 Kecerahan

Secchi disk

d1  d 2
2
d1 + d2
D= 2

Hasil

22
b. Parameter Kimia
 pH

pH meter

-dimasukkan dalam perairan + 2 menit


-dikibas-kibaskan tinggi setengah kering
-dicocokkan warna pH paper pada kotak standart
-dicatat nilai pH

Hasil

23
 Oksigen terlarut (DO)

Botol DO

-dicatat volume botolnya


-dimasukkan dalam perairan dengan posisi miring 45o
-diisi berlahan dengan air jangan sampai terdapat gelembung udara
-ditegakkan secara berlahan jika volume hampir penuh
-ditutup di dalam perairan jika volume sudah penuh

Botol Do berisi sampel

Vtitran x N titran x 8 x1000


Vbotol DO  4
Hasil
24
 Karbondioksida

Air Sampel

Vtitran x N titran x 22 x1000


Vairsampel
Hasil

25
 Othofosfat

Air Sampel

-diambil 25 ml air sampel dengan menggunakan gelas ukur


-dimasukkan ke dalam beaker glass
-ditambahkan 2 ml amunium molybdate
-dihomogenkan
-ditambahkan 5 tetas SnCl2
-dihomogenkan
-dituangkan 50 ml air sampel ke dalam beaker Glass
-ditambahkan 2ml amunium molybdate
-dihomogenkan
-ditambahkan 5 tetes SnCl2
-dihomogenkan
-diukur kadar larutan dengan spektofotometer

Hasil

26
 Nitrat

Air Sampel

-diukur 10 ml air sampel


-dimasukkan beaker glass
-dipanaskan air sampel di atas hotplate sampai kering dan membentuk kerak
-diangkat dan didinginkan
-ditambahkan 0,2 ml asam xenoldisulfanik
-diaduk dengan spatura
-diencerkan 1 ml aquades
-ditambahkan NH4OH
-diencerkan dengan aquades sebanyak 10 ml
-diukur kadar larutan dengan spektafotameter

Hasil

27
3.2.3 Pengambilan sampel plankton

Botol Film

-dibuka tutupnya
-diikat dan dipasang pada plonkten net
-diambil air kolam dengan ember sebanyak 25l
-dituangkan ke dalam plankton net sambil digoyang
-ditutup bute film
-ditambah lugol sebanyak 5 tetes
-ditandai dengan kartu label
-disimpan dalam cool box

Hasil

28
3.2.4 Pembuatan Preparat dan Pengamatan Plankton

Objek dan cover glass

-dikaliborasi dengan aquades


-dikeringkan dengan tissue secara searah

Botol film berisi sampel

-dikocok air sampel


-diambil satu tetes dengan aquades
-diteteskan pada objek Glass
-ditutup dengan cover Glass dengan kemiringan 45o

Preparat
Hasil

-diamati di bawah mikroskop pembesaran 400x


-dicari titik fokusnya
-dilihat gambar plankton pada bidang 1 – 5
-diamati bentuk, warna, serta ciri-ciri plankton
-diidentifikasi dibuka press cobt

Hasil

29
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

4.1.1 Data Tabel Pengamatan Kualitas Air

Parameter Waktu (08.29 WIB)


Suhu 26oC
Kecerahan 55 cm
pH 8
DO 3,08 mg/l
CO2 3,99 mg/l
Warna Kolam Hijau
Nitrat 0,334
Fosfat 0,126
TOM 40,448

4.1.2 Data Jenis dan Klasifikasi Plankton

Bidang Gambar Jumlah Klasifikasi


Pandang
4 8 Phylum : Chlorophyta
Subfilum : Chlorophycae
Ordo : Chlorococcates
Family : Scenedesmaceae
Genus : Scenedesmus
Spesies : Scenedesmus
(google image, 2013)
quadricauda

30
2 6 Phylum : Chlorophyta
Subfilum : Chlorophycae
Ordo : Ulvales
Family : Ulvaceae
Genus : Schizomeris
Spesies : Scizomeris
leibleinii

(google image, 2013)


2 7 Phylum : Chlorophyta
Subfilum : Chlorophycae
Ordo : Chlorococcales
Family : Palmellaceae
Genus : Sphaerocystis
Spesies : Sphaeorocystis
(Google image, 2013) schoeteri
1 2 Phylum : Chlorophyta
Subfilum : Chlorophycae
Ordo : Chlorococcates
Family : Oocystaceae
Genus : Ankistrodesmus
Spesies : Ankistrodesmus
(Google image, 2013) falkatus
5 9 Phylum : Chlorophyta
Subfilum : Chlorophycae
Ordo : Ulotricales
Family : Ulotrichaceae
Genus : Trichosarcina
Spesies :Trichosarcina
(Google image, 2013) polymorpha

31
4 4 Phylum : Chlorophyta
Subfilum : Chlorophycae
Ordo : Chlorococcales
Family : Scenedesmaceae
Genus : Gloeactinium
Spesies : Gloeactinium
(Google image, 2013)
limneticum
5 1 Phylum : Phytophyta
Subfilum : Dinophyceae
Ordo : Dinokonteae
Family : Ceratiaceae
Genus : Ceratium
Spesies : Ceratium
(Google image, 2013)
hirudinella

4.1.3 Data Tabel Perhitungan Kelimpahan Plankton

Phylum – KR
Jam n N (mg/l) Pi Pi2 D H (ind/l)
Genus (%)
08.2 Chorophyta –
8 0,216 0,0466 21,6
9 Scenedesmus
Chlorophyta –
6 0,162 0,0264 16,2
Schizomeris
Chlorophyta –
7 0,189 0,0352 18,9
Spaerocystis
Chlorophyta – 27376,68
2 0,054 0,00291 0,1829999 2,76279 5,4
Ankistrodesmus 2
Chlorophyta –
9 0,243 0,0591 24
Trichosarcina
Chlorophyta –
4 0,108 0,01166 10,8
Gloeactinium
Phytophyta –
1 0,027 0,000729 2,7
Ceratium

32
4.2. Pembahasan

4.2.1. Deskripsi Stasiun Pengamatan

Pada saat praktikum Planktonologi lapang yang dilakukan di laboratorium


breeding Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang
terdapat kolam semi tradisional dan kolam beton. Kolam yang digunakan oleh
kelompok 3 adalah kolam semitradisional yang mana dasar kolam dari tanah
dan pematangnya beton. Kolam semi tradisonal memiliki inlet dipojok kolam
dan outlet disisi lainnya. Air kolam berwarna hijau dan disekitar kolam terdapat
pohon jambu.

4.2.2. Hubungan Parameter Kualitas Air Terhadap Kelimpahan Plankton.

a. Suhu

Pada praktikum Planktonologi tentang pengamatan suhu diperoleh hasil


26 0C pada pukul 08.29 WIB. Suhu berpengaruh terhadap kelimpahan plankton
dalam suatu perairan, semakin tinggi suhu maka kelimpahan plankton semakin
tinggi.

Menurut Tomaseik et al. (1957) dalam Afdal et al. (2011), pengaruh suhu
secara langsung yakni untuk mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses
fotosintesis. Sedangkan pengaruh secara tidak langsung yaitu dalam meraba
struktur hidrologi kolam perairan yang dapat mempengaruhi distribusi plankton

b. pH

Pada praktikum Planktonologi tentang pengamatan pH diperoleh hasil 7


pada pukul 08.29 WIB. Hubungan antara pH dengan kelimpahan plankton
adalah ketika pH rendah ( asam ), pertumbuhan plankton akan terhambat.

33
Namun jika pH basa akan bersifat toksik. Hal ini sesuai dengan dengan
pernyataan Effendi ( 2003 ) dalam Samsidor etal. ( 2013 ), pH yang cukup bagi
pertumbuhan fitoplankton dalam suatu perairan adalah 6,9. Namun jika pH
berada pada kisaran 6-6,5 maka akan mengakibatkan keanekaragaman
plankton menurun

c.Kecerahan

Pada praktikum Planktonologi tentang pengamatan Kecerahan diperoleh


hasil 55 cm pada pukul 08.29 WIB. Sesuai dengan sifat plankton yang
berfotosintesis, tinggi rendahnya kecerahan akan mempengaruhi kelimpahan
plankton di perairan.

Menurut Setiawan (2004), kecerahan yang berisi merupakan syarat untuk


berlangsungnya proses fotosintesis oleh fitoplankton.

d.DO

Pada praktikum Planktonologi tentang pengamatan DO diperoleh hasil


3,086 mg/l pada pukul 08.29 WIB. Fitoplankton mampu menghasilkan oksigen
utamanya yaitu dalam bentuk oksigen terlarut dalam air yang dihasilkan melalui
proses fotosintesis sehingga ketika DO tinggi maka fitoplankton juga tinggi.

Menurut Yazwar ( 2008 ), oksigen yang ada diperairan berasal dari


fotosintesis hidrofita serta fitoplankton yang berada didalamnya.

e.CO2

Pada praktikum planktonologi tentang pengamatan CO2 diperoleh hasil


3,99 mg/l pada pukul 08.29 WIB. Kadar karbondioksida di dalam air jika
berlebih akan berpotensi toksik bagi organisme atau biota yang ada di dalam
perairan.

Menurut Barus ( 2002 ), karbondioksida sangat mudah larut dalam air.


Umumnya zat ini tidak terdapat dalam keadaan bebas melainkan berikatan
dengan air membentuk asam karbonat (H2CO3), karbondioksida bebas
dipengaruhi oleh pH dibawah 4.

f.Nitrat

34
Pada praktikum planktonologi tentang pengamatan Nitrat diperoleh hasil
0,334 mg/l pada pukul 08.29 WIB. Pertumbuhan plankton umumnya
dipengaruhi oleh pertumbuhan nitrat pada perairan. Nitrat di perairan berasal
dari buangan industri, bahan peledak dan pemupukan.

Menurut Yazwar ( 2008 ), kadar nitrat dan fosfat yang optimal untuk
pertumbuhan fitoplankton masing-masing 3,9 mg/l – 15,5 mg/l dan 0,27 mg/l –
5,51 mg/l. Nitrat dan fosfat merupakan faktor pembatas dibawah 0,144 mg/l
0,02 mg/l dalam perairan.

G. Fosfat

Pada praktikum Planktonologi tentang pengamatan Fosfat diperoleh hasil


0,126 mg/l pada pukul 08.29 WIB. Fosfat merupakan unsur yang essensial
sebagai bahan organik dalam aquatik. Peningkatan konsentrasi fosfat dalam
suatu ekosistem perairan akan meningkatkan pertumbuhan algae dan
tumbuhan air lainnya secara cepat.

Menurut Supeno ( 2008 ), kadar fosfat rata-rata 0,47 rpm dengan kisaran
anatara 0,08 mg/l dan 1,38 mg/l. kadar fosfat tertinggi terjadi pada tambak.

h.TOM

Pada praktikum Planktonologi tentang pengamatan TOM diperoleh hasil


40,448 mg/l pada pukul 08.29 WIB.

Menurut Asmara (2005), TOM dapat berupa autochtonus yang berasal


dari perairan itu sendiri seperti pembukaan organisme mati oleh detritus,
aktivitas perifiton, makrofita dan fitoplankton. Bahan alloitonous termasuk
didalamnya bahan organik yang dapat dibawa oleh aliran air daerah sekitar.

4.2.3 Kelimpahan Plankton

4.2.3.1 Tingkat Kesuburan Perairan Berdasarkan

a) Fitoplankton

Berdasarkan kelimpahan plankton, perairan yang menjadi pengamatan


merupakan perairan yang tingkat kesuburannya normal. Dapat dikatakan subur
karena jumlah Chlorophyta dalam perairan tersebut cukup banyak. Hal ini sesuai

35
dengan pendapat Yazwar (2008), bahwa dari suatu perairan kelimpahan algae
yang paling dominan adalah phylum chlorophyta . Hal ini dapat dilihat dari
kemampuan dalah hal berfotosintesis dibanding dengan alga dari jenis yang lain.

b) Zooplankton

Berdasarkan hasil pengamatan tidak ditemukan jenis zooplankton . Hal ini


karena pengambilan sampe air dilaksanakan pada siang hari, sedangkan
zooplankton bersifat fototaksis negatif yang selalu menjauhi matahari. Menurut
Zahidin (2008), zooplankton berpindah secara vertikal an horizontal yang
mengikuti perkembangan fitoplankton dan bersifat tidak menyenangi sinar dan
cenderung menjauhi cahaya. Sehingga tidak ditemukan zooplankton selama
pengamatan.

4.2.3.2 Indeks Dominasi

Indeks dominasi yang didapatkan pada pengamatan pukul 07.00 WIB


yaitu chlorophyta sebesar 73 X 10-2 dan phytophyta sebesar 2 X 10 -2. Jadi dapat
disimpulkan bahwa yang mendominasi adalah phylum chlorophyta dengan
indeks dominasi menunjukkan nilai 0,18299.

Apabila nilai dominasi mendekati 1 berarti dalam komunitas terdapat


spesies yang mendominasi spesies lainnya. Sebaliknya apabila mendekati nilai 0
berarti i dalam struktur komunitas tidak terdapat spesies yang mendominasi
spesies lainnya (Yazwar, 2008).

4.2.3.3 Indeks Keragaman

Pada praktikum planktonologi, indeks keragaman yang didapatkan dari


pengamatan yaitu phylum chlorophyta sebesar 0,857 dan Phytophyta sebesar
0,142. Indeks keragaman digunakan untuk mengetahui keanekaragaman jenis
biota yang diamati.

Apabila nilai indeks ini makin tinggi, berarrti komunitas biota plankton di
perairan itu makin beragam dan tidak didominasi oleh satu atau dua takson saja
(Asmara, 2005).

36
37
5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum planktonlogi didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

 Plankton adalah organisme yang berukuran mikroskopis yang hidup


melayang-layang di perairan dan mengikuti arus.
 Macam plankton berdasarkan asalnya yaitu autogenik dan allogenik.
 Berdasarkan ukuran dibagi menjadi ultraplankton, nanoplankton,
mikroplankton, dan makroplankton.
 Berdasarkan siklus hidup terbagi menjadi oloplankton dan
meroplankton.
 Berdasarkan habitat dibagi menjadi haliplankton, limnoplankton,
neoplankton, hylamiroplankton, hypoplankton dan epiplankton.
 Berdasarkan jenis makanan dibagi menjadi fitoplankton, zooplankton,
bakterioplankton dan virioplankton.
 Klasifikasi Fitoplankton:
- Divisi Chlorophyta
- Divisi Cyanophyta
- Divisi Chrysophyta
- Divisi Rhodophyta
- Divisi Dinoflagellata
 Klasifikasi Zooplakton:
- Filum Rotifera
- Filum Arthropoda
- Filum Copepoda
 Parameter kualitas air yang mempengaruhi kehidupan plankton:
- Faktor kimia:
 pH
 DO
 CO2
 Nitrat
 Orthofosfat
 TOM

38
- Faktor Biologi:
 Plankton
- Faktor Fisika:
 Suhu
 Kecerahan
n1
 Rumus Indeks Dominasi: D= X 100 %
N

T XV
 Rumus Kelimpahan Plankton: N= Xn
LXvX pXw

1 2
 Rumus Luas bidang Pengamatan (LBD): LBD= π D dengan D = D1
4
+ D2

 Tabel Hasil Pengamatan

Parameter Hasil (pukul 08.29 WIB)


Suhu (°C) 26
Kecerahan (cm) 55
pH 8
DO (mg/L) 3,086
CO2 (mg/L) 3,99
Warna air kolam Hajau
Nitrat (mg/L) 0,334
Orthofosfat 0,126
(mg/L)
TOM 40,448

39
5.2 Saran

Dari praktikum planktonologi disarankan agar praktikan selanjutnya dapat


dilakukan dengan lebih baik, peralatan yang digunakan diharapkan dapat
ditambah supaya semua praktikan dapat melakukan praktikum sendiri.
Diharapkan praktikan dapat memahami materi yang sedang dipraktekkan dengan
belajar sebelum praktikum.

40
DAFTAR PUSTAKA

Anderso. 2007. Microbiology A Human DersTective.University of Washington:


New York.

Asmara, A. 2005. Hubungan Struktur Komunitas Plankton dengan Kondisi Fisika,


Kimia Perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang Kepulauan Seribu.
IPB : Bogor.

Budiati, H. 2006. Biologi Jilid 1 untuk SMA dan MA Kelas X. Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.

Fattah, F; L. Muslimin dan S. B. A. Omar. 2012.Efektifitas Alga Merah Eucheuma


Spinosum sebagai Anti Bakteri Patogen pada Organisme Budidaya Pesisir
dan Manusia: Makassar.

Fried, G. H. dan G. J. Hademenos. 2005 . Biology Edisi Kedua . Erlangga.


Garno , Y S. 2008. Kualitas Air dan Dinamika Fitoplankton Di Perairan Pulau
Harapan. Peneliti di Pusat Teknologi LingkunganBadan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi.

Google image. 2013. www.google.co.id/images/siklus+nitrogen. diakses pada


tanggal 20 Oktober 2013 pukul 18.00 WIB.

Gosari, B. 2002. Skripsi Komposisi Jenis Fitoplankton Berbahaya di Sekitar


Pelabuhan Soekarno Hatta. Universitas Hasanuddin : Makassar.

Handayani, S. dan M. P. Patria. 2005. Komunitas Zooplankton di Perairan Waduk


Krenceng, Cilegon, Banten. Makara Sains. 9(2): 75-80.

Herawati, E.Y.danKusriani. 2005. Planktonologi (Buku Ajar). FPIK UB : Malang.

Hutabarat, S. dan S.M. Evans. 1985. Pengantar Oseanografi. Universitas


Indonesia Press : Jakarta.

Kangkan, A.L. 2006. Studi Penentuan Lokasi untuk Pengembangan Budidaya


Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia dan Biologi Di Teluk Kupang,
Nusa Tenggara Timur. Tesis Program Pasca Sarjana. Universitas
Diponegoro : Semarang

41
Kodinor.2011.klasifikasiplankton.http://kodiron57.wordpress.com/2011/11/17/
klasifikasi-berdasarkan-habitat/diakses pada 30 september 2013 pukul
14.38 WIB.

Lukman, S.T. 2008. Struktur Komunitas Biota Bentik dan Kaitannya dengan
Karakteristik Sedimen Danau Limboto Sulawesi. Jurnal Oseanologi dan
Limnologi Di Indonesia.34(3): 479-494.

Madinawati. 2010. Kelimpahan dan Keanekaragaman Plankton di Perairan


Laguna Desa Tolongano Kecamatan Banawa Selatan. Media Litbang
Sulteng. 3 (2) : 119-123.
Prasetyati, D.E. 2004. Hubungan Antara Suhu, Salinitas, dan Arus dengan
Distribusi Kelimpahan Zooplankton dan Ichtyoplankton yang Tersaring
Bonggo Net di Perairan Teluk Tomini pada Musim Timur 2003. FPIK IPB :
Bogor.

Pirzan, A. M dan P.R. Pong-Masak. 2008. Hubungan Keragaman Fitoplankton


dengan Kualitas Air di Pulau Bauluang, Kabupaten Takalar, Sulawesi
Selatan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau : Sulawesi Selatan.

Putra , A. W ; Zahidah dan W. Lili. 2012. Struktur Komunitas Plankton di Sungai


Citarum Hulu Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(4) : 313 – 325.

Risiani, Y. 2004 .Potensi Sumberdaya Rumput Laut Di Jawa Timur dan Jenis-
Jenis Ekonomis Penting. FPIK UB : Malang.

Sachlan. 1982. Planktonologi. FPIK UniversitasDiponegoro: Semarang.

Santya, D.Y. dan Y. H. Gultom. 2009. Pemanfaatan Algae Chlorella Sp. dan
Eceng Gondok Untuk Menurunkan Tembaga (Cu) Pada Industri Pelapisan
Logam. Universitas Diponegoro : Semarang.
Sawestri, S. dan A. Farid. 2012 . Kajian Dampak Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (Pltn) Terhadap Kelimpahan Organisme Planton. Pusat
Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional. Universitas
Sriwijaya : Palembang
Spotte, H.S. 1996. Fish and Invertebrata Culture Water Manajement in Closed
System Willey Interscience : NewYork.
Thoha, H. 2007. Kelimpahan Plankton Di Ekosistem Perairan Teluk Gilimanuk,
Taman Nasional, Bali Barat. Makara Sains. 11(1) :44-48.

42
Wetzel, R.G dan Likens, G.E. 2011. Limnological Analyses: Third Edition : New
York.

Winarti, I. dan Diki. 2011. Penyempurnaan Penyajian Materi pada BMP


Hidrobiologi (BIOL4214). Universitas Terbuka : Bogor.

Yazwar. 2008. Keanekaragaman Plankton dan KeterkaitannyadenganKualitas Air


Di Prapat, Danau Toba.

Yuliana. 2007. Struktur Komunitas dan Kelimpahan Fitoplankton dalam


Kaitannya dengan Parameter Fisika-Kimia Perairan Di Danau Laguna
Ternate, Maluku Utara. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
KhairunKampus Gambesi : Maluku Utara.

Zahidin, M. 2008. Kajian Kualitas Air Di Muara Sungai Pekalongan Ditinjau dari
Indeks Keaneragaman Makrobenthos dan Indeks Saprobitas Plankton.
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro : Semarang.

43
LAMPIRAN

Perhitungan Parameter Kimia :

a.
V titran x N titran x 8 x 1000 4 , 8 x 0,025 x 8 x 1000 960
DO= = = =3,086 mg/l
V botol DO−4 315−4 311

b.
V titran x N titran x 22 x 1000 0 , 1 x 0,0454 x 22 x 1000 99 ,88
CO 2= = = =3 , 99 mg/l
V air sampel 25 25

c.
( x− y) x 31 , 6 x 0 , 01 x 1000 ( 4−0 , 8)x 31 ,6 x 0 , 01 x 1000
TOM= = =40,448 mg/l
V air sampel 25

44
Perhitungan :

a. Kelimpahan Fitoplankton
T .V 400. 33 13200
N= x n= x 37= x 37=27376,682ind /l
L.v .P.W 1 17 , 84
3 , 14. .5 .25
22

b. Indeks Keragaman
8
Scenedesmus → Pi= ¿ = =0,216
N 37

H’ = Pi log 2 Pi
= 0,47755 ind/l

6
Schyzomeris → Pi= ¿ = =0,162
N 37

H’ = Pi log 2 Pi
= 0,42450 ind/l

7
Sphaerocystis → Pi= ¿ = =0,189
N 37

H’ = Pi log 2 Pi
= 0,45426 ind/l

2
Ankistrodesmus → Pi= ¿ = =0,054
N 37

H’ = Pi log 2 Pi
= 0,21609 ind/l

45
9
Trichosarcina → Pi= ¿ = =0,243
N 37

H’ = Pi log 2 Pi
= 0,49595 ind/l

4
Gloeactinium → Pi= ¿ = =0,108
N 37

H’ = Pi log 2 Pi
=0,34677 ind/l

1
Ceratium → Pi= ¿ = =0,027
N 37

H’ = Pi log 2 Pi
= 0,14069 ind/l

H’= ∑ Pi log2 Pi
= 0,47755+0,42450+0,45426+0,21609+0,49595+0,49595+0,14069
= 2,76279 ind/l

c. Indeks Dominasi
Scenedesmus → D = Pi2
= (0,216)2
= 0,0466

Schizomeris → D = Pi2
= (0,162)2
= 0,0264

46
Sphaerocystis → D = Pi2
= (0,189)2
= 0,0357

Ankistrodesmus → D = Pi2
= (0,054)2
= 0,00291

Trichosarcina → D = Pi2
= (0,243)2
= 0,0590

Gloeactinium → D = Pi2
= (0,108)2
= 0,01166

Ceratium → D = Pi2
= (0,027)2
= 0,000729

¿
D = ∑ ( N ¿2

= 0,0466+0,0264+0,0264+0,0357+0,00291+0,0590+0,01166+0,000729
= 0,182999

d. Kelimpahan Relatif
Scenedesmus :
8
KR= ¿ x 100 %= x 100 %=0,216 x 100 %=21 ,6 %
N 37

Schizomeris :
6
KR= ¿ x 100 %= x 100 %=0,162 x 100 %=16 ,2 %
N 37

47
Sphaerocystis :
7
KR= ¿ x 100 %= x 100 %=0,189 x 100 %=18 , 9 %
N 37

Ankistrodesmus :
2
KR= ¿ x 100 %= x 100 %=0,054 x 100 %=5 , 4 %
N 37

Trichosarcina :
9
KR= ¿ x 100 %= x 100 %=0,243 x 100 %=24 , 3 %
N 37

Gloeactinium :
4
KR= ¿ x 100 %= x 100 %=0,108 x 100 %=10 , 8 %
N 37

Ceratium :
1
KR= ¿ x 100 %= x 100 %=0,027 x 100 %=2 ,7 %
N 37

48
 Gambar Kolam

49

Anda mungkin juga menyukai