Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM

MEMPELAJARI PLANKTON DENGAN FAKTOR-FAKTOR EKOLOGIS

Dosen Asistensi : Drs. Moch Affandi M.Si.


Asisten Dosen : Nabilla Hapsari Wijaya

Disusun Oleh

1. Niluh Dismayanti 081911433003


2. Diajeng Aulia Rahma P. 081911433010
3. Nabila Azra Aisyah H. 081911433014
4. Sherly Indah Cahyani 081911433022
5. Aurizma Fadia Putri 081911433023
6. Noviana Indah Dwi D. 081911433027
7. Lailatul Ramadhani P. M. 081911433029
8. Elsha Nadya Marchelia P. 081911433030
9. Bayna Vinka Janati 081911433032
10. Bella Zezary Aurora P. 081911433066
11. Atikah Amalia Izmi 081911433068
12. Natasya Thessa Lolita 081911433069

PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii


DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv
ABSTRACT .......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan praktikum ....................................................................................... 2
1.3 Hipotesis .................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4
2.1 Plankton ..................................................................................................... 4
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 7
3.1 Alat dan bahan Praktikum Plankton ............................................................ 7
3.2 Cara Kerja .................................................................................................. 9
BAB IV HASIL PENGAMATAN ..................................................................... 11
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................... 13
BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 15
6.1 KESIMPULAN ........................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1.1. Plankton net dan botol....................................................................8


Gambar 3.1.2. Botol Kecil......................................................................................8
Gambar 3.1.3. Ember Plastik..................................................................................9
Gambar 3.1.4. Mikroskop Cahaya..........................................................................9
Gambar 3.1.5. Pipet Tetes......................................................................................9
Gambar 3.1.6. Bilik Hitung Sedgewich-Rafter.....................................................10
Gambar 3.1.7. Air Sampel....................................................................................10
Gambar 3.1.8. Formalin 4 %................................................................................10

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Number of Species, Density, Density Index, Dominance Index, and
Evennes Index of Plankton ...................................................................................11

iv
ABSTRACT
Plankton are organisms that live in water areas that depend on physical,
chemical, and natural processes in the aquatic environment. Therefore,
observations of plankton biodiversity can be used to identify whether the
environmental conditions are optimal or not. Plankton also plays a role in the
food chain system and food webs in water areas. In this paper, six experiments
were carried out to determine the diversity of plankton in Danau Cinta, Campus C,
Airlangga University using the index analysis of Shannon-Wiener diversity.

Keywords : plankton, Shannon-wiener, diversity.

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekologi merupakan pendekatan holistik terhadap pemahaman akan
organisme hidup dalam konteks hubungan antara lingkungan fisik (abiotik)
maupun dengan satu sama lain (biotik). Terdapat macam-macam ekologi salah
satunya adalah ekologi perairan. Ekologi perairan sangat berperan penting untuk
habitat bagi berbagai jenis biota laut maupun air tawar dan bagian dari
berlangsungnya siklus materi serta aliran energi. Ekosistem perairan yang terdapat
di daratan secara umum terbagi atas 2 jenis, yaitu perairan menggenang(lentik)
dan perairan berarus (lotik) (Barus, 2004).
Kehidupan pada ekologi perairan air laut terdapat kehidupan yang
beraneka ragam, tetapi lazimnya biota laut hanya dikelompokkan ke dalam tiga
kategori utama, antara lain ialah plankton, nekton, dan bentos.
Berdasarkan perannya, plankton dapat dibedakan menjadi empat golongan utama,
yaitu: Fitoplankton, Zooplankton, Bakterioplankton, dan Virioplankton.
Fitoplankton merupakan dari tumbuh-tumbuhan air dengan ukuran yang sangat
kecil dan hidup melayang di dalam air. Fitoplankton mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kehidupan pada perairan, sama pentingnya dengan peranan
terhadap tumbuh-tumbuhan hijau yang lebih tingkatannya di ekosistem daratan.
Fitoplankton juga merupakan produsen utama zat-zat organik dalam kehidupan
perairan, seperti tumbuh-tumbuhan hijau yang lainnya. Fitoplankton dapat
membuat ikatan-ikatan organik sederhana melalui fotosintesa (Hutabarat dan
Evans, 1986).
Nekton adalah hewan-hewan laut yang dapat bergerak sendiri ke sana ke
mari seperti ikan bertulang rawan, ikan bertulang keras, penyu, ular dan hewan
menyusui laut yang kesemuannya termasuk Vertebrata. Sotong dan cumi-cumi
yang termasuk Mollusca juga termasuk nekton. Tidak ada tumbuh-tumbuhan yang
mampu berenang, jadi tidak ada tumnuh-tumbuhan yang tergolong nekton
(Romimohtarto, K. & Sri Juwana, 2007).
Nekton merupakan biota laut yang dapat bergerak sendiri ke sana ke
mari seperti ikan bertulang rawan, ikan bertulang keras, penyu, ular dan hewan
menyusui laut yang kesemuannya termasuk Vertebrata. Sotong dan cumi-cumi
yang termasuk dalam kelas Mollusca juga termasuk nekton. Tidak terdapat
tumbuh-tumbuhan yang mampu berenang, sehingga tidak terdapat tumbuh-
tumbuhan yang tergolong nekton (Romimohtarto, K. & Sri Juwana, 2007).
Peranan nekton merupakan organisme laut yang sangat bermanfaat bagi manusia
terutama berguna untuk perbaikan gizi dan peningkatan ekonomi. Tumpukan
bangkai pada nekton merupakan bahan dasar untuk terbentuknya mineral laut
seperti gas dan minyak bumi setelah mengalami proses jangka waktu ribuan
bahkan jutaan tahun (Nybakken, James W, 1992).
Nekton terdiri dari organisme yang mempunyai kemampuan untuk
bergerak sehingga mereka tidak bergantung pada arus laut yang kuat atau
gerakan air yang disebabkan oleh angin. Mereka dapat bergerak di dalam air
menurut kemauannya sendiri
Terdapat 5 faktor yang mempengaruhi ekologi perairan meliputi yakni
suhu pada perairan mempunyai sifat sebagai stabilisator sebab sifatnya yang

1
secara bersama-sama mengurangi perubahan suhu sampai tingkat minimal
sehingga perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih
lambat dibandingkan di udara. Faktor selanjutnya, yakni turbiditas atau kekeruhan
sering sekali dipengaruhi oleh zat terlarut dalam air. Akibat dari penetrasi yang
terbatas, akan ikut pula membatasi habitat akuatik tertentu yang masih merupakan
zona fotosintesis. Di samping itu, kekeruhan yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan metabolisme organisme menjadi terganggu. Sebaliknya, apabila
kekeruhan disebabkan oleh organisme (terutama yang dimaksudkan adalah
plankton maupun jenis alga tertentu), ukuran kekeruhan merupakan indikasi
produktivitas yang cukup tinggi.
Faktor ketiga yaitu cahaya dapat digunakan untuk proses fotosintesis.
Seperti sudah diketahui sebelumnya bahwa daya tembus cahaya ke dalam air
dipengaruhi oleh partikel terlarut dan yang tersuspensi. Semakin ke dalam cahaya
yang menembus air akan makin berkurang intensitasnya dan berubah komposisi
spetrumnya. Secara otomatis organisme yang berada di kedalaman tersebut harus
menyesuaikan diri terhadap keterbatasan oksigen terlarut. Inilah yang mendasari
cahaya juga bertindak sebagai faktor pembatas perairan, khususnya pada perairan
permukaan dalam. Faktor keempat Arus merupakan faktor pembatas yang penting
terutama pada perairan yang arusnya cukup tinggi, seperti sungai. Keberadaan
arus yang cukup tinggi akan memaksa organisme yang ada di dalamnya
menggunakan gerakan-gerakan tubuh tertentu untuk dapat bertahan ataupun
melawan arus. Faktor terakhir gas terlarut dalam air dapat mempengaruhi
kelarutan gas dalam air meliputi; temperatur/suhu konsentrasi garam terlarut
(dapat mengurangi kelarutan gas dalam air), kelembaban udara (kelarutan gas
besar pada udara kering), derajat kejenuhan, gerakan air (makin cepat gerakan air,
larutan gas makin besar). Dengan kondisi seperti di atas, memperlihatkan terdapat
pengaruh tidak langsung antara kandungan gas-gas terlarut terhadap keberadaan
organisme perairan (Prawiro Ruslan, 1988).

1.2 Rumusan masalah


Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara melakukan sampling pada plankton ?
2. Bagaimana keragaman, dominansi serta jenis-jenis plankton yang
ditemukan dalam praktikum ini?
3. Bagaimana indeks diversitas plankton yang diambil dari sampling dalam
praktikum ini?
4. Bagaimana pengaruh (hubungan) keberadaan dan keragaman plankton
dalam menentukan tingkat kualitas perairan?

1.3 Tujuan praktikum


Tujuan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui cara sampling pada plankton .
2. Mengetahui keragaman, dominansi dan jenis-jenis plankton yang
ditemukan.
3. Mengetahui indeks diversitas plankton yang diambil dari sampling.
4. Mengetahui pengaruh (hubungan) keberadaan dan keragaman plankton
dalam menentukan tingkat kualitas perairan.

2
1.3 Hipotesis
Hipotesis praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Hipotesis kerja
Kualitas perairan mempengaruhi keanekaragaman plankton. Semakin
banyak dan tingkat keragaman plankton yang tinggi, maka semakin
baik kualitas perairan tersebut, begitupun sebaliknya.
1.3.2 Hipotesis statistik
1. Indeks diversitas
H0: Diversitas plankton tidak tergolong dalam diversitas tinggi.
H1: Diversitas plankton tergolong dalam diversitas tinggi.
2. Dominasi
H0: Tidak terdapat dominansi plankton pada sampel perairan tersebut.
H1: Terdapat dominansi plankton pada sampel perairan tersebut.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plankton
Kata “Plankton” berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengembara.
Sebutan ini pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun 1887.
Sementara menurut Omori dan Takeda (1992) dalam Sahab (1986) plankton
adalah suatu komunitas biota yang terdiri dari flora dan fauna dimana
pergerakannya relatif lemah dibandingkan dengan kekuatan arus untuk
membawanya. Jadi plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup
melayang di perairan, dan mempunyai gerak sedikit sehingga mudah terbawa arus.
Adanya plankton dalam perairan, terutama fitoplankton yang hidup di air
merupakan produsen utama segala kehidupan dibumi.
Dalam klasifikasinya, organisme plankton dapat dibedakan berdasarkan:
2.1.1 Berdasarkan Fungsi
Plankton digolongkan menjadi empat golongan utama, yaitu:
a. Fitoplankton
Fitoplankton atau plankton nabati adalah tumbuhan yang hidupnya
mengapung atau melayang di perairan. Ukurannya sangat kecil
sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya
fitoplankton berukuran 2 µm – 200 µm (1 µm = 0,001 mm).
Fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal (Anonim1,
2010). Fitoplankton mempunyai fungsi penting di perairan karena
bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organik
makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu melakukan proses
fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik karena mengandung
klorofil dan karena kemampuannya ini fitoplankton disebut
sebagai primer producer (Stewart, 1986).
b. Zooplankton
Zooplankton atau plankton hewani adalah hewan yang hidupnya
mengapung atau melayang dalam perairan. Kemampuan berenangnya
sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan kemana arus
membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik, artinya tidak dapat
memproduksi sendiri bahan organik dari bahan anorganik. Jadi
zooplankton lebih berperan sebagai konsumen (consumer) bahan
organik (D. B, Mukayat, 1994). Zooplankton ada pula yang dapat
melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan.
Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang
hidup di dasar laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai
zooplankton yaitu ketika masih berupa telur dan larva (D. B, Mukayat,
1994).
c. Bakterioplankton
Bakterioplankton merupakan bakteri yang hidup sebagai plankton.
Bakterioplankton mempunyai ciri yang khas, ukurannya sangat halus
(umumnya < 1 µm), tidak mempunyai inti sel dan umumnya tidak
mempunyai klorofil yang dapat berfotosintesis (Dianthani, 2003).
Fungsi utamanya dalam ekosistem laut adalah sebagai

4
pengurai (decomposer). Semua biota laut yang mati akan diuraikan
oleh bakteri sehingga akan menghasilkan hara seperti fosfat, nitrat,
silikat, dan sebagainya. Hara ini kemudian akan didaurulangkan dan
dimanfaatkan lagi oleh fitoplankton dalam proses
fotosintesis (Dianthani, 2003).
d. Virioplankton
Virioplankton adalah virus yang hidup sebagai plankton. Virus ini
ukurannya sangat kecil (kurang dari 0,2 μm) dan menjadikan biota
lainnya, terutama bakterioplankton dan fitoplankton, sebagai
inang(host). Tanpa inangnya virus ini tak menunjukkan kegiatan
hayati. Virioplankton dapat memecahkan dan mematikan sel-sel
inangnya (Dianthani, 2003).
Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan plankton
disuatu perairan. Pada umumnya air laut mempunyai nilai pH lebih besar dari 7
yang cenderung bersifat basa, namun dalam kondisi tertentu nilainya dapat
menjadi lebih rendah dari 7 sehingga menjadi bersifat asam. Derajat keasaman
suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia yang cukup penting dalam
memantau kestabilan perairan. Perubahan nilai pH suatu perairan terhadap
organisme ak uatik mempunyai batasan tertentu dengan nilai pH yang bervariasi,
tergantung pada suhu air laut, konsentrasi ok sigen terlarut dan ad anya anion d an
kation (Pescod, 1978).
Selain itu, Kondisi oksigen terlarut di perairan juga dipengaruhi antara lain
oleh suhu, salinitas, pergerakan massa air, tekanan atmosfi r, konsentrasi fi
toplankton dan tingkat saturasi oksigen sekelilingnya serta adanya pengadukan
massa air oleh angin. Menurunnya kadar oksigen terlarut antara lain disebabkan
pelepasan oksigen ke udara, aliran air tanah ke dalam perairan, adanya zat besi,
reduksi yang disebabkan oleh desakan gas lainnya dalam air, respirasi biota dan
dekomposisi bahan organik (Nybakken, 1988). Disamping itu, Suhu merupakan
salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan
penyebaran organisme. Suhu air laut di suatu perairan dipengaruhi oleh kondisi
atmosfer, dan intensitas penyinaran matahari yang masuk ke laut (Officer, 1976).
Selain itu, suhu air laut juga dipengaruhi oleh faktor geografi s dan dinamika arus
(Sijabat, 1974). Kenaikan suhu dapat menurunkan kelarutan oksigen dan
meningkatkan toksisitas polutan (Mulyanto, 1992). Metabolisme yang optimum
bagi sebagian besar makhluk hidup membutuhkan kisaran suhu yang relatif
sempit. antara Pengaruh suhu secara langsung terhadap plankton adalah
meningkatkan reaksi kimia sehingga laju fotosintesis meningkat seiring dengan
kenaikan suhu (dari 10 ºC – 20 ºC). Pengaruh suhu tidak langsung adalah
berkurangnya kelimpahan plankton akibat suhu semakin menurun dan kerapatan
air semak meningkat seiring bertambahnya kedalaman perairan (Raymont, 1980).
2.1.2 Berdasarkan daur hidupnya plankton dibagi menjadi :
a. Holoplankton
Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur
hidupnya dijalani sebagai plankton, mulai dari telur, larva, hingga
dewasa. Kebanyakan zooplankton termasuk dalam golongan ini.
Contohnya : kokepod, amfipod, salpa, kaetognat. Fitoplankton
termasuk juga umumnya adalah holoplankton (Anonim1, 2010).

5
b. Meroplankton
Plankton dari golongan ini berperan sebagai plankton hanya pada
tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yaitu pada tahap sebagai
telur dan larva saja. Beranjak dewasa ia akan berubah menjadi
nekton, yaitu hewan yang dapat aktif berenang bebas, atau sebagai
bentos yang hidup menetap atau melekat di dasar laut. Oleh sebab
itu, meroplankton disebut sebagai plankton sementara (Anonim1,
2010). Meroplankton ini sangat banyak ragamnya dan umumnya
mempunyai bentuk yang sangat berbeda dari bentuk dewasanya.
Larva crustacea seperti udang dan kepiting mempunyai
perkembangan larva yang bertingkat-tingkat dengan bentuk yang
sedikitpun tidak menunjukkan persamaan dengan bentuk yang
dewasa (Anonim1, 2010).
c. Tikoplankton
Tikoplankton sebenarnya bukan plankton yang sejati karena biota
ini dalam keadaan normalnya hidup di dasar laut sebagai bentos.
Namun karena gerak air menyebabkan ia terlepas dari dasar dan
terbawa arus mengembara sementara sebagai plankton (Anonim1,
2010).

6
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan bahan Praktikum Plankton


1. Plankton net dan botol Sampel Plankton

Gambar 3.1.1. Plankton net dan botol


Sumber : Guru Saputra, 2020.
Plankton net merupakan jaring dengan mesh yang digunakan untuk
mengumpulkan sampel plankton di genangan air. Jaring ini terbuat dari nilon
yang umumnya memiliki bentuk kerucut dengan bagian atas lebih lebar
daripada bagian bawah. Pada ujung bawah jaring dilengkapi dengan botol
untuk sampel plankton dengan salah satu ujung meruncing dan bentuk silinder.
2. Botol kecil

Gambar 3.1.2. Botol Kecil


Sumber : Laboratorium Kelas, 2020.
Botol kecil ini adalah alat untuk menyimpan sampel plankton hasil
sampling menggunakan jaring plankton.
3. Ember plastik

Gambar 3.1.3. Ember Plastik


Sumber : Guru Saputra, 2020.
Ember plastik disini memiliki fungsi sebagai wadah untuk
menampung air yang diambil dari perairan dan semacamnya.

7
4. Mikroskop Cahaya

Gambar 3.1.4. Mikroskop Cahaya


Sumber : Lemari Sains, 2018.
Mikroskop cahaya berfungsi untuk mengamati serta mengidentifikasi
morfologi dari sampel plankton.
5. Pipet Tetes

Gambar 3.1.5. Pipet Tetes


Sumber : Info Laborant, 2017.
Pipet tetes disini berfungsi sebagai media untuk mengambil sampel
plankton yang sebelumnya diberi formalin dan selanjutnya dipindahkan ke
bilik hitung.
6. Bilik Hitung Sedgewich-Rafter

Gambar 3.1.6. Bilik hitung Sedgewich


Sumber : Anonim3, 2018.
Bilik hitung Sedgewich Rafter merupakan dua buah kaca objek yang
memiliki fungsi sebagai kaca penutup dan di sela-selanya terdapat papan kayu
tipis yang memiliki rongga serta menempel pada satu kaca objek. Bilik hitung
ini sebagai alat untuk mengidentifikasi sampel plankton.

8
7. Air Sampel

Gambar 3.1.7. Air Sampel


Sumber : Anonim2, 2016.
Pada praktikum plankton Air sampel yang digunakan adalah air dari
danau atau perairan semacamnya yang didalamnya terdapat plankton.
8. Formalin 4 %

Gambar 3.1.8. Formalin 4%


Sumber : Anonim4, 2018.
Formalin 4% ini memiliki fungsi untuk memfiksasi sampel dari
plankton dan digunakan pada saat sampel air telah dipindahkan kedalam
botol kecil.
3.2 Cara Kerja
Praktikum Plankton bisa dilakukan dengan dua cara yaitu offline dan online,
jika dilakukan secara offline pertama- tama adalah menggunakan alat yaitu net
plankton dengan mengambil sampel air perairan/danau menggunakan ember
plastic kurang lebih sebanyak 10 liter dan dilakukan pengulangan selama 10 kali.
Selanjutnya mengambil sampel kurang lebih sebanyak 50 ml dan dipindahkan ke
dalam botol plastic yang telah disiapkan. Setelah itu memberi Formalin 4% untuk
fiksasi plankton. Selanjutnya adalah menganalisis data dan menghitung kepadatan
jumlah individu persatuan volume plankton dan dinyatakan dalam jumlah
individu/meter. Langkah selanjutnya yaitu mencari Indeks keanekaragaman
(diversitas) dengan menggunakan metode Shannon-Wiener dan menggunakan
rumus berikut:
H1=-∑ [(ni/N) x ln (ni/N)]
Keterangan:
H1= indeks diversitas Shannon-Wiener
ni = jumlah individu spesies i
N = jumlah total individu dari semua spesies.
Dikarenakan adanya pandemi sehingga praktikum hanya bisa dilakukan
secara online maka praktikum online dilakukan dengan mengolah dan
menganalisa data yang telah disediakan oleh Laboratorium ekologi FST Unair

9
yaitu data organisme yang hidup pada zona benthic beserta jumlah individu
perwilayah, dan nilai yang harus dicari meliputi (N) atau jumlah total individu, H1
= Indeks Diversitas, (D) Indeks Dominan, dan (Es) Indeks Kemerataan. Jika nilai
telah didapatkan selanjutnya adalah mencari keterkaitan keberadaan dan
keanekaragaman plankton dalam menentukan tingkat kualitas perairan.

10
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Tabel 4.1. Number of Species, Density, Density Index, Dominance Index, and
Evennes Index of Plankton

Density (individual/liter)
No Plankton Species
1 2 3 4 5 6
I. PHYTOPLANKTON
A. Diatomeae
1. Asterionella sp. 12 45 41 20 27 22
2. Bacteriastrum sp. 3 10 6 1 0 2
3. Biddulphia sp. 1 3 2 1 3 0
4. Chaetoceros sp. 2 6 4 1 1 4
5. Coscinodiscus sp. 3 2 6 4 1 2
6. Diatoma sp. 2 0 0 0 3 1
7. Dytilum sp. 9 64 63 0 207 11
8. Gyrosigma sp. 1 0 0 0 4 3
9. Lauderia sp. 5 1 6 5 72 0
10. Melosira sp. 5 5 8 1 2 1
11. Navicula sp. 3 0 0 1 2 2
12. Nitzschia sp. 3 5 0 1 3 2
13. Pleurosigma sp. 0 0 0 1 2 2
14. Rhizosolenia sp. 12 33 8 2 16 5
15. Skeletonema sp. 118 330 198 74 843 68
16. Staurosigma sp. 1 0 0 1 2 0
17. Tabelaria sp. 1 0 2 1 7 2
18. Thalassiosira sp. 33 75 67 33 615 137

B. Dinoflagellata
1 Ceratium sp 0 0 1 0 3 1
3 Gyrodinium sp. 0 1 0 0 0 0
4 Noctiluca sp. 1 1 0 1 0 0
5 Peridinium sp. 0 1 1 0 1 4
6 Phacus sp. 6 3 1 0 2 1
7 Pyrodinium sp. 0 1 0 0 0 0

C. Myxophyceae
1 Anacystis sp. 24 3 4 0 5 11
2 Cambella sp. 1 1 0 0 0 0
3 Lyngbya sp. 2 0 0 1 0 0
4 Oscillatoria sp. 1 1 0 0 3 4
5 Phormidium sp. 6 0 1 3 3 0

II. ZOOPLANKTON
A. Crustaceae
1 Calanus sp. 0 0 1 9 3 2
2 Cirripedia larva 2 1 0 1 0 0

11
4 Isias sp. 0 2 0 1 0 0
5 Metridia sp. 0 0 1 1 0 0
6 Microcalanus sp. 2 0 1 4 1 0
7 Nauplii common type 1 1 3 0 3 1
8 Nauplii longipedia type 4 3 4 11 3 8
9 Oncaea sp. 0 0 1 2 0 0
10 Paracalanus sp. 2 1 2 4 2 1
11 Pleuromamma sp. 1 1 0 1 0 0
12 Pontelopsis sp. 0 0 0 1 0 0
14 Scolecithrix sp. 0 0 2 1 0 0
15 Tortanusn sp. 0 0 1 1 0 0

B. Protozoa
1 Corocalyptra sp. 1 0 0 0 0 0
2 Didinium sp. 0 2 0 0 6 0
3 Drymosphaera sp. 6 5 0 0 0 0
5 Globigerina sp. 1 6 0 3 0 3
7 Orthodon sp. 1 0 0 0 0 0
8 Prorodon sp. 1 1 3 1 5 2
9 Tintinnidium sp. 3 1 1 1 2 1
10 Tintinopsis sp. 1 1 0 0 2 1
11 Undella sp. 1 0 0 0 3 1
12 Vorticella sp. 17 16 19 4 14 16
13 Xystonella sp. 0 5 3 0 2 0

C. Others
1 Aequorea sp 0 1 1 2 0 0
2 Bivalvia larvae 0 0 2 0 1 0
3 Brachionus sp. 1 0 1 1 1 3
4 Gastropoda larvae 0 8 1 0 0 0
5 Oikopleura 1 2 1 0 4 2
6 Polychaete larvae 2 0 1 1 2 0

Number of Species (S) 42 37 36 37 39 32


Density (N) 303 648 468 202 1881 326
Diversity Index (H) 2.5380 1.9263 2.0951 2.4324 1.5273 2.1373
Dominance Index (D) 0.1798 0.2915 0.2285 0.1791 0.3217 0.2313
Evennes Index (Es) 0.6790 0.5335 0.5846 0.6736 0.4169 0.6167

12
BAB V
PEMBAHASAN

Plankton merupakan mikroorganisme yang mampu hidup pada wilayah


perairan seperti danau, sungai, laut, waduk, dan payau. Plankton berperan penting
dalam sistem rantai makanan dan jaring-jaring makanan pada wilayah perairan.
Kandungan dan jumlah plankton bergantung pada kondisi fisika, kimia, dan
proses alami pada lingkungan perairan tersebut.
Pengamatan ini berlokasi di danau Cinta, Kampus C Universitas Airlangga.
Langkah pertama yang dilakukan yakni memasang botol koleksi plankton pada
bagian bawah jaring plankton. Kemudian mengambil air danau sebanyak 10 L
menggunakan ember dan menuangkan air tersebut ke dalam jaring plankton
hingga 9 kali pengulangan sehingga didapatkan 100 L air. Selanjutnya, jaring
plankton dilepaskan dari botol koleksi plankton dan tetesi botol tersebut dengan
beberapa tetes formalin 4% dan tutup kembali dengan rapat. Penambahan
formalin bertujuan untuk mengawetkan plankton yang akan diamati. Kemudian
diberi label dan dibawa ke laboratorium untuk diamati dibawah mikroskop. Untuk
menghitung jumlah plankton dan jenisnya, dapat dilakukan dengan cara
mengambil 1 ml air yang berisi plankton dan meletakkannya pada gelas objek
khusus (Sandwichrafter).
Setelah dilakukan analisis data, pada pengamatan I ditemukan 42 spesies
plankton dengan jumlah total individu (N) plankton per satuan L sebanyak 303
individu/L. Berdasarkan analisis indeks diversitas Shannon-Wiener didapatkan
nilai diversitas (H) plankton dari sampel air danau Universitas Airlangga sebesar
2,5380. Menurut tabel tolak ukur indeks diversitas Shannon-Wiener, nilai tersebut
menunjukkan bahwa keanekaragaman plankton pada danau Universitas Airlangga
dalam kisaran sedang dengan produktivitas yang cukup, kondisi ekosistem cukup
seimbang, dan tekanan ekologis sedang. Didapatkan pula nilai kemerataan (Es)
sebesar 0,679 dengan nilai dominansi (D) sebesar 0,1798. Serta dapat diketahui
bahwa spesies fitoplankton yang mendominasi danau Universitas Airlangga
adalah Skeletonema sp. dengan 118 individu.
Pada pengamatan II ditemukan sebanyak 37 spesies dengan jumlah total
plankton sebanyak 648 indidu/L. Berdasarkan analisis indeks diversitas Shannon-
Wiener didapatkan nilai diversitas plankton dari sampel air danau Universitas
Airlangga sebesar 1,9263. Menurut tabel tolak ukur indeks diversitas Shannon-
Wiener, nilai tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman plankton pada danau
Universitas Airlangga dalam kisaran sedang dengan produktivitas yang cukup,
kondisi ekosistem cukup seimbang, dan tekanan ekologis sedang. Didapatkan pula
nilai kemerataan sebesar 0,5335 dengan nilai dominansi sebesar 0,2915. Serta
dapat diketahui bahwa spesies fitoplankton yang mendominasi danau Universitas
Airlangga adalah Skeletonema sp. dengan 330 individu.
Pengamatan ke III terdapat 36 spesies dengan jumlah total plankton
sebanyak 468 individu/L. Berdasarkan analisis indeks diversitas Shannon-Wiener
didapatkan nilai diversitas plankton dari sampel air danau Universitas Airlangga
sebesar 2,0951. Menurut tabel tolak ukur indeks diversitas Shannon-Wiener, nilai
tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman plankton pada danau Universitas
Airlangga dalam kisaran sedang dengan produktivitas yang cukup, kondisi
ekosistem cukup seimbang, dan tekanan ekologis sedang. Selain itu, dapat

13
diketahui nilai kemerataannya sebesar 0,5846 dengan nilai dominansi sebesar
0,2285, dan didominasi oleh spesies fitoplankton yakni Skeletonema sp. dengan
198 individu.
Selanjutnya pada pengamatan ke IV ditemukan 37 spesies dengan jumlah
total plankton sebanyak 202 individu/L. Berdasarkan analisis indeks diversitas
Shannon-Wiener didapatkan nilai diversitas plankton dari sampel air danau
Universitas Airlangga sebesar 2.4324. Menurut tabel tolak ukur indeks diversitas
Shannon-Wiener, nilai tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman plankton
pada danau Universitas Airlangga dalam kisaran sedang dengan produktivitas
yang cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, dan tekanan ekologis sedang.
Selain itu, dapat diketahui nilai kemerataannya sebesar 0.6736 dengan nilai
dominansi sebesar 0.1791. Serta dapat diketahui bahwa danau Universitas
Airlangga didominasi oleh spesies fitoplankton yakni Skeletonema sp. dengan 74
individu.
Pada pengamatan V ditemukan sebanyak 39 spesies dengan jumlah total
plankton sebanyak 202 indidu/L. Berdasarkan analisis indeks diversitas Shannon-
Wiener didapatkan nilai diversitas plankton dari sampel air danau Universitas
Airlangga sebesar 1,5273. Menurut tabel tolak ukur indeks diversitas Shannon-
Wiener, nilai tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman plankton pada danau
Universitas Airlangga dalam kisaran sedang dengan produktivitas yang cukup,
kondisi ekosistem cukup seimbang, dan tekanan ekologis sedang. Didapatkan pula
nilai kemerataan sebesar 0,4169 dengan nilai dominansi sebesar 0,3217. Serta
dapat diketahui bahwa spesies fitoplankton yang mendominasi danau Universitas
Airlangga adalah Skeletonema sp. dengan 843 individu.
Pengamatan ke VI terdapat 32 spesies dengan jumlah total plankton
sebanyak 326 individu/L. Berdasarkan analisis indeks diversitas Shannon-Wiener
didapatkan nilai diversitas plankton dari sampel air danau Universitas Airlangga
sebesar 2,1373. Menurut tabel tolak ukur indeks diversitas Shannon-Wiener,
Nilai tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman plankton pada danau
Universitas Airlangga dalam kisaran sedang dengan produktivitas yang cukup,
kondisi ekosistem cukup seimbang, dan tekanan ekologis sedang. Selain itu, dapat
diketahui nilai kemerataannya sebesar 0,6167 dengan nilai dominansi sebesar
0,2313. Serta dapat diketahui bahwa danau Universitas Airlangga didominasi oleh
spesies fitoplankton yakni Thalassiosira sp.dengan 137 individu.
Berdasarkan ke-6 percobaan, dapat diketahui bahwa tingginya tingkat
diversitas plankton pada danau Universitas Airlangga dipengaruhi oleh faktor
kualitas air yang baik dan tingkat salinitas yang rendah. Serta sinar matahari yang
memadai untuk membantu proses fotosintesis fitoplankton. Sehingga
pertumbuhan ekosistem plankton air tawar dapat berlangsung secara optimal.

14
BAB VI
PENUTUP

6.1 KESIMPULAN
Didapatkan kesimpulan dari keenam pengamatan plankton,
keanekaragaman plankton di danau kampus C Universitas Airlangga berada pada
kisaran sedang dengan produktivitas yang cukup, kondisi ekosistem cukup
seimbang, dan tekanan ekologis sedang. Faktor kualitas air yang baik dan tingkat
salinitas yang rendah, Serta sinar matahari yang memadai untuk membantu proses
fotosintesis merupakan penyebab tingginya tingkat diversitas, dengan spesies
yang mendominasi adalah Skeletonema sp. yang muncul menjadi spesies yang
mendominasi pada kelima dari enam pengamatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2010. Pengertian dan penggolongan plankton.


(http://entahsiapa15.wordpress.com/2009/01/16/pengertian-dan-
penggolongan-plankton/), diakses pada 30 November 2020.
Anonim2, 2016. Gambar Air Sampel Plankton. https://docplayer.info/docs-
images/92/109710647/images/42-1.jpg, diakses pada 30 November 2020
pukul 20.56 WIB.
3
Anonim , 2018. Gambar Bilik hitung Sedgewich.
https://ecs7.tokopedia.net/img/cache/700/hDjmkQ/2020/8/19/1cc8e4be-
8656-4c08-a5c4-2e91a9399298.jpg diakses pada 30 November 2020
pukul 20.51 WIB.
4
Anonim , 2018. Gambar Formalin 4%. https://sainskimia.com/wp-
content/uploads/2016/07/formalin-botol.jpg, diakses pada 30 November
2020 pukul 20.37 WIB.
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.
Medan : USU Press.
Dianthani, D. 2003. Identifikasi Jenis Plankton di Perairan Muara
Badak,Kalimantan Timur. (http://www.geocities.com), diakses 30
November 2020.
Guru Saputra, 2020. Gambar Ember Plastik.
https://cdn.monotaro.id/media/catalog/product/cache/6/image/b5fa409803
20eb406ba395dece54e4a8/P/1/P102947155-1.jpg, diakses pada 30
November 2020 pukul 20.50 WIB.
Guru Saputra, 2020. Gambar Plankton net dan botol.
http://www.aquaticresearch.com/images/closing.gif, diakses pada 30
November pukul 20.15 WIB.
Hutabarat dan S. S. M. Evans. 1986. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Info Laborant, 2017. Gambar Pipet Tetes.
https://allkes.com/wp-content/uploads/2018/09/132244578_89219bd3-
d52a-4dc2-ae9f-034b54e684ac_500_500_large.jpg, diakses pada 30
November 2020 pukul 20.47 WIB.
Laboratorium Kelas, 2020. Gambar Botol kecil.
https://i0.wp.com/bukabukumu.com/wp-
content/uploads/2019/10/laboratorium.jpg?resize=800%2C500&ssl=1,
diakses pada 30 November 2020 pukul 20.20 WIB.
Lemari Sains, 2018. Gambar Mikroskop Cahaya.
https://alatlabdankimia.files.wordpress.com/2012/01/bagian-bagian-
mikroskop.jpg?w=640, diakses pada 30 November 2020 pukul 20.34
WIB.
Mukayat, D.B. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Mulyanto. 1992. Lingkungan Hidup untuk Ikan. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Nybakken, J.W. 1988. Marine Biology and Ecology Approach. Jakarta : Gramedia.

16
Nybakken, James W.1992. Biologi Laut. Jakarta : Gramedia.
Officer, C.B. 1976 . Physical oceanography of estuaries and associated coastal
waters. New York : Jhon Willey and Sons.
Prawiro, Ruslan. 1988. Ekologi Lingkungan Pencemaran. Semarang: Satya
Wacana.
Prescod, M.B. 1978. Environmental Indices Theory and Practice. Ann Arbour
Science Inc : Michigan.
Raymont, J.E.G. 1980. Plankton and Productivity in the oceans (Second edition)
Vol. 1: Phytoplankton. Oxford: Pergamon Press.
Romimohtarto, K & Sri Juwana. 2007. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan tentang
Biota Laut. Jakarta: Djambatan.
Sahab, Achmad Zakcky. 1986. Telaah Perbandingan Sebaran Burayak
Planktonik terutama Avertebrata Bentik dari Goba-Goba Pulau Pari.
Jakarta: PT Waca Utama Pramesti.
Sijabat, M. M. 1994. Pengantar Oseanografi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Stewart, M.E., dkk. 1986. Kunci Identifikasi Zooplankton. Jakarta : UI-press.

17

Anda mungkin juga menyukai