MAKALAH
Oleh:
Rini Mukaromah A.P NPM: 192170003
Catherine Nur Fadilah NPM: 192170018
Mutia Permatasari NPM: 192170024
Mochamad Wildan NPM: 192170028
Alhamdulillah segala puji bagi Allah swt. yang atas rahmat dan karunianya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Penyusun juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangsih baik materi maupun pikirannya
Dalam makalah ini penyusun menjelaskan materi mengenai Ekologi dan
Lingkungan “Spesies Individu dalam Ekosistem”.
Harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penyusun yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
Tabel.1 Contoh Binatang Padang Rumput ....................................................... 6
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Macam spesiasi ............................................................................ 10
iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata ”Ekologi” mula-mula diusulkan oleh biologiwan bangsa Jerman,
Ernest Haeckel. Menurut Arnest Haeckel (1860) ekologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang "makhluk hidup dalam rumahnya" atau "rumah tangga
makhluk hidup“. Ekologi mulai berkembang pesat sekitar tahun 1900 dan
berkembang terus dengan cepat sampai saat ini, apalagi disaat dunia sangat peka
dengan masalah lingkungan. Ekologi merupakan cabang ilmu yang mendasar dan
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pada awalnya, ekologi dibedakan dengan
jelas ke dalam ekologi tumbuhan dan ekologi hewan.
Ekologi mempelajari rumah tangga mahluk hidup (oikos), istilah yang
digunakan oleh Ernst Haeckel sejak tahun 1869 (Odum 1983:2). Dalam ekologi,
dikenal istilah sinekologi yaitu ekologi yang ditujukan pada lebih dari satu jenis
organisme hidup, misalnya ekologi hutan dimana terdapat berbagai jenis tumbuhan
dan hewan, dan autekologi yaitu ekologi tentang satu jenis mahluk hidup misalnya
ekologi Anoa, ekologi burung Maleo, hingga ekologi manusia.
Ekologi merupakan studi keterkaitan antara organisme dengan
lingkungannya, baik lingkungan abiotik maupun biotik. Lingkungan abiotik tediri
dari atmosfer, cahaya, air, tanah dan unsur mineral. Tetapi perlu diketahui apa yang
dimaksud dengan organisme. Ini penting karena pada hakikatnya organisme
dibangun dari sistem-sistem biologik yang berjenjang sejak dari molekul-molekul
biologi yang paling rendah meningkat ke organel-organel subseluler, sel-sel,
jaringan-jaringan, organ-organ, sistem-sistem organ, organismeorganisme,
populasi, komunitas, dan ekosistem. Interaksi yang terjadi pada setiap jenjang
sistem biologik dengan lingkungannya tidak boleh diabaikan, karena hasil interaksi
jenjang biologik sebelumnya akan mempengaruhi proses interaksi jenjang
selanjutnya.
Berbagai kajian tentang interaksi telah berkembang pesat dan menghasilkan
spesialisasi cabang-cabang ilmu, seperti interaksi organel-organel sel dan sel-sel
dipelajari dalam Biologi Sel; interaksi jaringan-jaringan dipelajari dalam Histologi;
interaksi organ - organ, sistem organ dan organisme dipelajari dalam Anatomi dan
1
2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep habitat dan relung ekologi.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ekuivalen ekologi
(ecological equivalent).
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penggantian sifat (chararter
displacement) simpatry dan allopatry.
4. Untuk mengetahui bagaimana seleksi alam: spesiasi allopatrik dan
simpatrik.
5. Untuk mengetahui bagaimana seleksi buatan: penjinakan (domestikasi).
2. Secara praktis
Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
a. Penyusun, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep
keilmuan.
b. Pembaca, sebagai media informasi tentang ruang lingkup dan
implementasinya.
BAB II. PEMBAHASAN
4
5
fungsi yang dimilikinya. Dapat dikatakan, bahwa secara biologis, relung adalah
profesi atau cara hidup organisme dalam lingkungan hidupnya.
Pengetahuan tentang relung suatu organisme sangat perlu sebagai landasan
untuk memahami berfungsinya suatu komunitas dan ekosistem dalam habitat
utama. Untuk dapat membedakan relung suatu organisme, maka perlu diketahui
tentang kepadatan populasi, metabolisme secara kolektif, pengaruh faktor abiotik
terhadap organisme, pengaruh organisme yang satu terhadap yang lainnya.
Banyak organisme, khususnya hewan, mempunyai tahap-tahap
perkembangan hidup yang nyata, secara beruntun menduduki relung yang berbeda.
Umpamanya jentik-jentik nyamuk hidup dalam habitat perairan dangkal,
sedangkan yang sudah dewasa menempati habitat dan relung yang samasekali
berbeda.
Relung atau niche burung adalah pemakan buah atau biji, pemakan ulat atau
semut, pemakan ikan atau kodok. Niche ada yang bersifat umum dan spesifik.
Misalnya ayam termasuk mempunyai niche yang umum karena dapat memakan
cacing, padi, daging, ikan, rumput dan lainnya. Ayam merupakan polifag, yang
berarti makan banyak jenis. Makan beberapa jenis disebut oligofag, hanya makan
satu jenis disebut monofag seperti wereng, hanya makan padi.
Apabila terdapat dua hewan atau lebih mempunyai niche yang sama dalam
satu habitat yang sama maka akan terjadi persaingan. Dalam persaingan yang ketat,
masing-masing jenis mempertinggi efisiensi cara hidup, dan masing-masing akan
menjadi lebih spesialis yaitu relungnya menyempit. Akan tetapi bila populasi
semakin meningkat, maka persaingan antar individu di dalam jenis tersebut akan
terjadi pula. Dalam persaingan ini individu yang lemah akan terdesak ke bagian
niche yang marginal. Sebagai efeknya ialah melebarnya relung, dan jenis tersebut
akan menjadi lebih generalis. Ini berarti jenis tersebut semakin lemah atau kuat.
Makin spesialis suatu jenis semakin rentan makhluk tersebut.
Konsep relung (niche) merupakan konsep baru. Marilah kita tinjau analogi
di atas: “jika kita ingin berkenalan dengan seseorang, mula-mula kita harus tahu
alamatnya, kemudian untuk mengenal lebih jauh kita juga harus tahu tentang
kedudukan, minat, teman, perananya dalam lingkungan “
6
spesies rumput-rumput dan pemakan rumput dapat berbeda apalagi jika tempatnya
terpisah jauh. Contoh binatang padang rumput berikut:
Tabel.1 Contoh Binatang Padang Rumput
Amerika Utara Eurasia Afrika Australia
Bison Saga Zebra Kanguru
Proghorn antilop Kuda liar Macam-macam antilop
Dikatakan: Kanguru Australia adalah ekuivalen ekologi dengan bison dan
pronghorn antilop Amerika Utara.
Jika memperhatikan tentang kehidupan berbagai jenis hewan diberbagai
tempat sering ditemukan spesies-spesies hewan serupa yang hidup didaerah
geografi yang berbeda. Jenis- jenis hewan yang menempati relung ekologi yang
sama (ekuivalen) dalam habitat yang serupa di daerah zoogeografi yang berbeda
disebut ekuivalen-ekuivalen ekologi.
Kita dapat menemukan cacing tanah dimana saja, misanya di Indonesia,
Ameriks, Erops dan di tempat lainnya. Cacing-cacing tanah tersebut secara
morfologi mempunyai bentuk yang sama, namun sebenarnya mereka berbeda
spesies. Cacing tanah di Jawa (pheretina javanica) serupa dengan cacing di
Amerika (Lumbicus terestis). Kedua cacing trsebut menempati tempat yang lembab
dengan relung ekologi serupa. Biasanya perkerabatan taksonomi dari ekivalen-
ekivalen ekologi sangat dekat, namun tidak selalu demikian. Contoh lain dari hewan
ekivalen-ekivalen ekologi antara lain; ular Chysopelea, Boiga dan Trimeresurus
yang hidup di semak-semak dan pohon hutan daerah Orientalia adalah ular Boiga
dan Chondrophytody daerah Australio-Papua, Boiga Thresops dan Atheris di
daerah Etiopia, Elaphe dan Ophiondrys di daerah Neratika, serta ular Boa
Trimenesurus di daerah Neotropaka. Secara umum ekivalen-ekivalen ekologi itu
dapat dikenali dari kemiripan-kemiripan yang diperlihatkan hewan-hewan tersebut
dalam adaptasi-adaptasi morfologi (struktural) serta pola perilakunya. Sebabnya
ialah karena berbagai adaptasi itu adalah tiada lain daripada perangkat modal
kemampuan hewan untuk memanfaatkan sumber daya didalam lingkungannya atau
habitatnya.
8
inginkan, proses tersebut dikenal sebagai seleksi buatan. Beberapa hal penting
terkait seleksi alam adalah:
1. Walaupun seleksi alam terjadi akibat interaksi antara individu dan
lingkungannya, yang mengalami evolusi bukanlah individu melainkan
populasi yang mengalami evolusi seiring berjalannya waktu.
2. Seleksi alam hanya dapat memperkuat atau menghilangkan sifat-sifat
bawaan yang diwariskan yang berbeda dengan individu lain dalam suatu
populasi. Jika semua individu dalam suatu populasi secara genetik memiliki
sifat bawaan tersebut, evolusi secara seleksi alam tidak dapat terjadi.
3. Faktor lingkungan bervariasi dari satu tempat ke tempat lain seiring waktu.
Sifat yang menguntungkan di satu tempat dan di satu waktu bisa jadi tidak
berguna atau bahkan merugikan di tempat lain atau di waktu lain. Seleksi
alam selalu terjadi, namun sifat apa yang menguntungkan bergantung pada
konteks dalam kondisi seperti apa spesies tersebut hidup dan berkembang
biak.
Spesiasi menurut teori alopatrik terjadi sebagai berikut: bermula, hanya ada
satu spesies dengan distribusi geografi yang berkesinambungan. Kemudian, karena
penyebab tertentu, beberapa anggotanya terisolasi secara geografis dari yang lain,
barangkali karena sebidang daratan memisahkan spesies yang tadinya berhubungan
secara berkesinambungan oleh sungai. Daratan baru atau sungai baru adalah
kejadian yang langka dan gerakan organisme itu sendiri mungkin merupakan
penyebab yang lebih lazim daripada pemisahan geografis. Beberapa individu secara
kebetulan terisolasi setelah bermigrasi jauh dari populasi induknya. Tetapi, apapun
alasannya suatu populasi yang berkesinambungan bisa mengalami percabangan.
Tahap selanjutnya, dari spesiasi alopatrik adalah dua populasi mengalami
perubahan evolusi yang berbeda dalam lingkungan yang berbeda, keduanya
terpisah. Jika perpisahan itu cukup besar jaraknya, kedua populasi dapat
digolongkan sebagai ras geografis yang berlainan, dan oleh karena itu sebagai
spesies yang berbeda (Ridley, 1991).
Apabila suatu populasi menjadi alopatrik, kemungkinan terjadinya spesiasi
sangat besar karena kumpulan gen yang terisolasi itu akan mengakumulasikan
perbedaan genetik yang disebabkan dengan mikroevolusi. Akan tetapi, populasi
yang terisolasi yang berukuran kecil lebih mungkin untuk mengalami perubahan
yang cukup besar untuk menjadi spesies baru dibandingkan dengan populasi yang
berukuran besar. Bukti untuk spesiasi alopatrik adalah sangat luas yaitu terutama
melalui studi variasi geografi. Spesiasi yang beranekaragam secara geografis dari
seluruh karakter dapat menghalangi pertukaran gen antara spesies simpatrik. Sering
terjadi, populasi secara geografis dapat lebih betul - betul terisolasi oleh
kemandulan atau perbedaan ethologi (ketika diuji secara eksperimen) dibanding
terhadap populasi berdekatan. Populasi yang terisolasi itu mungkin tidak
dapatmelakukan interbreeding jika mereka datang ke dalam untuk
melakukankontak yang digambarkan oleh kasus circular overlap, dimana suatu
rantai ras yang dipercaya dapat melakukan interbeeding, sedemikian karena
bentuknya yang sangat menyimpang (divergen) dan kemudian masuk ke dalam
simpatrik,namun tidak terjadi inbreeding.
13
mudah menyebar melewati ngarai ini, tetapi tidak dapat dilewati oleh kedua
jenis tupai ini.
peluang ke modifikasi genetik ini, antara lain ditandai ketika tanaman tebu
Saccharum officinarum disilangkan dengan S. spontaneum yang memiliki gen yang
tahan atas penyakit sereh yang mewabah pada 1880.
Seperti halnya hewan, perpindahan lokasi dari tumbuhan yang
didomestikasi berlangsung secara luar biasa, menyebar luas dan jauh dari asalnya,
bahkan terkadang melimpah di kawasan yang didatanginya. Dicontohkan oleh
Wallack (2001), gandum yang berasal dari Timur Tengah, kini diproduksi besar-
besaran di Cina, India, dan Amerika. Jagung yang asalnya Meksiko, tapi Brasilia
menumbuhkannya tiga kali lebih banyak, China sebanyak enam kali lebih banyak,
dan Amerika sebanyak 10 kali. Kentang yang mulainya di Andes, kini produktor
utamanya adalah Cina, Rusia dan Polandia. Selain dengan jelas menunjukkan
difusi dan adopsi teknologi berkenaan dengan hasil domestikasi, tapi hal ini
menunjukkan juga kemampuan hasil domestikasi dalam mengkolonisasi daerah
baru.
Subjek domestikasi, seperti menurut Evans (1996) terhadap tumbuhan,
menarik minat sejumlah disiplin ilmu, diantaranya antropologi, arkeologi,
biokimia, genetika, geografi, linguistik, biologi molekuler, fisiologi, dan sosiologi.
Dengan demikian, banyak aspek domestikasi telah diungkapkan selama ini,
misalnya mengenai sejarah dan keterkaitannya dengan kebudayaan, demikian pula
dengan permasalahan lingkungan hidup yang ditimbulkannya. Ringkasnya,
praktek domestikasi tumbuhan dan hewan tidak saja sekaligus mendomestikkan
pengelompokkan manusia (humandkind) dalam suatu permukiman, tapi juga
menurut Wallack (2001), manusia secara mutlak kini tergantung pada hasil
domestikasi yang dilakukannya.
Uraian terdahulu mengungkapkan bahwa ternyata ujud hakiki dari apa yang
disebut domestikasi tumbuhan dan hewan – masukan, proses, dan hasilnya –
mengandung banyak aspek dan bermatra luas. Penjelajahan selanjutnya terhadap
hal ini melalui pendekatan multi-disipliner, dipandang sebagai pilihan yang
memihak pada perwujudan fungsi sains dalam kehidupan manusia.
Domestikasi tumbuhan dan hewan secara aktual dilakukan manusia
berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang ditemukan dengan
19
menggunakan metode ilmiah. Dalam hal ini, prinsip dan konsep mendomestikasi
disusun dengan menerapkan penalaran deduktif, sementara kesesuaiannya dengan
fakta diverifikasi dengan menerapkan penalaran induktif.
Berkaitan dengan masalah objek empiris dalam domestikasi tumbuhan dan
hewan, ada dua kelompok pertanyaan yang teridentifikasi berbeda menurut bidang
ilmu dan menurut bidang teknologi. Dalam bidang ilmu, objeknya adalah gejala
yang sudah ada, sementara dalam bidang teknologi, objeknya adalah gejala yang
ingin diciptakan. Kejelasan tentang struktur dan bentuk susunan serta hubungan
antar bagian, merupakan prinsip dan konsep yang dipertanyakan dalam bidang
ilmu. Struktur suatu gejala yang dikehendaki agar suatu fungsi yang diinginkan
terealiser beserta cara membentuk struktur dimaksud, merupakan konsep yang
ditangani dan ingin dihasilkan dalam bidang teknologi.
Berdasarkan hasil penalaran manusia selama ini, tumbuhan dan hewan
didomestikasikan dengan beragam cara, mulai dari yang sederhana hingga ke cara
yang sangat maju ditopang dengan hasil perkembangan bioteknologi.
Sederhananya, seperti untuk tanaman buah-buahan menurut Demchik dan Streed
(2002) dengan cara bertahap: (1) wildcrafting, (2) stand improvement, (3)
penanaman/pemeliharaan, (4) seleksi, pemuliaan, dan penggunaan stok andal dalam
penanaman/budidaya. Bioteknologi sebagai penerapan biologi molekuler, genetika
molekuler dan rekayasa genetika, mentransformasikan gen sehingga organisme
eksotik menjadi GMO dan TO.
Metode dan/atau teknik domestikasi tumbuhan dan hewan dengan
pendekatan bioteknologi dideskripsikan secara luas dan melimpah dalam sejumlah
sumber informasi. Mengacu pada sumber dimaksud seperti dalam Winter et al
(1998) dan Madigan et al (2000), rekayasa genetika dinyatakan sebagai upaya
teknik memodifikasi penampilan genetika sel dan organisme melalui manipulasi
suatu gen dengan menggunakan teknik labolatorium. Ini merupakan sintesis dari
genetika molekuler, biokimia dan mikrobiologi, terutama dalam aspek yang
mencakup isolasi, manipulasi, dan ekspresi materi genetik. Selain itu, rekayasa
genetika mempunyai aplikasi luas tidak hanya pada penelitian dasar tetapi juga pada
penelitian aplikatif, antara lain untuk menghasilkan suatu protein dalam jumlah
20
berkenaan dengan kemungkinan lolosnya GMO dari wadah budidaya. Hal yang
sama dengan intensitas beragam dapat saja berlaku dalam kegiatan budidaya
pertanian lainnya. Untuk itu, Peraturan Pemerintah RI No.27 Tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup menyatakan usaha dan/atau
kegiatan berdampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, antara lain : (1)
introduksi suatu jenis tumbuhan baru atau jazad renik yang dapat menimbulkan
penyakit baru terhadap tanaman, (2) introduksi suatu jenis hewan baru yang dapat
mempengaruhi kehidupan hewan yang telah ada, (3) penggunaan bahan hayati dan
nir-hayati mencakup pengertian perubahan.
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Habitat adalah suatu komunitas biotik atau serangkaian komunitas -
komunitas biotik yang ditempati oleh hewan atau populasi kehidupan. Habitat yang
sesuai menyediakan semua kelengkapan habitat bagi suatu spesies selama
musim tertentu atau sepanjang tahun. Menurut Bailey (1984), kelengkapan
habitat terdiri dari berbagai macam jenis termasuk makanan, perlindungan, dan
faktor-faktor lainnya yang diperlukan oleh spesies hidupan liar untuk bertahan
hidup dan melangsungkan reproduksinya secara berhasil.
Habitat dapat juga berarti tempat hidup komunitas. Dalam hal ini habitat
meliputi hanya lingkungan abiotik. Tetapi dapat juga habitat melibatkan lingkungan
biotik maupun abiotik. Habitat organisme ialah tempat dimana organisme hidup
atau tempat dimana manusia dapat menemukan organisme tersebut. Relung ekologi
(ecological niche) sebaliknya merupakan terminologi yang lebih inklusif, yang
tidak hanya meliputi ruang atau tempat yang ditinggali organisme, tetapi juga
perananya dalam komunitas, misalnya kedudukan pada jenjang (trofik) makanan
dan posisinya pada gradien lingkungan: temperatur, kelembaban, pH, tanah, dan
kondisi lain yang ada.
Organisme yang mendalami tempat yang sama atau relung ekologi yang
sama pada daerah geografi yang berlainan disebut ekuivalen ekologi. Spesies
dengan relung ekuivalen cenderung mempunyai kekerabatan secara taksonomik
apabila terdapat pada tempat yang berdekatan tetapi sering tidak mempunyai
kekerabatan taksonomi apabila terdapat pada tempat yang terpisah jauh satu sama
lain. Komposisi spesies komunitas sangat berbeda pada berbagai daerah geografi
tetapi ekosistem yang serupa dapat berkembang dimanapun asalkan habitat fisiknya
serupa, tidak peduli dengan letak geografisnya. Relung ekuivalen ekologi yang
terdiri dari kelompok-kelompok biologi membentuk flora dan fauna dari daerah-
daerah tersebut.
Spesies yang terdapat pada daerah geografi yang tidak sama atau terpisah
oleh barier disebut allopatric, sedangkan spesies yang terdapat pada daerah yang
sama (tetapi relung tidak sama) disebut sympatric. Perbedaan pada spesies yang
22
23
berkerabatan dekat sering bertambah jelas (yaitu divergen) pada populasi yang
sympatric dan perbedaan berkurang (yaitu convergen) pada populasi yang
allopatric. Proses evaluasi yang demikian dikenal sebagai perubahan sifat
(character displacement).
3.2 Saran
Banyak hal yang penyusun harapkan dari semua pihak dengan saran yang
membangun terkait penyusunan makalah yang kami susun. Penyusun menyadari
masih banyak kekurangan baik dalam isi maupun metoda penulisan yang jauh
dari capaian yang diharapkan. Berikut juga terkait dengan pencarian dalam
materi yang masih jauh dari harapan, dengan hal tersebut sangat diharapkan
saran dan kritikan yang membangun sehingga dapat menjadikan penyusunan
makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Oktavia, F. (2015). Makalah Ekologi Hewan dan Relung Ekologi. Retrieved from
dokumen.tips: https://dokumen.tips/documents/makalah-habitat-dan-
relung-ekologi.html
24