Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan penelitian adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan
atau memecahkan permasalahan yang dihadapi, dilakukan secara ilmiah,
sistematis dan logis, dan menempuh langkah-langkah tertentu. Pada
penelitian di bidang apapun umumnya langkah-langkah itu mempunyai
kesamaan, walaupun dalam beberapa hal sering terjadi pelaksanaannya yang
dimodifikasi oleh peneliti yang bersangkutan sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi. Guna memaksimalkan hasil penelitian, hendaknya
peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas,
proses atau sekelompok individu dengan menggunakan berbagai prosedur
pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Tujuan dalam
pelaksanaan penelitian tersebut adalah untuk memahami bagaimana suatu
peristiwa dapat berjalan daripada mengembangkan pemahaman yang
mendalam tentang kasus tunggal atau mengeksplorasi isu atau dengan
menggunakan kasus tersebut sebagai ilustrasi spesifik.
Penelitian selain merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk
meningkatkan sejumlah pengetahunan, juga merupakan suatu usaha yang
sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang
memerlukan jawaban setiap permasalahn yang diteliti memiliki karakteristik
yang berbeda-beda oleh karena itu dibutuhkan pula metode penelitian yang
sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Ada berbagai metode
penelitian yang dapat digunakan, salah satunya adalah dengan metode studi
kasus. Menurut Yin (2009) penelitian studi kasus biasa digunakan untuk
menjawab permasalahan yang berkenaan dengan how atau why terhadap
sesuatu yang diteliti. Oleh karena itu, makalah ini akan memberikan
pelajaran terkait penelitian kualitatif studi kasus, sehingga dari adanya
materi tersebut maka mahasiswa memiliki kemampuan dalam

1
mengidentifikasi dan memahami tahapan-tahapan terkait penelitian
kualitatif studi kasus.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, disusun rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan studi kasus?
2. Apa saja karakteristik, tipe-tipe dan implementasi studi kasus?
3. Bagaimana desain studi kasus?
4. Bagaimana langkah-langkah penelitian studi kasus?
5. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari penelitian studi kasus?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian studi kasus.
2. Untuk mengidentifikasi karakteristik, tipe-tipe dan implementasi studi
kasus.
3. Untuk mengidentifikasi desain dari studi kasus.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah penelitian studi kasus.
5. Untuk mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari penelitian studi
kasus.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Studi Kasus


Salah satu jenis penelitian kualitatif adalah berupa penelitian dengan
metode atau pendekatan studi kasus (Case Study). Penelitian ini
memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang
mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari
semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain data dalam studi ini
dikumpulkan dari berbagai sumber namun hanya berlaku pada kasus yang
diselidiki (Nawawi, 2003). Arikunto (1986) mengemukakan bahwa metode
studi kasus adalah penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci, dan
mendalam terhadap suatu organisme (individu), lembaga atau gejala tertentu
dengan daerah atau subjek yang sempit.
Studi kasus atau penelitian kasus (case study) adalah penelitian
tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik
atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield, 1930). Subjek penelitian
dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Peneliti ingin
mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari
unit-unit sosial yang menjadi subjek. Tujuan studi kasus adalah untuk
memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat
serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu,
yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang
bersifat umum.
Menurut Yin (1987) study kasus merupakan suatu inkuiri empirik
untuk meneliti suatu fenomena kontemporer dalam konteks yang
sebenarnya. Yin memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan
penekanan pada ciri-cirinya.Penelitian case study merupakan studi
mendalam mengenai unit sosial tertentu dan hasil penelitian tersebut
memberikan gambaran luas serta mendalam mengenai unit sosial tertentu.

3
Subjek yang diteliti relatif terbatas, namun variabel-variabel dan fokus yang
diteliti sangat luas dimensinya (Danim, 2002).
Penelitian studi kasus akan kurang kedalamannya bilamana hanya
dipusatkan pada fase tertentu saja atau salah satu aspek tertentu sebelum
memperoleh gambaran umum tentang kasus tersebut. Sebaliknya studi kasus
akan kehilangan artinya kalau hanya ditujukan sekedar untuk memperoleh
gambaran umum namun tanpa menemukan sesuatu atau beberapa aspek
khusus yang perlu dipelajari secara intensif dan mendalam. Disamping itu,
studi kasus yang baik harus dilakukan secara langsung dalam kehidupan
sebenarnya dari kasus yang diselidiki. Walaupun demikian, data studi kasus
dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti, tetapi juga dapat
diperoleh dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus tersebut
dengan baik. Dengan kata lain, data dalam studi kasus dapat diperoleh dari
berbagai sumber namun terbatas dalam kasus yang akanditeliti tersebut
(Nawawi, 2003).Secara ringkasnya yang membedakan metode studi kasus
dengan metode penelitian kualitatif lainnya adalah kedalaman analisisnya
pada kasus yang lebih spesifik (baik kejadian maupun fenomena tertentu).
Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi
kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa,
latar, dan dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam
sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing
dengan maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara
variabel-variabelnya.Studi kasus lebih menekankan mengkaji variabel yang
cukup banyak pada jumlah unit yang kecil. Ini berbeda dengan metode
survai, di mana peneliti cenderung mengevaluasi variabel yang lebih sedikit,
tetapi dengan unit sample yang relative besar.
Studi kasus tidak selalu menggunakan pendekatan kualitatif, ada
beberapa studi kasus yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam
membahas studi kasus, akan menekankan pendekatan kualitatif, bersifat
naturalistik, berbasis pada budaya dan minat fenomenologi. Studi kasus
bukan merupakan pilihan metodologi, tetapi pilihan masalah yang bersifat

4
khusus untuk dipelajari. Creswell menyarankan bahwa peneliti yang akan
mengembangkan penelitian studi kasus:
1. Peneliti hendaknya dapat mengidentifikasi kasusnya dengan baik.
2. Peneliti hendaknya mempertimbangkan apakah akan mempelajari
sebuah kasus tunggal atau multikasus.
3. Dalam memilih suatu kasus diperlukan dasar pemikiran dari peneliti
untuk melakukan strategi sampling yang baik sehingga dapat pula
mengumpulkan informasi tentang kasus dengan baik pula.
4. Memiliki banyak informasi untuk menggambarkan secara mendalam
suatu kasus tertentu. Dalam merancang sebuah studi kasus,
peneliti dapat mengembangkan sebuah matriks pengumpulan data
dengan berbagai informasi yang dikumpulkan mengenai suatu kasus.
5. Memutuskan “batasan” sebuah kasus. Batasan-batasan tersebut dapat
dilihat dari aspek waktu, peristiwa dan proses.

B. Karakteristik Studi Kasus


Keunikan penelitian studi kasus adalah pada adanya cara pandang
terhadap obyek penelitiannya sebagai ’kasus’. Bahkan, secara khusus, Stake
(2005) menyatakan bahwa penelitian studi kasus bukanlah suatu pilihan
metode penelitian, tetapi bagaimana memilih kasus sebagai obyek atau
target penelitian. Pernyataan ini menekankan bahwa peneliti studi kasus
harus memahami bagaimana menempatkan obyek atau target penelitiannya
sebagai kasus di dalam penelitiannya.
Kasus itu sendiri adalah sesuatu yang dipandang sebagai suatu sistem
kesatuan yang menyeluruh, tetapi terbatasi oleh kerangka konteks tertentu
(Creswell, 2007). Sebuah kasus adalah isu atau masalah yang harus
dipelajari, yang akan mengungkapkan pemahaman mendalam tentang kasus
tersebut, sebagai suatu kesatuan sistem yang dibatasi, yang melibatkan
pemahaman sebuah peristiwa, aktivitas, proses, atau satu atau lebih
individu. Melalui penelitian studi kasus, kasus yang diteliti dapat dijelaskan
secara terperinci dan komprehensif, menyangkut tidak hanya penjelasan

5
tentang karakteristiknya, tetapi juga bagaimana dan mengapa karakteristik
dari kasus tersebut dapat terbentuk.
1. Memandang kasus sebagai fenomena yang bersifat kontemporer
Bersifat kontemporer, berarti kasus tersebut sedang atau telah selesai
terjadi, tetapi masih memiliki dampak yang dapat dirasakan pada saat
penelitian dilaksanakan, atau yang dapat menunjukkan perbedaan
dengan fenomena yang biasa terjadi. Dengan kata lain, sebagai
bounded system (sistem yang dibatasi), penelitian studi kasus dibatasi
dan hanya difokuskan pada hal-hal yang berada dalam batas tersebut.
Pembatasan dapat berupa waktu maupun ruang yang terkait dengan
kasus tersebut.
2. Dilakukan pada kondisi kehidupan sebenarnya
Pelaksanaan penelitian studi kasus menggunakan pendekatan
penelitian naturalistik. Dengan kata lain, penelitian studi kasus
meneliti kehidupan nyata, yang dipandang sebagai kasus. Kehidupan
nyata itu sendiri adalah suatu kondisi kehidupan yang terdapat pada
lingkungan hidup manusia baik sebagai individu maupun anggota
kelompok yang sebenarnya.
Penelitian studi kasus berupaya mengungkapkan dan
menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan obyek yang
ditelitinya pada kondisi yang sebenarnya, baik kebaikannya,
keburukannya, keberhasilannya, maupun kegagalannya secara apa
adanya. Sifat yang demikian menyebabkan munculnya pandangan
bahwa penelitian studi kasus sangat tepat untuk menjelaskan suatu
kondisi alamiah yang kompleks.
3. Menggunakan berbagai sumber data
Penelitian studi kasus menggunakan berbagai sumber data.
Pengggunaan berbagai sumber data dimaksudkan untuk mendapatkan
data yang terperinci dan komprehensif yang menyangkut obyek yang
diteliti. Dengan adanya berbagai sumber data tersebut, peneliti dapat
meyakinkan kebenaran dan keakuratan data yang diperolehnya dengan
mengecek saling-silangkan antar data yang diperoleh.

6
Adapun bentuk-bentuk data tersebut dapat berupa catatan hasil
wawancara, pengamatan lapangan, pengamatan artefak dan dokumen.
Catatan wawancara merupakan hasil yang diperoleh dari proses
wawancara, baik berupa wawancara mendalam terhadap satu orang
informan maupun terhadap kelompok orang dalam suatu diskusi.
Sedangkan catatan lapangan dan artefak merupakan hasil dari
pengamatan atau obervasi lapangan. Catatan dokumen merupakan
hasil pengumpulan berbagai dokumen yang berupa berbagai bentuk
data sekunder, seperti buku laporan, dokumentasi foto dan video.
4. Menggunakan teori sebagai acuan penelitian
Berdasarkan pemikiran induktif yang bermaksud untuk
membangun pengetahuan-pengetahuan baru yang orisinil, penelitian
kualitatif selalu dikonotasikan sebagai penelitian yang menolak
penggunaan teori sebagai acuan penelitian. Penggunaan teori sebagai
acuan dianggap dapat mengurangi orisinalitas temuan dari penelitian
kualitatif.
Pada penelitian studi kasus, teori digunakan baik untuk
menentukan arah, konteks, maupun posisi hasil penelitian. Kajian
teori dapat dilakukan di bagian depan, tengah dan belakang proses
penelitian. Pada bagian depan, teori digunakan untuk membangun
arahan dan pedoman di dalam menjalankan kegiatan penelitian.
Melalui pemanfaatan teori tersebut, peneliti studi kasus dapat
membangun teori yang langsung terkait dengan kondisi kasus yang
ditelitinya. Kesimpulan konseptual dan teoritis yang dibangun melalui
penelitian studi kasus dapat lebih bersifat alamiah, karena sifat dari
kasus yang alamiah seperti apa adanya tersebut.

C. Tipe-tipe Studi Kasus dan Implementasinya dalam Penelitian


Bogdan dan Biklen (1982), mencoba mengklasifikasikan tipe-tipe
studi kasus ke dalam enam tipologi. Keenam tipologi ini merupakan single
case studies, studi kasus tunggal.

7
1. Pertama, studi kasus kesejarahan sebuah organisasi. Pemasalahan
yang dituntut dalam studi kasus jenis ini adalah pemusatan perhatian
mengenai perjalanan dan perkembangan sejarah organisasi sosial
tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula. Melakukan studi
macam ini selain memerlukan sumber-sumber informasi dan bahan-
bahan yang akurat dan terpercaya, juga membutuhkan kecermatan
dalam merinci secara sistematik perkembangan dari tahap-tahap
sebuah organisasi sosial. Untuk memastikan ketersediaan bahan-bahan
dan sumber informasi yang diper-lukan, agaknya penting studi
pendahuluan dalam studi kasus tipe pertama ini.
2. Kedua, studi kasus observasi. Yang lebih ditekankan di sini adalah
kemampuan seorang peneliti menggunakan teknik observasi dalam
kegiatan penelitian. Dengan teknik observasi seperti ini diharapkan
dapat dijaring keterangan-keterangan empiris yang detail dan aktual
dari unit analisis atau unit pemikiran (thinking unit) penelitian, apakah
itu menyangkut kehidupan individu maupun unit-unit sosial tertentu
dalam masyarakat.
3. Ketiga, studi kasus sejarah kehidupan (life history). Studi ini mencoba
menyingkap dengan lengkap dan rinci kisah perjalanan hidup
seseorang sesuai dengan tahap-tahap, dinamika dan liku-liku yang
mengharu biru kehidupannya. Seseorang yang dimaksud tentu tidak
sembarang orang melainkan yang memiliki keunikan yang menonjol
dan luar biasa dalam konteks kehidupan masyarakat. Misalnya,
tentang kehadirannya memberi makna tersendiri sekaligus sangat
mewarnai perubahan-perubahan dalam masyarakat. Melakukan studi
kasus life history ini dapat bersandar pada dokumen-dokumen pribadi
yang bersangkutan serta dengan melakukan wawancara mendalam
kepada orang pertama sebagai sumber utama.
4. Keempat, studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan. Seorang
peneliti yang berpengalaman serta memiliki kepekaan dan ketajaman
naluriah sebagai peneliti seringkali mampu melihat sisi-sisi unik tapi
bermakna dari lingkungan sosial sekitarnya di dalam komunitas

8
dimana dia hidup dan bergaul sehari-hari. Kenyataan tersebut dapat
dijadikan pusat perhatian untuk melakukan studi kasus komunitas
sosial atau kemasyarakatan.
5. Kelima, studi kasus analisis situasional. Kehidupan sosial yang
dinamis dan selalu menggapai perubahan demi perubahan tentu saja
mengisyaratkan adanya letusan-letusan situasi dalam bentuk
peristiwa-peristiwa atau katakanlah fenomena sosial tertentu.
Misalnya, krisis politik yang melanda negeri ini disertai berbagai isu
berseliweran tak karuan seperti akan ada kerusuhan, penjarahan
massal dan sebagainya, telah membuat orang-orang keturunan Cina di
berbagai kota besar ramai-ramai mengungsi ke kota lain yang
dianggap aman bahkan tidak sedikit yang keluar negeri. Contoh lain,
datangnya era reformasi di tengah badai krisis ekonomi dan politik
saat ini justru disikapi oleh kalangan elite masyarakat dengan
mendirikan partai politik. Fenomena demikian sesungguhnya
menggambarkan sebuah situasi sosial macam apa? Hal ini menarik
diteliti untuk menggambarkan sebuah situasi sosial yang telah dan
tengah berlangsung.
6. Keenam, studi kasus mikroemografi. Studi kasus tataran ini dilakukan
terhadap sebuah unit sosial terkecil. Katakanlah sebuah sisi tertentu
dalam kehidupan sebuah komunitas atau organisasi atau bahkan
seorang individu.

Sementara itu, Yin (1996), mengkategorikan studi kasus ke dalam tiga


tipologi, yakni: studi kasus ekplanatoris, eksploratoris, dan deskriptif. Yin
meletakkan ketiga tipologi ini berdasarkan jenis pertanyaan yang harus
dijawab dalam studi kasus, yakni pertanyaan "how" (bagaimana) dan "why"
(mengapa), serta pada tingkat tertentu juga menjawab pertanyaan "what"
(apa/apakah). Dengan mengedepankan tiga tipologi tersebut, Yin sekaligus
menolak anggapan (atau yang menurutnya kesalahpahaman umum) bahwa
studi kasus hanya cocok diterapkan dalam penelitian yang bersifat

9
eksploratoris, tidak dalam konteks penelitian yang bersifat eksplanatoris dan
deskriptif.
Sejalan dengan Yin, Sevilla dkk. (1993) misalnya, meletakkan studi
kasus sebagai penelitian yang bersifat deskriptif. Untuk mendukung
argumentasinya, Yin menyebut salah satu karya bermutu dan terkenal yang
dihasilkan melalui studi kasus. Sebuah buku yang ditulis oleh William F.
White (1943), Street Comer Society, dikedepankannya sebagai contoh
sebuah karya klasik dalam sosiologi komunitas dari studi kasus yang
bersifat deskriptif. Juga, karya Graham Allison (1971), Essence of Decision
Making: Eksplaining the Missile Crisis, sebagai contoh studi kasus
eksplanatori.

D. Desain Studi Kasus


Desain penelitian adalah logika keterkaitan antara data yang harus
dikumpulkan dan kesimpulan yang harus dihasilkan dan pertanyaan awal
suatu penelitian. Pada tingkat yang paling dasar, desain merupakan susunan
logis yang menghubungkan data empiris dengan pertanyaan awal
penelitiannya dan terutama konklusinya (Yin, 2002). Desain yang hendak
diketengahkan di sini mengacu pada model yang dikembangkan Robert Yin.
Sebelum membangun desain, seorang peneliti perlu memperhatikan empat
aspek kualitas, yakni:
1. Validitas konstruk (menetapkan ukuran operasional yang benar untuk
konsep-konsep yang akan diteliti),
2. Validitas internal (credibility, menetapkan hubungan kausal, dan ini
khusus untuk studi kasus eksplanatoris),
3. Validitas eksternal (transferability, menetapkan ranah di mana temuan
suatu penelitian dapat divisualisasikan), dan
4. Reliabilitas (dependability, proses penelitian dapat diinterpretasikan,
dengan hasil yang sarna).
Berkaitan dengan itu, Yin mengajukan lima komponen penting dalam
desain studi kasus. Kelima komponen tersebut adalah:

10
1. Pertanyaan-pertanyaan penelitian; komponen ini berkenaan dengan
siapa, apa, dimana, bagaimana, dan mengapa. Strategi studi kasus
merupakan strategi yang paling cocok untuk pertanyaan-pertanyaan
bagaimana dan mengapa.
2. Proposisi penelitian. Proposisi ini memberi isyarat kepada peneliti
mengenai sesuatu yang harus diteliti dalam lingkup studinya.
3. Unit-unit analisis penelitian. Hal ini menunjuk pada apa sesungguhnya
yang dimaksud harus ditentukan terlebih dahulu secara jelas;
4. Logika yang mengaitkan data dengan proposisi; dan
5. Pengaitan data terhadap proposisi dan kriteria pengiterpretasian
temuannya. Kedua komponen yang disebutkan terakhir (4 & 5)
menunjuk pada tahap-tahap analisis data dalam penelitian studi kasus.
Pengaitan data terhadap proposis dapat dilakukan dengan banyak cara.
Satu pendekatan yang dapat digunakan adalah “pola penjodohan”,
yang mengaitkan beberapa informasi kasus yang sama dengan
beberapa proposisi teoritis.

E. Persiapan Pengumpulan Data


Persiapan untuk menangani studi kasus mencakup keterampilan-
keterampilan yang dituntut dari peneliti. Guna membantu peneliti melakkan
persiapan untuk pelaksanaan studi kasus yang berkualitas, perlu dilakukan
latihan intensif. Sebetulnya, tuntutan studi kasus atas intelek, ego, dan emosi
seseorang lebih besar daripada tuntutan terhadap strategi penelitian yang
lain. Hal in disebabkan karena prosedur pengumpulan datanya tidak tetap.
Tidak ada perangkat khusus untuk menilai keterampilan menangani studi
kasus. berikut adalah keterampilan yang harus dimiliki seorang peneliti
studi kasus (Yin, 2002).
1. Kemampuan mengajukan pertanyaan
Keingin tahuan merupakan prasyarat utama selama melangsungkan
pengumpulan data, dan bukan hanya sebelum dan sesuadah kegiatan
itu saja. Pengumpulan data mengikuti suatu rencana, tetapi informasi
spesfifk yang diperkirakan relevan tidak dapat beul-betul

11
diprediksikan. Peneliti bisa saja kelelahan pada hari akhir sehingga
mempengaruhi performa penelitian.
2. Kemampuan mendengarkan
Mendengarkan meliputi pengamatan dan perabaan yang lebih umum
dan tak terbatas pada penuturan lisan. Menjadi pendengar yang baik
berari mampu membaurkan informasi baru dalam jumlah besar tanpa
bias. Ketika pihak yang diwawancarai menyatakan sesuatu kejadia,
seorang pendengar yang baik mendengarkan kata-kata ang pasti yang
digunakan oleh orang yang diwawancarai tadi, menangkap suasan
hati, dan komponen sikap serta memahami konteks yang digunakan
sebagai sudut pandang pihak yang diwawancara.
3. Penyesuaian Diri dan Fleksibilitas
Apabila terjadi perubahan, peneliti harus memelihara perspektif yang
tidak bias dan mengakui situasu tersebut di mana peneliti yang sama
sekali baru mungkin akan terlena. Peneliti yang cakap harus inga
tutujuan awal penelitiannya, tetapi selanjunya harus mau mengubah
prosedur atau rencananya jika ternyata peristiwa-pertistiwa tak
terantisipasi.
4. Memegang erat isu yang akan diteliti
Cara utama untuk tetap kukuh pada target adalah memahami tujuan
semula dari penelitian studi kasusunya sendiri. Tanpa memegang isu-
isu, seorang peneliia dapat khilanngan kunci-kunci penting dan tidak
akan mengetahui kapan suatu penyimpangan bisa diterima atau
bahkan dikehendaki.
5. Mengurangi bias
Peneliti dapat mengrangi bias dengan memaparkan hasil temuannya
kepada kolega dan subyek penelitian. Apabila hasil temuan tersebut
sudah sesuai, maka dapat mengurangi bias.

F. Sumber Bukti
1. Dokumetasi

12
Pada studi kasus, penggunaan dokumen yang paling penting adalah
mendukung dan menambah bukti dari sumber lain. Misalnya, dokumen
membantu memverifikasi ejaan dan judul atau nama yang benar dari
organisas-organisasi yang telah disiggung. Dokumen juga dapat
menambah rincian spesifik lainnya guna mendukung informasi dari
sumber-sumber lain (Yin, 2002).
2. Rekaman Arsip
Tidak seperti dokumenter, kegunaan arsip bervariasi pada satu studi
kasus. contoh arsip adalah rekaman layanan, daftar nama, rekaman-
rekaman pribadi.
3. Wawancara
Wawancara bisa mengambil beberapa bentuk. Yang paling umum
adalah kasus bertipe open-ended, dimana penelitia dapat bertanya
kepada responden kunci tentang fakta suatu peristiwa. Makin besar
bantuan responden dalam penggunaan cara yang disebut, makin besar
peranannya sebagai informan. Informan kunci tak hanya memberi
keterangan tentang sesuatu teteapi juga memberi saran sebagai sumber
bukti.
4. Observasi Langsung
Observasi langsung dapat dilakukan dengan membuat kunjungan
lapangan terhadap situs studi kasus.
5. Observasi partisipan
Observasi penelitian adalah dimana peneliti tidak hanya menjadi
pengamatan yang pasif, melainkan juga mengambil berbagai peran
dalam situasu tertentu dan berpartisipasi dalam persitiwa yang akan
diteliti. Contoh: menjadi penduduk di lingkungan social yang
bersangkutan, mengambil peran fungsional, dan berperan sebagai
anggota staf.

G. Bentuk-bentuk Analisis Dominan


1. Penjodohan Pola

13
Pada logika ini membandingkan suatu pola yang didasarkan atas
empiri dengan pola yang diprediksikan (atau dengan beberapa prediksi
alternatif). Jika kedua pola tersebut memiliki persamaan, hasilnya
dapat menguatkan validitas internal studi kasus yang bersangkutan.
Jika studi kasus yang bersangkutan eksploratoris, polanya mungkin
berkaitan dengan variabel-variabel dependen atau independen dari
penelitiannya (ataupun keduanya). Jika studi kasus deskriptif,
perjodohan pola masih akan relevan sepanjang pola variabel-variabel
spesifik yang diprediksi ditentukan sebelun pengumpulan data.
a. Variabel-variabel Non-equivalen sebagai Pola
Pola variabel dependen bisa berasal dari salah satu desain
penelitian kuasi eksperimen yang lebih potensial, disebut
”desain variabel non-equivalen yang dependen”. Menurut desain
ini, suatu eksperimen atau kuasi eksperimen bisa memiliki
banyak variabel dependen, yaitu keanekargaman hasil. Jika,
untuk setiap hasil, nilai-nilai yang diprediksi sebelumnya telah
diketemukan dan pada saat yang sama pola—pola alternatif dari
nilai-nilai yang diprediksi.
b. Penjelasan Tandingan sebagai Pola
Tipe ini adalah untuk variabel-variabel independen. Dalam
keadaan seperti ini, bebeapa kasus memiliki tipe hasil tertentu
dan penelitiannya tefokus pada soal bagaimana dan mengapa
hasil ini terjadi pada setiap kasus. Analisis ini menuntut
pengembangan proposisi-proposisi teoritis tandingan yang
terartikulasikan di dalam istilah-istilah yang operasional.
Karakteristik penting dari penjelasan-penjelasan tandingan ini
adalah bahwa masing-masing mencakup pola variabel
independen yang terungkap.
c. Pola-pola yang Lebih Sederhana
Pada kasus yang paling sederhana, dimana hanya ada dua
variabel dependen (atau independen) yang berbeda, penjodohan
pola juga dimungkinkan sepanjang pola yang berbeda untuk

14
kedua variabel tersebut telah ditetapkan. Makin sulit suatu
variabel, tentu saja makin bagus pola yang berbeda itu membuka
peluang perbandingan bagi perbedaannya.
2. Pembuatan Penjelasan
Ini merupakan tipe khusus perjodohan pola, tetapi prosedurnya lebih
sulit dan karenanya patut mendapat perhatian tersendiri. Tujuannya
adalah menganalisis data studi kasus dengan cara membuat suatu
penjelasan tentang kasus yang bersangkutan.
a. Unsur-unsur Penjelasan
Menjelaskan suatu fenomena berarti menetapkan serangkaian
keterkaitan timbal-balik mengenai fenomena tersebut. Kaitan
timbal-balik ini sama dengan variabel-variabel independen
dalam penggunaan penjelasan tandingan yang telah
dideskripsikan sebelumnya.
b. Hakikat Perulangan dalam Pembuatan Penjelasan
Proses pembuatan penjelasan, untuk studi kasus eksplanatoris,
belum terdokumentasikan dengan baik ke dalam istilah-istilah
yang operasional, namun, karakteristik yang perlu diperhatikan
ialah bahwa penjelasan akhir tersebut merupakan hasil dari
serangkaian perulangan:
 Membuat suatu pernyataan teoretis awal atau proposisi awal
tentang kebijakan atau perilaku sosial
 Membandingkan temuan-temuan kasus awal dengan
pernyataan atau proposisi
 Memperbaiki pernytaan atau proposisi
 Membandingkan rincian-rincian kasus lainnya dalam rangka
perbaikan tersebut
 Memperbaiki lagi pernytaan atau proposisi
 Membandingkan perbaikan tersebut dengan fakta-fakta dari
kasus kedua, ketiga atau lebih
 Mengulangi proses ini sebanyak mungkin sebagaimana
diperlukan

15
c. Persoalan-persoalan Potensial dalam Pengembangan Penjelasan
Pendekatan terhadap analisis studi kasus ini penuh dengan
bahaya. Banyak kecerdikan dituntut dari pembuat penjelasan.
Acuan hendaknya tetap diletakkan pada tujuan asal inkuiri
tersebut dan penjelasan-penjelasan alternatif yang dapat
membantu mengurangi persoalan potensial ini.
3. Analisis Deret Waktu
Strategi analisis selanjutnya adalah menyelenggarakan analisis deret
waktu, yang secara langsung analog dengan analisis deret waktu yang
diselenggarakan dalam eksperimen dan kuasi eksperimen.
a. Deret Waktu Sederhana
Desain deret waktu bisa lebih sederhana di satu sisi yaitu bahwa
di dalam deret waktu bisa lebih sederhana di satu sisi yaitu
bahwa di dalam deret waktu dimungkinkan hanya ada variabel
tunggal dependen atau independen. Dalam keadaan seperti ini,
bila dalam jumlah besar butir data relevan dan tersedia, uji-uji
statistik bahkan dapat pula digunakan untuk menganalisis data
yang bersangkutan.
Logika esensial yang mendasari desain deret waktu ialah
pasangan antara kecenderungan butir-butir data dalam
perbandingannya dengan: (a) kecendrungan yang signifikan
secara teoritis yang ditentukan sebelum permulaan penelitian
yang bersangkutan dalam perbedaannya (b) beberapa
kecendrungan tandingan, yang juga ditetapkan sebelumnya (c)
kecenderungan yang didasarkan atas beberapa perangkat atau
ancaman terhadap validitas internal.
b. Deret Waktu yang Kompleks
Deain-desain deret waktu bisa menjadi lebih kompleks bila
kecenderungan dalam suatu kasusnya dipostulasikan lebih
kompleks. Kelebihan dari strategi studi kasus tersebut tidak
hanya dalam mengevaluasi tipe deret waktu, melainkan juga
dalam mengembangkan penjelasan yang kaya bagi pola hasil

16
yang kompleks serta dalam membandingkan penjelasan akan
hasil yang bersangkutan. Secara umum, walaupun deret waktu
yang lebih kompleks melahirkan persoalan-persoalan yang lebih
besar bagi pengumpulan data, hal tersebut mengarah ke suatu
kecenderungan yang lebih elaboratif, yang membuat analisis
lebih mantap. Pola deret waktu yang diprediksi dan aktual,
bilamana keduanya sama-sama kompleks, akan menghasilkan
bukti yang kuat untuk suatu proposisi teoretis awal.
c. Kronologis
Analisis-analisis peristiwa kronologis merupakan suatu teknik
yang sering digunakan dalam studi kasus dan bisa dipandang
sebagai bentuk khusus dari analisis deret waktu. Urutan
kronologis tersebut sekali lagi berfokus langsung kepada
kekuatan utama studi kasus bahwa studi kasus memungkinkan
seorang peneliti melacak peristiwa secara lebih. Maksud dari
analisis tersebut adalah membandingkan kronologi tersebut
dengan kronologi yang diprediksikan oleh beberapa teori
eksplanatoris-dimana teori tersebut mempunyai satu atau lebih
jenis keadaan tertentu sebagai berikut:
 Beberapa peristiwa harus selalu terjadi sebelum peristiwa
yang lain, dimana urutan kebalikannya tak mungkin terjadi
 Beberapa kejadian harus selalu diikuti oleh kejadian yang
lain atas dasar ketidak mungkinan
 Beberapa peristiwa hanya bisa mengikuti peritiwa lain seletah
suatu lintasan waktu diprediksi
 Periode-periode waktu tertentu dalam suatu studi kasus
mungkin ditandai oleh beberapa kelompok kejadian yang
berbeda secara substansial dari kejadian pada periode waktu
lainnya.
d. Kondisi-kondisi untuk Analisis Deret Waktu
Suatu penyanggahan di dalam deret waktu akan merupakan
peluang untuk merumpamakan hubungan-hubungan kausal,

17
demikian pula suatu urutan kronologis hendaknya berisi
perumpamaan.

H. Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus


1. Pemilihan kasus
Dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujua
(purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh
peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses,
dan masvarakat atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi
kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas
waktu dan sumbersumber yang tersedia;
2. Pengumpulan data
Terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang lebih
dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan
analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat
menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan
lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda
secara serentak;
3. Analisis data
Setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi
mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang
dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal
khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data.
Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan
ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan,
sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau
setelah selesai dan lapangan.
4. Perbaikan (refinement)
Meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus
hendaknya clilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement)
data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data
baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali

18
harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke
dalam kategori yang sudah ada.
5. Penulisan laporan
Laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan
mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas,
sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi
penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam
situasi kasus kehiclupan seseorang atau kelompik.

I. Kelebihan dan Kelemahan


Sebagai sebuah metode, studi kasus memiliki keunikan atau
keunggulan tersendiri dalam kancah penelitian sosial. Secara umum studi
kasus memberikan akses atau peluang yang luas kepada peneliti untuk
menelaah secara mendalam, detail, intensif dan menyeluruh terhadap unit
sosial yang diteliti. Selain itu menggunakan studi kasus, dimungkinkan
peneliti untuk membandingkan sejumlah pendekatan yang berbeda-beda
terhadap suatu masalah dengan cukup rinci untuk mengambil pelajaran yang
dapat diterapkan secara umum. Itulah kekuatan utama sebagai karakteristik
dasar dari studi kasus. Secara lebih rinci studi kasus mengisyaratkan
keunggulan-keunggulan berikut:
1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan
antar-konsep serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan
pemahaman yang lebih luas
2. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan
mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia. Melalui
penyelidikan intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan
hubungan-hubungan yang (mungkin) tidak diharapkan/diduga
sebelumnya;
3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang
sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan
bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam
rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial.

19
Di samping tiga keunggulan di atas, studi kasus dapat memiliki
keunggulan spesifik lainnya, seperti dilansir oleh Black dan Champion
(1992), yakni:
1. bersifat luwes berkenaan dengan metode pengumpulan data yang
digunakan
2. keluwesan studi kasus menjangkau dimensi yang sesungguhnya dari
topik yang diselidiki.
3. dapat dilaksanakan secara praktis di dalam banyak lingkungan sosial.
4. studi kasus menawarkan kesempatan menguji teori; dan
5. studi kasus bisa sangat murah, bergantung pada jangkauan
penyelidikan dan tipe teknik pengumpulan data yang digunakan.
Akan tetapi, di samping keunggulan-keunggulan yang ditawarkan
studi kasus ternyata juga mengandung sejumlah kelemahan yang harus
disadari oleh peneliti. Kelemahan-kelemahan itu adalah, misalnya:
1. Pertama, studi kasus, setidaknya yang dilakukan selama ini, agak
kurang memberikan dasar yang kuat untuk melakukan suatu
generalisasi ilmiah.
2. Kedua, kedalaman studi yang dilakukan tanpa banyak disadari
ternyata justru mengorbankan tingkat keluasan yang seharusnya
dilakukan, sehingga sulit digeneralisasikan pada keadaan yang berlaku
umum.
3. Ketiga, ada kecenderungan studi kasus kurang mampu mengendalikan
bias subjektifitas peneliti. Kasus yang dipilih untuk diteliti, misalnya,
cenderung lebih karena sifat dramatiknya, bukan karena sifat khas
yang dimilikinya. Dengan demikian subjektifitas peneliti
dikhawatirkan terlalu jauh mencampuri hasil penelitian.

Studi kasus mempunyai banyak kelemahan disamping adanya


keunggulan-keunggulan. Studi kasus mempunyai kelemahan karena
anggota sample yang terlalu kecil, sehingga sulit dibuat inferensi kepada
populasi. Disamping itu, studi kasus sangat dipengaruhi oleh pandangan
subjektf dalam pemilihan kasus karena adanya sifat khas yang dapat saja

20
terlalu dibesar-besarkan. Kurangnya objektivitas, dapat disebabkan karena
kasus cocok benar dengan konsep yang sebelumnya telah ada pada si
peneliti, ataupun dalam penempatan serta pengikutsertaan data dalam
konteks yang bermakna yang menjurus pada interpretasi subjektif.
Studi kasus mempunyai keunggulan sebagai suatu studi untuk
mengukur studi-studi yang besar di kemudian hari. Studi kasus mendukung
studi-studi besar di kemudian hari. Studi kasus dapat memberikan hipotesis-
hipotesis untuk penelitian lanjutan. Dari segi edukatif, maka studi kasus
dapat digunakan sebagai contoh ilustrasi baik dalam perumusan masalah,
penggunaan statistik dalam menganalisis data serta cara-cara perumusan
generalisasi dalam kesimpulan.
Meskipun kelemahan-kelemahan tersebut dicoba ditepis oleh Yin
berikut memberikan alternatif yang harus ditempuh, tak pelak kesan
"stereotip" demikian masih saja melekat atau dilekatkan oleh para peneliti
sosial terhadap studi kasus. Tetapi terlepas dari kesan atas sejumlah
kelemahan yang menyelimuti raut wajah studi kasus itu, Yin (1996)
mencoba menyiasatinya dengan mengajukan tawaran "cerdas" dalam
melakukan studi kasus. Dia menyebut tawarannya itu sebagai terobosan
yang pada gilirannya membuat hasil studi kasus sebagai suatu yang patut
diteladani.
Terobosan alternatif yang dimaksud adalah: Pertama, studi kasus
harus signifikan. Artinya, kasus yang diangkat mengisyaratkan sebuah
keunikan dan betul-betul khas serta menyangkut kepentingan publik atau
masyarakat umum. Karena itu bukan karena sifat dramatiknya belaka.
Kedua, studi kasus harus "lengkap".
Kelengkapan ini dirincikan oleh tiga hal:
1. kasus yang diteliti memiliki batas-batas yang jelas (ada perbedaan
yang tegas antara fenomena dengan konteksnya);
2. tersedianya bukti-bukti relevan yang meyakinkan; dan
3. mempermasalahkan ketiadaan kondisi buatan tertentu. Dengan kata
lain, meski menghadapi berbagai keterbatasan, kasus yang diangkat
haruslah diselesaikan dengan tuntas. Untuk masalah yang disebutkan

21
terakhir ini peneliti harus membuat desain studi kasus sedemikian
rupa dengan mengingat berbagai keterbatasan yang sangat boleh jadi
akan muncul. Ketiga, studi kasus mempertimbangkan alternatif
perspektif. Bahwa kemungkinan munculnya bukti-bukti dan/atau
jawaban yang berbeda dari perspektif yang berbeda harus dapat
diantisipasi dengan baik, misalnya dengan membuat desain yang dapat
memberikan tempat bagi berbagai alternatif pandangan termasuk dari
teori-teori yang berlainan.
4. Keempat, studi kasus harus menampilkan bukti yang memadai dan
secara bijak mendukung atas kasus yang diteliti.
5. Kelima, laporan hasil studi kasus haruslah ditulis dengan cara yang
menarik dan menggugah minat pembaca. Gaya penulisannya
hendaklah jelas sehingga rasa ingin tahu orang lain untuk
membacanya. Karena itu, penulisan laporan dalam studi kasus tidak
selayaknya disajikan hanya dengan menggelar data-data yang
melimpah saja dan kemudian membosankan bahkan menimbulkan
kesan bahwa membacanya terlalu banyak menguras tenaga dan
memerlukan waktu yang lama. Dengan demikian teknik penyajian dan
penulisan yang menarik sungguh penting dalam laporan penelitian,
khususnya dalam studi kasus.
Menurut Multazam (2013) dalam Ceny Satriawan (2016) penelitian
menggunakan studi kasus memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan,
sebagai berikut:
Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Studi Kasus
Kelebihan Kekurangan
1. Analisis intensif yang dilewatkan 1. Studi kasus sering kali dipandang
tidak dilakukan oleh metode lain. kurang ilmiah atau pseudo-
scientific karena pengukurannya
bersifat subjektif atau tidak
dikuantifisir. Dalam hal ini, kritik
ini juga mempertanyakan
validitas dari hasil penelitian

22
Kelebihan Kekurangan
studi kasus.
2. Dapat menghasilkan ilmu 2. Karena masalah interpretasi
pengetahuan pada kasus khusus. subjekif pada pengumpulan dan
analisa data studi kasus, maka
mengerjakan pekerjaan ini relatif
lebih sulit dari penelitian
kuantitatif.
3. Cara yang tepat untuk 3. Masalah generalisasi. Karena dari
mengeksplorasi fenomena yang penelitian baik isu maupun
belum secara detail diteliti. jumlah orang yang menjadi target
kajian studi kasus sangat kecil,
kemampuan generalisasi dari
temuan pada studi kasus adalah
rendah
4. Informasi yang dihasilkan dalam 4. Karena lebih bersifat deskriptif,
studi kasus dapat sangat studi kasus juga dianggap kurang
bermanfaat dalam menghasilkan memberi sumbangan pada
hipotesis yang diuji lebih ketat, persoalan-persoalan praktis
rinci dan seteliti mungkin pada mengenai suatu masalah.
penelitian berikutnya.
5. Studi kasus yang bagus 5. Biaya penyelenggaraan yang
merupakan sumber informasi relatif mahal. Karena ke dalaman
deskriptif yang baik dan dapat informasi yang digali pada studi
digunakan sebagai bukti untuk kasus, maka luangkan waktu dan
suatu pengembangan teori atau pikiran untuk mengerjakan studi
menyanggah teori. kasus jauh lebih banyak daripada
studi dengan skala yang besar,
tetapi hanya melingkupi data
yang terbatas. Untuk hal ini,
sebagian orang menganggap
bahwa studi kasus lebih mahal

23
Kelebihan Kekurangan
daripada penelitian-penelitian
kuantitatif.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian pustaka dapat disimpulkan:
1. Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan secara intensif,
terperinci, dan mendalam terhadap suatu organisme (individu),
lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit.
2. Karakteristik dari studi kasus yaitu (1) Memandang kasus sebagai
fenomena yang bersifat kontemporer (2) Dilakukan pada kondisi
kehidupan sebenarnya (3) Menggunakan berbagai sumber data (4)
Menggunakan teori sebagai acuan penelitian. Bogdan dan Biklen
(1982), mencoba mengklasifikasikan tipe-tipe studi kasus ke dalam
enam tipologi yaitu (1) studi kasus kesejarahan sebuah organisasi (2)
studi kasus observasi (3) studi kasus sejarah kehidupan (life history)
(4) studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan (5) studi kasus
analisis situasional (6) studi kasus mikroemografi.
3. Yin mengajukan lima komponen penting dalam desain studi kasus
yaitu (1) Pertanyaan-pertanyaan penelitian (2) Proposisi penelitian
(3) Unit-unit analisis penelitian (4) Logika yang mengaitkan data
dengan proposisi (5) Pengaitan data.
4. Langkah-langkah dalam penelitian studi kasus yaitu (1) Pemilihan
kasus (2) Pengumpulan data (3) Analisis data (4) Perbaikan
(refinement) (5) Penulisan laporan.
5. Sebagai sebuah metode, studi kasus memiliki keunikan atau
keunggulan tersendiri dalam kancah penelitian sosial akan tetapi studi
kasus tetap memiliki kekurangan.

25
B. Saran
Berdasarkan makalah yang dibuat oleh penulis, saran dari penulis
adalah dalam membuat makalah seharusnya lebih mengutamakan rujukan
atau kajian pustaka terbaru atau versi revisi, sehingga dengan adanya
pembaruan materi dapat lebih menambah pengetahuan dan mendalami
kajian materi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Cresswell, J.W.1998. Research Design:Qualitative& Quantitative Approaches.


London: SAGE Publicational

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2001), hlm. 201
Fitrah, Muh. Dan Luthfiyah. 2017. Metode Penelitian: Penelitian Kualitatif,
Tindakan Kelas & Studi Kasus. Sukabumi: CV Jejak

Furchan, Arief, (Penerjemah). 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan.


Yogyakarta: Pustaka pelajar. Hal 31

Noeng, Muhadjir,Metodologi Peneliyian Kualitatif,( Yogyakarta: Rake


Sarasin,2000), hlm. 54

Robert K. Yin, Case Study Research Design and Methods.(Washington :


COSMOS Corporation, 1989), hlm.1

Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin.Metodologi Penelitian. (Bandung : Mandar


Maju,2011) hal 112

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi


V , Jakarta :Rieneka Cipta, 2010,h. 121
Surachmad, W. 1982. PengantarPenelitian. Bandung: Tarsito.

Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan


Konseling,2012,Jakarta:Rajawali Pers
Wahyono, H. 2009. Penelitian Studi Kasus.

Yulliana, Teori dan Tekhnik Pembuatan Desain Penelitian,


http://www.kopertais2.or.id/diakses pada hari Sabtu 6 April 2016 pukul
12:00 Wib

http://atibilombok.blogspot.co.id/2014/06/makalah-metode-penelitian-studi-
kasus.html

http://contohmakalahdocx.blogspot.com/2015/02/contoh-makalah-studi-
kasus.htmlDi akses Taggal 24 April 2016 Pukul 11.44 WIB

27

Anda mungkin juga menyukai