Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

EKOSISTEM AIR TAWAR, EKOSISTEM AIR LAUT, EKOSISTEM PAYAU


(ESTUARI), DAN EKOSISTEM HUTAN HUJAN TROPIS

Untuk memenuhi tugas dan mata kuliah

DASAR-DASAR EKOLOGI

Dosen Pengampu :

Desi Kartikasari M.Si

Disusun oleh :

1. Miftakul Na’imah (126208211023)


2. Niswatur Rofi’ah (126208211030)
3. Yasmin Nur Mahfudho (126208212067)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI 3B

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun
yang menjadi judul makalah yaitu, “Ekosistem Air Tawar, Ekosistem Air Laut, Ekosistem
Payau (Estuari), dan Ekosistem Hutan Hujan Tropis”. Kami menyadari bahwa makalah
ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag, selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M. Pd.I. selaku Dekan FTIK UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
3. Ibu Dr. Eni Setyowati, S.P, S.Pd., MM. selaku Ketua Program Studi Tadris
Biologi Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
4. Ibu Desi Kartikasari, M.Si selaku Dosen Pengampu mata kuliah Dasar-dasar
Ekologi yang telah memberikan pengarahan kepada penulis sehingga makalah
ini dapat selesai dengan baik.
5. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam pembuatan
makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan. Semoga penulisan makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.

Tulungagung, 09 November 2022

2
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1

C. Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Pengertian Hewan Kelompok Filum Protozoa............................................................3

B. Ciri Umum Hewan Kelompok Filum Protozoa..........................................................6

C. Ciri Khusus Hewan Kelompok Filum Protozoa.........................................................7

D. Nama dan Letak Alat/Organ Penyusun Sistem Tubuh Protozoa beserta Fungsinya .
8

E. Habitat Hewan Kelompok Filum Protozoa...............................................................11

F. Klasifikasi Hewan Kelompok Filum Protozoa.........................................................12

G. Peranan Hewan Kelompok Filum Protozoa..............................................................19

BAB III PENUTUP..................................................................................................................25

A. Kesimpulan................................................................................................................25

B. Saran..........................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA 26

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekosistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu Oikos‖ yang berarti rumah atau
tempat dimana organisme hidup .Istilah ekosistem diperkenalkan dalam tahun 1935
oleh pakar Ekologi Inggris A. G. Tansley. Secara Estimologi / istilah, Ekosistem
adalah suatu system yang mencakup semua makhluk hidup yang saling berinteraksi
dan berinterdependensi dengan lingkungan hidupnya. Secara Harfiah / konsep,
Ekosistem dapat didefinisikan sebagai suatu system yang mencakup semua jasad
hidup dan jasad tidak hidup (lingkungan) yang berfungsi secara bersama, saling
terkait tidak terpisahkan (interdependensi) dan saling berinteraksi satu dengan yang
lain untuk menciptakan suatu keterpaduan (integritas), sehingga memungkinkan
terjadinya aliran energi yang dapat menciptakan struktur tropik ( tingkatan makanan)
yang jelas, keanekaragaman biotik (biodiversity) dan faktor biotik .faktor abiotik
antara lain suhu,air ,kelembapan,cahaya,dan topografi.sedangkan faktor biotik adalah
makhluk hidup yang terdiri dari manusia,hewan,tumbuhan dan mikroba.ekologi juga
berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup,yaitu
populasi,komunitas,dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu
system yang menunjukkan kesatuan.
Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan atau interaksi timbal balik
antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya dan juga antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam aktivitas kehidupannya makhluk hidup
selalu berinteraksi dan bergantung pada lingkungan sekitarnya.Ketergantungan ini
berkaitan dengan kebutuhan akan oksigen, cahaya matahari, air, tanah, cuaca, dan
faktor abiotik lainnya. Komponen abiotik yang berbeda menyebabkan adanya
perbedaan cara adaptasi berbagai jenis makhluk hidup (komponen biotik). Hal ini
menunjukkan adanya keanekragaman ekosistem. Keanekaragaman ekosistem
merupakan keanekaragaman suatu komunitas yang terdiri dari hewan, tumbuhan, dan
mikroorganisme di suatu habitat. Keanekaragaman ekosistem ini terjadi karena
adanya keanekaragaman gen dan keanekaragaman jenis (spesies).contoh
keanekargaman ekosistem sepeti : sawah, hutan, pantai.

B. Rumusan Masalah

5
1. Bagaimana konsep mengenai ekosistem air tawar itu ?
2. Seperti apa ciri – ciri ekosistem air tawar itu ?
3. Menjelaskan macam-macam ekosistem air tawar ?
4. Apa saja organism yang terdapat pada ekosistema air tawar ?
5. Memehami konsep mengenai ekosistem air laut ?
6. Apa saja ciri-ciri ekosistem air laut itu dan zona ekosistemnya ? ?
7. Bagaiamana system mengenai ekosistema air payau ?
8. Menjelaskan cirri-ciri ekosistema air payau dan zona ekosistem air payau itu ?
9. Memahami konsep ekosistem hutan hujan tropis ?
10. Mcam-macam dan zona ekosistem hutan hujan tropis seperti apa ?
11. Apa keterkaitan al – quran dengan berbagai macam jenis ekosistem ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep ekosistem air tawar.
2. Untuk menegtahui cirri – cirri ekosistem air tawar.
3. Untuk mengetahui macam-macam ekosistem air tawar.
4. Untuk mengetahui apa saja organism air tawar.
5. Untuk mengetahui konsep ekosistem air laut.
6. Untuk mengetahui cirri dan zona ekosistem air laut.
7. Untuk mengetahui konsep ekosistem air payau.
8. Untuk mengetahui cirri dan zona ekosistem air payau.
9. Untuk mengetahui konsep ekosistem hutan hujan tropis.
10. Untuk menegtahui macam-macam dan zona ekosistem hutan hujan tropis.
11. Untuk mengetahui keterjkaitan al –qur’an dengan berbagai macam jenis
ekosistem.

6
BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep Ekosistem Air Tawar
1. Pengertian Air Tawar
Ekosistem adalah suatu tingkatan organisasi lebih tinggi dari
komunitas dan suatu kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungan.
Ekosistem yaitu suatu lingkungan hidup yang terdapat suatu hubungan
yang sistematik antara makhluk . Ekosistem air tawar merupakan
ekosistem dengan habitat yang sering terdapat air tawar yang kaya dengan
mineral dan pH sekitar 6, kondisi dipermukaan air tidak selalu tetap
kondisinya, ada fase naik turun, bahkan suatu ketika air tawar dapat
mengering kareana cuaca yang tidak menentu. Habitat air tawar terdapat di
dalam permukaan bumi yang relatif lebih kecil di bandingkan dengan
habitat lainnya yang ada di bumi ini, misalkan dibandingkan dengan
habitat laut dan daratan. Habitat air tawar mempunyai fungsi yang penting
didalam kehidupan manusia sebab habitat yang ada didalam air tawar
adalah salah satu sumber air yang praktis dan mudah untuk kepentingan
hidup. di kolam, sungai, rawa dan danau merupakan daerah dan sub
habitatnya. Ada perbedaan kepentingan secara ekologis, selain dari ukuran
keseluruhannya.
2. Adaptasi Organisme Air Tawar
Adaptasi tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan
dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk
ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan
tingkat tinggi, seperti teratai(Nymphaea gigantea), mempunyai akar
jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat
air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau
isotonis.
Adaptasi hewan pada Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton
merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang
kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya
ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan
osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui

7
sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.
3. Klasifikasi Ekosistem Organisme Air Tawar
a. Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof
(tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora predator,
parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada substrat sisa-sisa
organisme.
b. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut.
1.) Plankton; terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya
melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
2.) Nekton; hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
3.) Neuston; organisme yang mengapung atau berenang di permukaan
air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
4.) Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang
melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya
keong.
5.) Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada
endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas,
misalnya cacing dan remis.
B. Ciri-ciri Ekosistem Air Tawar
Ekosistem air tawar merupakan ekosistem akuatik,cirri-ciri ekosistem air
tawar

1. Memiliki kadar garam(salinitas) yang rendah, bahkan lebih rendah


daripada protoplasma organism akuatik.
2. Variasi suhu sangat rendah
3. Penetrasi cahaya matahari kurang
4. Dipengaruhi oleh ikllim dan cuaca.
5. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang,sedangkan
lainnya tumuhan biji
6. Hampir semua flum hewan terdapat dalam air tawar.organisme yang hidup
di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
C. Macam-macam Ekosistem Air Tawar
Habitat air tawar dibedakan menjadi dua kategori umum, yaitu sistem
lentik (kolam, danau, situ, rawa, telaga, waduk) dan sistem lotik (sungai).

8
Sistem lentik adalah suatu perairan yang dicirikan air yang mengenang atau
tidak ada aliran air, sedangkan sistem lotik adalah suatu perairan yang
dicirikan oleh adanya aliran air yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke
dalam perairan mengalir.
1. Perairan Mengalir (lotik)
Perairan mengalir mempunyai corak tertentu yang secara jelas
membedakannya dari air menggenang walaupun keduanya merupakan
habitat air tawar. Semua perbedaan itu tentu saja mempengaruhi bentuk
serta kehidupan tumbuhan dan hewan yang menghuninya. Satu perbedaan
mendasar antara danau dan sungai adalah bahwa danau terbentuk karena
cekungannya sudah ada dan air yang mengisi cekungan itu, tetapi danau
setiap saat dapat terisi oleh endapan sehingga 7 menjadi tanah kering.
Sebaliknya, sungai terjadi karena airnya sudah ada sehingga air itulah yang
membentuk dan menyebabkan tetap adanya saluran selama masih terdapat
air yang mengisinya . Perairan mengalir (lotik, asal kata lotus yang artinya
tercuci) yang mencakup sungai, mata air, dan lain-lain.
a.) Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air
sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan
makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan
oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan
garis lintang. Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau.
Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan
komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus.
Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan
tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan.
Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai,
dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai Man air tawar. Di hilir sering
dijumpai ikan kucing dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh
berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni
oleh buaya dan lumba-lumba. Organisme sungai dapat bertahan tidak
terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya
bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu. Beberapa
jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang

9
bebas dari pusaran air.perbedaan dengan danau ialah :
1.) Adanya arus
2.) Pertukaran antara air dengan dasar lebih intensif karena adanya
arus.
3.) Pada air mengalir, kadar oksigen lebih tinggi dibandingkan air
tenang.
4.) Percampuran kandungan zat lebih merata,juga temperature.
5.) Adaptasi organism air lotik (sungai)
6.) Melekat permanen pada substrat yang tetap,misalnya batu,tanaman
7.) Mempunyai kait atau penghisap untuk melekat pada tempat yang
licin
8.) Permukaan bawah tubuh dapat dipakai untuk melekat
9.) Bentuk badan stream line,bentuk badan sedikit seperti telur
membulat didepan dan memipih di posterior untuk mengurangi
tekanan air
10.) Bentuk tubuh pipih,disamping stream line bentuk tubuh pipih
sehingga mudah bersembunyi di bawag batu.
b.) Mata air
Mata air adalah tempat dimana air tanah merembes atau
mengalir keluar ke permukaan tanah secara alamiah. Mata air
adalah tempat pemunculan air tanah pada lapisan akuifer dari
bawah permukaan tanah ke atas permukaan tanah secara alamiah.
Selanjutnya, air yang keluar dari mata air akan mengalir di permukaan
tanah sebagai air permukaan melalui alur-alur sungai. Mata air sering
di identifikasikan sebagai awal sumber air bagi sungai-sungai yang
ada.
2. Perairan Menggenang (Lentik)
Perairan menggenang dibedakan menjadi perairan alamiah dan
perairan buatan. Berdasarkan proses terbentuknya perairan alamiah
dibedakan menjadi perairan yang terbentuk karena aktivitas tektonik dan
aktivitas vulkanik. Beberapa contoh perairan lentik yang alamiah antara
lain adalah danau, rawa, situ dan telaga, sedangkan perairan buatan antara
lain adalah waduk,kolam.
a.) Danau

10
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan
luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter
persegi. Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi
cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari
sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak
tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga
terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin.
Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah
dingin di dasar. Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau
sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal
tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut.
1.) Daerah litoral Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya
matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan
dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar
dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air. Komunitas
organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang
melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga,
krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura
dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering
mencari makan di danau. Komunitas Alamiah pada Zona Litoral
 Produsen Pada daerah litoral ada dua tipe utama produsen,
yaitu golongan tanaman berakar atau golongan bentos, yang
umumnya Spermatophyta dan fitoplankton yang umumnya.
 Konsumen Zona litoral banyak didiami berbagai macam
hewan, lebih banyak daripada zona yang lain. Hampir
semua phylum yang hidup dalam habitat air terdapat di sini.
Hewan periphyton disini memperlihatkan zonasi lebih ke
arah vertikal, hewan tersebut antara lain: siput, cacing,
rotifera, cacing pipih, dan berbagai macam larva, dan juga
amphibi, reptil, pisces.
2.) Daerah limnetik Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh
dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini
dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan

11
sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan
kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi.
Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-
udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh
ikan- ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar,
kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung
pemakan ikan.
3.) Daerah profundal Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu
daerah afotik danau. Mikroba dan organisme lain menggunakan
oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus
yang jatuh dari daerah limnetik. Karena tidak ada cahaya maka
penghuni zona profundal bergantung pada zona limnetik dan litoral
4.) Daerah bentik Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat
terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme mati. Gambar 10.2.
Empat daerah utama pada danau air tawar Ekologi Air Tawar 103
Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi
organik-nya, yaitu sebagai berikut :
 Danau Oligotropik Oligotropik merupakan sebutan untuk
danau yang dalam dan kekurangan makanan, karena
fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif. Ciri-cirinya,
airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme, dan di
dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
 Danau Eutropik Eutropik merupakan sebutan untuk danau
yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena
fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya adalah airnya
keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen
terdapat di daerah profundal. Danau oligotrofik dapat
berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-
materi organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini
juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari
sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota
yang memperkaya danau dengan buangan sejumlah
nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi

12
ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus
yang berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai
oksigen di danau tersebut. Pengkayaan danau seperti ini
disebut "eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air tidak dapat
digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau.
Berdasarkan pola sirkulasi air danau di dunia dapat
dikategorikan menjadi:
 Dimictic, pada danau tipe ini terdapat dua sirkulasi
bebas musiman atau dua overturn
 Monomictic dingin, pada danau tipe ini temperatur
air tidak pernah diatas 4 C (daerah kutub). Terjadi
satu overturnmusiman pada musim panas.
 Monomictic panas, pada danau tipe ini temperatur
air tidak pernah dibawah 4C (daerah subtropik)
terjadi satu overturn musiman pada musim dingin.
 Polymictic, pada danau tipe ini hampir selalu ada
sirkulasi air. Periode stagnasi kalau ada hanya dalam
waktu yang pendek, terdapat di daerah tinggi pada
equator.
 Oligomictic, pada danau tipe ini percampuran air
sangat lambat karena temperatur yang stabil. Tipe
ini banyak terdapat pada danau di daerah tropis.
 Meromictic, pada danau tipe ini terjadi stratifikasi
permanen, umumnya akibat adanya perbedaan
kimiawi pada lapisan air epilimnion dan
hypolimnion.
b.) Waduk
Waduk adalah badan air buatan yang dibuat dengan cara
membendung sungai. Waduk dibangun atau dibentuk oleh rekayasa
manusia.setiap zona pada waduk memiliki karakteristik dan proses
fisika, kimia, maupun biologi yang berbeda. Waduk merupakan wadah
penampungan air yang menerima berbagai masukan nutrisi, padatan
dan bahan kimia toksik yang akhirnya mengendap di dasar.
Penampungan bahan bahan tersebut berlangsung selama bertahun

13
tahun, sehingga menyebabkan proses pengdangkalan. mengatakan
bahwa ,Waduk yang merupakan bendungan dari sungai menjadi
perangkap sedimen yang besar dari seluruh masukan sungai.Perairan
waduk biasanya memiliki startifikasi akibat perbedaan intensitas
cahaya dan perbedaan suhu pada kolom air.
Menurut pusat penelitian dan pengembangan sumber daya air
waduk adalah “salah satu sumber air yang menunjang kehidupan dan
kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Air waduk digunakan untuk
berbagai keperluan seperti sumber baku air minum, irigasi, pembangkit
listrik, dan perikanan”. Pembangunan waduk besar di indonesia sampai
tahun 1995 kurang lebih terdapat 100 waduk yang sebagian besar
berlokasi di pulai jawa, salah satu diantaranya adalah Waduk
Saguling . Wulandari mengatakan, Waduk terbagi menjadi tiga zona
waduk berdasarkan stratifikasi suhu. Bagian permukaan perairan
waduk yang memiliki suhu lebih hangat dan bersikulasi disebut
epilimnion, bagian tengah waduk tempat terjadi laju perubahan suhu
paling besar 3 adalah metalimnion (termoklin), dan bagian dalam
waduk yang suhu airnya rendah (dingin) dengan sedikit sirkulasi air
disebut zona hipolimnion.
D. Konsep Ekosistem Air Laut
Ekosistem air laut merupakan ekosistem yang paling luas di bumi ini.
Luas ekosistem air laut hampir lebih dari dua per tiga dari permukaan bumi
(+70%), eosistem ini memiliki salinitas (kadar garam) tinggi, NaCl
mendominasi mineral ekosistem laut hingga mencapai 75%, dan ekosistem air
laut tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
Air lau memiliki kadar garam karen bumi dipenuhi dengan garam mineral
yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya natrium, kalium,
kalsium dll. Apabila air sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa
garam. Ombak laut memukul pantai juga dapat menghasilkan garam yang
terdapat pada batu-batuan. Lama-kelamaan air laut menjadi asin karena
banyak mengandung garam.
Habitat air laut (oceanic) ditandai oleh salinitas yang tinggi dengan ion
CL- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan
penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25˚C. Perbedaan suhu

14
bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian
atas dengan air yang dingin bawah disebut daerah termocline.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat berampur,
maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan.
Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah
dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang
berlangsung baik. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya
dan wilayah permukaannya secara horizintal.

E. Ciri-ciri ekosistem laut


a. Variasi temperatur atau suhu bervariasi
b. Kadar garam atau salinitas atau tingkat keasinan tinggi
c. Penetrasi dari cahaya matahari tinggi
d. Ekosistem tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca alam sekitar
e. Variasi temperature atau suhu bervariasi;
f. Kadar garam atau salinitas atau tingkat keasinan tinggi;
g. Penetrasi daeri cahaya matahari tinggi;
h. Ekosistem tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca alam sekitar;
i. Aliran atau aus laut terus bergerak karena perbedaan iklim,
temperature dan rotasi bumi;
j. Habitat di laut saling berhubungan atau berkaitan satu sama lain; dan
k. Komunitas air asin terdiri dari produsen, konsumen, zooplankton dan
decomposer
l. Didominasi oleh NaCL hingga mencapai 75%.1

1. Bagian – bagian ekosistem air laut


Sebagai suatu ekosistem, ekosistem laut ini terdiri atas beberapa
bagian. Secara umum, bagian- bagian dari ekosistem air laut ini dilihat dari
jarak dari pantai dan juga kedalamannya. Dilihat dari sudut tersebut,
ekosistem air laut dibedakan menjadi zona litoral, zona neritik, dan juga
zona oseanik.

1
Ibid 3

15
a. Zona litoral

Zona litoral ini juga disebut sebagai zona pasang surut, yakni
merupakan zona yang paling atas atau paing dangkal dari lautan. Zona
litoral ini merupakan zona dari laut yang berbatasan langsung dengan
daratan. zona litoral ini juga merupakan zona yang terendam ketika air laut
mengalami pasang, dan akan terlihat seperti daratan ketika air laut surut. Di
zona litoral ini, kita akan menemukan banyak hewan atau sekelompok
hewan, diantaranya adalah bintang laut, udang, kepiting, bulu babi, hingga
cacing laut.

b. Zona neritic

Zona yang kedua adalah zona neritik. Zona neritik ini disebut juga
dengan ekosistem pantai pasir dangkal. Zona neritik ini merupakan bagian
dari laut yang  mempunyai tingkat kedalaman sekitar 200 meter, sehingga
masih dapat ditembus oleh cahaya matahari hingga ke bagian dasar. zona
neritik ini merupakan zona yang banyak dihuni oleh berbagai jenis
tumbuhan ganggang lalu atau rerumputan laut dan juga berbagai jenis ikan.
Do zona neritik ini kita akan menemukan suatu ekosistem lainnya yang
lebih kecil, yakni  ekosistem pantai batu, dan ekosistem pantai lumpur.
Ketiga ekosistem tersebut disebut juga sebagai jenis- jenis dari ekosistem
pantai pasir dangkal atau zona neritik ini.

16
c. Zona oseanik

Dari kedua zonae sebelumnya, yakni zona litoral dan zona neritik, zona
oseanik merupakan zona yang paling dalam dari ekosistem air laut. Zona
oseanik ini merupakan wilayah ekosistem air laut yang lepas, yang mana
kedalamannya sangat dalam. Saking dalamnya, zona ini sampai terlihat
gelap. Zona oseanik ini dibedakan menjadi dua macam, yakni zona batial
dan juga zona abisal. Zona batial merupakan zona yang memiliki
kedalaman sekitaran 200 hingga 2000 meter. Zona batial mempunyai
keadaan 2yang remang- remang karena cahaya matahari yang masuk hanya
sidkit sekali, sehingga tanpak remang- remang.

Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari


tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut :
a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar
200 m.
b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman 200
1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500
m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
2
Faqihah Muharroroh Itsnaini,ekosistem laut dan jenis makhluk di dalamnya,2021

17
d. Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m; tidak
terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu
menembus daerah ini.
e. Hadalpelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih dari
6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang dapat
mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri yang
bersimbiosis dengan karang tertentu.3

F. Organisme dalam ekosistem air laut


Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis
sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat
tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin
sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam
yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif. Tumbuhan
yang hidup di laut yaitu contohnya: Tumbuhan lamun. Sedangkan
organisme-organisme Ekologi Laut 134 yang hidup di laut antara satu
pembagian daerah dengan daerah lain berbeda-beda. Berikut
gambarannnya :
a. Organisme yang terdapat di zona Pelagic laut : Chaetoceros;
Biddulphia; Nitzchia; Gymnodinium; Tallassiosira; ceratium;
Coccolithophoorids; Favella; Globigerina; Protocystis; Clione;
Calanus; Pelagia; Tomopteris; Saggita; Euphausia; Balaenoptera;
Physeter; Apherusa; Cylocsalpa.
b. Ikan-ikan yang terdapat di kedalaman laut: Argyropelecus;
Bthypterois; Linophryne; (Lasiognatus; Malacostus; Edriolynchus;
Gigantactis; Macropharynx
c. Binatang bentik yang terdapat di laut dalam : Eremicaster;
Ophiura; Odostomia; Diastylis; Ischnomesus; Storthyngura;
Neotanais.
d. Organisme yang terdapat di zona neritik laut. Ulva; Ectocarpus;
Alaria; Sargassum alga cokelat; Rhodimenia; Polyshiphonia;
Podon; Phtisicia; Thia larva; Branacle nauplius; Acartia;
Phyllosoma larva dari lobster; Plathynereis; Ostrea; Snail Larva;
3
Budi setiawan,ekosistem air laut,2019

18
Larva Brittle Bintang; Gadus; Solea.4
2. Jenis- jenis ekosistem air laut

Ekosistem air laut merupakan ekosistem yang beraneka ragam.


Berikut ini adala macam- macam dari ekosistem air laut:

a. Ekosistem laut dalam.

Gambar 1: Ekosistem Laut Dalam

Ekosistem alut dalam ini terdapat di daerah laut paling dalam


atau palung laut. Ekossitem ini tidak dapat ditembus oleh cahaya
matahari. Organisme yang hidup di ekosistem ini adalah predator dan
ikan yang dapat memancaran cahayanya sendiri.5

b. Ekosistem terumbu karang.

4
Ibid 14
5
Desy fatma,ekosistem air laut ,ilmu geografi,2016

19
Gambar 2: Ekosistem Terumbu Karang

Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang jernih. Banyak


organisme yang hidup di ekosistem ini, antara lain adalah terumbu
karang, hewan spons, mollusca, bintang laut, ikan, dan juga ganggang.
Ekosistem terumbu karang ini mempunyai manfaat ekosistem terumbu
karang bagi biota laut dan manusia yang beraneka ragam. terumbu
karang dikenal sebagai sumber keindahan dari taman bawah laut yang
tentu saja dapat menjadi daya tarik wisata air untuk sebuah kawasan.
Namun lebih dari hal itu, keberadaan terumbu karang memberikan
kontribusi bagi kehidupan yang tidak banyak disadari, seperti halnya
Tempat Tinggal Untuk Biota Laut

c. Ekosistem estuari.

Ekosistem ini berada di daerah percampuran air laut dengan air


sungai. Di ekosistem estuari ini terdapat ekosistem yang khas, yakni
ekosistem padang lamun dan ekosistem hutan mangrove.

d. Ekosistem pantai pasir.

Ekosistem pantai pasir merupakan ekositem yang berada di


pesisir pantai dengan hamparan pasir. Tempat ini selalu terkena
deburan ombak dan cahaya matahari yang kuat pada siang harinya.

e. Ekosistem pantai batu.

Ekosistem pantai batu ini merupakan ekosistem yang meiliki


banyak bongkahan batu yang besar maupun kecil. Banyak organisme
yang hidup di ekosistem ini, misalnya ganggang cokelat, kepiting,
kerang, siput, dan juga burung.6

3. Manfaat Ekosistem Air Laut

Ekosistem laut merupakan ekosistem yang banyak memberikan


manfaat bgai kehidupan manusia. beberapa manfaat dari ekosistem air
6
Desi fatma ,ekosistem air laut,2016

20
laut antara lain:

a. Sebagai sumber makanan bagi manusia, baik hewani muapun


nabati.
b. Sebagai pengontrol iklim di dunia
c. Sebagai pembengkit listrik tenaga angin, tenaga ombak, dan tenaga
pasang surut.
d. Tempat rekreasi dan hiburan
e. Tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput laut, dan
lainsebagainya.
f. Tempat barang tambang berada
g. Tempat penelitian dan juga riset
h. Sumber air minum
i. Jalur taransportasi.
j. Mata pencaharian penduduk lokal.

Itulah beberapa manfaat dari ekosistem air laut untuk


kehidupan manusia dan juga makhluk hidup lainnya.7

G. Konsep Ekosistem Payau


1. Pengertian Ekosistem Air Payau (Estuari)
Ekosistem air payau (estuari) adalah ekosistem perairan yang
habitatnya merupakan percampuran antara air laut dan air tawar. Perairan
estuari mempunyai salinitas yang lebih rendah dibandingkan dengan lautan,
namun lebih tinggi dibandingkan air tawar.
Pada muara-muara sungai yeng terbentuk ekosistem estuaria yang
merupakan percapuran air tawar dan air laut yang menjadikan wilayah ini
unik dengan terbentuknya air payau dengan salinitas yang berfluktuasi.
Perbedaan salinitas ini mengakibatkan terjadinya lidah air tawar dan
pergerakan massa di muara. Aliran air tawar dan air laut yang terus menerus
membawa mineral, bahan organik, serta sendimen dari hulu sungai ke laut
dan sebaliknya dari laut muara.
Estuaria merupakan ekosistem khas yang pada umumnya terdiri atas
hutan mangrove, gambut, rawa payau dan daratan lumpur. Ekosistem ini
7
Desi fatma ,ekosistem air laut, ilmu geografis, 2015

21
mempunyai fungsi yang sangat penting untk mendukung berbagai
kehidupan. Wilayah estuari merupakan habitat yang penting bagi sejumlah
besar ikan dan udang untuk memijah dan membesarkan anak-anaknya.
Wilayah ini dapat dianggap sebagai wilayah perairan peralihan (ekoton)
antara habitat air tawar dengan habitat air laut yang sangat dipengaruhi
pasang surut dan karakter lokasinya serta morfologisnya yang landai.
Wilayah estuari ini sangat rentang terhadap kerusakan danperubahan alami
atau buatan. Seperti yang sekarang akibat ulah manusia pada ekosistem air
laut ataupun air tawar menyebabkan daerah perairan menjadi pembuangan
limbah, sebagai sarana pengangkutan, serta berubahnya sisten daerah aliran
sungai, merupkan sebagian dari penyebab degradasi kualitas ekosistem
estuaria.
Estuaria adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan
daerah percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai,
sumber air tawar lainnya (saluran air tawar dan genangan air tawar).
Lingkungan estuaria merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat
di pengaruhi oleh pasang surut, tetapi terlindung dari pengaruh gelombang
laut. Menurut Bengen, estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang
berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi
dapat bercampur dengan air tawar.8
Selain dipengaruhi oleh air asin, estuari juga dipengaruhi oleh
pasang surut laut. Pasang surut berperan penting dalam mengangkut materi
yang terdapat di laut masuk ke arah daratan. Misalnya air asin akan masuk
kearah hulu sungai pada saat terjadi arus pasang. Sebaliknya, pada saat arus
surt, air yang berada di dalam estuari akan diangkut ke arah laut. Proses ini
terjadi terus menerus yang kekuatannya bergantung pada debit sungai. Pada
umumnya, estuari sedikit dipengaruhi oleh angin dan gelombang laut.
Kondisi seperti ini, terlindungi dari gelombang menjadikan estuari sebagai
tempat yang secara alami sangat cocok untuk dijadikan pelabuhan. Dalam
keadaan tertentu, angin dapat menghasilkan arus sehingga terbentuk
sirkulasi di dalan estuari. Pengaruh gelombang laut, pada estuari yang cukup
besar, mampu memindahkan sedimen dasar dan membentuk arus sejajar
pantai. Pada tipe estuari tertentu, gelombang laut dapat menghasilkan
8
Roosmawati T, Ekologi Perairan, (Ambon : Efko Grafika Mega Mall Blok E-20, 2011), Hal 27

22
fomasi pulau pasir terdapat di mulut estuari.9
H. Ciri-ciri Estuari
1. Keterlindungan : air payau merupakan perairan semi tertutup sehingga
biota akan terlindung dari gelombang laut yang memungkinkan tumbuh
mengakar di dasar estuari dan memungkinkan larva, kerang-kerangan
menetap di dasar perairan.
2. Kedalaman : air payang relatif dangkal sehingga memungkinkan cahaya
matahari mencapai dasar perairan dan tumbuhan akuatik dapat
berkembang diseluruh dasar perairan, karena dangkal memungkinkan
penggelontoran (flushing) dengan lebih baik dan cepat serta menangkal
masuknya predator dari laut terbuka (tidak suka perairan dangkal).
3. Salinitas air : air tawar manurunkan salinitas estuari dan mendukung
biota yang padat
4. Sirkulasi air : perpaduan antara air tawar dari daratan, pasang surut dan
salinitas menciptakan suatu sistem gerakan dan transport air yang
bermanfaat bagi biota yang hidup tersuspensi dalam air, yaitu, plankton.
5. Pasang : energi pasang yang terjadi di estuari merupakan tenaga
penggerak yang penting, antara lain mengangkut zat hara dan plankton
serta mengencerkan dan menggelontorkan limbah.
6. Penyimpanaan dan pendauran zat hara : kemampuan menyimpan energi
daun pohon mangrove, lamun serta alga megkonversi zat hara dan
menyimpannya sebagai bahan organik untuk nantinya dimanfaatkan oleh
organisme hewani.
1. Batas Geografis Estuari

9
Arie Antasari Kushadiwijayanto, Estuaria

23
Gambar 3: Batas geografis estuari.

Secara geografis, sestuari memiliki tiga batasan, yaitu batas laut,


batas daratan dan batas lateral. Estuari berbatasan dengan laut pada bagian
muara, atau bagian yang terbuka dan langsung berhubungan dengan laut.
Batas daratan adalah sungai yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut dan
intrusi garam. Sedangkan batas lateral adalah batas jangkauan yang dapat
dicapai oleh air di estuari pada saat pasang.
Batas laut memiliki sifat laut yang kuat seperti pola arus, sedimen,
dan salinitas. Pola arus di lautan cenderung tidak memiliki arah. Sedimen
laut seperti pasir mendominasi dibandingkan dengan sedimen sungai.
Salinitas dibatas laut lebih tinggi dibandingkan di dalam estuari.
Pada batas sungai dapat dicirikan dengan kekeruhan yang tinggi,
tawar, dan arus yang searah. Air sungai membawa banyak sedimen dari
proses pelapukan yang terjadi di daratan. Arus sungai yang kuat
menyebabkan sedimen dapat terangkut dalam jumlah besar dan
menyebabkan kekeruha air menjadi tinggi. Karena tidak dipengaruhi oleh
pasang surut, air bersifat tawar. Arah arus dominan dari hulu ke hilir, atau
dari daratan ke lautan.
Sedangkan batas lateral estuari adalah batas banjir pada saat pasang.
Pada saat pasang, permukaan air akan naik membanjiri bantaran estuari.
Luasan banjir tergantung pada kemiringan bantaran estuari. Bantaran banir
akan luas apabila bantaran cenderung datar, sebaliknya akaan kecil apabila
bantaran curam. Bantaran banjir karena pasang surut ini sering disebut

24
sebagai zona intertidal. Di daerah tropis, zona ini ditumbuhi oleh mangrove.
Di daerah subtropis, zona ini akan ditumbuhi oleh rawa air asin atau salt
marsh.10
2. Jenis-jenis Estuaria
Dari sudut pandang morfologi, estuaria dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa kategori berdasarkan bentuk dan perkembangan geologinya.
Berdasarkan kriteria geologi ada tiga macam tipe utama estuaria (atas dasar
kondisi saluran penghubung ke lautan yang fungsinya mengantrol
pertukaran pasang surut) yaitu estuaria yang didominasi oleh pasang surut,
oleh ombak dan relatif tertutup.
1.) Estuari yang didominasi oleh pasang surut
Pada hal ini mempunyai bentuk saluran penghubung ke lautan
yang relatif besar sehingga pola pasang surutnya serupa dengan yang
terjadi pada lautan terbuka. Umumnya terdapat pada tipe estuaria
macrotidal namun pada estuaria microtidal juga mungkin terjadi
dimana transport air dan sedimen dikontrol secara dominan oleh pasang
surut dibanding dengan ombak.
2.) Estuaria yang didominasi oleh ombak
Estuaria yang didominasi oleh ombak mempunyai saluran
penghubung dengan lautan yang relatif kecil. pasang surutnya relatif
kecil hanya sekita 5-10% dari pasang surutnya relatif dapat diabaikan.
Dibnadingkan estuaria yang didominasi oleh pasang surut, estuaria
jenis ini sanga dipengaruhi oleh ars dan debit dari sungai-sungai.
3.) Estuaria yang relatif tertutup
Estuaria yang relatif tertutup adalah daerah perairan yang akibat
kombinasi dari faktor iklim dan sebab lainnya menjadi terisolasi dari
laut untuk jangka waktu tertentu. Oleh karena itu estuaria ini tidak
memiliki pasang surut. Banyak variasi dari estuaria jenis ini.
3. Klasifikasi Estuari Berdasarkan Asal Pembentukannya
Ada empt jenis estuari berdasarkan proses pembentukannya yaitu :
a. Dataran pesisir / Coastal plain terbentuk dari perairan pesisir yang
terendam pada saat muka laut naik di akhir zaman es. Perairan ini
merupakan muara sungai purba. Oleh sebab itu esuari tipe ini memiliki
10
Ibid

25
deposit karbon yang kaya karena sudah menerima banyak sendimen di
masa lalu. Daerah ini biasanya kaya dengan gas alam dan minyak bumi.
Muara sungai dan delta merupakan estuari tipe ini. Contohnya Muara
Kapuas, Muara sungai Musi, dan Delta Mahakam.
b. Fjord merupakan estuari yang terbentuk karena kenaikan laut dan
pencairan es di puncak gunung (glasier atau glester). Pencairan glester di
puncak gunung menyebabkan terbentuknya tebing curam di sisi estuari.
Estuari ini dicirikan dalam dan curam dengan dasar berbentuk “v”. Tipe
lain dari estuari fjord adalah fjard. Fjard merupakan fjord yang mengalami
banyak perubahan akibat pelapukan dan erosi.
c. Laguna adalah estuari yang terbentuk karena tutupan pulau pasir dibagian
yang berbatasandengan laut. Estuari ini asalnya bertpe Coastal plain.
Gelombang laut memainkan peran penting dalam pembentukan pulau pasir
di batas laut estuari.
d. Estuari tektonik adalah estuari yang terbentuk akibat peristiwa tektonik.
Peristiwa ini menyebabkan bagian daratan dekat pantai turun/patah,
kemudian daratan rendah ini diisi oleh air laut dan air daratan. Estuari ini
juga disebut sebagai estuari baru karena biasanya terbentuk setelah era
zaman es.

26
Gambar 4 : empat tipe estuari berdasarkan asal mula pembentukannya. Estuari tipe
dataran pantai/ coastal plain (kiri atas), estuari tipe Fjord (kanan atas), estuari
tipe laguna (kiri bawah), dan estuari tipe tektonik (kanan bawah). Sumber:
Thurman, 2004.
4. Klasifikasi Estuari Berdasarkan Bentuk
Bentuk estuari akan mempengaruhi gaya dominan yang berperan
dalam sirkulsi dalam estuari. Bentuk estuari yang dapat mempengaruhi
dominansi pasang surut terbagi menjadi lima, yaitu :
a. Estuari prismatik, karena tidak perubahan lebar pada estuari tipe ini. Lebar
muara estuari hampir sama dengan lebar dibagian hulu estuari. Estuari ini
didominasi oleh arus sungai.
b. Estuari delta, pada estuari delta ini memiliki bentuk saluran prismatik.
Perbedaan antara estuari delta dengan prismatik yaitu pada jumlahnya
saluran yang ada. Estuari prismatik hanya memiliki satu saluran keluar yang
berhbungan dengan laut, sedangkkan delta memiliki lebih dari satu saluran.
Pada estuari delta, saluran satu dan saluran lain saling sambung
menyambung membentuk sirkulasi yang rumit.
c. Estuari bentuk terompet, pada estuari ini memiliki ciri perubahan lebar yang
eksponensial. Lebar estuari berkurang secara berangsur-angsur dari muara
menuju ke hulu estuari. Penyempitan estuari ke arah hulu ini menyebabkan
pengaruh arus pasang surut mendominasi perairan.
d. Estuari bentuk cekungan, estuari ini sering disebut sebagai teluk. Teluk
adalah bagian laut yang masuk ke dalam daratan. Daerah ini terisi oleh air
tawar yang berasal dari daerah sekitar.

27
Gambar 5 : Jenis estuari berdasarkan bentuknya: estuari trompet (kiri atas),
estuari delta (kanan atas), estuari prismatik (kiri bawah), dan estuari cekungan/
teluk (kanan bawah).

5. Klasifikasi Estuari Berdasarkan Variasi Salinitas Secaara


Horizontal
a. Estuari normal atau positif, memiliki variasi densitas yang semakin
berkurang dari muara ke arah hulu. Limpasan air tawar menjadikan
daerah hulu estuari memiliki salinitas rendah. Sebaliknya masuknya air
asin dari laut menjadikan daerah muara yang dekat dengan laur memiliki
salinits yang tinggi.
b. Estuari tipe negatif atau hypersalin, memiliki ciri yang berlawanan
dengan estuari normal atau positif. Estuari negatif memiliki variasi
salinitas yang semakin tinggi kearah hulu. Estuari ini sangat jarang
ditemui. Salah satu contoh estuari tipe ini ada si Afrika di muara sungau
dekat Gunung Sahara. Penguapan besar-besran di bagian hulu estuari
menyebabkan salinitas di hulu lebih tinggi daripada di muara estuari.
c. Estuari Low inflow, adalah estuari yang memiliki pola distribusi salinitas
horizontal unik. Pola salinitas tinggi tedapat di muara dan bagian hulu
sungai, namun secara berangsur-angsur berkurang ke arah bagian tegah
estuari. Pola salinitas ini terbentuk akibat penguapn besra yang terjadi di
kedua batas estuari dan tidak penguapan kecil (bahkan tidak ada)
dibagian tengah estuari. Perbedaan salinitas dan tentu saja densitas,
menyebabkan arus ke arah tengah estuari dan menimbulkan konvergensi.

28
Gambar 6 : Tipe estuari berdasarkan variasi salinitas secara horizontal, Valle-Levinson
(2010).

I. Konsep Ekosistem Hutan Hujan Tropis


1. Pengertian Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis adalah hutan alam yang berada pada iklim tropis yaitu
terletak antara 230 27’ LU dan 230 27’ LS. Hutan tropis terdiri dari 2 musim,
yaitu musim hujan dan kemarau. Berbeda dengan hutan subtropis atau
temperate yang memiliki 4 musim yaitu dingin, semi, panas, dan gugur.
Contoh wilayah yang terdapat hutan tropis misalnya di daerah Asia Selatan
dan Tenggara, Australia Bagian Utara, Afrika, Kepulauan Pasifik, Amerika
Serikat, dan Tengah. Hutan hujan tropis adalah salah satu bentuk hutan tropis
dalam sistem penggolongan hutan menurut variabel iklim. Dalam konteks
pembahasan tentang hutan tropis pengertian curahan (presipitasi) hanya
mengacu pada curah hujan, bukan bentuk curahan lain seperti salju, hujan es,
dan sebagainya. Dengan demikian, kata hutan hujan menyatakan hutan yang
dipengaruhi oleh curah hujan, baik jumlahnya maupun distribusinya. Padanan

29
istilah hutan hujan adalah rain forest (Bahasa Inggris) atau regenwald (Bahasa
Jerman).
Hutan hujan tropis menempati kawasan seluas 25% dari keseluruhan luas
hutan tropis, selebihnya 32% hutan tropis lembab dan 42% hutan tropis
kering. Meskipun hutan hujan tropis paling kecil luasnya namun keragaman
hayati yang ada di dalam hutan hujan tropis paling tinggi. Hutan tropis berada
pada ekologi lanskap dan terdiri atas banyak ekosistem. Interaksi berbagai
ekosistem dalam hutan tropis terjadi dari mulai hutan gunung sebagai daerah
aliran sungai (DAS) hulu hingga ke ekosistem hutan rawa mangrove di estuari.
Keberadaan hutan dapat mengurangi resiko banjir dan pengikisan tanah serta
meningkatkan kualitas air. Hutan sangat penting untuk fungsi DAS yaitu
penyedia sumber-sumber air tanah serta meningkatkan kualitas dan kuantitas
air untuk keperluan rumah tangga dan pertanian. DAS sendiri adalah bagian
muka bumi yang airnya jatuh ke sungai, baik pada anak sungai maupun pada
batang utama sungai. DAS merupakan suatu kawasan yang dibatasi oleh
pemisah topografis yang menampung, menyimpan, mengalirkan air hujan
yang akan dialirkan ke danau maupun ke laut.11
2. Struktur Hutan Hujan Tropis
Struktur hutan tropis adalah cara pengaturan atau pengorganisasian
tumbuhan dalam hutan tropis. Pengaturan tumbuhan tersebut bisa dilihat
berdasarkan stratifikasi vertikal atau pengelompokan synusia. Stratifikasi
vertikal menggambarkan tingkatan tajuk dari pohon tertinggi hingga tumbuhan
bawah yang ada di lantai hutan, sedangkan pengelompokkan synusia adalah
pengelompokan tumbuhan berdasarkan kesamaan relung (niche) ekologi,
peran, atau bentuk hidupnya.
Pengelompokan synusia yang sederhana, misalnya: pohon, semak, liana,
epifit, dan parasit. Pohon dan semak tergolong dalam kelompok tumbuhan
yang secara mekanik bebas karena kelompok tersebut tidak tergantung
tumbuhan lain untuk mencapai sinar matahari atau menggunakan pohon lain
sebagai penopang tumbuhnya. Liana, epifit, dan parasit sangat bergantung
pada tumbuhan lain, baik sebagai penopang untuk mendapatkan sinar matahari
atau bahan makanan (hara).
Kelompok synusia yang bebas terlihat secara vertikal membentuk
11
Ibnul Qayim, Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya,

30
tingkatan-tingkatan berdasarkan ketinggian tajuk. Stratifikasi yang demikian
menjadi ciri utama hutan tropis dibandingkan dengan hutan di kawasan
beriklim sedang (ugahari). Di hutan ugahari sering kali terlihat pohon yang
menempati ketinggian pertama, kemudian pohon yang lebih rendah, semak,
dan tumbuhan bawah. Semak pun hanya ada beberapa dan tumbuh secara
terpencar. Sebaliknya, di dalam hutan tropis bisa terlihat tajuk pohon tertinggi
sebagai lapisan pertama, jenis pohon di bawahnya, semak, dan tumbuhan
bawah hingga paku.
Stratifikasi dimulai pada pohon tertinggi dengan tajuk rata-rata 45 hingga
55 m, dalam beberapa keadaan dapat mencapai 70 m. Pohon dengan tajuk
tertinggi tersebut biasanya mempunyai tajuk yang tidak menyambung dari satu
individu ke individu lain. Pohon tersebut hidup sendiri-sendiri atau
berkelompok, tampak menonjol dibandingkan dengan strata di bawahnya.
Strata pohon teratas ini sering disebut sebagai strata A. Di hutan tropis
kawasan Malesiana, strata A sering kali ditempati oleh jenisjenis pohon
anggota famili Dipterocarpaceae (meranti-merantian).
Di bawah strata A terbentuk strata B dengan ketinggian tajuk sekitar 30
hingga 35 m. Tajuk dalam strata B tersusun lebih rapat dan jika dilihat dari
atas, tampak bahwa kekosongan pada tajuk yang ditempati strata A ditutupi
oleh tajuk dari strata B. Meskipun demikian masih terdapat celah tajuk pada
strata B. Beberapa jenis pohon dari strata B masih dapat tumbuh untuk
mengisi strata A dalam perkembangan lebih lanjut. Dalam strata C ditemukan
lebih sedikit celah tajuk sehingga kerapatan percabangan paling banyak
ditemukan pada strata ini dibandingkan strata di atas atau di bawahnya.
Bentuk tajuk pada strata C kebanyakan berupa conus (kerucut dengan dasar
bundar). Bentuk tajuk demikian terutama dari jenisjenis yang memang murni
mempunyai ketinggian strata C yaitu jenis yang tidak tumbuh lebih tinggi lagi
untuk mengisi strata A dan B.

31
Gambar 7: Stratifikasi dalam Hutan Tropis (Jacobs, 1988)

Strata D adalah jenis tumbuhan dengan ketinggian sekitar 1 m. Jenis


tersebut dapat berupa pohon muda, palem, dan paku-pakuan berukuran besar.
Strata di bawahnya adalah strata E yang ditempati oleh anakan pohon, semak,
dan paku. Strata D dan E umumnya tumbuh terpencar tanpa kontinuitas tajuk
dari satu individu ke individu lainnya. Pembagian strata tersebut tidak selalu
ditemukan pada seluruh tipe hutan tropis. Beberapa hutan tropis tidak
mempunyai strata A atau E berdasarkan definisi strata, seperti di atas. Beberapa
tipe hutan juga tidak menunjukkan stratifikasi yang selalu jelas karena
ketinggian tajuknya menyambung pada tiap strata. Di Guyana misalnya, strata B
dan C dapat dibedakan dengan tegas, tetapi antara A dan B terlihat
menyambung, beberapa tipe hutan di Kalimantan, terlihat jelas perbedaan antara
A dan B tapi antara strata B dan C menyambung. Pembagian strata yang unik
dalam hutan tropis tersebut merupakan suatu strategi yang sangat efektif untuk
dapat menggunakan sumber energi berupa cahaya matahari. Stratifikasi
keanekaragaman dari lantai hutan sampai kanopi hutan.
1. Pohon menjulang/mencuat (emergents).
2. Tajuk utama, menerus.
3. Pohon bawah (understorey).
4. Pohon-pohon kecil dan perdu.
5. Tumbuhan lantai hutan-terna dan semai.

32
Gambar 8: Stratifikasi Keanekaragaman Lantai Hutan sampai Kanopi Hutan

Relung hewan dalam hutan menurut ruang dan waktu


1. Di atas kanopi: burung pemangsa dan kelelawar pemakan serangga.
2. Kanopi teratas: burung dan mamalia pemakan daun-daunan, buahbuahan,
nektar, dan serangga.
3. Kanopi tengah yang dikuasai hewan-hewan terbang: terutama burung dan
kelelawar pemakan serangga; kanopi tengah yang dikuasai hewan-hewan:
mamalia pemakan campuran dan beberapa karnivora yang bergerak naik-
turun menyusuri batang dari tajuk sampai ke tanah.
4. Hewan besar di lantai hutan: herbivora dan karnivora.
5. Hewan kecil di atas dan di bawah tanah: mamalia dan burung mencari pakan
dari lantai hutan, terutama pemakan serangga dan pemakan campuran, serta
herbivora dan karnivora.

33
Gambar 9: Relung Hewan dalam Hutan Berdasarkan Ruang dan Waktu

J. Ciri-ciri Hutan Tropis

Hutan hujan tropis terlihat hijau sepanjang musim yang dibentuk oleh
kondisi iklim dan letak wilayahnya. Keragaman profil hutan hujan tropis di
Indonesia sangat berpegaruh terhadap keberagaman flora dan fauna. Berikut ini
ciri-cirinya adalah :

1. Tipe pohon

Hutan hujan tropis ditumbuhi beragam jenis pohon yang membentuk apisan tajuk.
Secara umum terdapat pohon bertajuk tinggi yang membentuk kanopi menaungi
tanaman lainnya, kemudian pohon menengah seperti tanaman merambat dan
perdu, dan terakhir tanaman permukaan tanah seperti rumput dan lumut. Pohon-
pohon di hutan ini kebanyakan berdaun lebar, bercabang banyak, dan rimbun.
Dengan bentuk daun seperti itu, tingkat penguapan cukup tinggi, sehingga
kawasan hutan selalu lembab. Di hutan hujan tropis tidak ada jenis pohon tertent
yang mendominasi kawasan. Semua berbagai tempat dalam ekosistem dengan
jumlah yang sedikit-sedikit tapi karagamannya tinggi.

2. Curah hujan

Curah hujan disebut hutan hujan karena selalu sepanjang tahun. Bahka pada
tingkat yang paling ekstrem bisa mencapai 10.000 mm per tahun. Kondisi ini
ditemukan di Nugini dan bagian barat Kolombia. Secara rata-rata, hutan hujan
tropis di kawasan Asia Tenggara menerima curah hujan sekitar 3000 mm per
tahun. Lebih besar dibanding hutan di Basin Amazon yang mendapat curah hujan
2000-3000 mm per tahun. Sedangkan hutan hujan di Afrika Tengah merupakan
yang terkering dengan curah hujan 1500-2000 mm per tahun.

3. Temperatur

Hutan hujan tropis memiliki suhu yang stabil, suhunya berada pada kisaran 20-
34˚C. Di Semenanjung Malaysia suhu rata-rata tahunan berkisar 25-26˚C dengan
fluktuasi hari terpanas dan terdingin tak lebih 8-9˚C. Sedangkan fluktuasi suhu
rata-rata bulanan hanya berkisar 2˚C. Dalam klasifikasi iklim koppen disebutkan

34
memiliki suhu rata-rata di atas 18˚C.

4. Sinar Matahari

Hutan hujan tropis terletak di lintang 5-10˚ ke Utara dan Selatan garis
khatulistiwa. Oleh karena itu, wilayah ini mendapatkan penyinaran matahari
secara penuh sepanjang tahun. Penyinaran mtahari hanya tergantung bila cuaca
sedang mendung dan berawan.12
K. Zonasi Hutan Menurut Ketinggian
Sejalan dengan perubahan kondisi lingkunga, berubah pula struktur
dan komposisi hutannya. Ahli eoligi membagi tipe atau zona hutan tropis
berdasarkan ketinggiannya secara garis besar menjadi hutan dataran rendah,
hutan pegunungan rendah, hutan pegunungan tinggi. Masing-masing zona
masih dapat dibagi lagi menjadi lebih rinci. Namun batas zona tidak sama
antara satu gunung dengan gunung lainnya. Secara umum, pada gunung kecil,
perubahan suhu dengan naiknya elevasi lebih cepat terjadi. Oleh karena itu,
perubahan tipe hutan juga lebih cepat terjadi. Ketidakseragaman batas tipe
hutan juga disebabkan oleh subyektivitas penetili. Dalam kenyataannya di
lapangan tidak ada batas yang tegas antara satu tipe hutan dengan tipe hutan
yang lain.
Ahli botani kenamaan van Steenis membagi zonasi hutan tropis basah
berdasarkan ketinggian sebagai berikut :

Tabel 1 : Zonasi Hutan Hujan Tropis

0 – 500 m Hutan Dataran rendah

500 – 1.000 m Zona Collinne

1.000 – 1.500 m Zona sub montana Hutan montana

1.500-2.400 m

2.400 – 4.000 m Hutan Sub alpin

Tabel 2: Perubahan kharakteristik hutan tropis basah menurut ketinggian

12
Pujiati, dkk, Aplikasi teknologi tepat guna untuk lahan kering dan pesanggem, (UNIPMA PRESS,
2018), hal 5-6

35
ZONA
HUTAN

Dataran Pegununga Pegununga Subalpin


rendah n rendah n tinggi

Tinggi kanopi 25-45 m 15-33m 1,5-18m 1,5-9m

Tinggi emergent 67m 45m 26m 15m

Kelas ukuran daun mesofil notofil mikrofil nanofil


/
mesofi
l

Akar banir biasa tidak biasanya tidak ada


ditemui biasa tidak ada
dan atau kecil

besar

Buah di batang biasa langka tidak ada tidak ada

Daun majemuk melimpah ada langka tidak ada

Ujung daun melimpah ada atau langka atau tidak ada


menetes biasa tidak ada

Tumbuhan melimpah biasanya tidak ada tidak ada


pemanjat besar tidak ada

Tumbuhan biasanya biasa sangat tidak ada


merayap tidak ada atau langka
melimpa
h

Epifit (anggrek, biasa melimpa biasa sangat


dsb) h langka

Epifit (lumut, ada ada atau biasanya melimpah


lumut kerak) biasa melimpah

Hutan hujan tropis dataran rendah merupakan hutan yang paling


tampak “megah”. Hutan inilah yang telah mempesona para pecinta alam,

36
naturalist, dan mengilhami mereka untuk menulis dan menggambarkan
keindahannya. Sebagaimana digambarkan di tabel di atas, hutan ini
memiliki pohon-pohon yang tingginya sampai 45 meter. Sesekali
ditemukan pohon emergent yang dapat mencapai 67m. Tinggi batang
bebas cabang dapat mencapai 30m dan kelilingnya dapat mencapai 4,5m.
Banyak ditemukan pohon berbanir di hutan ini. Ciri lainnya adalah adanya
cauliflory yaitu terdapatnya buah pada batang. Pada awalnya oleh
penjelajah Eropa buah ini disangka sebagai penyakit. Banyak ditemukan
tumbuhan pemanjat berkayu dan berukuran besar menggelantung pada
pohon-pohon besar. Berdasarkan stratifikasi vertikalnya, tipe hutan ini
dapat dibagi kedalam tiga strata. Tumbuhan di lantai hutan biasanya tidak
rapat. Dibandingkan dengan tipe hutan lain, hutan ini memiliki struktur
yang lebih kompleks dan keragaman jenis yang paling tinggi. Berdasarkan
komposisi jenisnya, hutan ini disebut juga dengan hutan Dipterocarp,
karena jenis yang dominan adalah dari famili Dipterocarpaceae. Namun
dengan adanya penebangan hutan yang tidak mengindahkan peraturan,
sebagian besar hutan dipterocarpaceae dataran rendah di Indonesia praktis
sudah habis. Jenis-jenis pohon komersial dari famili Dipterocarpaceae
yang dulu melimpah sekarang sulit ditemukan lagi.

Hutan pegunungan rendah memiliki struktur yang lebih sederhana


dibandingkan dengan hutan di bawahnya. Tinggi pohonnya berkurang,
demikian juga diameternya. Perubahan struktur dan fisiognomi hutan ini
sejajar dengan perubahan komposisi jenisnya. Penyebaran famili-famili yang
ditemukan hanya pada kawasan tropis, hanya terbatas sampai pada ketinggian
1000m dpl. Ini meliputi Anacardiaceae, Burseraceae, Capparidaceae,
Combretaceae, Connaraceae, Dillenaceae, Dipterocarpaceae, Flacourtiaceae,
Marantaceae, Myristaceae, dan Rhizophoraceae. Sebaliknya, pada ketinggian
di atas 1000m banyak dijumpai famili-famili dari daerah iklim sedang, seperti
Aceraceae, Araucariaceae, Clethaceae, Cunoniciaceae, Ericaceae, Fagaceae,
Podocarpaceae, Lauraceae, Pentapylaceae, Podocarapaceae, Symplocaceae
dan Theaceae. Pada hutan pegunungan, pohon berbanir tidak biasa ditemui,
dan jika ada banirnya kecil. Cauliflory jarang ditemui di hutan ini. Tumbuhan
pemanjat berukuran besar biasanya tidak ada. Sebaliknya efifit seperti anggrek

37
melimpah.

Hutan pegunungan tinggi pohon yang lebih kecil dengan tinggi tajuk
yang juga lebih rendah. Salah satu ciri hutan ini adalah kehadiran pohon
bedaun jarum, khususnya Dacrycarpus imbricatus dari famili Ericacese dan
Mytaceae. Pohon-pohon di hutan ini bukan hanya pendek tetapi juga memiliki
batang yang terpelintir. Pada punggu bukit, tanahnya biasanya kekurangan air.
Di bagian lembab sebagian besar pohon ditumbuhi lumut sehingga ini disebut
juga hutan lumut.

Gambar 10: Hutan hujan tropis dataran rendah.

Gambar 11: Hutan hujan tropis pegunungan rendah di Taman Nasional Kerinci Seblat

38
Gambar 12: Hutan pegunungan tinggi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Foto
Kenji Niwa)

39
DAFTAR PUSTAKA
Campbell A. Neil & Reece B. Jane, dkk.2008. Biologi Jilid 3 edisi 8.Jakarta: Erlangga Fried
H. George & Hademenos J George.1999. Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. Kimball W.
John, dkk.1983. Biologi Jilid 3 edisi 5. Jakarta: Erlangga Romimohtarto, K dan Sri
Juwana.2001.Biologi Laut. Penerbit Djambatan, Jakarta
erdinand F, Ariebowo. 2009. Praktis Belajar Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.

Firmansyah R, Mawardi A, Riandi MU. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 1. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Kistinnah I, Lestari ES. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungan. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Suwarno. 2009. Panduan Pembelajaran Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen


Pendidikan Nasional.

40

Anda mungkin juga menyukai