Disusun Oleh
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Number of Species, Density, Density Index, Dominance Index, and
Evennes Index of Plankton ...................................................................................11
iv
ABSTRACT
Plankton are organisms that live in water areas that depend on physical,
chemical, and natural processes in the aquatic environment. Therefore,
observations of plankton biodiversity can be used to identify whether the
environmental conditions are optimal or not. Plankton also plays a role in the
food chain system and food webs in water areas. In this paper, six experiments
were carried out to determine the diversity of plankton in Danau Cinta, Campus C,
Airlangga University using the index analysis of Shannon-Wiener diversity.
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
secara bersama-sama mengurangi perubahan suhu sampai tingkat minimal
sehingga perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih
lambat dibandingkan di udara. Faktor selanjutnya, yakni turbiditas atau kekeruhan
sering sekali dipengaruhi oleh zat terlarut dalam air. Akibat dari penetrasi yang
terbatas, akan ikut pula membatasi habitat akuatik tertentu yang masih merupakan
zona fotosintesis. Di samping itu, kekeruhan yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan metabolisme organisme menjadi terganggu. Sebaliknya, apabila
kekeruhan disebabkan oleh organisme (terutama yang dimaksudkan adalah
plankton maupun jenis alga tertentu), ukuran kekeruhan merupakan indikasi
produktivitas yang cukup tinggi.
Faktor ketiga yaitu cahaya dapat digunakan untuk proses fotosintesis.
Seperti sudah diketahui sebelumnya bahwa daya tembus cahaya ke dalam air
dipengaruhi oleh partikel terlarut dan yang tersuspensi. Semakin ke dalam cahaya
yang menembus air akan makin berkurang intensitasnya dan berubah komposisi
spetrumnya. Secara otomatis organisme yang berada di kedalaman tersebut harus
menyesuaikan diri terhadap keterbatasan oksigen terlarut. Inilah yang mendasari
cahaya juga bertindak sebagai faktor pembatas perairan, khususnya pada perairan
permukaan dalam. Faktor keempat Arus merupakan faktor pembatas yang penting
terutama pada perairan yang arusnya cukup tinggi, seperti sungai. Keberadaan
arus yang cukup tinggi akan memaksa organisme yang ada di dalamnya
menggunakan gerakan-gerakan tubuh tertentu untuk dapat bertahan ataupun
melawan arus. Faktor terakhir gas terlarut dalam air dapat mempengaruhi
kelarutan gas dalam air meliputi; temperatur/suhu konsentrasi garam terlarut
(dapat mengurangi kelarutan gas dalam air), kelembaban udara (kelarutan gas
besar pada udara kering), derajat kejenuhan, gerakan air (makin cepat gerakan air,
larutan gas makin besar). Dengan kondisi seperti di atas, memperlihatkan terdapat
pengaruh tidak langsung antara kandungan gas-gas terlarut terhadap keberadaan
organisme perairan (Prawiro Ruslan, 1988).
2
1.3 Hipotesis
Hipotesis praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Hipotesis kerja
Kualitas perairan mempengaruhi keanekaragaman plankton. Semakin
banyak dan tingkat keragaman plankton yang tinggi, maka semakin
baik kualitas perairan tersebut, begitupun sebaliknya.
1.3.2 Hipotesis statistik
1. Indeks diversitas
H0: Diversitas plankton tidak tergolong dalam diversitas tinggi.
H1: Diversitas plankton tergolong dalam diversitas tinggi.
2. Dominasi
H0: Tidak terdapat dominansi plankton pada sampel perairan tersebut.
H1: Terdapat dominansi plankton pada sampel perairan tersebut.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plankton
Kata “Plankton” berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengembara.
Sebutan ini pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun 1887.
Sementara menurut Omori dan Takeda (1992) dalam Sahab (1986) plankton
adalah suatu komunitas biota yang terdiri dari flora dan fauna dimana
pergerakannya relatif lemah dibandingkan dengan kekuatan arus untuk
membawanya. Jadi plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup
melayang di perairan, dan mempunyai gerak sedikit sehingga mudah terbawa arus.
Adanya plankton dalam perairan, terutama fitoplankton yang hidup di air
merupakan produsen utama segala kehidupan dibumi.
Dalam klasifikasinya, organisme plankton dapat dibedakan berdasarkan:
2.1.1 Berdasarkan Fungsi
Plankton digolongkan menjadi empat golongan utama, yaitu:
a. Fitoplankton
Fitoplankton atau plankton nabati adalah tumbuhan yang hidupnya
mengapung atau melayang di perairan. Ukurannya sangat kecil
sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya
fitoplankton berukuran 2 µm – 200 µm (1 µm = 0,001 mm).
Fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal (Anonim1,
2010). Fitoplankton mempunyai fungsi penting di perairan karena
bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organik
makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu melakukan proses
fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik karena mengandung
klorofil dan karena kemampuannya ini fitoplankton disebut
sebagai primer producer (Stewart, 1986).
b. Zooplankton
Zooplankton atau plankton hewani adalah hewan yang hidupnya
mengapung atau melayang dalam perairan. Kemampuan berenangnya
sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan kemana arus
membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik, artinya tidak dapat
memproduksi sendiri bahan organik dari bahan anorganik. Jadi
zooplankton lebih berperan sebagai konsumen (consumer) bahan
organik (D. B, Mukayat, 1994). Zooplankton ada pula yang dapat
melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan.
Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang
hidup di dasar laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai
zooplankton yaitu ketika masih berupa telur dan larva (D. B, Mukayat,
1994).
c. Bakterioplankton
Bakterioplankton merupakan bakteri yang hidup sebagai plankton.
Bakterioplankton mempunyai ciri yang khas, ukurannya sangat halus
(umumnya < 1 µm), tidak mempunyai inti sel dan umumnya tidak
mempunyai klorofil yang dapat berfotosintesis (Dianthani, 2003).
Fungsi utamanya dalam ekosistem laut adalah sebagai
4
pengurai (decomposer). Semua biota laut yang mati akan diuraikan
oleh bakteri sehingga akan menghasilkan hara seperti fosfat, nitrat,
silikat, dan sebagainya. Hara ini kemudian akan didaurulangkan dan
dimanfaatkan lagi oleh fitoplankton dalam proses
fotosintesis (Dianthani, 2003).
d. Virioplankton
Virioplankton adalah virus yang hidup sebagai plankton. Virus ini
ukurannya sangat kecil (kurang dari 0,2 μm) dan menjadikan biota
lainnya, terutama bakterioplankton dan fitoplankton, sebagai
inang(host). Tanpa inangnya virus ini tak menunjukkan kegiatan
hayati. Virioplankton dapat memecahkan dan mematikan sel-sel
inangnya (Dianthani, 2003).
Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan plankton
disuatu perairan. Pada umumnya air laut mempunyai nilai pH lebih besar dari 7
yang cenderung bersifat basa, namun dalam kondisi tertentu nilainya dapat
menjadi lebih rendah dari 7 sehingga menjadi bersifat asam. Derajat keasaman
suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia yang cukup penting dalam
memantau kestabilan perairan. Perubahan nilai pH suatu perairan terhadap
organisme ak uatik mempunyai batasan tertentu dengan nilai pH yang bervariasi,
tergantung pada suhu air laut, konsentrasi ok sigen terlarut dan ad anya anion d an
kation (Pescod, 1978).
Selain itu, Kondisi oksigen terlarut di perairan juga dipengaruhi antara lain
oleh suhu, salinitas, pergerakan massa air, tekanan atmosfi r, konsentrasi fi
toplankton dan tingkat saturasi oksigen sekelilingnya serta adanya pengadukan
massa air oleh angin. Menurunnya kadar oksigen terlarut antara lain disebabkan
pelepasan oksigen ke udara, aliran air tanah ke dalam perairan, adanya zat besi,
reduksi yang disebabkan oleh desakan gas lainnya dalam air, respirasi biota dan
dekomposisi bahan organik (Nybakken, 1988). Disamping itu, Suhu merupakan
salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan
penyebaran organisme. Suhu air laut di suatu perairan dipengaruhi oleh kondisi
atmosfer, dan intensitas penyinaran matahari yang masuk ke laut (Officer, 1976).
Selain itu, suhu air laut juga dipengaruhi oleh faktor geografi s dan dinamika arus
(Sijabat, 1974). Kenaikan suhu dapat menurunkan kelarutan oksigen dan
meningkatkan toksisitas polutan (Mulyanto, 1992). Metabolisme yang optimum
bagi sebagian besar makhluk hidup membutuhkan kisaran suhu yang relatif
sempit. antara Pengaruh suhu secara langsung terhadap plankton adalah
meningkatkan reaksi kimia sehingga laju fotosintesis meningkat seiring dengan
kenaikan suhu (dari 10 ºC – 20 ºC). Pengaruh suhu tidak langsung adalah
berkurangnya kelimpahan plankton akibat suhu semakin menurun dan kerapatan
air semak meningkat seiring bertambahnya kedalaman perairan (Raymont, 1980).
2.1.2 Berdasarkan daur hidupnya plankton dibagi menjadi :
a. Holoplankton
Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur
hidupnya dijalani sebagai plankton, mulai dari telur, larva, hingga
dewasa. Kebanyakan zooplankton termasuk dalam golongan ini.
Contohnya : kokepod, amfipod, salpa, kaetognat. Fitoplankton
termasuk juga umumnya adalah holoplankton (Anonim1, 2010).
5
b. Meroplankton
Plankton dari golongan ini berperan sebagai plankton hanya pada
tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yaitu pada tahap sebagai
telur dan larva saja. Beranjak dewasa ia akan berubah menjadi
nekton, yaitu hewan yang dapat aktif berenang bebas, atau sebagai
bentos yang hidup menetap atau melekat di dasar laut. Oleh sebab
itu, meroplankton disebut sebagai plankton sementara (Anonim1,
2010). Meroplankton ini sangat banyak ragamnya dan umumnya
mempunyai bentuk yang sangat berbeda dari bentuk dewasanya.
Larva crustacea seperti udang dan kepiting mempunyai
perkembangan larva yang bertingkat-tingkat dengan bentuk yang
sedikitpun tidak menunjukkan persamaan dengan bentuk yang
dewasa (Anonim1, 2010).
c. Tikoplankton
Tikoplankton sebenarnya bukan plankton yang sejati karena biota
ini dalam keadaan normalnya hidup di dasar laut sebagai bentos.
Namun karena gerak air menyebabkan ia terlepas dari dasar dan
terbawa arus mengembara sementara sebagai plankton (Anonim1,
2010).
6
BAB III
METODE PENELITIAN
7
4. Mikroskop Cahaya
8
7. Air Sampel
9
yaitu data organisme yang hidup pada zona benthic beserta jumlah individu
perwilayah, dan nilai yang harus dicari meliputi (N) atau jumlah total individu, H1
= Indeks Diversitas, (D) Indeks Dominan, dan (Es) Indeks Kemerataan. Jika nilai
telah didapatkan selanjutnya adalah mencari keterkaitan keberadaan dan
keanekaragaman plankton dalam menentukan tingkat kualitas perairan.
10
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Tabel 4.1. Number of Species, Density, Density Index, Dominance Index, and
Evennes Index of Plankton
Density (individual/liter)
No Plankton Species
1 2 3 4 5 6
I. PHYTOPLANKTON
A. Diatomeae
1. Asterionella sp. 12 45 41 20 27 22
2. Bacteriastrum sp. 3 10 6 1 0 2
3. Biddulphia sp. 1 3 2 1 3 0
4. Chaetoceros sp. 2 6 4 1 1 4
5. Coscinodiscus sp. 3 2 6 4 1 2
6. Diatoma sp. 2 0 0 0 3 1
7. Dytilum sp. 9 64 63 0 207 11
8. Gyrosigma sp. 1 0 0 0 4 3
9. Lauderia sp. 5 1 6 5 72 0
10. Melosira sp. 5 5 8 1 2 1
11. Navicula sp. 3 0 0 1 2 2
12. Nitzschia sp. 3 5 0 1 3 2
13. Pleurosigma sp. 0 0 0 1 2 2
14. Rhizosolenia sp. 12 33 8 2 16 5
15. Skeletonema sp. 118 330 198 74 843 68
16. Staurosigma sp. 1 0 0 1 2 0
17. Tabelaria sp. 1 0 2 1 7 2
18. Thalassiosira sp. 33 75 67 33 615 137
B. Dinoflagellata
1 Ceratium sp 0 0 1 0 3 1
3 Gyrodinium sp. 0 1 0 0 0 0
4 Noctiluca sp. 1 1 0 1 0 0
5 Peridinium sp. 0 1 1 0 1 4
6 Phacus sp. 6 3 1 0 2 1
7 Pyrodinium sp. 0 1 0 0 0 0
C. Myxophyceae
1 Anacystis sp. 24 3 4 0 5 11
2 Cambella sp. 1 1 0 0 0 0
3 Lyngbya sp. 2 0 0 1 0 0
4 Oscillatoria sp. 1 1 0 0 3 4
5 Phormidium sp. 6 0 1 3 3 0
II. ZOOPLANKTON
A. Crustaceae
1 Calanus sp. 0 0 1 9 3 2
2 Cirripedia larva 2 1 0 1 0 0
11
4 Isias sp. 0 2 0 1 0 0
5 Metridia sp. 0 0 1 1 0 0
6 Microcalanus sp. 2 0 1 4 1 0
7 Nauplii common type 1 1 3 0 3 1
8 Nauplii longipedia type 4 3 4 11 3 8
9 Oncaea sp. 0 0 1 2 0 0
10 Paracalanus sp. 2 1 2 4 2 1
11 Pleuromamma sp. 1 1 0 1 0 0
12 Pontelopsis sp. 0 0 0 1 0 0
14 Scolecithrix sp. 0 0 2 1 0 0
15 Tortanusn sp. 0 0 1 1 0 0
B. Protozoa
1 Corocalyptra sp. 1 0 0 0 0 0
2 Didinium sp. 0 2 0 0 6 0
3 Drymosphaera sp. 6 5 0 0 0 0
5 Globigerina sp. 1 6 0 3 0 3
7 Orthodon sp. 1 0 0 0 0 0
8 Prorodon sp. 1 1 3 1 5 2
9 Tintinnidium sp. 3 1 1 1 2 1
10 Tintinopsis sp. 1 1 0 0 2 1
11 Undella sp. 1 0 0 0 3 1
12 Vorticella sp. 17 16 19 4 14 16
13 Xystonella sp. 0 5 3 0 2 0
C. Others
1 Aequorea sp 0 1 1 2 0 0
2 Bivalvia larvae 0 0 2 0 1 0
3 Brachionus sp. 1 0 1 1 1 3
4 Gastropoda larvae 0 8 1 0 0 0
5 Oikopleura 1 2 1 0 4 2
6 Polychaete larvae 2 0 1 1 2 0
12
BAB V
PEMBAHASAN
13
diketahui nilai kemerataannya sebesar 0,5846 dengan nilai dominansi sebesar
0,2285, dan didominasi oleh spesies fitoplankton yakni Skeletonema sp. dengan
198 individu.
Selanjutnya pada pengamatan ke IV ditemukan 37 spesies dengan jumlah
total plankton sebanyak 202 individu/L. Berdasarkan analisis indeks diversitas
Shannon-Wiener didapatkan nilai diversitas plankton dari sampel air danau
Universitas Airlangga sebesar 2.4324. Menurut tabel tolak ukur indeks diversitas
Shannon-Wiener, nilai tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman plankton
pada danau Universitas Airlangga dalam kisaran sedang dengan produktivitas
yang cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, dan tekanan ekologis sedang.
Selain itu, dapat diketahui nilai kemerataannya sebesar 0.6736 dengan nilai
dominansi sebesar 0.1791. Serta dapat diketahui bahwa danau Universitas
Airlangga didominasi oleh spesies fitoplankton yakni Skeletonema sp. dengan 74
individu.
Pada pengamatan V ditemukan sebanyak 39 spesies dengan jumlah total
plankton sebanyak 202 indidu/L. Berdasarkan analisis indeks diversitas Shannon-
Wiener didapatkan nilai diversitas plankton dari sampel air danau Universitas
Airlangga sebesar 1,5273. Menurut tabel tolak ukur indeks diversitas Shannon-
Wiener, nilai tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman plankton pada danau
Universitas Airlangga dalam kisaran sedang dengan produktivitas yang cukup,
kondisi ekosistem cukup seimbang, dan tekanan ekologis sedang. Didapatkan pula
nilai kemerataan sebesar 0,4169 dengan nilai dominansi sebesar 0,3217. Serta
dapat diketahui bahwa spesies fitoplankton yang mendominasi danau Universitas
Airlangga adalah Skeletonema sp. dengan 843 individu.
Pengamatan ke VI terdapat 32 spesies dengan jumlah total plankton
sebanyak 326 individu/L. Berdasarkan analisis indeks diversitas Shannon-Wiener
didapatkan nilai diversitas plankton dari sampel air danau Universitas Airlangga
sebesar 2,1373. Menurut tabel tolak ukur indeks diversitas Shannon-Wiener,
Nilai tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman plankton pada danau
Universitas Airlangga dalam kisaran sedang dengan produktivitas yang cukup,
kondisi ekosistem cukup seimbang, dan tekanan ekologis sedang. Selain itu, dapat
diketahui nilai kemerataannya sebesar 0,6167 dengan nilai dominansi sebesar
0,2313. Serta dapat diketahui bahwa danau Universitas Airlangga didominasi oleh
spesies fitoplankton yakni Thalassiosira sp.dengan 137 individu.
Berdasarkan ke-6 percobaan, dapat diketahui bahwa tingginya tingkat
diversitas plankton pada danau Universitas Airlangga dipengaruhi oleh faktor
kualitas air yang baik dan tingkat salinitas yang rendah. Serta sinar matahari yang
memadai untuk membantu proses fotosintesis fitoplankton. Sehingga
pertumbuhan ekosistem plankton air tawar dapat berlangsung secara optimal.
14
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Didapatkan kesimpulan dari keenam pengamatan plankton,
keanekaragaman plankton di danau kampus C Universitas Airlangga berada pada
kisaran sedang dengan produktivitas yang cukup, kondisi ekosistem cukup
seimbang, dan tekanan ekologis sedang. Faktor kualitas air yang baik dan tingkat
salinitas yang rendah, Serta sinar matahari yang memadai untuk membantu proses
fotosintesis merupakan penyebab tingginya tingkat diversitas, dengan spesies
yang mendominasi adalah Skeletonema sp. yang muncul menjadi spesies yang
mendominasi pada kelima dari enam pengamatan.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
Nybakken, James W.1992. Biologi Laut. Jakarta : Gramedia.
Officer, C.B. 1976 . Physical oceanography of estuaries and associated coastal
waters. New York : Jhon Willey and Sons.
Prawiro, Ruslan. 1988. Ekologi Lingkungan Pencemaran. Semarang: Satya
Wacana.
Prescod, M.B. 1978. Environmental Indices Theory and Practice. Ann Arbour
Science Inc : Michigan.
Raymont, J.E.G. 1980. Plankton and Productivity in the oceans (Second edition)
Vol. 1: Phytoplankton. Oxford: Pergamon Press.
Romimohtarto, K & Sri Juwana. 2007. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan tentang
Biota Laut. Jakarta: Djambatan.
Sahab, Achmad Zakcky. 1986. Telaah Perbandingan Sebaran Burayak
Planktonik terutama Avertebrata Bentik dari Goba-Goba Pulau Pari.
Jakarta: PT Waca Utama Pramesti.
Sijabat, M. M. 1994. Pengantar Oseanografi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Stewart, M.E., dkk. 1986. Kunci Identifikasi Zooplankton. Jakarta : UI-press.
17