Anda di halaman 1dari 28

BIOSFER DAN BIOSFER DUA

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


Ekologi Lanjut
yang dibina oleh Dr. Fatchur Rohman, M.Si.

Oleh :

Kelompok 2
S2 Pendidikan Biologi/Kelas A Tahun 2018
Eka Kurniati 180341863021
Ferry Irawan 180341863050
Husna Nur Wanah 180341863045

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
September 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Biosfer dan Biosfer Dua untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Lanjut. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Fatchur Rohman, M.Si., selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami sehingga
kami termotivasi dan dapat menyelesaikan tugas ini.
Tentunya ada hal yang ingin kami berikan kepada para mahasiswa lain dan
pihak yang terkait dari hasil makalah yang telah kami kaji ini. Oleh karena itu,
kami berharap makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi semuanya.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat membantu para mahasiswa
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik lagi demi terwujudnya masa depan
yang cerah. Kami menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan
pengembangan makalah ini.

Malang, 3 September 2018

Penulis
BAB I

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Bumi kita sangatlah luas dan mempumyai sifat yang dinamis,
sebagaimana kita ketahui bumi merupakan tempat hidup bagi semua
mahluk hidup yang ada dipermukaan bumi. Tentunya segala
komponen yang menyusun kelangsungan hidup di permukaan bumi
haruslah bersifat dinamis pula. Secara spesifik terbentuk dari dua kata
yaitu bios yang berarti hidup dan sphere yang memiliki arti lapisan,
dengan demikian apabila digabungkan biosfer adalah lapisan dimana
tempat makhluk hidup itu tumbuh atau menjadi habitat bagi makhluk
hidup baik manusia, flora dan fauna serta mikroorganisme lainnya.
Lapisan biosfer sejajar dengan tiga lapisan atmosfer lainnya yaitu
litosfer, hidrosfer dan antroposfer. Keempat lapisan tersebut saling
berkaitan satu sama lainnya. Biosfer sendiri lebih fokus pada kajian
mengenai flora (dunia tumbuhan) dan fauna (dunia binatang) baik
yang ada di daratan, air laut dan air tawar.
Adanya semua komponen tersebut maka dalam kehidupan
seharia-hari terjadi interaksi yang tidak bisa dilepaskan satu sama
lainnya karena dalam proses penyebaran tentunya juga dipengaruhi
oleh faktor abiotik maupun faktor biotik. Lingkungan abiotik bagi
individu dalam ekologi adalah semua makluk hidup lain yang ada di
sekitar individu tersebut. Pada ekologi dikenal adanya satuan
fungsional dari makluk hidup dan lingkungannya yang disebut
ekosistem. Ekosistem makluk hidup saling berinteraksi baik diantara
makluk hidup sejenis ataupun dengan yang berlainan jenis, dan
dengan lingkungan fisik atau lingkungan biotiknya.
Pada kehidupan tentunya sangat banyak hal-hal yang
mempengaruhi kelangsungan dalam suatu biosfer. Salah satu faktor
yang mempengaurhi adalah iklim. Hal tersebut dikarenakan iklim
berperan penting dalam menjaga kelembapan udara yang terjadi di
suatu wilayah ataupun daerah tertentu dalam jangka waktu yang
sangat panjang atau lama. Pada dasarnya tidak semua makhluk hidup
dapat tinggal di semua jenis iklim. Beberapa makhluk hidup hanya
dapat tinggal di iklim tropis dan iklim subtropis. Selanjutnya adalah
geologi, dimana kondisi geologi merupakan kondisi lingkungan fisik
alam sekitar. Kondisi geologi mencakup berbagai macam hal seperti
tingkat suhu lingkungan, keberadaan air, udara, dan berbagai macam
faktor lainnya. Semakin lengkap kondisi geologi suatu lingkungan
biosfer, maka semakin besar pula kemungkinan tempat tersebut untuk
ditinggali oleh organisme makhluk hidup. Oleh karenanya kami dari
kelompok 2 menyusun sebuah makalah tentang ruang lingkup dari
biosfer dan biosfer 2.

1.2 Masalah dan Topik Bahasan


1.2.1 Apa penegrtian dan ruang lingkup dari biosfer dan biosfer dua?
1.2.2 Apa saja faktor yang mempengaruhi kondisi dan kelangsungan
dari biosfer dan biosfer dua?
1.2.3 Apa saja faktor yang mempengaruhi perbedaan dari persebaran
flora dan fauna yang biodiversitasnya berbeda?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dan ruang lingkup dari biosfer dan
biosfer dua, beserta perbedaannya.
1.3.2 Untuk mengetahui kondisi dan faktor yang mempengaruhi
kelangsungan biosfer dan biosfer dua.
1.3.3 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran
dari flora dan fauna yang biodiversitasnya berbeda.
BAB II

2. Kajian Pustaka
2.1 Pengertian Biosfer
Permukaan yang memisahkan bumi dari medium kosmik adalah
biosfer. Secara etimologi, biosfer terdiri dari dua kata, yaitu bio berati
“hidup” dan sphere berarti “lapisan”. Biosfer adalah ekosistem global
yang merupakan total dari semua ekosistem dan bentang alam di
bumi. Biosfer didefinisikan sebagai komponen biologi dari sistem
bumi yang meliputi atmosfer, litosfer, hidrosfer dan lingkungan.
Biosfer terdiri dari semua oganisme hidup di bumi, bersama dengan
materi organik yang dihasilkan oleh mereka.

2.2 Persebaran dan Faktor Penyebab Persebaran Flora dan Fauna


Indosesia merupakan salah satu dari tiga negara yang memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi. Dua dari negara lainnya yaitu
Brazil dan Zaire, akan tetapi Indonesia memiliki keunikan tersendiri.
Keunikannya adalah selain memiliki keanekaragaman yang tinggi
tersebut, Indonesia memiliki areal tipe Indomalaya yang luas, serta
tipe Oriental, Australia dan peralihannya. Di samping itu, di Indonesia
terdapat banyak hewan dan tumbuhan langka juga hewan dan
tumbuhan endemik atau memiliki persebaran terbatas.
Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah
subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Tingginya
keanekaragaman hayati di Indonesia ini terlihat dari adanya berbagai
macam ekosistem yang berada di Indonesia, diantaranya ekosistem
pantai, ekosistem hutan bakau, ekosistem padang guru, ekosistem
hutan hujan tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem
savanna, dan lain sebagainya yang dimana dari setiap ekosistem
tersebut memiliki kenekaragamannya masing-masing.
Hutan di Indonesia merupakan bioma hutan hujan tropis atau
disebut hutan basah. Hal tersebut dapat dirincikan dengan kanopi yang
rapat dan banyaknya tumbuhan liana (tumbuhan yang memanjat),
contohnya seperti rotan. Tumbuhan khas Indonesia seperti durian
(Durio zibetinus), mangga (Mangifera indica) dan Sukun (Artocarpus
altilis) di Indonesia tersebar di pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa
maupun Sulawesi. Berbeda dengan hutan yang berada di Indonesia
bagian timur, mulai dari Sulawesi sampai Papua terdapat hutan non-
Dipterocarpaceae. Pada hutan ini memiliki pohon-pohon yang
berukuran sedang, diantaranya pohon beringin (Ficus benjamina) dan
matoa (Pometia pinnata) dan pohon matoa merupakan tumbuhan
endemik di Irian.
Fauna di Indonesia memiliki tipe Oriental (kawasan barat
Indonesia), Australia (kawasan timur Indonesia) serta peralihan.
Hewan-hewan pada bagian barat Indonesia (Oriental) yang meliputi
daerah pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan memiliki ciri-ciri sebagai
berikut ini:
1. Terdapat spesies mamalia dengan ukuran besar, contohnya gajah,
banteng, harimau, dan badak.
2. Terdapat berbagai macam kera, misalnya bekantan (Nasalis larvatus)
dan orang utan (Pongo pygmaeus).

Gambar 1. Hewan Endemik, Orang Utan


Gambar 2. Hewan Endemik, Bekantan
3. Terdapat hewan endemik, seperti badak bercula satu (Rhinoceros
sondaicus), monyet (Macaca fascicularis) dan kukang (Nycticebus
borneanus).

Gambar 3. Hewan Endemik, Badak Bercula Satu


4. Burung-burung memiliki warna bulu yang kurang menarik, tetapi
dapat berkicau. Burung-burung yang endemik, contohnya yaitu jalak
bali (Leucopsar nothschili), elang jawa (Nisaetus bartelsi), dan murai
mengkilat (Myophoneus melurunus).

Gambar 4. Hewan Endemik, Elang Jawa


Irian Jaya (Papua) memiliki hewan mamalia berkantung, misalnya
kanguru (Dendrolagus ursinus) dan kuskus (Spilocuscus rufoniger). Papua
juga memiliki koleksi burung terbanyak dan yang paling terkenal adalah
burung cendrawasih (Paradisaea sp). Di Nusa Tenggara, terutama di pulau
Komodo, terdapat reptilian terbesar yaitu komodo (Varanus komodoensis),
sedangkan pada daerah peralihan meliputi daerah di sekitar garis Wallace
yang terbentang dari Sulawesi sampai kepulauan Maluku, jenis hewannya
antara lain yaitu anoa (Bubalus depressicornis), tarsius (Tarsius tarsier),
maleo (Macrocephalon maleo) dan babi rusa (Babyrousa babyrussa).

Gambar 5. Hewan Endemik, Cendrawasih


Penyebab dari persebaran flora dan fauna dapat dipelajari dari faktor
lingkungannya. Semua faktor biotik dan abiotik yang berinteraksi pada
suatu organisme, populasi atau komunitas ekologi akan memengaruhi pula
kelanjutan hidupnya. Organisme merespon perubahan-perubahan yang
terjadi dalam lingkungan melalui adaptasi evolusi dalam bentuk dan
perilaku. Perubahan yang terjadi dalam suatu habitat akan dapat menekan
atau menggeser suatu organisme untuk berpindah ke habitat atau mencari
sumber makanan yang lain karena munculnya satu organisme yang secara
ekologis lebih kuat atau lebih dominan dari pada organisme yang ada
sebelumnya. Hal ini dapat terjadi bila suatu organisme tergeser oleh
organisme lain yang lebih berkompetisi dari organisme yang telah ada
sebelumnya karena memiliki sifat-sifat biologis yang lebih unggul seperti
daya reproduksi yang lebih tinggi, tubuh yang lebih besar dan kuat serta
sifat-sifat biologis lainnya yang lebih baik daripada organisme lainnya.
1. Biotik
Komponen biotik adalah segala sesuatu yang hidup atau bernyawa,
seperti tumbuhan, hewan, manusia maupun mikroorganisme. Makhluk-
makhluk hidup ini berinteraksi satu dengan yang lain dengan
lingkungan abiotik dan mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan masing-masing organisme, sehingga makhluk hidup
dibentuk oleh lingkungan yang ada disekitarnya serta dapat berubah-
ubah untuk merespon adanya perubahan lingkungan yang terjadi
disekitarnya.
Seluruh faktor-faktor hidup yang merupakan bagian dari
lingkungan dari suatu individu, dengan kata lain keberadaan dari
spesies lain dapat memberikan batasan dari penyebaran suatu makhluk
hidup. Ketidakmampuan untuk sintas dan bereproduksi dapat
diakibatkan oleh adanya interaksi negatif dengan organisme lain dalam
bentuk pemangsaan, parasitisme atau kompetisi. Predator (organisme
yang membunuh mangsa) dan herbivor (organisme yang memakan
tumbuhan atau alga) adalah salah satu contoh umum dari faktor biotik
yang dapat membatasi distribusi spesies.
Selain adanya pemangsa, keberadaan atau ketiadaan sumber
makanan, parasit, patogen dan organisme pesaing dapat betindak
sebagai pembatas biotik terhadap distribusi spesies.
2. Abiotik
Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang tidak hidup atau
bernyawa, seperti air, udara, tanah, curah hujan, kelembapan, kadar pH
dan lain sebagainya. Salah satu contohnya, pemanasan global dapat
mempengaruhi iklim, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya musim
panas panjang atau turunnya hujan yang sangat lebat sehingga dapat
mempengaruhi kehidupam biota, baik di darat maupun di laut.
Jika kondisi-kondisi fisik di suatu tempat tidak memungkinkan
spesies sintas dan bereproduksi maka kita tidak akan menemukan
spesies tersebut pada wilayah aslinya. Secara umum faktor abiotik
meliputi air, kadar garam, suhu, cahaya, dan tanah disamping faktor
geologi sangat memegang peranan penting dalam faktor abiotik.
a) Air
Variasi drastis dalam ketersediaan air diantara habitat-habitat yang
berbeda merupakan suatu faktor penting lain dalam distribusi suatu
spesises tertentu. Sebagai contoh spesises yang hidup dipesisir atau
dilahan basah pasang dapat terdesifikasi (mengering) sewaktu
terjadi pasang surut. Organisme darat menghadapi ancaman
desikasi yang nyaris terus-menerus, dan distribusi spesises dapat
mencerminkan kemampuan memperoleh dan mengonservasi air.
Organisme gurun misalnya menunjukkkan berbagai proses
adapatasi untuk memperoleh dan mengonversi air lingkungan
kering.
b) Salinitas
Kadar garam air organisme disuatu lingkungan memengaruhi
keseimbangan air organisme melalui osmosis. Kebanyakan
oragnisme aquatik hidup terbatas di habiatat barair tawar atau asin
karena memiliki kemampuan terbatas untuk melakuakn
osmoregulasi. Akan tetapi meskipun banyak organisme darat dapat
mengeskresikan garam berlebih dan kelenjar khusus atau dalam
feses, dataran garam atau habitat berkadar garam tinggi lain
umumnya hanya dihuni segelintir spesies tumbuhan atau hewan.
c) Sinar Matahari
Sinar matahari yang diserap organisme fotosintetik menyediakan
energi yang menjadi pendorong kebanyakan ekosistem, dan
matahari yang terlalu sedikit membatasi distribusi organisme
fotosintetik. Dalam lingkungan akuatik, setiap meter kedalaman air
secara selektif menyerap sekitar 45% sinar merah dan sekitar 2%
sinar biru yang melalui air. Akibatnya sebagian besar fotosintesis
pada lingkungan akuatik terjadi relatif di dekat permukaan. Terlalu
banyak sinar matahari juga mempengaruhi kesintasan organisme.
Atmosfer lebih tipis jika ditempat yang lebih tinggi, sehingga
menyerap sedikit radiasi UV sehingga dapat memungkinkan
merusak DNA dan protein di lingkup alpin.
Gambar 6. Variasi Lintang dalam intensitas sinar matahari
Berdasarkan gambar 6 dapat diketahui bahwa bentuk bumi yang
bulat pepat menyebabkan variasi intensitas sinar matahari seturut
lintang. Oleh karena wilayah tropis (yang terletak diantara 23,50 LU
dan 23,50 LS) dikenai sinar matahari secara paling lurus, lebih
banyak panas dan sinar per satuan luas permukaan yang mencapai
wilayah tersebut. Di lintang yang lebih tinggi sinar matahari
mengenai bumi pada sudut miring sehingga sinar tersebut terpencar
di permukaan bumi.
d) Bebatuan dan Tanah
pH, komposisi mineral dan struktur fisik bebatuan dan tanah
mempengaruhi distribusi tumbuhan dan berarti juga membatasi
distribusi hewan pemakan tumbuhan. Hal tersebut menyebabkan
ketidakseragaman ekosistem di darat. pH dan air membatasi
distribusi organisme melalui kondisi asam dan basa ekstrem atau
secara tidak langsung melalui kelarutan nutrien dan toksin.
e) Iklim
Empat faktor abiotik; suhu, curah hujan, sinar matahari dan
angin adalah komponen-komponen utama iklim. Kondisi cuaca
dominan yang berlangsung lama disuatu wilayah tertentu. Pola
iklim dapat dijabarkan dalam dua skala yaitu iklim mikro dan iklim
makro.
Gambar 7. Pola sirkulasi udara dan curah hujan global
Radiasi surya di dekat equator memicu pola global sirkulasi dan
curah hujan. Suhu tinggi di wilayah tropis menguapkan air dari
permukaan bumi menyebabkan massa udara hangat dan basah naik
(anak panah biru) dan mengalir ke arah kutub. Massa udara yang
naik melepaskan banyak kandungan air menyebabkan curah hujan
melimpah di wilayah tropis. Massa udara yang tinggi dan kini
kering, turun (anak panah cokelat) ke arah bumi, menyerap
kelembaban di daratan dan menciptakan iklim yang kering yang
kondusif untuk perkembangan gurun.

2.3 Cagar Biosfer Di Indonesia


Cagar biosfer adalah merupakan kawasan ekosistem yang
keberadaannya diakui dunia internasional sebagai bagian dari program
Man and Biosphere di bawah naungan Perserikatan Bangsa-bangsa.
Keberadaan cagar biosfer bertujuan untuk mencapai keseimbangan
dan melestarikan keanekaragaman hayati, pembangunan ekonomi dan
kebudayaan.
Saat ini Indonesia memiliki 14 cagar biosfer yang telah diakui
oleh badan PBB United Nation Educational, Scientific, And Cultural
Organization (UNESCO). Ke 14 cagar biosfer tersebut diantaranya:
1) Tanjung Puting, 1977
 Ditetapkan sebagai cagar biosfer : tahun 1977
 Letak : Propinsi Kalimantan Tengah yang meliputi
Kabupaten Kotawaringin.
 Luas : 415.040 Ha
 Karakteristik atau flora fauna endemik : orang utan,
bekantan, lutung merah, beruang madu, 200 jenis burung, 38
jenis mamalia bahkan saat ini menjadi pusat rehabilitasi orang
utan terbesar di dunia. Beberapa diantaranya adalah Tanjung
Harapan, Pondok Tanggui, dan Camp Leakey.

Gambar 8. Tanjung Puting


2) Cibodas, 1977
 Ditetapkan sebagai cagar biosfer : tahun 1997
 Letak : kawasan Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
 Luas : 22.851 Ha.
 Karakteristik atau flora fauna endemik : Elang Jawa dan Owa
Jawa, Lumut merah, Lumut Janggut, Tanaman Puspa, Burung
Kreket, dll.
Gambar 8. Cibodas
3) Lore Lindu, 1997
 Ditetapkan : tahun 1997
 Letak : Terletak di donggala, Poso, provinsi Sulawesi
Tengah. Lokasinya terletak sekitar 60 kilometer selatan kota
Palu.
 Luas : 229.000 ha
 Karakteristik atau flora fauna endemik : Anoa, maleo, tangkasi,
bajing dan babirusa, rotan, pohon ara, aren, damar, kantung
semar, pangi, dll. Terdapat situs megalitikum.

Gambar 9. Lore Lindu


4) Pulau Komodo, 1997
 Ditetapkan : tahun 1997
 Letak : Nusa Tenggara Timur.
 Luas : 173.300 ha
 Karakteristik atau flora fauna endemik : dihuni oleh sekitar
5.700 kadal raksasa yang tampak seperti naga sehingga disebut
sebagai Komodo Dragon.

Gambar 10. Pulau Komodo


5) Gunung Leuser, 1981
 Ditetapkan : tahun 1981
 Letak : secara administrasi pemerintahan terletak di dua
Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Provinsi Aceh yang
terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Aceh Barat Daya,Aceh
Selatan, Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh
Tamiang, sedangkan Provinsi Sumatera Utara yang termasuk
dalam wilayah TNGL meliputi Kabupaten Dairi, Karo dan
Langkat.
 Luas : 792.675 ha
 Karakteristik atau flora fauna endemik : Orang utan sumatra,
gajah, harimau, kera, macan tutul.

Gambar 11. Gunung Leuser


6) Siberut, 1981
 Ditetapkan : tahun 1981,
 Letak : Cagar Biosfer Siberut terdapat di Taman Nasional
Siberut (Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat)
 Luas : 190.500 ha
 Karakteristik atau flora dan fauna endemik : Di Pulau
Siberut tercatat antara lain 896 spesies tumbuhan berkayu, 31
spesies mamalia, dan 134 spesies burung.

Gambar 12. Siberut


7) Giam Siak Kecil - Bukit Batu, 2009
 Ditetapkan : 2009
 Letak : Riau
 Luas : Kawasan ini terbilang paling menarik karena memiliki
zona inti berupa taman nasional, sehingga berbeda dari Cagar
Biosfer lainnya yang umumnya memiliki zona inti berada di
dalam Taman Nasional. Kawasan intinya terdiri dari Suaka
Margasatwa Giam Siak Kecil (75.000 ha), Suaka Margasatwa
Bukit Batu (24.800 ha), konsesi hutan produksi Sinar Mas
(72.000 ha) serta eks HPH PT. Rimba Rokan Lestari. Total luas
areal inti Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu sekitar 174
ribu hektar, sedangkan luas keseluruhan cagar mencapai 705,271
ha.
 Karakteristik flora fauna endemik : Tempat Konservasi Liar
Giam Siak dan Konservasi Liar Bukit Batu untuk dua fauna
khas Sumatra seperti Gajah Sumatra dan Harimau Sumatra.
Gambar 13. Giam Siak Kecil
8) Wakatobi, 2012
 Ditetapkan : 2012
 Letak : Kawasan ini terdiri dari 39 pulau, 3 gosong serta 5
atol, secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten
Wakatobi, Propinsi Sulawesi Tenggara.
 Luas : 1.390.000 hektar.
 Karakteristik flora fauna endemik : terumbu karang, penyu,
angsa batu coklat, cerek melayu.

Gambar 14. Wakatobi


9) Bromo Tengger Semeru-Arjuno, 2015
 Ditetapkan : 2015
 Letak : Pasuruan, Probolinggo, Malang, Lumajang
Provinsi Jawa Timur.
 Luas : 50.276,3 Ha
 Karakteristik atau flora dan fauna endemik : Diwilayah ini
terdapat 137 spesies burung, 22 spesies mamalia dan 4 spesies
reptil yang dilindungi. Termasuk juga flora 'abadi', Edelweiss
Jawa.

Gambar 15. Bromo Tengger Semeru


10) Taka Bonerate-Kepulauan Selayar, 2015
 Ditetapkan : 2015
 Letak : Kecamatan Takabonerate, Kabupaten Kepulauan
Selayar, Sulawesi Selatan.
 Luas : 220.000 Ha
 Karakteristik atau flora fauna endemik : Sebaran terumbu
karang mencapai 500 km.

Gambar 16. Taka Bonerate


11) Belambangan, 2016
 Ditetapkan : 2016
 Letak : meliputi empat kawasan konservasi terdiri atas tiga
Taman Nasional (Alas Purwo, Baluran, dan Meru Betiri) dan
satu Cagar Alam Kawah Ijen.
 Luas : 127.855,62 Ha
 Karakteristik atau flora fauna endemik : karst, sabana, hutan
alpin, mangrove, terumbu karang.

Gambar 17. Belambangan


12) Berbak - Sembilang, 2018
 Ditetapkan : 2018
 Letak : berada di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera
Selatan.
 Luas : 205.750 Ha
 Karakteristik atau flora fauna endemik : habitat asli untuk
harimau sumatera, gajah, dan lokasi migrasi beberapa spesies
burung dari Siberia, adalah alasan kenapa tempat ini terpilih
menjadi cagar biosfer. Gajah paku, nipah, cemara laut, pandan,
jerutung, gelam tikus.
Gambar 18. Berbak
13) Betung Kerihun Danau Sentarum Kapuas Hulu, 2018
 Ditetapkan : 2018
 Letak : Kapuas Hulu, Kalimantan
 Luas : 800 Ha
 Karakteristik atau flora fauna endemik : 48 jenis mamalia,
170 jenis insekta, 112 jenis ikan. Ikan arwana, gaharu, dan
madu.

Gambar 19. Betung Kerihun Danau Sentarum Kapuas Hulu


14) Rinjani Lombok, 2018
 Ditetapkan : 2018
 Letak : Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat
 Luas : 41.330 Ha
 Karakteristik atau flora fauna endemik : black ebony leaf
monkey (Lutung Budeg), kera abu-abu ekor panjang, rusa,
kijang, babi hutan, burung kakak tua jambul sulfur, hutan
cemara, bunga edelweis.

Gambar 20. Gunung Rinjani

2.4 Biosfer 2
Biosfer 2 adalah rumah kaca raksasa yang luasnya kurang lebih
3 hektar yang dibangun di tengah gurun Arizona, Amerika Serikat.
Gagasan ini dikemukakan oleh Jhon Allen dan berkerja sama dengan
para ahli sains dari berbagai bidang seperti pertanian, arsitektur, dan
mesin yang diseleksi dari berbagai negara bekerja sama untuk dalam
membuat biosfer 2 sebagai proyek internasional. Biosfer 2 fokus pada
kegiatan pembelajaran dan penelitian. Tujuannya adalah untuk
menciptakan biosfer kecil yang meniru fungsi dari biosfer dalam bumi
kita. Kriteria keberhasilan projek ini adalah adanya keberlanjutan daur
ulang materi yang dapat mensuport keberlangsungan hidup dalam
suatu ruang tertutup. Proyek ini dikelola oleh perusahaan swasta,
Space Biospheres Ventures, yang bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan dari penjualan keahlian dan teknologi yang relevan.
Biosfer 2 dirancang untuk memiliki satu atmosfer yang dibagi oleh
berbagai jenis bioma. (Burgess, Tony L 2002)
Gambar 21. Rancangan dari Biosfer Dua
Para peneliti memulai mengerjakan proyek biosfer 2 pada
pertengahan 1980-an. Proyek ini melakukan dua misi tertutup;
pertama dari 26 September 1991 sampai 26 September 1993, dan yang
kedua selama enam bulan pada 1994. Pada tahun 1991, sebuah tim
yang terdiri atas delapan orang saintis masuk dan tinggal di Biosfer 2.
Gambar 22. Delapan Saintis yang tinggal dalam biosfer dua
Delapan orang peneliti ini ditempatkan untuk menguji apakah
biosfer 2 ini bisa menjaga kelangsungan hidup makhluk hidup yang
ada di dalamnya dan mampu bertahan hidup. Akan tetapi setelah 2
tahun berlalu, terdapat beberapa masalah yang tidak terduga yang
terjadi dalam biosfer dua ini, diantaranya oksigen yang ada dalam
biosfer dua menghilang secara misterius, siklus Nitrogen didalamnya
juga gagal berfungsi secara baik, konsentrasi CO 2 meningkat
mencapai level yang mengancam manusia serta banyak spesies hewan
dan tumbuhan yang mati. Sehingga dapat dikatakan bahwa Biosfer
dua telah gagal dan tidak mungkin bisa di pergunakan untuk
mendukung dan mempertahankan sistem kehidupan makhluk hidup di
dalamnya. Saat konsentrasi oksigen menurun drastis ke delapan
peneliti sibuk menanam dan mengurangi kadar CO 2 agar menstabilkan
proses sirkulasi dalam ruang tutup tersebut.

Gambar 23. Bangunan Biosfer dua


Kompleks rumah kaca dan unit tempat tinggal seluas 3 hektar
tersebut berisikan tanaman pangan dan hewan ternak terpilih yang
hidup dalam sebuah atmosfer dengan perolehan kelembapan dari
adanya samudra tiruan. Selain itu terdapat lima bioma yang berbeda di
dalam kompleks rumah kaca tersebut dan lahan pertanian.
Gambar 24. Bioma Laut Biosfer dua Gambar 25. Lahan Pertanian

Gambar 25. Bioma Hutan Hujan di Biosfer Gambar 26. Lahan Peternakan di Biosfer
Dua Dua

Gambar 27. Pepohonan di Biosfer Dua Gambar 28. Hunian di Biosfer Dua

Fasilitas pengolahan air limbah lahan basah yang dibangun oleh


tim yang berfungsi untuk melakukan daur ulang terhadap ketersediaan
air untuk sistem irigasi pertanian bekerja dengan sangat baik begitu
pula pendekatan inovatif untuk pemurnian udara terhadap biosfer yang
tertutup ini bekerja sangat baik dan efisien.
Pada Biosfer 2, semua bioma yang dibuat dengan daftar-daftar
spesies tertentu disesuaikan dengan skala ruang yang pada lahan yang
tersedia. Pada proses pembuatan bioma, tentunya disesuaikan dengan
kondisi dari tanah atau jenis sedimen, kualitas air, curah hujan, arus
air, angin, cahaya, temperatur, kelembapan dan pH yang berbeda-beda
dari setiap biomanya. Bagian paling nyata dari peran bioma dalam
biosfer global adalah dapat menurunkan adaptasi alami untuk
mengubah kondisi lingkungan (Kamshilov, 1976). Tidak hanya itu,
akan tetapi dapat membantu proses ekosistem sintesis yang ramah
lingkungan berdasarkan bioma alami yang diharapkan mampu
menghasilkan energi untuk menyeimbangkan hasil dari bioma
antropogenik dimana bioma antropogenik atau bioma daratan
moderen yang telah dipengaruhi manusia menggunakan satuan
ekosistem global yang berdasarkan pola interaksi manusia dan
ekosistem secara global. Sebagai contoh, dalam lingkungan sehari-
hari, kita menjumpai berbagai bahan pencemar atau polutan yang
disebabkan oleh interaksi manusia dengan lingkungan, sehingga
mengganggu keseimbangan ekosistem tersebut (Dampster, 1999).
BAB III

3. Penutup
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Biosfer adalah ekosistem global yang
merupakan total dari semua ekosistem dan bentang alam di bumi.
Biosfer didefinisikan sebagai komponen biologi dari sistem bumi yang
meliputi atmosfer, litosfer, hidrosfer dan lingkungan yang persebarab
flora dan fauna nya dipengaruhi oleh faktor abiotik dan biotik yang
memiliki peranan berbeda dalam suatu lingkup ekosistem secara
keseluruhan. Sehingga dalam proses pembentukan biosfer 2 tidak bisa
menyerupai penciptaan bisfer yang sesungguhnya di alam terbuka.

3.2 Saran
1. Penyususnan makalah dengan materi Biosfer dan Biosfer Dua,
sebaiknya mencamtumkan lebih banyak sumber yang lebih
relevean dan terbaru khususnya pada Biosfer Dua.
2. Agar dapat menambah pemahaman materi, sebaiknya dilengakpi
denagn penayanagn video tentang Biosfer Dua terutama pada
proses pembuatan Biosfer Dua yang berbeda dengan biosfer.
DAFTAR RUJUKAN

Campbell, Nail A & Reece, B. Jane. 2008. Biologi Edisi ke Delapan Jilid 3.
Jakarta: Erlangga

Bearden, ponter. 2004. Lessons Learned From Biosphere 2:When Viewed as a


Ground Simulation/Analog for LongDuration Human Space Exploration
and Settlement: Paragon Space Development Corp.

Burges, Tony L.2002. Biosphere 2 as a Case Study in Global Change: Educational


Lessons Learned Environmental Communication in the Information Society
- Proceedings of the 16th Conference

Burnie, David. 2005. Ekologi. Jakarta. Penerbit Erlangga

Dempster, William F. 1999. Biosphere 2 engineering design. Ecological


Engineering 13: 31–42.

Nelson, Mark. 2018. Lessons from Biosphere 2. Article from The Scientist
Careers.

Ridwan, M. 2012. Tingkat Keanekaragaman Hayati dan Pemanfaatannya di


ndonesia. Jurnal Pendidikan Biologi. Universitas Serambi Mekkah, Banda
Aceh

Sembel, Dantje Terno. 2015. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta. Penerbit:


ANDI

Anda mungkin juga menyukai