Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HABITAT MICROHABITAT NICHE


Dosen Pengampu:
Dr. Suroso Mukti Leksono, M.Si
Adi Nestiadi, M.Pd
Septi Kurniasih, S.Pd., M.Biotech

Disusun oleh:
Kelompok 13
Indah Eka Wati 2281200016
Zalfa Ammaroh Wahidah 2281200040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Ekologi yang
berjudul “HABITAT MICROHABITAT NICHE” ini tepat pada waktunya.

Terima kasih kepada bapak/ibu selaku dosen pengampu mata kuliah Ekologi yang telah
membimbing dan memberikan pemahaman kepada kami sehingga tugas makalah ini dapat
diselesaikan dalam jangka waktu yang telah di tentukan.

Kami mengetahui bahwa tugas makalah yang kami buat masih banyak kekurangan namun
kami mengaharapkan semoga makalah ini bisa menambah wawasan kepada para pembaca dan
menjadikan referensi untuk pembaca.

Jakarta, 3 April 2021

Penulis

Kelompok 13

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 Definisi Habitat, Microhabitat dan Niche..............................................3
A. Definisi Habitat................................................................................3
B. Definisi Microhabitat........................................................................6
C. Definisi Niche...................................................................................6
2.2 Koeksistensi...........................................................................................7
2.3 Konsep Nichie......................................................................................8

BAB III PENUTUP................................................................................................12


3.1. Kesimpulan.........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Setiap makhluk hidup dalam kehidupannya memiliki tempat hidupnya masing-masing,


dimana dalam tempat hidupnya tersebut makhluk hidup dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal. Tempat hidup dari makhluk hidup ini dalam ilmu Ekologi lebih dikenal dengan istilah
habitat. Habitat merupakan tempat tinggal suatu organisme untuk melaksanakan kehidupannya,
yang terdiri atas makro habitat dan mikro habitat. Makro habitat bersifat global dengan kondisi
lingkungan yang bersifat umum dan luas, misalnya gurun pasir, pantai berbatu karang, hutan
hujan tropika, dan sebagainya, sebaliknya habitat mikro merupakan habitat lokal dengan kondisi
lingkungan yang bersifat setempat yang tidak terlalu luas, misalnya, kolam, rawa payau
berlumpur lembek dan dangkal, danau, dan sebagainya. Sedangkan relung atau niche merupakan
tempat makhluk hidup berfungsi di habitatnya, bagaimana cara hidup, dan peran ekologi
organisme dalam ruang habitatnya.

Dalam habitatnya makhluk hidup memiliki cara hidupnya masing-masing dan memiliki
fungsinya sendiri dalam habitatnya. Cara hidup dari makhluk hidup dalam habitatnya dalam ilmu
Ekologi dikenal dengan istilah Relung Ekologi atau niche. Dalam satu habitat dapat hidup
berbagai jenis makhluk. Jika ada dua hewan 2 misalnya mempunyai relung atau niche yang sama
maka akan terjadi persaiangan (Irwan 2010). Salah satu habitat dari mahkluk hidup adalah hutan,
yaitu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya
tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41 Tahun 1999). Salah satu komponen dalam hutan yang
tidak dapat dipisahkan adalah vegetasi. Vegetasi merupakan kumpulan dari beberapa jenis
tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada satu tempat di mana antara individu-individu
penyusunnya terdapat interaksi yang erat, baik di antara tumbuh-tumbuhan maupun dengan
hewan-hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut. (Soerianegara dan Indrawan
1978 dalam Bakri 2009).

1
1.2 Rumusann Masalah
Pada makalah ini rumusan masalah yang kami buat yaitu :
1. Apa definisi habitat microhabitat dan niche?
2. Apa yang dimaksud dengan koeksistensi?
3. Apa yang dimaksud dengan kohabitasi?
4. Bagaimana konsep dari niche?

1.3 Tujuan Penulisan


Pada tujuan penulisan ini adalah jawaban dari rumusan masalah yang kami buat yaitu:
1. Mengetahui definisi dari habitat, microhabitat dan niche.
2. Mengetahui apa itu koeksistensi.
3. Mengetahui apa itu kohabitasi.
4. Mengetahui konsep dari niche.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Habitat Microhabitat dan Niche

A. Definisi Habitat

Habitat (berasal dari kata dalam bahasa latin yang berarti menempati) adalah tempat suatu
spesies tinggal dan berkembang. Pada dasarnya habitat adalah lingkungan paling tidak
lingkungan fisiknya di sekeliling populasi suatu spesies yang mempengaruhi dan dimanfaatkan
oles spesies tersebut. Menurut Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik
yang ada disekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas .
Dalam ilmu ekologi, bila pada suatu tempat yang sama hidup berbagai kelompok spesies
(mereka berbagi habitat yang sama) maka habitat tersebut disebut sebagai biotop. Habitat
meliputi kemajemukan biotik dan abiotik,jadi habitat suatu makhluk atau sekelompok
makhluk(populasi) meliputi baik makhluk hidup lain sebagai lingkungan yang biotik maupun
abiotik.dengan mempelajari suatu habitat yang tertentu akan dikenali makhluk dan faktor fisik
yang sesungguhnya menyertai suatu ekosistem tertentu. Menurut Sambas Wirakusumah dalam
Dasar-Dasar Ekologi, habitat adalah toleransi dalam orbit dimana suatu spesies hidup termasuk
faktor lingkungan yang cocok dengan syarat hidupnya. Orbit adalah ruang kehidupan spesies
lingkungan geografi yang luas, sedangkan habitat menyatakan ruang kehidupan lingkungan
lokasinya.

Lebih jauh, istilah habitat juga digunakan untuk berbagai keperluan yang berkaitan
dengan lingkungan makhluk hidup, antara lain:
1. Seleksi habitat: proses atau perilaku individu organisme untuk memilih suatu habitat
yang ditempati untuk hidupnya.
2. Ketersediaan habitat: aksesibilitas dari area potensial suatu organisme untuk menemukan
lokasi yang sesuai bagi kelangsungan hidup dan reproduksi organisme.

3
3. Kerusakan habitat: hilangnya atau terdegradasinya area alami untuk hidup suatu individu
atau populasi suatu organisme.
4. Fragmentasi habitat: suatu perubahan habitat yang menghasilkan pemisahan secara
spasial area habitat dari sebelumnya yang merupakan satu kesatuan menjadi beberapa
area yang lebih sempit.
a. Macam- macam Habitat
Habitat Perairan Tawar

Habitat perairan tawar secara nisbi hanya bagian kecil permukaan bumi di bandingkan dengan
habitat daratan dan habitat perairan lautan,tetapi kepentingannya bagi kehidupan makhluk
terutama bagi manusia jauh lebih besar,karena:

1. Perairan tawar tersebut adalah sumber air yang paling murah dan paling mudah untuk
keperluan rumah tangga serta untuk keperluan industri.
2. Anasir air tawar merupakan bagian penting dalam daur hidrologik.
3. Ekosistem perairan tawar dapat di gunakan sebagai suatu sistem pembuangan limbah
yang paling murah serta paling mudah.

Habitat perairan tawar dapat di bedakan menjadi 2 yaitu; perairan yang tidak
mengalir,contohnya:danau,kolam,rawa dan perairan yang di sebut “bog’’ dan perairan yang
mengalir,contohnya:mata air dan sungai. Ada beberapa jenis faktor pembatas di habitat perairan
air tawar yang penting untuk di ketahui adalah:

1. Suhu
2. Transparansi Arus
3. Kadar gas untuk pernafasan
4. Kadar garam biogenik

Habitat Perairan Bahari / Laut


Habitat lautan itu tidak terpisah-pisah seperti habitat daratan dan habitat perairan daratan. Semua
lautan itu berhubungan, suhu, salinitas, serta kedalaman merupakan barier utama untuk gerakan
bebas makhluk lautan. Lautan berada dalam situasi yang berkelanjutan, Lautan didominasi oleh
gelombang yang macamnya banyak dan oleh pasang surut yang disebabkan oleh gaya tarik
matahari. Proses pasang surut terutama penting didalam zona yang terletak kearah pantai, yang

4
merupakan tempat hidup makhluk lautan yang sering berlain-lainan secara khusus pula.Lautan
itu asin. Rerata salinitas atau kandungan garam dilautan adalah 35 bagian garam menurut berat
perseribu bagian air lautan atau 3,5%. Konsentrasi zat hara yang terlarut rendah dan merupakan
faktor pembatas yang penting dalam menentukan besarnya populasi makhluk lautan. Bersifat
paradoksik.Bahwa lautan dan beberapa makhluk yang hidup didalamnya lebih tua dari pada
dasar lautan yang secara konstan berubah dan diperbaharui oleh proses tektonik dan proses
sedimenter.

Habitat Perairan Payau/Estuaria

Odum(1971 )suatu estuaria(dari kata aestus=pasang), yaitu takrif yang di modifikasikan. Dari
Pritcard(1967) menyebutkan bahwa estuaria adalah suatu perairan pantai yang semi tertutup
yang memiliki hubungan dengan lautan. Estuaria terpengaruhi oleh aktivitas pasang surut,dan di
dalam habitat estuariaini air laut tercampur dengan air tawar menghasilkan perairan payau.
Contoh estuaria adalah muara sungai,teluk dipantai,rawa pasang surut,dan perairan di belakang
pantai barrier. Estuaria disebut sebagai suatu ekosistem yang arus airnya berfluktasi.ada yang
menyebut sebagai habitat dengan “pulse-stabilized”di dalam tingkat yang muda di dalam hal
produktivitas. Kendeigh(1980)menuliskan bahwa melalui estuaria ikan yang berkinerja dengan
migrasi dari air laut ke air tawar,misalnya ikan salmon(Samo salar),ikan trout(Salvelinus
fontinalis) disebut ikan anadrom,sedangkan ikan dari air tawar ke air laut misalnya ikan
sidat(Anguilla mauritiana) di sebut ikan katadrom.

Habitat Darat/Terrestrial
Odum(1971)menuliskan bahwa di dalam habitat terestrial terdapat biomassa tumbuhannya.di
dalam lingkungan terestrial maka kajian ekologik cenderung memberi tekanan pada prinsip
organisasi populasi dan organisasi komunitas ,dan proses perkembangan yang autogenik(ialah
suksesi ekologi). Ciri habitat terestrial adalah:
1. Lengas secara sendirian mampu menjadi faktor pembatas di daratan. Makhluk terrestrial
secara konstan berhadapan dengan masalah dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh.
2. Perbedaan suhu dan harga ekstrem suhu lebih nyata di lingkungan udara daripada di
medium air.

5
3. Sirkulasi udara yang cepat di seluruh muka bumi berakibat kandungan gas oksigen dan
gas co2 yang siap bercampur dan jelas konstan.
4. Tanah merupakan pendukung yang padat ,udara bukan pendukung yang padat.
5. Daratan,tidak seperti lautan,tidak kontinyu.ada barrier yang penting untuk perpindahan
yang bebas bagi makhluk.
6. Sifat subtratum terutama vital di lingkungan terestrial.tanah,bukannya udara adalah
sumber zat hara yang sangat berbeda-beda(fosfat,nitrat dan lain-lainnya).

B. Definisi Microhabitat

Terdapat istilah lainnya yaitu mikrohabitat yang sering digunakan untuk mendeskripsikan
area geografis yang lebih kecil atau keperluan dalam skala kecil oleh organisme atau populasi.
Mikrohabitat sering juga diartikan sebagai habitat yang lebih kecil atau bagian dari habitat besar.
Habitat-habitat di alam ini umumnya bersifat heterogen, dengan area-areatertentu dalam habitat
itu yang berbeda vegetasinya. Populasi-populasi hewan yang mendiami habitat itu akan
terkonsentrasi ditempat-tempat dengan kondisiyang paling cocok bagi pemenuhan persyaratan
hidupnya masing-masing. Bagian dari habitat yang merupakan lingkungan yang kondisinya
paling cocok dan paling akrab berhubungan dengan hewan dinamakan microhabitat. Habitat-
habitat di alam ini umumnya bersifat heterogen, dengan area-area tertentu dalam habitat itu yang
berbeda vegetasinya. Populasi-populasi hewan yang mendiami habitat itu akan terkonsentrasi
ditempat-tempat dengan kondisi yang paling cocok bagi pemenuhan persyaratan hidupnya
masing-masing. Bagian dari habitat yang merupakan lingkungan yang kondisinya paling cocok
dan paling akrab berhubungan dengan hewan dinamakan microhabitat. Sehubungan dengan
bagaimana kisaran-kisaran toleransinya terhadap berbagai faktor lingkungannya, maka berbagai
spesies hewan yang berkonsentrasi dalam habitat yang sama (berkohabitasi) akan menempati
mikrohabitatnya masing-masing. Sebagai contoh, pohon tumbang di hutan dapat menyediakan
mikrohabitat bagi serangga yang tidak ditemukan di habitat hutan lainnya di luar pohon yang
tumbang tersebut. Lingkungan mikro merupakan segala sesuatu di sekitar organisme baik faktor
kimia fisik maupun organisme lainnya di dalam habitatnya.

C. Definisi Niche

6
Selain habitat, istilah lainnya yang sering membingungkan ialah niche (relung ekologi).
Istilah ini sering diartikan sebagai kedudukan fungsional suatu populasi dalam habitatnya atau
menunjukkan kedudukan pada parameter multidimensi atau peran dalam ekosistemnya.
Istilah relung , bila digunakan dalam ilmu biologi ekologi, digunakan untuk mendefinisikan peran
organisme dalam suatu ekosistem. Niche-nya tidak hanya mencakup lingkungan tempat organisme
hidup, tetapi juga mencakup "pekerjaan" organisme di lingkungan tersebut. Ceruk juga dapat
mencakup apa yang dimakan organisme, bagaimana ia berinteraksi dengan elemen hidup (biotik)
lainnya, dan juga bagaimana ia berinteraksi dengan aspek lingkungan yang tidak hidup (abiotik) .
Sebagai contohnya relung ekologi termal untuk spesies yang memiliki keterbatasan hidup pada
suhu tertentu; atau kedudukan suatu spesies sesuai dengan rantai makanan (piramida makanan).
Karena tidak ada organisme yang hidup secara absolut pada satu faktor tertentu, maka istilah
rentang atau kisaran (range) lebih sering digunakan, misalnya hewan spesies A hidup pada
rentang suhu 10-25oC.

2.2 Koeksistensi

Teori koeksistensi adalah kerangka kerja untuk memahami bagaimana ciri-ciri pesaing


dapat mempertahankan keanekaragaman spesies dan mencegah pengecualian kompetitif bahkan
di antara spesies serupa yang hidup di lingkungan yang secara ekologis serupa. Teori
koeksistensi menjelaskan koeksistensi stabil spesies sebagai interaksi antara dua kekuatan yang
berlawanan: perbedaan kesesuaian antar spesies, yang seharusnya mendorong spesies yang
paling beradaptasi untuk mengecualikan spesies lain dalam relung ekologi tertentu , dan
mekanisme stabilisasi, yang mempertahankan keanekaragaman melalui diferensiasi relung . Agar
banyak spesies dapat distabilkan dalam suatu komunitas, pertumbuhan populasi
harus bergantung pada kepadatan negatif, yaitu semua spesies yang berpartisipasi memiliki
kecenderungan untuk meningkat kepadatannya seiring dengan penurunan populasinya. Dalam
komunitas seperti itu, setiap spesies yang menjadi langka akan mengalami pertumbuhan positif,
mendorong populasinya untuk pulih dan membuat kepunahan lokal tidak mungkin terjadi. Ketika
populasi satu spesies menurun, individu dari spesies tersebut cenderung bersaing terutama
dengan individu spesies lain. Jadi, kecenderungan suatu populasi untuk pulih ketika
kepadatannya menurun mencerminkan berkurangnya persaingan intraspesifik (dalam spesies)
relatif terhadap persaingan antarspesies (antar spesies).

7
2.3 Konsep Niche

Konsep relung (niche) dikembangkan oleh Charles Elton (1927) ilmuwan Inggris, dengan
pengertian relung adalah “status fungsional suatu organisme dalam komunitas tertentu”. Dalam
penelaahan suatu organisme, kita harus mengetahui kegiatannya, terutama mengenai sumber
nutrisi dan energi, kecepatan metabolisme dan tumbuhnya, pengaruh terhadap organisme lain
bila berdampingan atau bersentuhan, dan sampai seberapa jauh organisme yang kita selidiki itu
mempengaruhi atau mampu mengubah berbagai proses dalam ekosistem.

Relung ekologi merupakan suatu konsep abstrak mengenai keseluruhan persyaratan


hidup dan interaksi organisme dalam habitatnya. Dalam hal ini habitat merupakan penyedia
berbagai koondisi dan sumberdaya yang dapat digunakan oleh organisme sesuai dengan
persyaratan hidupnya. Merupakan konsep yang kompleks yang berkaitan dengan konsep
populasi dan komunitas. Relung ekologi merupakan peranan total dari semua makhluk hidup
dalam komunitasnya. Penendalian populasi tergantung pada tempat makhluk hidup berfungsi di
habitatnya, bagaimana cara hidup, atau peran ekologi makhluk hidup tersebut. Jadi pada
dasarnya makhluk hidup secara alamiah akan memilih habitat dan relung ekologinya sesuai
dengan kebutuhannya, dalam arti bertempat tinggal, tumbuh berkembang dan melaksanakan
fungsi ekologi pada habitat yang sesuai dengan kondisi lingkungan (misalnya iklim), nutrien, dan
interaksi antara makhluk hidup yang ada.

Niche (relung) ekologi mencakup ruang fisik yang diduduki organisme , peranan
fungsionalnya di dalam masyarakatnya (misal: posisi trofik) serta posisinya dalam kondisi
lingkungan tempat tinggalnya dan keadaan lain dari keberadaannya itu. Ketiga aspek relung
ekologi itu dapat dikatakan sebagai relung atau ruangan habitat, relung trofik dan relung
multidimensi atau hypervolume. Oleh karena itu relung ekologi sesuatu organisme tidak hanya
tergantung pada dimana dia hidup tetapi juga apa yang dia perbuat (bagaimana dia merubah

8
energi, bersikap atau berkelakuan, tanggap terhadap dan mengubah lingkungan fisik serta
abiotiknya), dan bagaimana jenis lain menjadi kendala baginya. Hutchinson (1957) telah
membedakan antara niche pokok (fundamental niche) dengan niche yang sesungguhnya (relized
niche). Niche pokok didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang
memungkinkan populasi masih dapat hidup. Sedangkan niche sesungguhnya didefinisikan
sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang ditempati oleh organisme-organisme tertentu
secara bersamaan.

Hutchinson (1957) dalam Begon,et al (1986) telah mengembangkan konsep relung


ekologi multidimensi (dimensi-n atau hipervolume). Setiap kisaran toleransi hewan terhadap
suatu faktor lingkungan, misalnya suhu merupakan suatu dimensi. Dalam kehidupannya hewan
dipengaruhi oleh bukan hanya satu faktor lingkungan saja, melainkan bannyak faktor lingkungan
secara simultan. Faktor ligkungan yang mempengaruhi atau membatasi kehidupan organisme
bukan hanya kondisi lingkungan seperti suhu, cahaya, kelembapan, salinitas tetapi juga
ketersediaan sumberdaya yang dibutuhkan hewan (makanan dan tempat untuk membuat sarang
bagi hewan).

Relung ekologi merupakan suatu konsep abstrak mengenai keseluruhan persyaratan


hidup dan interaksi organisme dalam habitatnya. Dalam hal ini habitat merupakan penyedia
berbagai koondisi dan sumberdaya yang dapat digunakan oleh organisme sesuai dengan
persyaratan hidupnya. Merupakan konsep yang kompleks yang berkaitan dengan konsep
populasi dan komunitas. Relung ekologi merupakan peranan total dari semua makhluk hidup
dalam komunitasnya. Penendalian populasi tergantung pada tempat makhluk hidup berfungsi di
habitatnya, bagaimana cara hidup, atau peran ekologi makhluk hidup tersebut. Jadi pada
dasarnya makhluk hidup secara alamiah akan memilih habitat dan relung ekologinya sesuai
dengan kebutuhannya, dalam arti bertempat tinggal, tumbuh berkembang dan melaksanakan
fungsi ekologi pada habitat yang sesuai dengan kondisi lingkungan (misalnya iklim), nutrien, dan
interaksi antara makhluk hidup yang ada.

Niche (relung) ekologi mencakup ruang fisik yang diduduki organisme , peranan
fungsionalnya di dalam masyarakatnya (misal: posisi trofik) serta posisinya dalam kondisi
lingkungan tempat tinggalnya dan keadaan lain dari keberadaannya itu. Ketiga aspek relung
ekologi itu dapat dikatakan sebagai relung atau ruangan habitat, relung trofik dan relung

9
multidimensi atau hypervolume. Oleh karena itu relung ekologi sesuatu organisme tidak hanya
tergantung pada dimana dia hidup tetapi juga apa yang dia perbuat (bagaimana dia merubah
energi, bersikap atau berkelakuan, tanggap terhadap dan mengubah lingkungan fisik serta
abiotiknya), dan bagaimana jenis lain menjadi kendala baginya. Hutchinson (1957) telah
membedakan antara niche pokok (fundamental niche) dengan niche yang sesungguhnya (relized
niche). Niche pokok didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang
memungkinkan populasi masih dapat hidup. Sedangkan niche sesungguhnya didefinisikan
sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang ditempati oleh organisme-organisme tertentu
secara bersamaan.

Hutchinson (dalam Odum,1993) membedakan antara relung dasar (Fundamental Niche)


dengan relung nyata (Realized Niche). Relung dasar didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-
kondisi fisik yang memungkinkan populasi masih dapat hidup, tanpa kehadiran pesaing, relung
nyata didefinisikan sebagai kondisi-kondisi fisik yang ditempati oleh  organisme-organisme
tertentu secara bersamaan sehingga terjadi kompetisi. Keterbatasan suatu organisme pada suatu
relung tergantung pada adaptasinya terhadap kondisi lingkungan tersebut. Relung dasar
(Fundamental Niche) tidak dapat dengan mudah ditentukan karena dalam suatu komunitas
persaingan merupakan proses yang dinamis dan kondisi fisik lingkungan yang beragam
mempengaruhi kehidupan suatu organisme.

Dimensi-dimensi pada niche pokok menentukan kondisi-kondisi yang menyebabkan


organisme-organisme dapat berinteraksi tetapi tidak menentukan bentuk, kekuatan atau arah
interaksi. Dua faktor utama yang menetukan bentuk interaksi dalam populasi adalah kebutuhan
fisiologis tiap-tiap individu dan ukuran relatifnya. Empat tipe pokok dari interaksi diantara
populasi sudah diketahui yaitu: kompetisi, predasi, parasitisme dan simbiosis.

Agar terjadi interaksi antar organisme yang meliputi kompetisi, predasi, parasitisme dan
simbiosis harusnya ada tumpang tindih dalam niche. Pada kasus simbion, satu atau semua
partisipan mengubah lingkungan dengan cara membuat kondisi dalam kisaran kritis dari kisaran-
kisaran kritis partisipan yang lain. Untuk kompetitor, predator dan mangsanya harus mempunyai
kecocokan dengan parameter niche agar terjadi interaksi antar organisme, sedikitnya selama
waktu interaksi.

10
Menurut Odum (1993) tidak ada dua spesies yang adaptasinya identik sama antara satu
dengan yang lainnya, dan spesies yang memperlihatkan adaptasi yang lebih baik dan lebih
agresif akan memenangkan persaingan. Spesies yang menang dalam persaingan akan dapat
memanfaatkan sumber dayanya secara optimal sehingga mampu mempertahankan eksistensinya
dengan baik. Spesies yang kalah dalam persaingan bila tidak berhasil mendapatkan tempat lain
yang menyediakan sumber daya yang diperlukannya dapat mengalami kepunahan lokal

Niche ada yang bersifat umum dan spesifik. Misalnya ayam termasuk mempunyai niche
yang umum karena dapat memakan cacing, padi, daging, ikan, rumput dan lainnya. Ayam
merupakan polifag, yang berarti makan banyak jenis. Makan beberapa jenis disebut oligofag,
hanya makan satu jenis disebut monofag seperti wereng, hanya makan padi.

Apabila terdapat dua hewan atau lebih mempunyai niche yang sama dalam satu habitat
yang sama maka akan terjadi persaingan. Dalam persaingan yang ketat, masing-masing jenis
mempertinggi efisiensi cara hidup, dan masing-masing akan menjadi lebih spesialis yaitu
relungnya menyempit.

Jika relung suatu jenis bertumpang tindih sepenuhnya dengan jenis lain maka salah satu
jenis akan tersingkir sesuai dengan prinsip penyingkiran kompetitif.Jika relung-relu ng itu
bertumpang tindih maka salah satu jenis sepenuhnya menduduki relung dasarnya sendiri dan
menyingkirkan jenis kedua dari bagian relung dasar tersebut dan membiarkannya menduduki
relung nyata yang lebih kecil , atau kedua jenis itu mempunyai relung nyata yang terbatas dan
masing-masing memanfaatkan kisaran yang lebih kecil dari dimensi relung yang dapat mereka
peroleh seandainya tidak ada jenis lain.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengetahuan tentang relung suatu organisme sangat perlu sebagai landasan untuk
memahami berfungsinya suatu komunitas dan ekosistem dalam habitat utama. Untuk dapat
membedakan relung suatu organisme, maka perlu diketahui tentang kepadatan populasi,
metabolisme secara kolektif, pengaruh faktor abiotik terhadap organisme, pengaruh organisme
yang satu terhadap yang lainnya.

Habitat adalah tempat tinggal berbagai jenis organism hidup melaksanakan


kehidupannya. Dalam ekosistem yang menjadi habitatnya ada bermacam-macam, seperti
perairan, daratan, hutan atau sawah. Secara garis besar, dikenal empat tipe habitat utama yaitu
daratan, perairan tawar, perairan payau, dan estuaria serta perairan bahari/laut.

Relung (niche) dalam ekologi merujuk pada posisi unik yang ditempati oleh suatu
spesies tertentu berdasarkan rentang fisik yang ditempati dan peranan yang dilakukan di dalam
komunitasnya.

Populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki
oleh masing-masing individu anggotanya. Karakteristik ini antara lain: kepadatan (densitas), laju
kelahiran (natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi biotik, penyebaran umur, dan bentuk
pertumbuhan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. (1996). Habitat dan zonasi fauna Ekhinodermata di ekosistem terumbu


karang. Oseana, 1(24), 2.

Husodo, T. Sejarah dan Ruang Lingkup Ekologi.

Purwanti, W. M., & Kuntjoro, S. (2020). Profil Miskonsepsi Materi Ekologi Menggunakan Four-
Tier Test pada Peserta Didik Kelas X SMA. Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi (BioEdu), 9(3),
414-421.

Setiawan, A. R. (2019). Instrumen penilaian untuk pembelajaran ekologi berorientasi literasi


saintifik. Assimilation: Indonesian Journal of Biology Education, 2(2), 42-46.

Schoener, T. W. (2009). I. 1 Ecological niche. In The Princeton guide to ecology (pp. 3-13).


Princeton University Press.

13

Anda mungkin juga menyukai