Anda di halaman 1dari 39

Laporan Praktikum Planktonologi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Hapsari (2010), planktonologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan plankton.
Istilah plankton pertama kali diperkenalkan oleh Victor Hansan tahin 1887 untuk membedakan
organisme hidup dengan partikel abiotik yang tersuspensi di dalam perairan. Ilmu planktonologi sangat
penting dalam kegiatan budidaya ikan. Karena plankton merupakan primer produses dalam suatu
ekosistem.
Dalam suatu perairan, plankton merupakan sumber pakan alami bagi banyak jenis hewan air. Dengan
kata lain, kelangsungan hidup larva hewan air tergantung pada banyak sedikitnya jumlah plankton yang
ada (Yuniarti, 2010).

1.2 Tujuan
Pengamatan Kompenen Ekologi Kolam
Agar praktikan dapat mengetahui kompenen ekologi (biotic dan abiotik) yang mempengaruhi kehidupan
plankton.
Pengumpulan Plankton
Menambah pengetahuan praktikan tentang cara menyimpan sampel plankton.
Pembuatan Preparat Plankton
Menambah ketrampilan mahasiswa dalam membuat preparat plankton.
Identifikasi dan Perhitungan Kelimpahan
Menambah pengetahuan praktikan tentang bagaimana cara mengidentifikasi plankton dan menemukan
klasifikasinya.

1.3 Tempat dan Waktu


Praktikum lapang Planktonologi dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 20 November 2011 pada pukul
09.00 WIB. Bertempat di Jalan Mawar Putih 86 Sidomulyo Balai Perikanan Punten, Batu Jawa Timur.

Praktikum laboratorium planktonologi dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 26 November 2011 pukul
12.00-13.45 WIB di Laboratorium Hidrobiologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Materi Jenis dan Klasifikasi Plankton


2.1.1 Pengertian Plankton
Plankton didefinisikan sebagai organism hanyut apapu yang hidup dalam zona pelagic (bagian abas)
samudra, laut, dan air tawar secara luas plankton dianggap sbagai salah satu organism terpenting di
dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik. Plankton merupakan pakan alami dari
sebuah ekosistem perairan (Singgih, 2010).
Plankton adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya mengapung, mengambang atau
melayang di dalam air yang kemampuan renangnya terbatas sehingga mudah terbawa arus (Roy, 2009).
2.1.2 Pengelompokkan Plankton
a. Berdasarkan Ukuran
Menurut Jasin (2008), karena mikroorganisme plankton sering ditangkap-tangkap menggunakan jarring,
maka dikelompokkan berdasarkan ukuran, yaitu:
Megaplankton: organism lebih dari 2mm
Macroplankton: organism ukuran antara 0,21-2mm
Mikroplankton: organism ukuran anatara 20mm dan 0,2nm
Nanoplankton: organism sanghat kecil dengan ukuran 2-20nm
Ultraplankton: organism ukuran sangat kecil 2mm
Pengelompokkan fitoplankton berdasarkan ukuran atau size grading, menurut Herawati (1989) adalah
sebagai berikut:
No

Dimensis Sel

Plankton

1.

Lebih besar dari 1mm

Makroplankton

2.

Lebih kecil dari 1mm, tangkap net dengan net


mesh size 0,06mm

Mikroplankton

3.

5-60 mikrometer

Miniplankton

4.

<5 mikrometer

Litroplankton

b. Berdasarkan Asal
Menurut Herawati (1989), berdasarkan asalnya plankton dibedakan menjadi:
Autogenic: plankton yang berasal dari perairan itu sendiri.
Allogenik: plankton yang berasal dari perairan lain.
Berdasarkan asal-usulnya menurut Sova (2006), plankton dibedakan menjadi dua, yaitu:
Autoplankton yaitu plankton yang berasal dari perairan itu sendiri.
Alloplankton yaitu plankton yang berasal dari luar habitat tersebut.

c. Berdasarkan Siklus Hidup


Menurut Rafik (2009), berdasarkan daur hidupnya plankton dibagi menjadi 2, yaitu :
Haloplankton
Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani sebagai plankton, mulai dari
telur, larva, hingga dewasa. Kebanyakan zooplankton termasuk dalam golongan ini. Contohnya :
hakepod, ampipod, salpa, koetognat, fitoplankton termasuk juga umumnya adalah holoplankton.
Meroplankton
Plankton dari golongan ini menjalani kehidupan sebagai plankton hanya pada tahap awal dari daur
hidup biota tersebut, yakni pada tahap sebagai telur dan larva saja. Beranjak dewasa ini akan berubah
menjadi nekton, yaitu hewan yang dapat aktif berenang bebas, atau sebagai benthos yang hidup
menetap atau melekat di dasar laut. Oleh karena itu metoplankton sering pula disebut sebagai plankton
sementara.

d. Bersadarkan Habitat

Menurut Barus (2002), Berdasarkan habitat pengelompokan plankton dibedakan menjadi :


1. Haliplankton yaitu plankton yang hidup dilaut
2. Limnoplankton yaitu plankton yang hidup di air tawar
e. Berdasarkan Jenis Makanan
Secara fungsional, plankton digolongkan menjadi 4 golongan utama, yaitu:
Fitoplankton
Umumnya berukuran 2-20 m (1 m = 0,001 mm). Fitoplankton umumnya berupa individu bersel
tunggal tetapi juga ada yang berbentuk rantai. Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena
bersifat autofrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organik makanannya. Selain itu, fitoplankton
juga mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik karena mengandung
organik. Karena kemampuannya ini fitoplankton ini disebut sebagai produsen primer.
Zooplankton
Disebut pula plankton hewani, zooplankton bersifat heterotropik berarti tak dapat memproduksi sendiri
bahan organik dari bahan inorganic. Ukurannya berkisar 0,2 2 mm (Taufik, 2009).

2.1.3 Klasifikasi Fitoplankton


a.

Phylum Chlorophyta

Menurut Alvyanto (2009), ciri-ciri klasifikasi dari chlorophyta yaitu:


Kingdom
Divisi

: Plantae
: Chlorophyta

Class

: Chlorophyceae

Ordo

: Halimedales

Genus

: Caulepra

Spesies

: Caulepra racesmosa

Menurut Herawati (1989) dalam Sholikhudin (2011), ciri-ciri phytoplankton antara lain:
Berwarna hijau, karena proporsi pigmen pada chloroplas jauh lebih banyak.
Kebanyakan bersifat epiphytic sessik, comensalisme, atau simbiotik, sebagian besar hidup di danau atau
kolam. Bersifat sebagai plankton di laut, tidak ada yag bersifat pelagic.
Dinding sel bagin dalam terdiri dari 2 lapisan utama.
Sering menyebabkan blooming perairan.
Hidup melayang pada atau dekat permukaan air.
Hidu secara berkoloni.
Jika mati menghasilkan bau busuk.

b.

Phylum Chyanophyta

Menurut Herawati (1989), klasifikasi adari chyanophyta adalah:


Kingdom
Divisi

: Plantae
: Chlorophyta

Class

: Chlorophyceae

Ordo

: Chroococcales

Spesies

: Chroococcus turgidus

Menurut Asih (2009), blooming blue green algae biasanya terjadi di danau atau kolam yang sadah,
spesies ini muncul pada musim panas sampai awal penghujan. Spesies tertentu ditentukan juga pada
kolam atau danau dengan kesadahan rendah. Tetapi pada kondisi tersebut, mereka jarang sekali
membentuk blooming. Adapun ciri-cirinya yaitu:
Ganggang hijau bersel satu.
Ganggang hijau berkoloni.
Ganggang hijau berfilamen.

c.

Phylum Chrysophyta

Menurut Diantoro (2009), klasifikasi fitoplankton dari phylum chrysophyta adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Chlorophyta

Class

: Chlorophyceae

Genus

: Mallomonas

Spesies

: Dictyocha speculum

Chrysophyta atau ganggang keemasan memiliki pigmen dominan hasoter berupa korofil yang berwarna
emas. Pigmen lainnya adalah yang uniseluler, ada juga yang berkoloni dan juga ada yang multiseluler
(Herawati, 1989).
d.

Phylum Rhodophyta

Menurut Zais (1989), klasifikasi dari alga merah, yaitu:


Kingdom

: Plantae

Divisi

: Rhodophyta

Class

: Rhodophyceae

Ordo

: Gigantinales

Familia

: Gracilariaceae

Genus

: Gracilaria

Spesies

: Gracilaria. Sp

Menurut Herawati (1989), ciri-ciri Rhodophyta antara lain:


Hidup di laut.
Tubuh bersel banyak.
Mengandung pigmen pikalisilin.
Bentuk tubuh seperti rumput laut.

e.

Phylum Dynoflagellata

Menurut Diantoro (2011), klasifikasi dari dinoflagellata antara lain:


Kingdom

: Plantae

Divisi

: Dyophyta

Class

: Dynophyceae

Genus
Spesies

: Dynophysis
: Exuriella marina

Menurut Anihira (2011), Phyrrophyta atau ganggang api disebut juga dinoflagellata, karena memiliki alat
gerak berup flagella. Ganggang ini termasuk dalam kingdom alveolata dalam sistem klasifikasi tiga
dominan, yang bersifat autotrof.
2.1.4 Klasifikasi Zooplankton
a.

Phylum Rotifera

Jumlah anggota filum ini sedikit, merupakan hewan yang berukuran mikroskopis. Rotifera adalah hewan
bersel banyak (setiap spesies memiliki jumlah sel tertentu). Hewan ini sering kali menempel di objek
yang ada dalam air dengan mempergunakan jari kaki. Makanan rotifer berupa mikro organisme yang
ada dalam air, disekitar mulut terdapat silia yang tersusun secara melingkar (Sofa, 2008).
Menurut Timothymalu (2009), menyatakan bahwa rotifer termasuk metazoa yang paling kecil,
berukuran antara 40-2500 m dan rata rata berukuran 200 m. Umumnya hidup bebas, soliter, koloni
/ sessile. Beberapa jenis merupakan endoparasit pada insang crustacea, telur siput, cacing tanah dan

dalam ganggang jenis vaucheria dan volvox. Biasanya transparan, beberapa berwarna cerah seperti
warna merah atau coklat yang disebabkan dari warna saluran pencernaan.
b.

Phylum Arthropoda

Arthropoda (dalam bahasa latin artinya: ruas, buku, segmen dan podos atinya kaki), merupakan hewan
yag memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen. Segmen tersebut juga berada pada tubuhnya.
Tubuh arthropoda merupakan simetri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata (Zais, 2009).
Menurut Black (2010), menyatakan bahwa ciri umunya adalah kaki tampak seperti bersendi-sendi atau
bersegmen-segmen. Segmen biasanya bersatu menjadi 2/3 daerah yang jelas. Sebagia hewan itu
tubuhnya dilindungi oleh kulit yang keras (zat kitin) yang berfungsi sebagai rangka luar anggota tubuh
yang bersegmen dan berpasangan (asal penamaan arthropoda).
c.

Phylum Copepoda

Menurut Zeva (2010), menyatakan bahwa copepod adalah grup crustacea kecil yang dapat ditemui di
laut dan hampir semua habitat di air tawar, mereka membentuk sumber tersebar protein di samudra.
Copepod termasuk zooplankton, dewasanya berukuran antara 1 dan 5 mm dan biasanya dimanfaatkan
sebagai pakan larva ikan.
Menurut Sutomo (2003) dalamAkuakultur (2008), copepoda laut jenis trigropus brevicornis dapat hidup
pada kisarans alinitas yang cukup luas, yakni mulai dari 10-40 ppt. Namun, pada salinitas 10 ppt tidak
didapatkan copepoda yang bertelur. Hasil penelitian lain menyatakan, bahwa copepod dapat di ukur
dari air laut dengan salinitas 25-30 ppt.
2.2 Parameter Kualitas Air dan Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton (Fitoplankton dan
Zooplankton).
Parameter fisika
2.2.1 Suhu
Menurut Ekawati (2005), suhu sangat berpengaruh terhadap proses biologis dan kimiawis. Kaidah
umum menunjukan bahwa reaksi kimia dan biologis meningkatkan lipat dua untuk aetiap kenaikan suhu
sebesar 10 c. hal ini dapat di artikan bahwa jasad perairan akan menggunakan oksigen terlarut dua kali
lebih banyak pada suhu kritis dalam air bersuhu tinggi disbanding dengan yang rendah.
Pertumbuhan dari kehidupan budidaya sangat dipengaruhi suhu air. Umumnya batas-batas tertentu
kecepatan pertumbuhan biota meningkat sejalan dengan naiknya suhu air sedangkan derajat
kelangsungan kehidupan bereaksi sebaiknya terhadap kenaikan suhu (Harlun dalam Effendi, 2003).
2.2.2 Kecerahan
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan kedalam air dan dinyatakan dalam persen dari
beberapa panjang gelombang didaerah spectrum yang dilihat chaya yang melandasi lapisan sekitar

1meter jatuh agak lurus pada permukaan 0,5 kemampan cahaya untuk menembus sampai kedasar
perairan dipengaruhi oleh kekeruhan air, kekeruhan dipengaruhi oleh benda-benda halus yang
disuspensikan seperti lumpur dan sebagainya, (2) adanya jasad-jasad renik (plankton) dan (3) warna air
(Romimohtarto, 2001).
Kekeruhan air tergantung pada warna dan kekeruhan, kecerahan merupakan ukuran tansaksi diperairan
yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk (Subaninjati, 2005).

Parameter kimia
2.2.3 pH
Kisaran pH untuk budidaya algae antara 7-9 dengan kisaran yang optimal 8,2-0,7 kegagalan dalam
budidaya algae dapat dipisahkan oleh kegagalan dalam mempertahankan pH media budidaya, hal
tersebut dapa diatasi dengan penggunaan aerasi (Herawati ,1989)
Menurut Singgih (2010), pH adalah suhu ukuran dari konsentrasi ion hydrogen dan menunjukan suasana
air tersebut bereaksi asam atau basa. Skala pH mempunyai deret 1-14 dan pH 7 adalah netral berarti air
tidak bersifat asam atau basa. Bila materi pH dibawah 7 asam, di atas 7 basa.
2.2.4 DO
Apabila suatu terjadi dialsiensi oksigen dan kandungan dan kandungan amoniak tinggi, maka seringkali
menyebabkan kematian biota-biota hewani seperti zooplankton, bentos maupun ikan yang hidup
diperairan ikan tersebut (Jack, 2010).
Oksigen terlarut/DO merupakan parameter penting untuk mengukur pencemaran air. Walaupun oksigen
sulit larut, tapi dibutuhkan banyak oleh semua jenis organism air. Tahap adanya oksigen tidak ada
kehidupan tanaman dan binatang diperairan (Diantono, 2011).
2.2.5 CO2
Menurut Arfiati (2010), karbondioksida merupakan gas yang sangat diperlukan dalam proses
fotosintesis. Sumber CO2 dalam air adalah difusi dari udara. Proses dekomposisi, bahan organic, air
hujan, air bawah tanah merupakan respirasi organism sifat-sifat CO2 adalah:
1.Thermodinamika scalar dan tidak mudah teroksidasi
2.Mudah terdifusi dari atmosfer
3. Kelarutannya dalam air cukup tinggi
Karbondioksida merupakan hasil dari metabolisme bakteri pengurai dan proses pernafasan tumbuhan
dan hewan juga yang berbeda di air yang mengandung asam alam atau pencemaran berkarbohidrat.
Analisi yang akurat untuk gas terlarut sulit (Sufron, 2003).

2.2.6 Nitrat
Menurut Timothy (2005), nitrat merupakan hasil dari oksidasi biologi yaitu nitrogen organic, limbah
industry dan domestic akan mengandung nitrat dan akan menjadi polusi untuk permukaan air. Nitrat
merupakan elemen esensial akan tetapi sebagai nutrient dalam proses eutrofikasi. Pada perairan alami,
mineral nitrat hanya sedikit, soda nitrat (Na-NO3) merupakan komponen utama pada endapan.
Menurut Ekawati (2005), penelitian tentang kebutuhan fenomena alami nutrient dibahas pada
kebutuhan nitrogen dan phosphorus akan mempengaruhi pertumbuhan plankton secara nyata.
Pengukuran selanjutnya juga menunjukan bahwa elemen tersebut terdapat dalam jumlah besar di
perairan dalam.
2.2.7 Phospat
Menurut Arfiatur (2001), orthopospat larut dalam air, fungsi phospat antara lain untuk :
Pembedahan sel pertumbuhan
Metabolism karbohidrat
Mempercepat kematangan sel
Menurut Yuniarti (2010), senyawa perairan mengandung total organic yang larut. Polyfosfat dihidrolisa
menjadi bentiuk ortho dan kelarutan fosfat organic diuraikan menjadi orthofosfat melalui aktifitas
microbial.
2.2.8 TOM
Nutrisi organic karbohidrat, protein, lemak, vitamin beberapa digunakan oleh jasad itu sendiri. Jasad
merupakan sumber nutrisi dari jasad heterotof seperti zooplankton (Ekawati, 2005).
Zooplankton biasanya banyak terdapat diperairan yang kaya bahan organic karena baik bahan organic
maupun bakteri yang terdapat didalam pupuk organic adalah sebagai makanan zooplankton (Jasin,
2008).

2.3. Materi Kelimpahan Plankton


2.3.1 Indeks Keragaman
Menurut Dianthoni (2008), Indeks Keanekaragaman digunakan untuk mengetahui keanekaragaman
hayati biota yang diteliti. Pada prinsipnya, nilai indeks makin tinggi, berarti komunitas diperairan itu
makin beragam dan tidak didominasi oleh satu atau lebih dari takson yang ada. Umumnya, jenis
perhitungan Indeks Keanekaragaman untuk plankton digunakan rumus Simpson, dan untuk benthos
adalah rumus Shannon & Wiener.

H = log
Keterangan :
H = Indeks Keanekaragaman Jenis
ni = jumlah individu tiap jenis
N = jumlah individu seluruh jenis
Berdasarkan hasil perhitungan indeks keanekaragaman biota air, dapat diketahui secara umum
mengenai status mutu air secara biologis. Kriteria untuk plankton, apabila indeks keanekaragaman
Simpson lebih kecil dari 0,6, menunjukkan bahwa telah terjadi perturbasi (gangguan) dari kualitas air
terhadap kehidupan plankton (Odum, 1975). Sedangkan untuk benthos, kriteria mengacu kepada Lee et
al. (1978) (luwig and Reynold, 1987).

2.3.2 Indeks Dominasi


Menurut Odum (1971), untuk mengetahui adanya pendominasian jenis tertentu di perairan dapat
digunakan indeks dominansi Simpson dengan persamaan berikut :

D=
Keteranagan :
D = indeks dominansi Simpson
ni = jumlah individu jenis ke-i
N = jumlah total individu
S = jumlah genera

Menurut Dianthoni (2008), indeks dominansi berkisar antara 0 1. D = 0, berarti tidak terdapat spesies
yang mendominansi spesies lainnya atau struktur komunitas dalam keadaan stabil; D = 1,
berarti terdapat spesies yang mendominansi spasies lainnya, atau struktur komunitas labil, karena
terjadi tekanan ekologis (stress).

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan Praktikum
3.1.1 Parameter Kualitas Air
Parameter Fisika
a). Suhu
Alat-alat yang digunakan ialah :
Thermometer Hg
Tali raffia

: untuk mengukur suhu perairan kolam.


: untuk mengikat ujung thermometer Hg.

Bahan-bahan yang digunakan ialah :


Air sampel kolam tradisional

: tempat yang diukur suhunya

b). Kecerahan
Alat-alat yang digunakan ialah :
Secchi disk

: untuk mengukur kecerahan pada perairan

Penggaris

: untuk mengukur d1 dan d2

Bahan-bahan yang digunakan ialah :


Sampel air kolam tradisional
tingkat

: sebagai air yang akan diukur


kecerahannya

Parameter Kimia
a). PH
Alat-alat yang digunakan ialah :
Kotak standart pH

: untuk menentukan besarnya pH perairan sungai

dengan warna pada pH paper.


Stopwacth

: untuk mengukur waktu.

Bahan-bahan yang digunakan ialah :


Sampel air kolam tradisional

: tempat yang diukur besarnya pH.

pH paper

: untuk mengukur besarnya pH air kolam.

b). DO (Dissolved Oxygen)


Alat-alat yang digunakan ialah :
Botol DO

: untuk wadah sample air kolam tradisional.

Biuret

: sebagai wadah dalam proses titrasi.

Statif

: sebagai penyangga biuret saat titrasi.

Pipet tetes
KI,
Corong
kedalam
Washing bottle

: untuk mengambil larutan MnSO4, NaOH +


H2SO4 dalam skala kecil.
: untuk membantu memeasukkan larutan
biuret.
: sebagai wadah aquades.

Bahan-bahan yang digunakan ialah :


Air sample kolam tradisional

: air yang diukur kadar DOnya

MnSO4

: untuk mengikat O2.

NaOH + KI

: membentuk endapan cokelat dan melepas

H2SO4
dan

: untuk melarutkan endapan cokelat


mengoksidasi asam.

Amilum
indikator

: indikator suasana basa dan


warna ungu.

Na2S2O3
untuk
Kertas label
Aquades

: sebagai penitrasi larutan dan


mengikat I2 serta membentuk 2NaI.
: untuk menandai alat agar tidak tertukar.
: untuk membersihkan alat.

I2.

c). Karbondioksida (CO2)


Alat-alat yang digunakan ialah :
Erlenmeyer 250 ml

: sebagai tempat pereaksi larutan.

Gelas ukur 25 ml

: untuk mengukur volume larutan air sample.

Biuret

: wadah Na2CO3 saat titrasi.

Statif

: untuk penyangga biuret.

Pipet tetes

: untuk mengambil larutan pp dalam jumlah kecil.

Botol aqua

: wadah air sampel kolam tradisional.

Bahan-bahan yang digunakan ialah :


Na2CO3
diperairan
PP

: untuk mengikat CO2 bebas


menjadi 2NaHCO3.
: indikator basa dan indikator warna.

Air sample kolam tradisional


Kertas label

: bahan yang diukur kadar CO2nya.


: untuk menandai alat agar tidak tertukar.

d). Nitrat Nitrogen


Alat-alat yang digunakan ialah :
Gelas ukur
larutan
Pipet tetes
skala
Cawan porselen

: untuk mengetahui besarnya volume suatu


air sample kolam.
: untuk mengambil larutan asam fenol dalam
kecil.
: media untuk membuat kerak.

Spatula

: untuk menghomogenkan larutan.

Cuvet

: sebagai wadah larutan dan larutan baku standart.

Rak cuvet

: untuk meletakkan cuvet.

Washing botle

: untuk tempat aquadest.

Pipet volume

: mengambil larutan NH4OH dalam jumlah besar,

Bola hisap
yang

: membantu mengambil larutan NH4OH


disambungkan ke pipet volume.

Hot plate
sampel

: untuk memanaskan dan menguapkan air


yang terdapat pada cawan porselen.

Beaker glass

: untuk wadah larutan Nessler.

Spektrofotometer
secara

: untuk mengetahui nilai nitrat nitrogen


digital melalui panjang gelombang cahaya.

Bahan-bahan yang digunakan ialah :


NH4OH
dan

: untuk melarutkan lemak, minyak


kerak.

Asam fenol disulfonik

: untuk melarutkan kerak nitrat.

Larutan baku standart

: sebagai pembanding secara visual.

Tissue
telah

: untuk membersihkan alat yang


digunakan.

Air sample kolam tradisional


nitrat

: bahan yang diukur kadar


nitrogennya.

Kertas label

: untuk menandai alat agar tidak tertukar.

Aquadest
larutan

: untuk kalibrasi dan mengencerkan


asam fenol disulfonik dan NH4OH.

Kerak nitrat
kandungan

: sebagai bahan yang diuji


nitratnya.

Kertas saring

: menyaring air sampel kolam tradisional.

e). Orthofosfat
Alat-alat yang digunakan ialah :
Gelas ukur
Erlenmeyer 250 ml

: untuk mengukur volume air sample kolam.


: untuk mereaksikan larutan air sample kolam +

SnCl2 + ammonium molybdat.


Cuvet

: untuk menyimpan larutan.

Pipet tetes
ammonium
Rak cuvet

: untuk mengambil larutan SnCl2 +


molybdat dalam skala kecil.
: untuk meletakkan cuvet.

Spektrofotometer
secara

: untuk mengetahui nilai nitrat nitrogen


digital melalui panjang gelombang cahaya.

Bahan-bahan yang digunakan ialah :


SnCl2

: indicator warna biru dan pereduksi larutan.

ammonium molybdat
membentuk

: untuk mengikat fosfat dan


ammonium fosfomolybdat.

Larutan baku standart

: untuk pembandingan.

Sample air kolam tradisional

: sebagai bahan yang diukur orthofosfatnya.

Kertas label

: untuk menandai alat agar tidak tertukar.

Tissue
mengeringkan

: untuk membersihkan dan


alat yang telah digunakan.

Kertas saring

: menyaring air sampel kolam tradisional.

f). TOM (Total Organic Metter)


Alat-alat yang telah digunakan ialah :
Hot plate

: untuk memanaskan larutan air sample + KMnO4 +

H2SO4.
Erlenmeyer
H2SO4 saat

: wadah larutan air sample + KMnO4 +


titrasi.

Thermometer Hg
saat

: untuk mengkur suhu larutan air sample


dipanaskan.

Pipet tetes

: mengambil larutan Na-oxalate dalam skala kecil.

Bola hisap
H2SO4 yang
Washing botle

: membantu mengambil larutan


disambungkan ke pipet volume.
: wadah aquadest.

Gelas ukur
sample

: untuk mengukur volume suatu larutan air


kolam

Biuret

: untuk wadah larutan KMnO4 0,01 N saat titrasi.

Statif

: penyangga biuret saat titrasi.

Stirrer

: untuk membantu menghomogenkan larutan.

Sentrifuge

: alat pengaduk.

Corong
kedalam

: untuk membantu memeasukkan larutan


biuret.

Bahan-bahan yang digunakan ialah :


KMnO4
bahan

: sebagai oksidator dan pengikat


organik.

H2SO4 (1:4)

: indikator asam dan mempercepat reaksi.

Na-oxalate

: untuk pereduktor.

Sample air kolam tradisional

: bahan yang diuji kadar TOMnya.

Kertas label

: untuk menandai alat agar tidak tertukar.

Aquadest

: untuk mengencerkan larutan.

Tissue
mengeringkan

: untuk membersihkan dan


alat yang telah digunakan.

3.1.2 Pengambilan Sampel Plankton


Alat alat yang digunakan adalah :
Ember 5 L
Plankton net

: untuk mengambil air kolam.


: untuk mengumpulkan plankton.

Botol film

: Sebagai wadah sampel air kolam.

Karet gelang
net

: untuk mengikat botol film pada ujung plankton


agar tidak lepas.

Pipet tetes

: untuk mengambil amilum dalam skala kecil.

Solasi

: untuk melapisi botol film agar lebih rapat.

Gunting

: untuk menggunting solasi

Bahan bahan yang digunakan adalah :


Air kolam tradisional
kelimpahan

: bahan (perairan) yang diukur


planktonnya.

Kertas label

: untuk menandai alat agar tidak tertukar.

3.1.3 Pembuatan Preparat dan Pengamatan Plankton


Alat alat yang digunakan adalah :
Mikroskop

: untuk mengamati plankton.

Objek glass

: sebagai alas sampel air.

Cover glass

: untuk menutupi sampel air pada objek glass.

Washing bottle

: wadah aquades.

Pipet tetes

: untuk mengambil sampel air dalam skala kecil.

Nampan

: untuk tempat alat dan bahan.

Bahan bahan yang digunakan adalah :


Sampel plankton

: air yang diamati kandungan planktonnya.

Tissue

: untuk membersihkan alat.

Aquadest
glass

: untuk membersihkan/mengkalibrasi objek


dan cover glass.

3.2 Metode Praktikum


3.2.1 Parameter Fisika
3.2.1.1 Suhu

dimasukkan / dicelupkan ke dalam air selama 1 menit dengan posisi membelakangi matahari
diushakan jangan menyentuh tangan secara langsung
ditunggu hingga 1-2 menit
dilakukan pembacaan di dalam perairan / dangkal cepat lalu agar tidak terpengaruh suhu lingkungan
dicatat dalam skala oC

3.2.1.2 Kecerahan
dimasukkan ke dalam perairan sungai
dilihat sampai secchi disk tidak tampak pertama kali
ditandai dengan karet gelang sebagai
ditenggelamkan secchi disk hingga benar-benar tidak tampak
diangkat pelan-pelan secchi disk hingga pertama kali terlihat
ditandai dengan karet gelang sebagai
dihitung kecerahan dengan rumus

3.2.2 Prosedur Kimia


3.2.2.1 pH

dimasukkan ke dalam perairan


ditunggu hinga 1-2 menit
diangkat dari air dan dikibas-kibaskan hingga setengah kering
dicocokkan warnanya dengan warna yang tertera pada kotak pH (pH standart)
dicatat kadar pHnya

3.2.2.2 Karbondioksida (CO)

diambil 25 ml dengan gelas ukur 25 ml


dimasukkan air sampel ke dalam Erlenmeyer
ditetesi 1-2 tetes indicator PP (phenol ptalin) dengan pipet tetes
dititrasi dengan 0,0454 N hingga warna menjadi merah jambu (pink) pertama kali
dihitung ml titran ()
dihitung kandungan CO bebas dengan rumus
CO bebas (mg/L)

3.2.2.3 DO

diambil botol DO yang berisi sampel air sungao


dibuka tutup botol DO
dibuang filtrate (air bening di atas endapan) secara hati-hati
disisakan endapan coklat di dalam botol DO
ditetesi 1-2 ml pekat dengan pipet tetes
dikocok sampai endapan cokelat larut
ditetesi 3-4 tetes amylum dengan pipet tetes
dikocok sampai warnanya merata
dititrasi dengan 0,025 N sampai jernih / tidak berwarna sama sekali
dicatat ml yang terpakai ()
dihitung kandungan DO dengan rumus

DO (mg/L)

3.2.2.4
Air sampel
Nitrat

disaring air sampel hingga volume 12,5 ml


dituang ke dalam cawan porselen
dipanaskan hingga terbentuk kerak dengan menggunakan hot plate
didinginkan
ditambahkan 0,5 ml asam fenol disulfonik
diencerkan dengan diaduk menggunakan spatula
diencerkan dengan 5 ml aquadest
ditetesi sampai terbentuk warna
diencerkan dengan aquadest sampai 12,5 ml

dimasukkan ke dalam cuvet


dibandingkan dengan larutan standart secara visual

Hasil

3.2.2.5 Phosphat

diambil 12,5 ml dengan gelas ukur 25 ml


dimasukkan 12,5 ml air sampel ke dalam Erlenmeyer dengan menggunakan gelas ukur tersebut
ditetesi 0,5 ml Amonium mo
dihomogenkan
ditetesi 1 tetes dan dibolak-balik
dimasukkan ke dalam cuvet
dibandingkan warna air sampel dengan larutan standart secara visual
3.2.2.6 TOM (Total Organic Metter)

diambil 12,5 ml dengan gelas ukur 25 ml


dimasukkan 12,5 ml air sampel ke dalam Erlenmeyer 25 ml dengan menggunakan gelas ukur tersebut
ditambahkan 4,25 ml dari buret
ditambahkan 2,5 ml (1:4)
dipanaskan dalam pemanas air sampai suhu 70oC-80oC kemudian diangkat
didinginkan hingga suhu turun menjadi 60oC-70oC
ditambahkan Na-oxalate 0,01 N secara perlahan sampai tidak berwarna

dititrasi dengan 0,01 N sampai terbentuk warna pink dan dicatat sebagai ml titran (x ml)
ditambahkan 50 ml aquadest dan dicatat sebagai (y ml)
dihitung dengan rumus
TOM (mg/L)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data hasil pengamatan
4.1.1 Data table pengamatan kualitas air
Waktu (WIB)
Parameter
09.00

11.00

14.00

Suhu

230C

260C

250C

Kecerahan

32cm

38,25cm

47cm

pH

DO(mg/L)

5,61mg/L

11,78mg/L

8,46mg/L

CO2(mg/L)

31,96mg/L

Warna kolam

Coklat

Coklat keruh

Hijau kecoklatan

Nitrat

6,447

Fosfat
Pada jam 09.00 WIB
Kecerahan : d1=24,5cm
d2=39,5cm
DO=
=
=5,61mg/L
CO2=
=
=31,29mg/L

Pada jam 11.00 WIB


Kecerahan : d1=33,5cm
d2=43cm
DO=
=
=11,78 mg/L
CO2= 0 mg/L

Pada jam 14.00 WIB


Kecerahan : d1=47cm
d2=47cm
DO=
=
=8,46 mg/L

0,5

CO2= 0 mg/L

4.1.2 Data jenis dan kelimpahan plankton


Jam 14.00 WIB

D2= 8

D1=19

LBP=50,25

Jam

Bp

Gambar

Jumlah

Klsifikasi

Filum: cholorophyta

Gambar literature

Cirri-ciri

Subfilum: chlorophyceal
Family: chlorococceae
Ordo: chlorococroley
Genus: closteridium
Spesies: clasteridium ranch
(Prescott,1970)
Google image,2011Panjang bersekat-sekat 4 1Filum: chrysophyta
Subfilum: bacilloriphyceae
Family: naviculaceae
Ordo: pennales
Genus: frustuila
Spesies:frustala hombades
(Prescott,1970)
Googleimage,2011Lonjong bersekat-sekat, memilki dinding sel 4 1Filum: chrysophyta
Subfilum: bacilloriphyceae
Family: naviculaceae
Ordo: pennales
Genus: nlastoglaia

Spesies: mastoglaia donsel


(Prescott,1970)
Google image,2011Dinding sel bersekat-sekat, bentuk lonjong dan bergaris
Jam 11.00 WIB
D1=18
Jam

D2= 17,5
LBP=

Bp

Gambar

Jumlah

Klasifikasi

Filum: cyanophyta

Gambar
literature

Ciri-ciri

Family: permocarpaceae
Ordo: chamesiphonals
Genus: dermocorpa
(Prescott,1970)

Google image,2011Memiliki dinding sel, sel berwarna kuning keemasan 3 1Filum: cyanophyta
Family: chroocaccaley
Ordo: chroococcales
Spesies:giancocyatis duplea
(Prescott,1970)
Google image,2011Berwarna hijau,bentuk bulat,dinding sel transparan 3 1Filum: chrysophyta
Subfilum:bacillariophyceae
Family: eermatiaceac
Ordo: pennales
Spesies:Pesonia ericaceu
(Prescott,1970)

Google image,2011Bentuk lonjong, warna transparan 5 1Filum: cyanophyta

Subfilum: natocaiccae
Ordo: nostocales
Spesies:Medularia spuingena
(Prescott,1970)

Google image,2011Panjang, bentuk tubuh tabung,warnahijau daun 1 19Filum: chlorophyta


Family: cotricadae
Ordo: notricadae
Genus: chionurmidium
(Prescott,1970)
Google image,2011Meiliki kloroplas, berbentuk bulat-bulat

Jam 09.00 WIB


D1=16

Jam

D2= 15
LBP=0,786

Bp

Gambar

Jumlah

Klasifikasi

Filum: chlorophyta

Subfilum: chlorophyceae
Family: rodiococaceae
Ordo: chlorococcals
Genus: pseateraspora
Spesies:Pseateraspora gainii
(Prescott,1970)

Gambar literatur

Ciri-ciri

Google image,2011Bentuk bulat, saling mengumpul 4 3Filum: chlorophyta


Subfilum: chlorophyceae
Family: pallmellaceae
Ordo: chlorococcals
Genus: palmella
Spesies: palmella minata
(Prescott,1970)

Google image,2011Bentuk bulat, berwarna transparan 1 5Filum: chlorophyta


Subfilum: chlorophyceae
Family: tetrasporales
Ordo: chlorococcals
Genus: tetraspora
Spesies:tetraspora eylindrica
(Prescott,1970)

Google image,2011Berwarna hijau

4.2 Pembahasan
4.2.1 Deskripsi Station Pengamatan
Praktikum planktonologi dilaksanakan di Balai Perikanan Jalan Mawar Putih no. 86, sidomulyo, Batu. Di
sini memiliki banyak jenis kolam diantaranya kolam tradisional, semi permanen dan permanen. Kolam
yang di gunakan dalan praktikum kali ini adalah kolam tradisional. Kolam berbentuk segiempat . air
kolam berwarna coklat dan di dalamnya terdapat lumut. Lingkungan sekitar kolam terdapat tumbuh-

tumbuhan besar. Lokasi kolam juka dikelilingi kolam lain. Setiap kolam memiliki jarak 2-3 meter, dimana
batas tersebut untuk tempat berjalan.
4.2.2 Hubungan parameter kualitas air terhadap kelimpahan plankton
Parameter Fisika
a) Suhu
Suhu dapat mempengaruhi lankton dalam suatu perairan, contohnya chlorophyta. Semakin tinggi suhu
maka kelimpahan chlorophyta bertambah karena plankton ini memanfaatkan cahaya matahari untuk
fotosintesis. Ini terjadi pada siang hari. Pada sore hari dan malam hari kelimpahan plankton menurun.
Praktikum yang dilaksanakan diperoleh data yaitu pada pukul 09.00 WIB = 26 oC, pukul 11.00 WIB =
25oC dan pukul15.00 WIB = 25oC. Kisaran yang didapatkan ini merupakan suhu optimum. Menurut
Effendi (2005), bahwa kisaran suhu umum bagi pertumbuhan fitoplankton diperairan adalah 20 oC
27 oC. Pada pukul 11.00 WIB didapati 29 oC karena cuaca yang sangat panas. Kemudian mendung dan
hujan sehingga turun suhunya pada sore hari.
b) Kecerahan
kecerahan dapat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang masuk. Semakin kuat cahaya,
kecerahan semakin tinggi. Selain itu dipengaruhi oleh padatan tersuspensi. Chlorophyta melakukan
fotosintesis jika ada cahaya matahari. Jika perairan memiliki tingkat kecerahan rendah maka fotosintesis
tidak terjadi. Hal ini menyebahkan dampak buruk bagi hewan lain karena chlorophyta sebagai penyuplai
oksigen di perairan.
Pada praktikum ini kecerahan diperoleh hasil yaitu pada pukul 09.00 WIB = 32 cm, pukul 11.00 WIB =
38,25 cm, dan pukul 15.00 WIB = 47 cm. Menurut Sufron (2003), bila kecerahan 25 cm pergantian air
sebaiknya dilakukan sebelum fitoplanton mati.
Parameter Kimia
c) PH
PH yang dibutuhkan plankton adalah 7 8,5. Pada PH rendah pertumbuhan plankton akan terlambat
dan PH tinggi plankton akan bersifat fototaksis.
Dari praktikum yang dilaksanakan, PH menunjukkan angka 8. Hal ini sesuai dengan pendapat Ekawati
(2005), yang mengatakan bahwa kisaran PH untuk budidaya adalah 7 9.
d) DO
DO dihasilkan chlorophyta melalui proses fotosintesis maupun difusi dari udara. Plankton-plankton lain
membutuhkan O2 untuk proses respirasi. Semakin banyak O2 di perairan akan membantu proses
respirasi sehingga plankton dapat tumbuh dengan baik.

Dari praktikum ini diperoleh data DO yaitu pukul 09.00 WIB = 9,61 mg/L, pukul 11.00 WIB = 11, 78 mg/L,
dan pukul 15.00 WIB = 8,46 mg/L. Jadi dapat disimpulkan bahwa kadar oksigen dalam perairan masih
normal untuk kelimpahan plankton. Menurut Haryono (2009), menyatakan bahwa kadar oksigen
terlarut kurang dari 4 mg/L mengakibatkan efek kurang baik pada semua organisme akuatik.
e) CO2
CO2 merupakan bahan yang dibutuhkan chlorophyta untuk proses fotosintesis. Semakin
banyak CO2 akan membantu proses fotosintesis, namun hingga batas tertentu karena CO2 dengan
kadar berlebih dapat menjadi racun bagi plankton.
Pada praktikum ini diperoleh hasil yaitu pada pukul 09.00 WIB = 31,96 mg/L, pukul 11.00 WIB = 0 dan
pukul 15.00 WIB = 0. Kadar CO2 di perairan menurun padahal kelimpahan plankton dipengaruhi oleh
CO2 seperti yang dikatakan oleh Subarjanti (2002), perairan dalam keadaan tercemar bahan organik
atau mengalami proses eutrofikasi, kandungan CO2 bebas sangat tinggidan dapat meracuni ikan dan
organisme lainnya.
f) Nitrat
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen diperairan alami dan merupakan nutrien utama bagi
pertumbuhan tanaman dan algae. Seperti menurut Arfiati (2001), nitrat merupakan elemen penting
sebagai nutrien dalam proses eutrofikasi. Jadi semakin tinggi nitrat jumlah plankton akan tinggi pula.
g) Fosfat
Ada 3 macam fosfat di perairan yaitu ortofosfat yang dapat langsung digunakan oleh organisme dan
polifosfat juga metafosfat yang harus diubah ke ortofosfat agar dapat digunakan. Fosfat penting untuk
mendorong laju pertumbuhan plankton. Menurut Sugeng (2001), penambahan umur fosfat ke dalam
suatu perairan akan mendorong laju pertumbuhan dan meningkatkan biomassa fitoplankton.
4.3 Kelimpahan Plankton
4.3.1 Tingkat Kesuburan Perairan Berdasarkan :
a. Kelimpahan Phytoplankton
berdasarkan kelimpahan fitoplankton, perairan yang menjadi bagian pengamatan merupakan perairan
yang tingkat kesuburannya normal. Dapat dikatakan subur karena jumlah fitoplankton chlorophyta
cukup banyak. Plankton ini mampu menghasilkan bahan organic yang digunakan oleh semua organism
perairan. Di perairan ini kita juga menemukan plankton yang membahayakan, misalnya cyanophyta dan
bacillariophyta. Menurut Dianthani (2009), bahwa dari suatu perairan kelimpahan alga paling dominan
adalah phylum chlorophyta. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan dalam berfotosintesis disbanding
dengan jenis alga lain.
b. Kelimpahan Zooplankton

dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa dalam pengamatan tidak ditemukan
zooplankton yaitu karena mungkin dalam pengambilan sampel kurang ke dalam sehingga tidak
didapatkan zooplankton. Menurut Dianthani (2009), bahwa zooplankton adalah jenis plankton yang
bersifat fototaksis negative dan hidupnya di dasar.
4.3.2 Indeks Keragaman
Keragaman yang didapatkan pada pukul 09.00 WIB didapatkan keragaman cyanophyta 0,75 dan
chrysophyta 0,25. Sedangkan untuk pukul 11.00 WIB didapatkan chlorophyta 1,5 dan pada pukul 14.00
WIB didapatkan chlorophyta 0,5 dan chrysophyta 1,5. Menurut Feroinita (2005), index atau analisa
keragaman adalah menunjukan pada sebaran biota yaitu merata atau tidak.
4.3.3 Indeks Dominasi
Indeks dominasi yang didapatkan pada pukul 09.00 yaitu cyanophyta sebesar 56,25% dan chrysophyta
sebesar 0,25%. Jadi yang mendominasi cyanophyta. Pada pikul 11.00 didapatkan chlorophyta sebesar
100%. Untuk pukul 14.00 didapatkankan chlorophyta sebesar 11,11% dan crhysophyta 44,44%. Jadi yang
mendominasi chlorophyta. Menurut Herawati (1989), untuk mengetahui adanya pendominasian jenis
tertentu di perairan dapat digunakan indeks dominasi simpson.

BAB V
PENUTUP

5.1

Kesimpulan

Dari praktikum Planktonologi dapat disimpulkan bahwa :


Plankton adalah organisme yang berukuran mikroskopis yang hidup melayang-layang dan mengikuti
arus
Macam-macam plankton berdasarkan asalnya yaitu autogenik dan allogenik plankton.
Macam-macam plankton berdasarkan Ukuran yaitu makroplankton >1mm ; mikroplankton < 1mm;
miniplankton 5-6 nm; Ultraplankton 25nm
Macam-macam plankton berdasarkan siklus hidupnya antara lain Holoplankton, tycoplankton dan
mesoplankton.

Macam-macam plankton berdasarkan jenisnya yaitu fitoplankton dan zooplankton.


Berikut ini Phylum-phylum fitoplankton, antara lain :
Phylum Chlorophyta
Phylum Cyanophyta
Phylum Chrysophyta
Phylum Rhodophyta
Phylum Dinoflagelata
Berikut ini Phylum-phylum zooplankton, antara lain :
Phylum Rotifera
Phylum Arthropoda
Phylum Copepoda
Parameter kualitas air dan faktor yang mempengaruhi kehidupan plankton antara lain :
Suhu
pH
Kecerahan
DO
CO2
Nitrat
Phospat dan TOM

5.2

Saran

Semoga pada praktikum planktonologi yang akan datang, dapat lebih lancar dan ilmunya dapat diserap
oleh praktikan agar praktikum dapat lebih memahami tentang apa yang telah dipraktekkan.

DAFTAR PUSTAKA
Adhi, purwanto.2010.Pengaruh Salinitas Terhadap
Plankton. http://aquaculture.blogspot.com/2011/11/. Diakses tanggal 1 Desember 2011 pukul 08.00
WIB.
Alvyanto, Nugroho.2009.Algae. http://alvyanto.blogspot.com/2009/ Diakses tanggal 1
Desember
2011 pukul 08.35 WIB.
Anthor.2009.Phylum Phyrophyta. Html.Diakses tanggal 1 Desember 2011 pukul 08.11 WIB
Arfiati.Diana.2001.Diktat Limnologi.FPIK UB.Malang
Effendi.2003.Pengantar Planktonologi Bagi Hal Pembudidaya. Kanslus. Yogyakarta.
Ekawati.2005. Budidaya Makanan Alami. FPIK UB.Malang
Googleimage.2011. http://googleimage.com Diakses tanggal 1 Desember 2011 pukul 09.01 WIB
Hapsari.2010.Pengantar Planktonologi. Universitas Brawijaya.Malang

Haryono.2009.Pengaruh Multiparameter Kualitas Air Terhadap Parameter Indikator O2 Terlarut


Dan
Daya Hantar Listrik. JLP. Vol 18 no 54 tahun 2009.
Herawati.1989.Pengantar Diklat Planktonologi.UI Press.Jakarta
Jack.2010.plankton dalam perubahan spesifikasi. http://jacko.blogspot.com/ Diakses tanggal 2
desember 2011 pukul 19.00 WIB.
Presscot. 1970
Roy. 2009. Mikroskop. http://mikroskoproymen.blogspot.com/2009/11/ Diakses tanggal 1 Desember
2011 pukul 18.00 WIB
Singgih.2010.Produktivitas Perairan. Universitas Brawijaya. Malang
Sova. 2006. Budidaya Perairan. Citra Aditya Bakti. Bandung
Sufron. 2003. Erlangga dan Perubahannya. UB Press. Malang
Timuty. 2005.Metode Penentuan TOC Divisi Umum Seminar Nasional vol 38 JLP tahun 2005
Yuniarti. 2010. Pengertian Planktonologi. http://Yuniarti.blogspot.com/Pengertian
Planktonologi/ Diakses tanggal 1 Desember pukul 19.00 WIB
Zaifbio.2009. Budidaya Makanan buatan. UB. Malang

LAMPIRAN
Perhitungan
Pukul 09.00 WIB
Kelimpahan Plankton
Inlet

Outlet

Cyanophyta, genus : A =1

Tidak ditemukan plankton

B= 1
C= 1
Chrysophyta, genus : D= 1
Genus A =
B=
C=
D=
2
Kelimpahan :
Keragaman
ni :

Cyanophyta = 1.5

Pi =

Chrysophyta =0.5
N=2
Indek Dominasi

H = 1

D=
Cyanophyta : D
Chrysophyta : D

Keragaman Relatif

Cyanophyta
Chrysophyta
Pukul 09.00 WIB
Kelimpahan Plankton
Outlet

Inlet

Chlorophyta, genus : A =1

Tidak Ditemukan plankton

B= 1
C= 1
Genus A =
B=
C=
1.5
Kelimpahan :
Keragaman
ni :

Chlorophyta = 1.5

N = 1.5
Indek Dominasi
D=

Pi =

Chlorophyta : D
Keragaman Relatif

Cyanophyta
Pukul 14.00 WIB
Kelimpahan Plankton
Outlet

Inlet

Chlorophyta, genus : A =1

Tidak ditemukan plankton

Chrysophyta, genus : B= 1
C= 1
Genus A =
B=
C=
1.5
Kelimpahan :
N2
Keragaman
ni :

Chlorophyta = 1.5

Pi =

Chrysophyta = 1
N=2
Indek Dominasi
D=
Chlorophyta : D
Chrysophyta : D

H = 1

Keragaman Relatif

Chlorophyta
Chrysophyta
Denah Kolam Pengamatan
Kolam Tradisional

Anda mungkin juga menyukai