BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Pengamatan Kompenen Ekologi Kolam
Agar praktikan dapat mengetahui kompenen ekologi (biotic dan abiotik) yang mempengaruhi kehidupan
plankton.
Pengumpulan Plankton
Menambah pengetahuan praktikan tentang cara menyimpan sampel plankton.
Pembuatan Preparat Plankton
Menambah ketrampilan mahasiswa dalam membuat preparat plankton.
Identifikasi dan Perhitungan Kelimpahan
Menambah pengetahuan praktikan tentang bagaimana cara mengidentifikasi plankton dan menemukan
klasifikasinya.
Praktikum laboratorium planktonologi dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 26 November 2011 pukul
12.00-13.45 WIB di Laboratorium Hidrobiologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya, Malang, Jawa Timur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dimensis Sel
Plankton
1.
Makroplankton
2.
Mikroplankton
3.
5-60 mikrometer
Miniplankton
4.
<5 mikrometer
Litroplankton
b. Berdasarkan Asal
Menurut Herawati (1989), berdasarkan asalnya plankton dibedakan menjadi:
Autogenic: plankton yang berasal dari perairan itu sendiri.
Allogenik: plankton yang berasal dari perairan lain.
Berdasarkan asal-usulnya menurut Sova (2006), plankton dibedakan menjadi dua, yaitu:
Autoplankton yaitu plankton yang berasal dari perairan itu sendiri.
Alloplankton yaitu plankton yang berasal dari luar habitat tersebut.
d. Bersadarkan Habitat
Phylum Chlorophyta
: Plantae
: Chlorophyta
Class
: Chlorophyceae
Ordo
: Halimedales
Genus
: Caulepra
Spesies
: Caulepra racesmosa
Menurut Herawati (1989) dalam Sholikhudin (2011), ciri-ciri phytoplankton antara lain:
Berwarna hijau, karena proporsi pigmen pada chloroplas jauh lebih banyak.
Kebanyakan bersifat epiphytic sessik, comensalisme, atau simbiotik, sebagian besar hidup di danau atau
kolam. Bersifat sebagai plankton di laut, tidak ada yag bersifat pelagic.
Dinding sel bagin dalam terdiri dari 2 lapisan utama.
Sering menyebabkan blooming perairan.
Hidup melayang pada atau dekat permukaan air.
Hidu secara berkoloni.
Jika mati menghasilkan bau busuk.
b.
Phylum Chyanophyta
: Plantae
: Chlorophyta
Class
: Chlorophyceae
Ordo
: Chroococcales
Spesies
: Chroococcus turgidus
Menurut Asih (2009), blooming blue green algae biasanya terjadi di danau atau kolam yang sadah,
spesies ini muncul pada musim panas sampai awal penghujan. Spesies tertentu ditentukan juga pada
kolam atau danau dengan kesadahan rendah. Tetapi pada kondisi tersebut, mereka jarang sekali
membentuk blooming. Adapun ciri-cirinya yaitu:
Ganggang hijau bersel satu.
Ganggang hijau berkoloni.
Ganggang hijau berfilamen.
c.
Phylum Chrysophyta
Menurut Diantoro (2009), klasifikasi fitoplankton dari phylum chrysophyta adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Chlorophyta
Class
: Chlorophyceae
Genus
: Mallomonas
Spesies
: Dictyocha speculum
Chrysophyta atau ganggang keemasan memiliki pigmen dominan hasoter berupa korofil yang berwarna
emas. Pigmen lainnya adalah yang uniseluler, ada juga yang berkoloni dan juga ada yang multiseluler
(Herawati, 1989).
d.
Phylum Rhodophyta
: Plantae
Divisi
: Rhodophyta
Class
: Rhodophyceae
Ordo
: Gigantinales
Familia
: Gracilariaceae
Genus
: Gracilaria
Spesies
: Gracilaria. Sp
e.
Phylum Dynoflagellata
: Plantae
Divisi
: Dyophyta
Class
: Dynophyceae
Genus
Spesies
: Dynophysis
: Exuriella marina
Menurut Anihira (2011), Phyrrophyta atau ganggang api disebut juga dinoflagellata, karena memiliki alat
gerak berup flagella. Ganggang ini termasuk dalam kingdom alveolata dalam sistem klasifikasi tiga
dominan, yang bersifat autotrof.
2.1.4 Klasifikasi Zooplankton
a.
Phylum Rotifera
Jumlah anggota filum ini sedikit, merupakan hewan yang berukuran mikroskopis. Rotifera adalah hewan
bersel banyak (setiap spesies memiliki jumlah sel tertentu). Hewan ini sering kali menempel di objek
yang ada dalam air dengan mempergunakan jari kaki. Makanan rotifer berupa mikro organisme yang
ada dalam air, disekitar mulut terdapat silia yang tersusun secara melingkar (Sofa, 2008).
Menurut Timothymalu (2009), menyatakan bahwa rotifer termasuk metazoa yang paling kecil,
berukuran antara 40-2500 m dan rata rata berukuran 200 m. Umumnya hidup bebas, soliter, koloni
/ sessile. Beberapa jenis merupakan endoparasit pada insang crustacea, telur siput, cacing tanah dan
dalam ganggang jenis vaucheria dan volvox. Biasanya transparan, beberapa berwarna cerah seperti
warna merah atau coklat yang disebabkan dari warna saluran pencernaan.
b.
Phylum Arthropoda
Arthropoda (dalam bahasa latin artinya: ruas, buku, segmen dan podos atinya kaki), merupakan hewan
yag memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen. Segmen tersebut juga berada pada tubuhnya.
Tubuh arthropoda merupakan simetri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata (Zais, 2009).
Menurut Black (2010), menyatakan bahwa ciri umunya adalah kaki tampak seperti bersendi-sendi atau
bersegmen-segmen. Segmen biasanya bersatu menjadi 2/3 daerah yang jelas. Sebagia hewan itu
tubuhnya dilindungi oleh kulit yang keras (zat kitin) yang berfungsi sebagai rangka luar anggota tubuh
yang bersegmen dan berpasangan (asal penamaan arthropoda).
c.
Phylum Copepoda
Menurut Zeva (2010), menyatakan bahwa copepod adalah grup crustacea kecil yang dapat ditemui di
laut dan hampir semua habitat di air tawar, mereka membentuk sumber tersebar protein di samudra.
Copepod termasuk zooplankton, dewasanya berukuran antara 1 dan 5 mm dan biasanya dimanfaatkan
sebagai pakan larva ikan.
Menurut Sutomo (2003) dalamAkuakultur (2008), copepoda laut jenis trigropus brevicornis dapat hidup
pada kisarans alinitas yang cukup luas, yakni mulai dari 10-40 ppt. Namun, pada salinitas 10 ppt tidak
didapatkan copepoda yang bertelur. Hasil penelitian lain menyatakan, bahwa copepod dapat di ukur
dari air laut dengan salinitas 25-30 ppt.
2.2 Parameter Kualitas Air dan Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton (Fitoplankton dan
Zooplankton).
Parameter fisika
2.2.1 Suhu
Menurut Ekawati (2005), suhu sangat berpengaruh terhadap proses biologis dan kimiawis. Kaidah
umum menunjukan bahwa reaksi kimia dan biologis meningkatkan lipat dua untuk aetiap kenaikan suhu
sebesar 10 c. hal ini dapat di artikan bahwa jasad perairan akan menggunakan oksigen terlarut dua kali
lebih banyak pada suhu kritis dalam air bersuhu tinggi disbanding dengan yang rendah.
Pertumbuhan dari kehidupan budidaya sangat dipengaruhi suhu air. Umumnya batas-batas tertentu
kecepatan pertumbuhan biota meningkat sejalan dengan naiknya suhu air sedangkan derajat
kelangsungan kehidupan bereaksi sebaiknya terhadap kenaikan suhu (Harlun dalam Effendi, 2003).
2.2.2 Kecerahan
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan kedalam air dan dinyatakan dalam persen dari
beberapa panjang gelombang didaerah spectrum yang dilihat chaya yang melandasi lapisan sekitar
1meter jatuh agak lurus pada permukaan 0,5 kemampan cahaya untuk menembus sampai kedasar
perairan dipengaruhi oleh kekeruhan air, kekeruhan dipengaruhi oleh benda-benda halus yang
disuspensikan seperti lumpur dan sebagainya, (2) adanya jasad-jasad renik (plankton) dan (3) warna air
(Romimohtarto, 2001).
Kekeruhan air tergantung pada warna dan kekeruhan, kecerahan merupakan ukuran tansaksi diperairan
yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk (Subaninjati, 2005).
Parameter kimia
2.2.3 pH
Kisaran pH untuk budidaya algae antara 7-9 dengan kisaran yang optimal 8,2-0,7 kegagalan dalam
budidaya algae dapat dipisahkan oleh kegagalan dalam mempertahankan pH media budidaya, hal
tersebut dapa diatasi dengan penggunaan aerasi (Herawati ,1989)
Menurut Singgih (2010), pH adalah suhu ukuran dari konsentrasi ion hydrogen dan menunjukan suasana
air tersebut bereaksi asam atau basa. Skala pH mempunyai deret 1-14 dan pH 7 adalah netral berarti air
tidak bersifat asam atau basa. Bila materi pH dibawah 7 asam, di atas 7 basa.
2.2.4 DO
Apabila suatu terjadi dialsiensi oksigen dan kandungan dan kandungan amoniak tinggi, maka seringkali
menyebabkan kematian biota-biota hewani seperti zooplankton, bentos maupun ikan yang hidup
diperairan ikan tersebut (Jack, 2010).
Oksigen terlarut/DO merupakan parameter penting untuk mengukur pencemaran air. Walaupun oksigen
sulit larut, tapi dibutuhkan banyak oleh semua jenis organism air. Tahap adanya oksigen tidak ada
kehidupan tanaman dan binatang diperairan (Diantono, 2011).
2.2.5 CO2
Menurut Arfiati (2010), karbondioksida merupakan gas yang sangat diperlukan dalam proses
fotosintesis. Sumber CO2 dalam air adalah difusi dari udara. Proses dekomposisi, bahan organic, air
hujan, air bawah tanah merupakan respirasi organism sifat-sifat CO2 adalah:
1.Thermodinamika scalar dan tidak mudah teroksidasi
2.Mudah terdifusi dari atmosfer
3. Kelarutannya dalam air cukup tinggi
Karbondioksida merupakan hasil dari metabolisme bakteri pengurai dan proses pernafasan tumbuhan
dan hewan juga yang berbeda di air yang mengandung asam alam atau pencemaran berkarbohidrat.
Analisi yang akurat untuk gas terlarut sulit (Sufron, 2003).
2.2.6 Nitrat
Menurut Timothy (2005), nitrat merupakan hasil dari oksidasi biologi yaitu nitrogen organic, limbah
industry dan domestic akan mengandung nitrat dan akan menjadi polusi untuk permukaan air. Nitrat
merupakan elemen esensial akan tetapi sebagai nutrient dalam proses eutrofikasi. Pada perairan alami,
mineral nitrat hanya sedikit, soda nitrat (Na-NO3) merupakan komponen utama pada endapan.
Menurut Ekawati (2005), penelitian tentang kebutuhan fenomena alami nutrient dibahas pada
kebutuhan nitrogen dan phosphorus akan mempengaruhi pertumbuhan plankton secara nyata.
Pengukuran selanjutnya juga menunjukan bahwa elemen tersebut terdapat dalam jumlah besar di
perairan dalam.
2.2.7 Phospat
Menurut Arfiatur (2001), orthopospat larut dalam air, fungsi phospat antara lain untuk :
Pembedahan sel pertumbuhan
Metabolism karbohidrat
Mempercepat kematangan sel
Menurut Yuniarti (2010), senyawa perairan mengandung total organic yang larut. Polyfosfat dihidrolisa
menjadi bentiuk ortho dan kelarutan fosfat organic diuraikan menjadi orthofosfat melalui aktifitas
microbial.
2.2.8 TOM
Nutrisi organic karbohidrat, protein, lemak, vitamin beberapa digunakan oleh jasad itu sendiri. Jasad
merupakan sumber nutrisi dari jasad heterotof seperti zooplankton (Ekawati, 2005).
Zooplankton biasanya banyak terdapat diperairan yang kaya bahan organic karena baik bahan organic
maupun bakteri yang terdapat didalam pupuk organic adalah sebagai makanan zooplankton (Jasin,
2008).
H = log
Keterangan :
H = Indeks Keanekaragaman Jenis
ni = jumlah individu tiap jenis
N = jumlah individu seluruh jenis
Berdasarkan hasil perhitungan indeks keanekaragaman biota air, dapat diketahui secara umum
mengenai status mutu air secara biologis. Kriteria untuk plankton, apabila indeks keanekaragaman
Simpson lebih kecil dari 0,6, menunjukkan bahwa telah terjadi perturbasi (gangguan) dari kualitas air
terhadap kehidupan plankton (Odum, 1975). Sedangkan untuk benthos, kriteria mengacu kepada Lee et
al. (1978) (luwig and Reynold, 1987).
D=
Keteranagan :
D = indeks dominansi Simpson
ni = jumlah individu jenis ke-i
N = jumlah total individu
S = jumlah genera
Menurut Dianthoni (2008), indeks dominansi berkisar antara 0 1. D = 0, berarti tidak terdapat spesies
yang mendominansi spesies lainnya atau struktur komunitas dalam keadaan stabil; D = 1,
berarti terdapat spesies yang mendominansi spasies lainnya, atau struktur komunitas labil, karena
terjadi tekanan ekologis (stress).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan Praktikum
3.1.1 Parameter Kualitas Air
Parameter Fisika
a). Suhu
Alat-alat yang digunakan ialah :
Thermometer Hg
Tali raffia
b). Kecerahan
Alat-alat yang digunakan ialah :
Secchi disk
Penggaris
Parameter Kimia
a). PH
Alat-alat yang digunakan ialah :
Kotak standart pH
pH paper
Biuret
Statif
Pipet tetes
KI,
Corong
kedalam
Washing bottle
MnSO4
NaOH + KI
H2SO4
dan
Amilum
indikator
Na2S2O3
untuk
Kertas label
Aquades
I2.
Gelas ukur 25 ml
Biuret
Statif
Pipet tetes
Botol aqua
Spatula
Cuvet
Rak cuvet
Washing botle
Pipet volume
Bola hisap
yang
Hot plate
sampel
Beaker glass
Spektrofotometer
secara
Tissue
telah
Kertas label
Aquadest
larutan
Kerak nitrat
kandungan
Kertas saring
e). Orthofosfat
Alat-alat yang digunakan ialah :
Gelas ukur
Erlenmeyer 250 ml
Pipet tetes
ammonium
Rak cuvet
Spektrofotometer
secara
ammonium molybdat
membentuk
: untuk pembandingan.
Kertas label
Tissue
mengeringkan
Kertas saring
H2SO4.
Erlenmeyer
H2SO4 saat
Thermometer Hg
saat
Pipet tetes
Bola hisap
H2SO4 yang
Washing botle
Gelas ukur
sample
Biuret
Statif
Stirrer
Sentrifuge
: alat pengaduk.
Corong
kedalam
H2SO4 (1:4)
Na-oxalate
: untuk pereduktor.
Kertas label
Aquadest
Tissue
mengeringkan
Botol film
Karet gelang
net
Pipet tetes
Solasi
Gunting
Kertas label
Objek glass
Cover glass
Washing bottle
: wadah aquades.
Pipet tetes
Nampan
Tissue
Aquadest
glass
dimasukkan / dicelupkan ke dalam air selama 1 menit dengan posisi membelakangi matahari
diushakan jangan menyentuh tangan secara langsung
ditunggu hingga 1-2 menit
dilakukan pembacaan di dalam perairan / dangkal cepat lalu agar tidak terpengaruh suhu lingkungan
dicatat dalam skala oC
3.2.1.2 Kecerahan
dimasukkan ke dalam perairan sungai
dilihat sampai secchi disk tidak tampak pertama kali
ditandai dengan karet gelang sebagai
ditenggelamkan secchi disk hingga benar-benar tidak tampak
diangkat pelan-pelan secchi disk hingga pertama kali terlihat
ditandai dengan karet gelang sebagai
dihitung kecerahan dengan rumus
3.2.2.3 DO
DO (mg/L)
3.2.2.4
Air sampel
Nitrat
Hasil
3.2.2.5 Phosphat
dititrasi dengan 0,01 N sampai terbentuk warna pink dan dicatat sebagai ml titran (x ml)
ditambahkan 50 ml aquadest dan dicatat sebagai (y ml)
dihitung dengan rumus
TOM (mg/L)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data hasil pengamatan
4.1.1 Data table pengamatan kualitas air
Waktu (WIB)
Parameter
09.00
11.00
14.00
Suhu
230C
260C
250C
Kecerahan
32cm
38,25cm
47cm
pH
DO(mg/L)
5,61mg/L
11,78mg/L
8,46mg/L
CO2(mg/L)
31,96mg/L
Warna kolam
Coklat
Coklat keruh
Hijau kecoklatan
Nitrat
6,447
Fosfat
Pada jam 09.00 WIB
Kecerahan : d1=24,5cm
d2=39,5cm
DO=
=
=5,61mg/L
CO2=
=
=31,29mg/L
0,5
CO2= 0 mg/L
D2= 8
D1=19
LBP=50,25
Jam
Bp
Gambar
Jumlah
Klsifikasi
Filum: cholorophyta
Gambar literature
Cirri-ciri
Subfilum: chlorophyceal
Family: chlorococceae
Ordo: chlorococroley
Genus: closteridium
Spesies: clasteridium ranch
(Prescott,1970)
Google image,2011Panjang bersekat-sekat 4 1Filum: chrysophyta
Subfilum: bacilloriphyceae
Family: naviculaceae
Ordo: pennales
Genus: frustuila
Spesies:frustala hombades
(Prescott,1970)
Googleimage,2011Lonjong bersekat-sekat, memilki dinding sel 4 1Filum: chrysophyta
Subfilum: bacilloriphyceae
Family: naviculaceae
Ordo: pennales
Genus: nlastoglaia
D2= 17,5
LBP=
Bp
Gambar
Jumlah
Klasifikasi
Filum: cyanophyta
Gambar
literature
Ciri-ciri
Family: permocarpaceae
Ordo: chamesiphonals
Genus: dermocorpa
(Prescott,1970)
Google image,2011Memiliki dinding sel, sel berwarna kuning keemasan 3 1Filum: cyanophyta
Family: chroocaccaley
Ordo: chroococcales
Spesies:giancocyatis duplea
(Prescott,1970)
Google image,2011Berwarna hijau,bentuk bulat,dinding sel transparan 3 1Filum: chrysophyta
Subfilum:bacillariophyceae
Family: eermatiaceac
Ordo: pennales
Spesies:Pesonia ericaceu
(Prescott,1970)
Subfilum: natocaiccae
Ordo: nostocales
Spesies:Medularia spuingena
(Prescott,1970)
Jam
D2= 15
LBP=0,786
Bp
Gambar
Jumlah
Klasifikasi
Filum: chlorophyta
Subfilum: chlorophyceae
Family: rodiococaceae
Ordo: chlorococcals
Genus: pseateraspora
Spesies:Pseateraspora gainii
(Prescott,1970)
Gambar literatur
Ciri-ciri
4.2 Pembahasan
4.2.1 Deskripsi Station Pengamatan
Praktikum planktonologi dilaksanakan di Balai Perikanan Jalan Mawar Putih no. 86, sidomulyo, Batu. Di
sini memiliki banyak jenis kolam diantaranya kolam tradisional, semi permanen dan permanen. Kolam
yang di gunakan dalan praktikum kali ini adalah kolam tradisional. Kolam berbentuk segiempat . air
kolam berwarna coklat dan di dalamnya terdapat lumut. Lingkungan sekitar kolam terdapat tumbuh-
tumbuhan besar. Lokasi kolam juka dikelilingi kolam lain. Setiap kolam memiliki jarak 2-3 meter, dimana
batas tersebut untuk tempat berjalan.
4.2.2 Hubungan parameter kualitas air terhadap kelimpahan plankton
Parameter Fisika
a) Suhu
Suhu dapat mempengaruhi lankton dalam suatu perairan, contohnya chlorophyta. Semakin tinggi suhu
maka kelimpahan chlorophyta bertambah karena plankton ini memanfaatkan cahaya matahari untuk
fotosintesis. Ini terjadi pada siang hari. Pada sore hari dan malam hari kelimpahan plankton menurun.
Praktikum yang dilaksanakan diperoleh data yaitu pada pukul 09.00 WIB = 26 oC, pukul 11.00 WIB =
25oC dan pukul15.00 WIB = 25oC. Kisaran yang didapatkan ini merupakan suhu optimum. Menurut
Effendi (2005), bahwa kisaran suhu umum bagi pertumbuhan fitoplankton diperairan adalah 20 oC
27 oC. Pada pukul 11.00 WIB didapati 29 oC karena cuaca yang sangat panas. Kemudian mendung dan
hujan sehingga turun suhunya pada sore hari.
b) Kecerahan
kecerahan dapat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang masuk. Semakin kuat cahaya,
kecerahan semakin tinggi. Selain itu dipengaruhi oleh padatan tersuspensi. Chlorophyta melakukan
fotosintesis jika ada cahaya matahari. Jika perairan memiliki tingkat kecerahan rendah maka fotosintesis
tidak terjadi. Hal ini menyebahkan dampak buruk bagi hewan lain karena chlorophyta sebagai penyuplai
oksigen di perairan.
Pada praktikum ini kecerahan diperoleh hasil yaitu pada pukul 09.00 WIB = 32 cm, pukul 11.00 WIB =
38,25 cm, dan pukul 15.00 WIB = 47 cm. Menurut Sufron (2003), bila kecerahan 25 cm pergantian air
sebaiknya dilakukan sebelum fitoplanton mati.
Parameter Kimia
c) PH
PH yang dibutuhkan plankton adalah 7 8,5. Pada PH rendah pertumbuhan plankton akan terlambat
dan PH tinggi plankton akan bersifat fototaksis.
Dari praktikum yang dilaksanakan, PH menunjukkan angka 8. Hal ini sesuai dengan pendapat Ekawati
(2005), yang mengatakan bahwa kisaran PH untuk budidaya adalah 7 9.
d) DO
DO dihasilkan chlorophyta melalui proses fotosintesis maupun difusi dari udara. Plankton-plankton lain
membutuhkan O2 untuk proses respirasi. Semakin banyak O2 di perairan akan membantu proses
respirasi sehingga plankton dapat tumbuh dengan baik.
Dari praktikum ini diperoleh data DO yaitu pukul 09.00 WIB = 9,61 mg/L, pukul 11.00 WIB = 11, 78 mg/L,
dan pukul 15.00 WIB = 8,46 mg/L. Jadi dapat disimpulkan bahwa kadar oksigen dalam perairan masih
normal untuk kelimpahan plankton. Menurut Haryono (2009), menyatakan bahwa kadar oksigen
terlarut kurang dari 4 mg/L mengakibatkan efek kurang baik pada semua organisme akuatik.
e) CO2
CO2 merupakan bahan yang dibutuhkan chlorophyta untuk proses fotosintesis. Semakin
banyak CO2 akan membantu proses fotosintesis, namun hingga batas tertentu karena CO2 dengan
kadar berlebih dapat menjadi racun bagi plankton.
Pada praktikum ini diperoleh hasil yaitu pada pukul 09.00 WIB = 31,96 mg/L, pukul 11.00 WIB = 0 dan
pukul 15.00 WIB = 0. Kadar CO2 di perairan menurun padahal kelimpahan plankton dipengaruhi oleh
CO2 seperti yang dikatakan oleh Subarjanti (2002), perairan dalam keadaan tercemar bahan organik
atau mengalami proses eutrofikasi, kandungan CO2 bebas sangat tinggidan dapat meracuni ikan dan
organisme lainnya.
f) Nitrat
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen diperairan alami dan merupakan nutrien utama bagi
pertumbuhan tanaman dan algae. Seperti menurut Arfiati (2001), nitrat merupakan elemen penting
sebagai nutrien dalam proses eutrofikasi. Jadi semakin tinggi nitrat jumlah plankton akan tinggi pula.
g) Fosfat
Ada 3 macam fosfat di perairan yaitu ortofosfat yang dapat langsung digunakan oleh organisme dan
polifosfat juga metafosfat yang harus diubah ke ortofosfat agar dapat digunakan. Fosfat penting untuk
mendorong laju pertumbuhan plankton. Menurut Sugeng (2001), penambahan umur fosfat ke dalam
suatu perairan akan mendorong laju pertumbuhan dan meningkatkan biomassa fitoplankton.
4.3 Kelimpahan Plankton
4.3.1 Tingkat Kesuburan Perairan Berdasarkan :
a. Kelimpahan Phytoplankton
berdasarkan kelimpahan fitoplankton, perairan yang menjadi bagian pengamatan merupakan perairan
yang tingkat kesuburannya normal. Dapat dikatakan subur karena jumlah fitoplankton chlorophyta
cukup banyak. Plankton ini mampu menghasilkan bahan organic yang digunakan oleh semua organism
perairan. Di perairan ini kita juga menemukan plankton yang membahayakan, misalnya cyanophyta dan
bacillariophyta. Menurut Dianthani (2009), bahwa dari suatu perairan kelimpahan alga paling dominan
adalah phylum chlorophyta. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan dalam berfotosintesis disbanding
dengan jenis alga lain.
b. Kelimpahan Zooplankton
dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa dalam pengamatan tidak ditemukan
zooplankton yaitu karena mungkin dalam pengambilan sampel kurang ke dalam sehingga tidak
didapatkan zooplankton. Menurut Dianthani (2009), bahwa zooplankton adalah jenis plankton yang
bersifat fototaksis negative dan hidupnya di dasar.
4.3.2 Indeks Keragaman
Keragaman yang didapatkan pada pukul 09.00 WIB didapatkan keragaman cyanophyta 0,75 dan
chrysophyta 0,25. Sedangkan untuk pukul 11.00 WIB didapatkan chlorophyta 1,5 dan pada pukul 14.00
WIB didapatkan chlorophyta 0,5 dan chrysophyta 1,5. Menurut Feroinita (2005), index atau analisa
keragaman adalah menunjukan pada sebaran biota yaitu merata atau tidak.
4.3.3 Indeks Dominasi
Indeks dominasi yang didapatkan pada pukul 09.00 yaitu cyanophyta sebesar 56,25% dan chrysophyta
sebesar 0,25%. Jadi yang mendominasi cyanophyta. Pada pikul 11.00 didapatkan chlorophyta sebesar
100%. Untuk pukul 14.00 didapatkankan chlorophyta sebesar 11,11% dan crhysophyta 44,44%. Jadi yang
mendominasi chlorophyta. Menurut Herawati (1989), untuk mengetahui adanya pendominasian jenis
tertentu di perairan dapat digunakan indeks dominasi simpson.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
5.2
Saran
Semoga pada praktikum planktonologi yang akan datang, dapat lebih lancar dan ilmunya dapat diserap
oleh praktikan agar praktikum dapat lebih memahami tentang apa yang telah dipraktekkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, purwanto.2010.Pengaruh Salinitas Terhadap
Plankton. http://aquaculture.blogspot.com/2011/11/. Diakses tanggal 1 Desember 2011 pukul 08.00
WIB.
Alvyanto, Nugroho.2009.Algae. http://alvyanto.blogspot.com/2009/ Diakses tanggal 1
Desember
2011 pukul 08.35 WIB.
Anthor.2009.Phylum Phyrophyta. Html.Diakses tanggal 1 Desember 2011 pukul 08.11 WIB
Arfiati.Diana.2001.Diktat Limnologi.FPIK UB.Malang
Effendi.2003.Pengantar Planktonologi Bagi Hal Pembudidaya. Kanslus. Yogyakarta.
Ekawati.2005. Budidaya Makanan Alami. FPIK UB.Malang
Googleimage.2011. http://googleimage.com Diakses tanggal 1 Desember 2011 pukul 09.01 WIB
Hapsari.2010.Pengantar Planktonologi. Universitas Brawijaya.Malang
LAMPIRAN
Perhitungan
Pukul 09.00 WIB
Kelimpahan Plankton
Inlet
Outlet
Cyanophyta, genus : A =1
B= 1
C= 1
Chrysophyta, genus : D= 1
Genus A =
B=
C=
D=
2
Kelimpahan :
Keragaman
ni :
Cyanophyta = 1.5
Pi =
Chrysophyta =0.5
N=2
Indek Dominasi
H = 1
D=
Cyanophyta : D
Chrysophyta : D
Keragaman Relatif
Cyanophyta
Chrysophyta
Pukul 09.00 WIB
Kelimpahan Plankton
Outlet
Inlet
Chlorophyta, genus : A =1
B= 1
C= 1
Genus A =
B=
C=
1.5
Kelimpahan :
Keragaman
ni :
Chlorophyta = 1.5
N = 1.5
Indek Dominasi
D=
Pi =
Chlorophyta : D
Keragaman Relatif
Cyanophyta
Pukul 14.00 WIB
Kelimpahan Plankton
Outlet
Inlet
Chlorophyta, genus : A =1
Chrysophyta, genus : B= 1
C= 1
Genus A =
B=
C=
1.5
Kelimpahan :
N2
Keragaman
ni :
Chlorophyta = 1.5
Pi =
Chrysophyta = 1
N=2
Indek Dominasi
D=
Chlorophyta : D
Chrysophyta : D
H = 1
Keragaman Relatif
Chlorophyta
Chrysophyta
Denah Kolam Pengamatan
Kolam Tradisional