Anda di halaman 1dari 24

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan suatu Negara yang sebagian besar wilayahnya adalah

perairan. Sumberdaya perairan Indonesia sangat kaya akan hasil-hasil laut

terutama ikan. Perairan merupakan suatu ekosistem yang memiliki peran dan

manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Kehidupan didalamnya

sangat beragam.Mulai dari organisme mikroskopik sampai ukuran yang makro

dapat terlihat langsung oleh mata tanpa bantuan alat. Salah satu organisme yang

terdapat diperairan adalah plankton. Plankton merupakan organisme mikroskopis

yang berada dipermukaan perairan dan berfungsi sebagai produsen ekosistem

perairan. Sebagai biota mikroskopis perairan, plankton sangat berperan sebagai

produsen primer dan sekunder (Nybakken, 2012).

Plankton juga merupakan mikroorganisme yang dapat ditemui hidup

melayang di perairan, mempunyai gerak sedikit sehingga mudah terbawa arus,

artinya biota ini tidak dapat melawan arus. Mikroorganisme memiliki jumlah dan

jenis yang sangat banyak dan sangat beranekaragam serta sangat padat. Selain itu

plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem rantai makanan

(food chain) dan jaringan makanan (food web). Mereka menjadi pakan bagi

sejumlah konsumen dalam rantai makanan dan jaring makanan tersebut (Ferianti,

2007).

Plankton adalah setiap organisme hanyut ( hewan, tumbuhan, archaea, atau

bakteri) yang menempati zona pelagik samudera, laut, atau air tawar. Plankton

ditentukan oleh niche ekologi mereka dari pada taksonomi filogenetik atau

klasifikasi. Mereka menyediakan sumber makanan penting yang lebih besar, lebih
2

dikenal organisme akuatik seperti ikan dan cetacean. Meskipun banyak spesies

planktik(atau bagian plankton lihat di terminologi) berukuran mikro dalam

ukuran, plankton termasuk organisme meliputi berbagai ukuran, termasuk

organisme besar seperti ubur-ubur (Sidiq, 2008).

Plankton umumnya memiliki ukuran yang sangat kecil dan jumlahnya

banyak, oleh karena itu pengambilan sample plankton harus dilakukan dengan

menggunakan alat yang dapat menyaring air sedemikian rupa sehingga plankton

yang tersaring cukup jumlahnya untuk dianalisis. Untuk keperluan ini alat khusus

yang biasa digunakan adalah jaring plankton atau plankton net. Setiap mata jaring

yang digunakan ukurannya (mesh-size) harus berbeda, tergantung dari plankton

yang akan dikumpulkan, apakah itu fitoplankton atau zooplankton. Jika yang

diinginkan fitoplankton, maka ukuran mata jaring harus kecil, sedemikian

sebaliknya untuk zooplankton. Sample plankton yang didapat diawetan dengan

menggunakan formalin dan disimpan didalam suhu yang rendah (Kasijan et all,

2004). Fitoplankton adalah mikro organisme nabati yang hidup melayang didalam

air, relatif tidak memiliki daya gera kan air, serta mampu berfotosintesis.

Kemampuan fitoplankton melakukan fotosintesi karena sel tubuhnya mengandung

klorofil. Klorofil berfungsi untuk mengubah zat anorgani yang dihasilkan dan

dipergunakan untuk kebutuhan dirinya sendiri dan untuk kebutuhan organisme air

lainnya (Kasijan et all, 2004).

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ekologi perairan ini adalah untuk mengetahui

keragaman jenis dari plankton dan perifiton serta menghitung jumlah kelimpahan

plankton dan perifiton di waduk taman ilmu Universitas Riau. Selain itu juga
3

bertujuan untuk menghitung indeks keragaman, dominasi, dan keseragaman

plankton dan perifiton.

Manfaat dari praktikum ini adalah kita bisa mengetahui habitat dimana

hidup plankton dan perifiton serta dapat mengetahui jenis dan bentuk tubuh dari

plankton dan perifiton yang di dapat dari waduk. Selain itu kita juga dapat

memahami langkah-langkah untuk mengidentifikasi plankton dan perifiton

disuatu perairan sehingga juga dapat dilakukan pada area yang lainnya. Tidak

hanya itu, pada praktikum ini juga dapat menambah wawasan kita tentang

bagaimana membedakan antara jenis plankton dan perifiton.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Plankton

Plankton adalah makhluk ( tumbuhan atau hewan ) yang hidupnya,

mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya terbatas

sehingga mudah terbawa arus. Plankton berbeda dengan nekton yang berupa

hewan yang memiliki kemampuan aktif berenang bebas, tidak tergantung pada

arus air, contohnya : ikan, cumi-cumi, paus dll. Bentos adalah biota yang

hidupnya melekat pada, menancap, merayap, atau membuat liang di dasar laut,

contohnya adalah kerang, teripang, bintang laut, karang dll (WordPress, 2009).

Menurut Bornforthesea (2009), plankton adalah organisme yang hidupnya

melayang atau mengambang di daerah pelagik. Namun demikian, ada juga

plankton yang memiliki kemampuan renang cukup kuat sehingga dapat

melakukan migrasi harian.

2.2. Pengelompokan Plankton

a) Berdasarkan Ukuran

Menurut Murwani (2009), pengelompokkan plankton berdasarkan

ukuran, yaitu:

1. Megaplankton : plankton dengan ukuran20-200 cm

2. Makroplankton : plankton dengan ukuran 2-20 cm

3. Mesoplankton : plankton dengan ukuran 0,2-20 mm

4. Mikroplankton : plankton dengan ukuran 20-200 µm

5. Nanoplankton : plankton dengan ukuran 2-20 µm

6. Pikoplankton : plankton dengan ukuran kurang dari 2 µm


5

b) Berdasarkan Asal

Menurut Sofa (2006), berdasarkan asal-usulnya, plankton dibedakan

menjadi 2, yaitu:

1. Autoplankton : plankton yang berasal dari habitat tersebut

2. Alloplankton : plankton yang berasal dari luar habitat tersebut

c) Berdasarkan Sebaran Horizontal

1. Plankton neritik

2. Plankton oseanik

d) Berdasarkan Sebaran Vertical

1. Epiplankton : Epiplankton adalah plankton yamh hidup di lapisan permukaan

sampai kedalaman sekitar 100m.

2. Mesoplankton : Mesoplankton yakni plankton yang hidup di lapisan tengah,

pada kedalaman sekitar 100-400 m.

3. Hipoplankton : Hipoplankton adalah plankton yang hidupnya pada kedalaman

lebih dari 400m. Termasuk dalam kelompok ini adalah bathyplankton yang hidup

pada kedalaman lebih dari 600m dan abyssoplankton yang hidupdi lapisan yang

paling dalam sampai 3000-4000m

Berdasarkan kemampuan memmbuat makanan, plankton digolongkan

menjadi 2 golongan utama, yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton

disebut juga plankton nabati adalah tumbuhan yang hidupnya

mengapung/melayang dilaut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat

oleh mata telanjang. Zooplankton ada yang hidup dipermukaan dan ada pula yang

hidup diperairan dalam. Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian
6

dari lapisan dalam kepermukaan. Hampir semua hewan yang mampu berenang

bebas (nekton) atau yang hidup (bentos) (Arianti, 1997 dalam Asconiwara, 2009).

2.3 Klasifikasi Fitoplankton

a) Phylum Chlorophyta

Menurut Alvyanto (2009), Chlorophyta (ganggang hijau) adalah salah satu

kelas dari ganggang yang sel-selnya bersifat eukariotik (materi inti dibungkus

oleh membran inti). Pigmen klorofil terdapat dalam jumlah banyak sehingga

ganggang ini berwarna hijau. Pigmen lain yang dimiliki adalah korotan dan

nantafil.

b) Phylum Cyanophyta

“ Blooming “ blue green algae biasanya terjadi danau atau kolam yang

sadah, spesies ini muncul pada musim panas sampai awal penghujan spesies

tertentu ditentukan juga pada kolam atau danau dengan kesadahan rendah. Tapi

pada kondisi tersebut, mereka jarang sekali membentuk blooming. Adapun ciri-

cirinya yaitu :

1. Ganggang hijau bersel satu

2. Ganggang hijau biru berkoloni

3. Ganggang hijau biru berfilamen

d). Phylum Rhodophyta

Dalam sebagian besar ganggang merah (rhodophyta) telur berupa

phyta/filament bercabang. Namun beberapa species ada yang berbentuk lembaran

seperti porphyta/berbentuk sel tunggal. Beberapa ganggang merah dapat

mengapur misalnya Corallina spp. Plasmoyesmata tampaknya tidak ada. Tapi

banyak ganggang merah multikelula memuat koneksi (The-x,2010).


7

2.4 Klasifikasi Zooplankton

1). Phylum Rotifera

Jumlah anggota filum ini sedikit, merupakan hewan yang berukuran

mikroskopis. Rotifera adalah hewan bersel banyak(setiap species memiliki jumlah

sel tertentu). Hewan ini seringkali menempel di objek yang ada dalam air,dengan

mempergunakan “jari kaki”. Makanan rotifera berupa mikroorganisme yang ada

dalam air. disekitar mulut terdapat silia yang tersusun secara melingkar (Madical,

2010).

Menurut Timothymalau (2009), menyatakan bahwa rotifera termasuk

metazoan yang paling kecil berukuran antara 40-2500mikron, rata-rata 200

mikron. Umumnya hidup bebas, solliter,koloni/sessile. Beberapa jenis merupakan

endoparasit pada insang crustacea, telur siput, cacing tanah dan dalam ganggang

jenis vaucheria dan volvox. Biasanya transparan , beberapa berwarna cerah seperti

merah atau coklat disebabkan warna saluran pencernaan.

2). Phylum Arthropoda

Menurut Black (2010), menyatakan bahwa ciri umum :kaki tampak seperti

bersendi-sendi atau bersegmen –segmen; segmen biasanya bersatu menjadi 2/3

daerah yang jelas. Sebagian hewan itu tubuhnya dilindungi oleh kulit yang keras

(zat kitin) yang berfungsi sebagai rangka luar anggota tubuh bersegmen

berpasangan (asal penamaan arthropoda).

3) Phylum Copepoda

Menurut Zeva (2010), menyatakan bahwa copepoda adalh grup crustacea kecil

yang dapat ditemui dilaut dan hampir semua habitat air tawar dan mereka

membentuk sumber tersebar protein di samudra..


8

2.5 Pengertian Perifiton

Organisme perairan air tawar selanjutnya adalah perifiton, perifiton

merupakan suatu alga bermatriks kompleks dan juga mikroba heterotrofik yang

melekat pada suatu substrat di ekosistem perairan. Perifiton berperan sebagai

sumber makanan bagi invertebrata, beberapa ikan, dan bioindikator suatu

perairan. Analisis perifiton digunakan untuk mempelajari struktur komunitas dari

perifiton di ekosistem perairan menggenang dan mempelajari pola penyebaran

populasi masing-masing jenis perifiton yang ditemukan. Pengambilan sampel

dilakukan dengan cara mengambil beberapa bagian tanaman air (Salvinia natans

dan Hydrilla verticilata) yang diperkirakan terdapat perifiton.

Perifiton adalah organisme (hewan atau tumbuhan) yang melekat atau bergantung

pada tanaman atau benda yang tersembul atau muncul dari dasar. Biomassa yang

terbentuk merupakan sumber makanan alami bagi biota air yang lebih tinggi yaitu

zooplankton, juvenil udang, moluska dan ikan. Sehingga sangat menarik apabila

dilakukan kajian mengenai organisme perifiton ini yang memiliki peranan penting

dalam ekosistem perairan. Perkembangan perifiton dapat dipandang sebagai

proses akumulasi, yaitu proses peningkatan biomassa dengan bertambahnya

waktu. Akumulasi merupakan hasil kolonialisasi dengan proses biologi yang

menyertainya dan berinteraksi dengan faktor fisika-kimia perairan (Borowitzka

dan Lethbridge, 1989 di Zulkifli, 2000). Menurut Osborn (1983), proses

kolonialisasi merupakan pembentukan koloni perifiton pada substrat yang

berlangsung segera seketika pengkoloni menempel pada substrat. Tipe substrat

sangat menentukan proses kolonialisasi dan komposisi perifiton, hal ini berkaitan

erat dengan kemampuan dan alat penempelnya.


9

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum tentang Plankton dan Perifiton ini dilakukan pada hari rabu

tanggal 30 maret 2016 jam 10.00 WIB sampai jam 12.00 WIB, yang penelitiannya

dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Lingkungan Perairan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air sample yang

diambil dari waduk taman ilmu, larutan lugol, larutan formalin dan alkohol.

Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah planktonnet,

ember, cover glass, objek glass, pipet tetes, botol sampel, sikat gigi, penggaris,

botol film, mikroskop binokuler, alat tulis, buku identifikasi plankton, buku

penuntun praktikum dan kalkulator.

3.3. Metode Praktikum

Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode survey. Yaitu

pengambilan sampel dilakukan langsung dilapangan dan tempat pengambilan

sampel yang dilakukan adalah diwaduk taman ilmu Universitas Riau. Setelah itu,

sampel tersebut kemudian dianalisis ke Laboratorium Ekologi dan Manajemen

Lingkungan Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau

untuk diamati lebih jelas.

3.4. Prosedur Praktikum

Sebelum praktikum dimulai, asisten menjelaskan cara menggunakan alat-

alat yang akan digunkan nantinya. Asisten juga menjelaskan cara perhitungan
10

kelimpahan atau pencacahan plankton. Kemudian, asisten beserta praktikan pergi

menuju waduk sambil membawa alat-alat yang dibutuhkan untuk segera

melakukan penelitian.

3.4.1 Pengambilan Sampel Plankton

Dalam proses pengambilan sampel plankton, yang harus dipersiapkan

terlebih dahulu adalah alat yang akan digunakan, seperti planktonnet, ember, dan

botol. Kemudian tentukan lokasi pengambilan sampel plankton.

Pada praktikum ini pengambilan sample dilakukan di permukaan waduk,

kemudian lakukan penyaringan air sample dengan planktonnet yang di lakukan

sebagai berikut :

1. Rangkailah mulut planktonnet (yang berbentuk kerucut) dengan silinder

penampung air sample.

2. Pasangkan penyumbat pada silinder pada penampung.

3. Air dapat disaring melalului mulut plankton

4. onnet, volume air contoh yang disaring diambil dengan ember dan air yang di

saring harus diketahui.

5. Dengan membuka penyumbat silinder tampunglah sampai plankton kedalam

botol-botol kecil.

6. Berikan label untuk setiap botol tersebut dan lakukan segera pengamatan.

Setelah sempel air didapat kemudian sampel dibawa ke laboraturium untuk

diamati jenis plankton apa yang terdapat pada air sempel tersebut dengan

menggunakan mikroskop.
11

3.4.2 Penentuan Jenis Plankton

Siapkan bahan dan alat akan digunakan, seperti air sempel, mikroskop,

objek glass, cover glass, pipet tetes, dan buku identifikasi plankton. Ambil satu

tetes air sampel dengan menggunakan pipet tetes lalu taruh di objek glass, setelah

tutup objek glass dengan cover glass lalu taruh objek glass pada mikroskop.

Tentukan perbesaran dan atur posisi objek glas sedemikian rupa hingga terlihat

plankton yang terkandung pada air sampel tadi. Setelah plankton ditemukan, maka

sesuaikan bentuk plankton dengan yang ada pada buku identifikasi plankton.

Setelah sesuai, gambarkan pada lembar kerja praktikum. Jangan lupa tuliskan

nama kelas, jenis dan berapa jumlah yang ditemukan. Kemudian menghitung

kelimpahan plankton dengan menggunakan rumus :


𝑋 1
N= Z×𝑌×𝑉

Keterangan :

N = Kelimpahan Plankton (sel/L)

Z = Jumlah individu yang ditemukan (sel)

X = Volume air yang tersaring (125 ml)

Y = Volume 1 tetes pipet (0,05 ml)

V = Volume air yang disaring (50 L)

3.4.3 Pengambilan Sampel Perifiton

Pengambilan sampel perifiton di lakukan dengan mengambil substrat

alami yaitu kayu yang berada di perairan. Setelah itu ukur substrat tersebut

dengan luas 5 x 5 cm. Lalu, sambil di semprot dengan menggunakan akuades

kerik substrat tersebut menggunakan sikat gigi dan masukkan kedalam botol
12

kecil/botol film. Setelah di masukkan ke dalam botol kecil/botol film beri larutan

lugol sebanyak 3-5 tetes dan selanjutnya di bawa ke laboratorium untuk di

identifikasi lebih lanjut.

3.4.4 Penentuan Jenis Perifiton

Siapkan bahan dan alat akan digunakan, seperti air sampel, mikroskop,

objek glass, cover glass, pipet tetes, dan juga buku identifikasi perifiton. Setelah

itu ambil satu tetes air sampel dengan menggunakan pipet tetes lalu taruh di objek

glass, setelah tutup objek glass dengan cover glass lalu taruh objek glass pada

mikroskop. Tentukan perbesaran dan atur posisi objek glas sedemikian rupa

hingga terlihat perifiton yang terkandung pada air sampel tadi. Rumus yang di

gunakan untuk menentukankelimpahan plankton dan perifiton adalah sama, yaitu:


𝑋 1
N=Z×𝑌×𝑉

Keterangan :

N : Kelimpahan perifiton (sel/l)

Z : Jumlah individu yang di temukan (sel)

X : Volume air yang tersaring (125 ml)

Y : Volume satu tetes pipet (0,05 ml)

V : Volume air yang di saring (50 l)


13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Perhitungan Kelimpahan

Rumus kelimpahan plankton yang akan digunakan adalah sebagai berikut


𝑋 1
N=Z×𝑌×𝑉

Dimana:

N : Kelimpahan perifiton (sel/l)

Z : Jumlah individu yang di temukan (sel)

X : Volume air yang tersaring ( 125 ml)

Y : Volume satu tetes pipet ( 0,05 ml)

V : Volume air yang di saring ( 50 l)

Maka, hasil perhitungan untuk menentukan nilai kelimpahan plankton adalah :

n Nama Jenis Jumlah Kelimpah pi= log Log2 pi ∑(ni/N)2=


o ditemuk an (ni) ni/N pi pi log2 pi2
an pi
1 Nitzchia 2 100 0,15 - -2,65 - 0,06
curuula 4 0,8 0,41
2 Nitzchia 2 100 0,15 - -2,65 - 0,02
colesterinum 4 0,8 0,41
3 Coelastrum 3 150 0,23 - -1,99 - 0,05
cubcum Naeg 1 0,6 0,46
4 Protozoa 1 50 0,07 - -3,65 - 0,005
7 1,1 0,28
5 Copepoda 2 100 0,15 - -2,65 - 0,02
4 0,8 0,41
6 gomphosphae 3 150 0.23 - -1,99 - 0.05
ria aponina Kg 1 0,0 0,46
6
Jumlah 13 ∑650 ∑- ∑0,165
2,42
14

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS

Indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon – Wienner (dalam Odum,

1971) yang disimbolkan dengan H’

Rumus indeks keanekaragaman yang digunakan : H’ = -∑si=1 pi log2 pi

INDEKS DOMINASI JENIS (C’)

Indes dominasi jenis organisme plankton menurut Simpson dalam odum

(1971), dengan menggunakan rumus :

ni
C = ∑si=1 ( N )2

Dimana :

ni = banyaknya individu yang ditemukan

N = jumlah ni= ∑ ni

INDEKS KESERAGAMAN JENIS (E)

Indeks keseragaman jenis organisme menurut Pilou dalam Krebs (1985),

dengan menggunakan rumus :

E = H’ . = H’
H’maks log2S
Dimana :
H’ = indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon- Wienner atau
zar dan kaor (d)
S = banyaknya taxa atau jenis yang ditemukan
Log2S = log 2 x log S = 3,321928 x log S (S)
15

Perhitungan Kelimpahan

Rumus kelimpahan perifiton yang akan digunakan adalah sebagai berikut


𝑋 1
N=Z×𝑌×𝑉

Dimana:

N : Kelimpahan perifiton (sel/l)

Z : Jumlah individu yang di temukan (sel)

X : Volume air yang tersaring ( 125 ml)

Y : Volume satu tetes pipet ( 0,05 ml)

V : Volume air yang di saring ( 50 l)

Maka, hasil perhitungan untuk menentukan nilai kelimpahan perifiton adalah :

Tabel 2. Jenis-jenis perifiton yang di temukan dari hasil pengamatan


no Nama Jenis jumlah kelimpah pi=ni/ log log2 pi ∑(ni/N)2=
ditemuk an (ni) N pi pi log2 pi2
an pi
1 Stigeocioni 3 80 0,230 - - - 0,052
um sp 0,6 2,09 0,48
3 2 1
2 Oscullatori 4 106,66 0,307 - - - 0,094
a sp 0,5 1,69 0,52
1 4 0
3 Characium 1 26,66 0,076 - - - 0,005
sp 1,1 3,68 0,28
1 3 0
4 Mallomona 2 53,33 0,153 - - - 0,023
s sp 0,8 2,69 0,41
1 0 1
5 Characium 3 80 0,230 - - 0,43 0,052
sp 0,6 2,09 1
3 2
Jumlah 13 ∑346,65 ∑- ∑0,226
2,12
3
16

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS

Indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon – Wienner (dalam Odum,

1971) yang disimbolkan dengan H’

Diketahui :

Log2 = 3,321928

pi = ni/N, dimana N = total nilai kelimpahan

Log pi = logaritma dari nilai pi

Log2 pi = log 2 x log pi

pi log2 pi = pi x (log 2 pi)

Rumus indeks keanekaragaman yang digunakan : H’ = -∑si=1 pi log2 pi

INDEKS DOMINASI JENIS (C’)

Indeks dominasi jenis organisme perifiton menurut Simpson dalam odum

(1971), dengan menggunakan rumus :

ni
C = ∑si=1 ( N )2

Dimana :

ni = banyaknya individu yang ditemukan

N = jumlah ni= ∑ ni

INDEKS KESERAGAMAN JENIS (E)

Indeks keseragaman jenis organisme menurut Pilou dalam Krebs (1985),

dengan menggunakan rumus :

E = H’ . = H’
H’maks log2S
17

Dimana :
H’ = indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon- Wienner atau zar dan
kaor (d)
S = banyaknya taxa atau jenis yang ditemukan
Log2S = log 2 x log S = 3,321928 x logs (S)

4.2 Pembahasan
Pada saat melakukan pengamatan jenis-jenis plankton yang ada pada

waduk Taman Ilmu, ditemukan berbagai jenis plankton diantaranya adalah

Xanthophyta sebanyak 2, Bacillariophyta sebanyak 2, Clorophycepa sebanyak 3,

Protozoa sebanyak 1, Cepapoda sebanyak 2, dan Bacillarcopheda sebanyak 3.

Dari berbagai jenis plankton yang ditemukan, menandakan bahwa waduk masih

dalam keadaan baik. Karena, kualitas suatu perairan dapat dikatakan baik atau

buruk dapat dilihat dari jumlah jenis plankton yang terdapat diperairan tersebut.

Dan ditemukan juga 5 jenis perifiton yaitu Stigeocionium sp sebanyak 3,

Oscullatoria sp sebanyak 4, Characium sp sebanyak 1, Mallomonas sp sebanyak

2, dan Characium sp sebanyak 3.

Ada berbagai cara untuk menghitung kelimpahan plankton, diantaranya

adalah metode “Lackey drop microstransect counting” dan metode “pencacahan

secara acak dengan menggunakan Sedgwick Rafter Counting Cell (SRCC)”. Pada

cara ini setetes contoh air diletaan di atas gelas objek yaitu Sedgwick Rafter lalu

ditutup dengan gelas penutup (cover glass). Ukuran cover glass biasanya

bervariasi yaitu :

 18 mm x 18 mm (volume air contoh dibawahnya ± 0,04 ml)

 20 mm x 20 mm (volume air contoh dibawahnya ± 0,05 ml)

 22 mm x 22 mm (volume air contoh dibawahnya ± 0,06 ml).


18

Untuk melihat kekayaan jenis ini dapat dilihat dari indeks diversitinya

(indeks keragaman jenis) pada masing-masing ekosistem yang berguna untuk

membandingkan komunitas-komunitas pada suatu ekosistem serta

membandingkan antara satu ekosistem dengan ekosistem lainnya.

Menurut Wilhm dan Dorris ( Penuntun Praktikum Ekologi Perairan, 2014 : 24 )

 d (H’) : > 3 maka perairannya belum tercemar

 d (H’) : 1 s/d 3 maka perairannya tercemar ringan

 d (H’) : < 1 maka perairannya tercemar berat

Menurut Staub et al dalam Wihlm (Penuntun Praktikum Ekologi Perairan, 2014

: 24 ) :

 d (H’) : 3 s/d 4,5 maka perairannya belum tercemar

 d (H’) : 2 s/d 3,0 maka perairannya tercemar ringan

 d (H’) : 1 s/d 2,0 maka tingkat pencemaran perairannya sedang

 d (H’) : 0 s/d 1,0 maka perairannya tercemar berat

Menurut Weiner (Penuntun Praktikum Ekologi Perairan, 2014 : 25 ) :

Jika H’ < 1 : rendah, artinya keragaman rendah dengan sebaran


individu tidak merata
Jika 1 < H’ < 3 : sedang, artinya keragaman sedang dengan sebaran

individu sedang

Jika H’ > 3 : tinggi, artinya keragaman tinggi dengan sebaran

individu tinggi
19

Dengan demikian :

 Jika d (H’) < 1 maka sebaran individu tidak merata (keragamannya

rendah) berarti lingkungan perairan tersebut telah mengalami gangguan

(tekanan) yang cukup besar, atau struktur komunitas organisme di perairan

tersebut jelek.

 Jika 1 < d (H’) < 3 maka sebaran individu sedang (keragamannya sedang)

berarti perairan tersebut mengalami tekanan (gangguan) yang sedang atau

struktur komunitas organisme yang ada sedang.

 Jika d (H’) > 3 maka sebaran individu tinggi atau keragamannya tinggi

berarti lingkungan tersebut belum mengalami gangguan (tekanan) struktur

organisme yang ada berada dalam keadaan baik.

Keragaman jenis dipengaruhi oleh :

1. Kondisi lingkungan (iklim) semakin sesuai kondisi lingkungan

keragaman jenis semakin tinggi atau semakin kaya jenisnya.

2. Semakin baik lingkungannya semakin banyak keragamannya (semakin

kaya jenisnya).

3. Adanya pergantian musim dapat mempengaruhi keragaman jenis.


20

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari pengamatan Plankton maka di peroleh Nilai Indeks H’

hasil yang di dapat adalah 2,42 dapat di simpulkan bahwa sebaran individunya

sedang (keragamannya sedang) berarti perairan tersebut mengalami tekanan atau

gangguan yang sedang atau sturktur komunitas organisme yang ada sedang dan

hasil dari Nilai Dominansi Jenis (C’) maka di peroleh hasilnya yaitu 0,165 berarti

dapat disimpulkan bahwa nilai C’ mendekati nol berarti tidak ada jenis yang

dominan muncul di perairan tersebut dan berdasarkan hasil dari Nilai Indeks

Keragaman Jenis (E) yaitu 1,34 ini menunjukkan bahwa nilai E mendekati satu

berarti keseragaman organisme dalam suatu perairan berada dalam keadaan

seimbang berarti tidak terjadi persaingan baik terhadap tempat maupun terhadap

makanan.

Dan berdasarkan pengamatan perifiton maka diperoleh Nilai Indeks H’

maka dapat hasilnya 2,123 ini menunjukkan bahwa sebaran individu sedang

(keragamannya sedang) berarti perairan tersebut mengalami tekanan (gangguaan)

yang sedang atau struktur komunitas organisme yang asa berada dalam keadaan

baik dan berdasarkan hasil dari Nilai Dominansi Jenis (C’) maka diperoleh

hasilnya yaitu 0,226 berarti dapat di simpulkan bahwa tidak ada jenis yang

mendominasi. Dan berdasarkan hasil dari Nilai Indeks Keseragaman Jenis (E)

yaitu 1,41 berarti keseragaman organisme dalam suatu perairan berada dalam

keadaan seimbang, berarti tidak terjadi persaingan baik terhadap tempat maupun

terhadap makanan.
21

5.2. Saran

Demi menjaga kualitas air diwaduk Taman Ilmu, diharapkan kepada

semua pihak agar tidak mencemari air yang ada diwaduk tersebut. Kualitas air

diwaduk tersebut dalam keadaan baik, namun jika tidak dijaga kualitas air akan

berkurang. Jadi, kita sebagai manusia haruslah menjaga perairan yang ada di

sekitar kita, agar kedepannya lingkungan perairan kita bersih dan perairan tersebut

bisa kita manfaatkan.


22

DAFTAR PUSTAKA

Fajri, El, Nur. dan Agustina, Reni. 2016. Penuntun Praktikum dan

Lembar Kerja Prkatikan Ekologi Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Riau. Pekanbaru.

Gusrina, 2008. Budidaya Ikan Jilid I. Direktorat Pembinaan Sekolah

Menengah Kejuruan. Klaten: PT. Macaan Jaya Cemerlang.

Nyibakken. 2012. Pengertian dan Definisi Plankton.

(http://blogger.com/pengertian-dan-definisi-plankton//). Diakses pada 12 April

2013.

Yazwar. 2008. Keanaekargaman Plankton dan Keterkaitannya dengan

Kualitas Air di Parapat Danau Toba. Sumatera Utara : Universitas Sumatera

Utara.
23

LAMPIRAN
24

Lampiran 1. Alat dan Bahan yang Digunakan

Planktonnet Sampel Perifiton Mikroskop

Sampel Plankton Tisu dan Pipet Tetes Cover glass dan Objek glass

Anda mungkin juga menyukai