Anda di halaman 1dari 13

EKOLOGI HEWAN

“HABITAT DAN RELUNG”

OLEH
MARIA ANGELA BENU
( 1701040009 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa di panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
berkat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Habitat Dan
Relung “ dengan baik sebagai Tugas Mata Kuliah Ekologi Hewan

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini jauh dari kesempurnaan
baik dari cara penulisan maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu,penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita dan bagi rekan rekan pembca. Atas perhatiannya diucapakan Terima
kasih.

Kupang , 23 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….

A. Latar Belakang…………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….
C. Tujuan …………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..

A. Pengertian Dari Habitat ………………………………………………………….


B. Pengertian Dari Relung ………………………………………………………….

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..

A. Kesimpulan……………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekologi merupakan kajian tentang bagaimana tanaman, binatang, danorganisme lain
yang salingberhubungan satu sama lain dalam lingkungan atau“ rumah mereka”. Kata
ekologi“ berasal dari bahasa Yunani “ Oikos” yang berarti rumah. Ekologi juga berarti kajian
tentang kelimpahan dan distribusi organisme.
Ekologi dalam perkembangannya menjadi semakin dibutuhkan kehadirannya hampir di
setiap pemecahan permasalahan lingkungan dan pembangunan . Kondisi ini sangat
dimungkinkan karena ekologi menjadi dasar yang harus dimiliki dalam menerapkan berbagai
konsep, terutama penerapan konsep lingkungan, maupun konsep-konsep tentang manusia
dan mahluk hidup lain dalam hubungannya dengan lingkungan.
Di alam yang di lingkungan sekitar kita dapat di temui berbagai jenis makhluk hidup,baik
dari golongan hewan,tumbuhan ataupun mikroorganisme.Ditanah yang lembab dan gembur
sering di temukan berbagai jenis ikan,di rerumputan sering di temukan belalang,di semsk
belukar sering ditemukan ular.Mengapa masing-masing hewan tersebut.
Lebih sering di temukan di tempat-tempat yang tertentu dan tidak sembarang tempat?
Masalah kehadiran suatu populasi hewan di suatu tempat dan penyebaran(distribusi) spesies
hewan tersebut di muka bumi ini,selalu berkaitan dengan masalah habitat dan relung
ekologinya.Habitat secara umum menunjuk kan bagaimana corak lingkungan yang ditempati
populasi hewan,sedang relung ekologinya menunjukkan dimana dan bagaimana kedudukan
populasi hewan itu relatif terhadap faktor-faktor abiotik dan biotic lingkungannya itu.Secara
sederhana habitat di artikan sebagai tempat hidup dari makhluk hidup,atau diistilahkan juga
dengan biotop.Untuk mudahnya,habitat seringkali diibaratkan sebagai”alamat” dari populasi
hewan,sedang relung ekologi dimisalkan sebagai “profesi” di alamat itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Habitat
2. Apa yang dimaksud dengan Relung
3.
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa itu Habitat
2. Dapat mengetahui apa itu Relung
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Habitat
Habitat adalah suatu komunitas biotik atau serangkaian komunitas-komunitas biotik yang
ditempati oleh hewan atau populasi kehidupan. Habitat yang sesuai menyediakan semua
kelengkapan habitat bagi suatu spesies selama musim tertentu atau sepanjang tahun.
Kelengkapan habitat terdiri dari berbagaimacam jenis termasuk makanan, perlindungan, dan
faktor-faktor lainnya yang diperlukan oleh spesies hidupan liar untuk bertahan hidup dan
melangsungkan reproduksinya secara berhasil (Bailey,1984).

Habitat sebagai sumberdaya dan kondisi yang ada di suatu kawasan yang berdampak
ditempati oleh suatu species. Habitat merupakan penghubung kehadiran spesies, populasi,
atau individu (satwa atau tumbuhan) dengan sebuah kawasan fisik dan karakteristik
biologi.Habitat terdiri lebih dari sekedar vegetasi atau struktur vegetasi yang merupakan
jumlah kebutuhan sumberdaya khusus suatu spesies.Dimanapun suatu organisme diberi
sumberdaya yang berdampak pada kemampuan untuk bertahan hidup, itulah yang disebut
dengan habitat (Morrison,2002).

Penggunaan habitat merupakan cara satwa menggunakan (atau ”mengkonsumsi” dalam


suatu pandangan umum) suatu kumpulan komponen fisik dan biologi (sumber daya) dalam
suatu habitat.Penggunaan habitat merupakan sebuah proses yang secara hierarkhi melibatkan
suatu rangkaian perilaku alami dan belajar suatu satwa dalam membuat keputusan habitat
seperti apa yang akan digunakan dalam skala lingkungan yang berbeda (Hutto,1985).

Habitat sebagai tempat yang spesifik dimana spesies dapat hidup, baik sementara maupun
selamanya. Setiap habitat diasumsikan memiliki kesesuaian untuk spesies tertentu. Pada
habitat yang sesuai, biasanya produktivitas betina lebih tinggi dibandingkan produktivitas
betina pada habitat yang kurang sesuai. Kesesuaian habitat merupakan fungsi dari densitas
individu populasi, sehingga kepadatan yang berlebihan justru akan mengurangi kesesuaian
habitat. Kesesuaian suatu habitat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: suplai pakan,
pelindung dan pemangsa (Krebs,1985).Ketersediaan habitat menunjuk pada aksesibiltas
komponen fisik dan biologi yang dibutuhkan oleh satwa, berlawanan dengan kelimpahan
sumberdaya yang hanya menunjukkan kuantitas habitat masing-masing organisme yang ada
dalam habitat tersebut (Wiens,1984)
1. Macam-macam Habitat
Berdasarkan variasi habitat menurut waktu, dibagi menjadi 4 macam
(Kramadibrata,1996) yaitu :

a. Habitat yang konstan


Habitat yang kondisinya terus-menerus relatif baik atau kurang baik.
b. Habitat yang bersifat memusim
Habitat yang kondisinya relatif teratur berganti-ganti antara baik dan kurang baik.
c. Habitat yang tidak menentu
Habitat yang mengalami suatu periode dengan kondisi baik yang lamanya
bervariasi diselang-selingi oleh periode dengan kondisi kurang baik yang lamanya
juga bervariasi sehingga kondisinya tidak dapat diramal.
d. Habitat yang efemeral
Habitat yang mengalami periode dengan kondisi baik yang berlangsung relatif
singkat diikuti oleh suatu periode dengan kondisi yang kurang baik yang
berlangsungnya lama sekali.

Hewan yang mendiami habitat itu akan terkonsentrasi ditempat-tempat dengan


kondisi yang paling cocok bagi pemenuhan persyaratan hidupnya masing-masing, dalam
habitat yang sama, dan menempati mikrohabitatnya sehingga interaksi spesies dengan
lingkungannya sangat berpengaruh terhadap perilaku spesies sebagai bentuk reaksi terhadap
(perubahan) factor fisik dan biokimia lingkungan(Budiharsanto, 2006).

2. Klasifikasih Habitat
Secara garis besar habitat diklasifikasikan menjadiempat habitat utama, yakni: perairan
tawar, perairan bahari/laut, perairan payau dan estuaria serta daratan/terestrial. Masing-
masing kategori utama dapat dipilih-pilihkan lagi tergantung corak
kepentingannya,mengenai aspek yang ingin di ketahui.Dari sudut pandang dan kepentingan
popuasi-populasi hewan yang menempatinya,pemilihan tipe-tipe habitat itu terutama
didasarkan pada segi variasinya menurut waktu dan ruang.
a. Habitat PerairanTawar
Habitat perairan tawar secara nisbi hanya bagian kecil permukaan bumi di
bandingkan dengan habitat daratan dan habitat perairan lautan,tetapi kepentingannya
bagi kehidupanmakhluk terutama bagi manusia jauh lebih besar,karena:
1. Perairan tawar tersebut adalah sumber air yang paling murah dan paling mudah
untuk keperluan rumah tangga serta untuk keperluan industri.
2. Anasir air tawar merupakan bagian penting dalam daur hidrologik.
3. Ekosistem perairan tawar dapat di gunakan sebagai suatu sistem pembuangan
limbah yang paling murah serta paling mudah.
Habitat perairan tawar dapat di bedakan menjadi 2 yaitu; perairan yang tidak
mengalir,contohnya:danau,kolam,rawa dan perairan yang di sebut “bog’’dan perairan
yang mengalir,contohnya:mata air dan sungai.
b. Habitat PerairanBahari/Laut
Lautan memiliki ciri yang penting secara ekologi sebagai berikut:
1. Lautan itu luas, menutupi 70% permukaan bumi.
Lautan itu dalam dan makhluk hidup terdapat disemua kedalaman.
2. Lautan itu berkesinambungan. Habitat lautan itu tidak terpisah-pisah seperti habitat
daratan dan habitat perairan daratan. Semua lautan itu berhubungan, suhu, salinitas,
serta kedalaman merupakan barier utama untuk gerakan bebas makhluk lautan.
3. Lautan berada dalam situasi yang kontinyu. Perbedaan suhu udara diantara kutub
dan equator menimbulkan angin yang juat seperti kearah yang angin pasat, yaitu
angin bertiup kearah yang sama sepanjang tahun, yang bersama-sama dengan rotasi
bumi, menimbulkan lautan yang ditimbulkan oleh angin, masih ditambah oleh
adanya arus yang ada dilapisan air yang lebih dalam yang sebagai akibat adanya
perbedaan suhu dan salinitas, yang menimbulkan perbedaan kerapatan.
4. Lautan didominasi oleh gelombang yang macamnya banyak dan oleh pasang surut
yang disebabkan oleh gaya tarik matahari. Proses pasang surt terutama penting
didalam zona yang terletak kearah pantai, yang merupakan tempat hidup makhluk
lautan yang sering berlain-lainan secara khusus pula.
5. Lautan itu asin. Rerata salinitas atau kandungan garam dilautan adalah 35 bagian
garam menurut berat perseribu bagian air lautan atau 3,5%.
6. Konsentrasi zat hara yang terlarut rendah dan merupakan faktor pembatas yang
penting dalam menentukan besarnya populasi makhluk lautan.
7. Bersifat paradoksik.Bahwa lautan dan beberapa makhluk yang hidup didalamnya
lebih tua dari pada dasar lautan yang secara konstan berubah dan diperbaharui oleh
proses tektonik dan proses sedimenter.
c. Habitat PerairanPayau/Estuaria
Odum(1971)suatu estuaria(dari kata aestus=pasang), yaitu takrif yang di
modifikasikan. Dari Pritcard(1967) menyebutkan bahwa estuaria adalah suatu
perairan pantai yang semi tertutup yang memiliki hubungan dengan lautan. Estuaria
terpengaruhi oleh aktivitas pasang surut,dan di dalam habitat estuariaini air laut
tercampur dengan air tawar menghasilkan perairan payau. Contoh estuaria adalah
muara sungai,teluk dipantai,rawa pasang surut,dan perairan di belakang pantai barrier.
Estuaria disebut sebagai suatu ekosistem yang arus airnya berfluktasi.Ada yang
menyebut sebagai habitat dengan “pulse-stabilized”di dalam tingkat yang muda di
dalam hal produktivitas.
Kendeigh(1980)menuliskan bahwa melalui estuaria ikan yang berkinerja
dengan migrasi dari air laut ke air tawar,misalnya ikan salmon(Samo salar),ikan
trout(Salvelinus fontinalis) disebut ikan anadrom,sedangkan ikan dari air tawar ke air
laut misalnya ikan sidat(Anguilla mauritiana) di sebut ikan katadrom.
d. Habitat Daratatau Terrestrial
Odum(1971)menuliskan bahwa di dalam habitat terestrial terdapat biomassa
tumbuhannya. Di dalam lingkungan terestrial maka kajian ekologik cenderung
memberi tekanan pada prinsip organisasi populasi dan organisasi komunitas ,dan
proses perkembangan yang autogenik(ialah suksesi ekologi). Ciri habitat terestrial
adalah:
1. Lengas secara sendirian mampu menjadi faktor pembatas di daratan. Makhluk
terrestrial secara konstan berhadapan dengan masalah dehidrasi atau kehilangan
cairan tubuh.
2. Perbedaan suhu dan harga ekstrem suhu lebih nyata di lingkungan udara daripada
di medium air.
3. Sirkulasi udara yang cepat di seluruh muka bumi berakibat kandungan gas oksigen
dan gas co2 yang siap bercampur dan jelas konstan.
4. Tanah merupakan pendukung yang padat ,udara bukan pendukung yang padat.
5. Daratan,tidak seperti lautan,tidak kontinyu. Ada barrier yang penting untuk
perpindahan yang bebas bagi makhluk.
6. Sifat subtratum terutama vital di lingkungan terestrial.tanah,bukannya udara adalah
sumber zat hara yang sangat berbeda-beda(fosfat,nitrat dan lain-lainnya)
3. Makrohabitat dan Mikrohabitat
Beberapa istilah seperti makrohabitat dan mikrohabitat penggunaannya tergantung dan
merujuk pada skala apa studi yang akan dilakukan terhadap satwa menjadi pertanyaan.
(Johnson, 1980). Dengan demikian makrohabitat dan mikrohabitat harus ditentukan untuk
masing-masing studi yang berkenaan dengan spesies spesifik. Secara umum, macrohabitat
merujuk pada ciri khas dengan skala yang luas seperti zona asosiasi vegetasi (Block and
Brennan, 1993) yang biasanya disamakan dengan level pertama seleksi habitat menurut
Johnson. Mikrohabitat biasanya menunjukkan kondisi habitat yang sesuai, yang merupakan
faktor penting pada level 2-4 dalam hierarkhi Johnson. Oleh sebab itu merupakan hal yang
tepat untuk menggunakan istilah mikrohabitat dan makrohabitat dalam sebuah pandangan
relatif, dan pada skala penerapan yang ditetapkan secara eksplisit.

Batas antara mikrohabitat yang satu dengan mikrohabitat yang lain tidaklah nyata,
namun demikian mikrohabitat memegang peranan penting dalam menentukan
keanekaragaman jenis yang mempengaruhi habitat itu.

Contoh makrohabitat dan mikrohabitat : Organisme penghancur (pembusuk) daun hanya


hidup pada lingkungan sel-sel daun lapisan atas fotosintesis, sedangkan spesies organisme
penghancur lainnya hidup pada sel-sel daun bawah pada lembar daun yang sama hingga
mereka hidup bebas tidak saling mengganggu. Lingkungan sel-sel dalam selembar daun di
atas disebut mikrohabitat sedangkan keseluruhan daun dalam lingkungan makro disebut
makrohabitat.

Habitat dalam batas tertentu sesuai dengan persyaratan makhluk hidup yang
menghuninya. Batas bawah persyaratan hidup itu disebut titik minimum dan batas atas
disebut titik maksimum. Antara dua kisaran itu terdapat titik optimum. Ketiga titik itu yaitu
titik minimum, titik maksimum dan titik optimum disebut titik cardinal.

Apabila sifat habitat berubah sampai diluar titik minimum atau maksimum, makhluk
hidup itu akan mati atau harus pindah ke tempat lain. Misalnya jika terjadi arus terus-menerus
di pantai habitat bakau, dapat dipastikan bakau tersebut tidak akan bertahan hidup . Apabila
perubahannya lambat, misalnya terjadi selama beberapa generasi, makhluk hidup umumnya
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru di luar batas semula.Melalui proses adaptasi itu
sebenarnya telah terbentuk makhluk hidup yang mempunyai sifat lain yang disebut varietas
baru atau ras baru bahkan dapat terbentuk jenis baru.
B. Pengertian Relung
Relung ekologi suatu hewan ( individu, populasi) adalah status fungsional hewan itu
dalam habitat yang ditempatinya sehubungan dengan adaptasi-adaptasi fisiologi, structural
dan pola perilakunya. ( Sukarsono, 2009).
Konsep relung (niche) dikembangkan oleh Charles Elton (1927) ilmuwan Inggris, dengan
pengertian relung adalah “status fungsional suatu organisme dalam komunitas tertentu”.
Dalam penelaahan suatu organisme, kita harus mengetahui kegiatannya, terutama mengenai
sumber nutrisi dan energi, kecepatan metabolisme dan tumbuhnya, pengaruh terhadap
organisme lain bila berdampingan atau bersentuhan, dan sampai seberapa jauh organisme
yang kita selidiki itu mempengaruhi atau mampu mengubah berbagai proses dalam
ekosistem.
Relung ekologi merupakan gabungan khusus antara faktor fisik (mikrohabitat) dan kaitan
biotik (peranan) yang diperlukan oleh suatu jenis untuk aktivitas hidup dan eksistensi yang
berkesinambungan dalam komunitas(Soetjipto, 1992).

Relung ekologi adalah suatu populasi atau spesies hewan adalah status fungsional hewan
itu dalam habitat yang ditempatinya berkaitan dengan adaptasi-adaptasi fisiologis, struktural
atau morfologi, dan pola perilaku hewan itu. Atau relung ekologi merupakan posisi atau
status suatu organisme dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu yang merupakan akibat
adaptasi struktural, tanggap fisiologis serta perilaku spesifik organisme itu. Jadi relung suatu
organisme bukan hanya ditentukan oleh tempat organisme itu hidup, tetapi juga oleh berbagai
fungsi yang dimilikinya. Dapat dikatakan, bahwa secara biologis, relung adalah profesi atau
cara hidup organisme dalam lingkungan hidupnya (Kandeigh,1980).

Relung ekologi dikatakan sebagai terminologi yang lebih inklusif, yang tidak hanya
meliputi ruangan atau tempat yang ditinggali organisme, tetapi juga peranannya dalam
komunitas, misalnya kedudukan pada jenjang makanan. Relung ekologi suatu organisme
tidak hanya tergantung di mana organisme tadi hidup, tetapi juga pada apa yang dilakukan
organisme, bagaimana organisme mengubah energi, bertingkah laku, bereaksi, mengubah
lingkungan fisik maupun biologi dan bagaimana organisme dihambat oleh spesies lain
(Heddy dan Kurniati,1996).

Relung ekologi dikatakan sebagai jumlah dari semua interaksi antara suatu organisme
dengan lingkungan biotik dan abiotiknya. Relung ekologi memiliki dua defenisi yaitu relung
dasar dan relung nyata. Relung dasar didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik
yang memungkinkan populasi masih dapat hidup, tanpa kehadiran pesaing. Relung dasar
tidak dapat dengan mudah ditentukan karena dalam suatu komunitas persaingan merupakan
proses yang dinamis dan kondisi fisik lingkungan yang beragam mempengaruhi kehidupan
suatu organisme. Relung nyata didefinisikan sebagai kondisi-kondisi fisik yangditempati oleh
organisme-organisme tertentu secara bersamaan sehingga terjadikompetisi. Keterbatasan
suatu organisme pada suatu relung tergantung padaadaptasinya terhadap kondisi lingkungan
tersebut (Hutchinson,1957).

Jenis-jenis populasi yang berkerabat dekat akan memiliki kepentingan serupa pada
dimensi-dimensi relung sehingga mempunyai relung yang saling tumpang tindih.Jika relung
suatu jenis bertumpang tindih sepenuhnya dengan jenis lainmaka salah satu jenis akan
tersingkir sesuai dengan prinsip penyingkiran kompetitif. Jika relung-relung itu bertumpang
tindih maka salah satu jenis sepenuhnya menduduki relung dasarnya sendiri dan
menyingkirkan jenis kedua dari bagian relung dasar tersebut dan membiarkannya menduduki
relung nyata yang lebih kecil, atau kedua jenis itu mempunyai relung nyata terbatas dan
masing-masing memanfaatkan kisaran yang lebih kecil dari dimensi relung yang dapat
mereka peroleh seandainya tidak ada jenis lain (Desmukh, 1992).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Habitat adalah suatu komunitas biotik atau serangkaian komunitas-komunitas biotik
yang ditempati oleh hewan atau populasi kehidupan. Habitat yang sesuai menyediakan semua
kelengkapan habitat bagi suatu spesies selama musim tertentu atau sepanjang tahun.
Kelengkapan habitat terdiri dari berbagaimacam jenis termasuk makanan, perlindungan, dan
faktor-faktor lainnya yang diperlukan oleh spesies hidupan liar untuk bertahan hidup dan
melangsungkan reproduksinya secara berhasil.
Berdasarkan variasi habitat menurut waktu, dibagi menjadi 4 macam
(Kramadibrata,1996) yaitu : Habitat yang konstan, Habitat yang bersifat memusim, Habitat
yang tidak menentu, Habitat yang efemeral.

Tipe-tipe habitat itu terutama didasarkan pada segi variasinya menurut waktu dan
ruang yaitu : Habitat Perairan Tawar , Habitat Perairan Bahari/Laut, Habitat Perairan
Payau/Estuaria, Habitat Darat atau Terrestrial.

Relung ekologi merupakan gabungan khusus antara faktor fisik (mikrohabitat) dan
kaitan biotik (peranan) yang diperlukan oleh suatu jenis untuk aktivitas hidup dan eksistensi
yang berkesinambungan dalam komunitas(Soetjipto, 1992).
DAFTAR PUSTAKA

Budiharsanto, A.S. 2006. Mikrohabitat dan Relung Ekologi Hama Walang Sangit dan
Belalang pada Tanaman Padi Sawah. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam: Universitas Negeri Semarang.

Ewusie, J. Y. 1990. Ekologi Tropika.ITB:Bandung.

Kramadibrata, H..1996. Ekologi Hewan. Institut Teknologi Bandung Press:Bandung.


Resosoedarmo, Soedjiran. 1990. Pengantar Ekologi. Remaja karya:Jakarta.

Sukarsono.2009. Pengantar Ekologi Hewan. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang


Press

http://id.wikipedia.org/wiki/Habitat. di akses pada tangga 23 maret 2020 pukul 13: 24 wita


http://id.wikipedia.org/wiki/Relung_(ekologi). Di akses pasa tanggal 23 maret 2020 pukul
13: 25 wita

Anda mungkin juga menyukai