Anda di halaman 1dari 19

Study kasus

Nama : putri dian lestari silalahi


Nim : 21142011900
Mk : Metodeologi penelitiann

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan penelitian adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan atau memecahkan
permasalahan yang dihadapi, dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis, dan menempuh
langkah-langkah tertentu. Dalam penelitian di bidang apa pun pada umumnya langkah-langkah
itu mempunyai kesamaan, walaupun dalam beberapa hal sering terjadi pelaksanaannya yang
dimodifikasi oleh peneliti yang bersangkutan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Adapun secara garis besar fase-fase atau langkah-langkah penelitian dapat dipilah menjadi
tiga fase, yaitu fase perencanaan, pelaksanaan, dan laporan. Adapun studi kasus termasuk ke
dalam fase perencanaan penelitian yang diawali dengan kegiatan memilih masalah secara
operasional dan membuat pembatasan-pembatasan, yaitu untuk menentukan ruang lingkup
masalah yang diteliti. Setelah memilih masalah penelitian, baru dilakukan studi kasus.
Banyak penelitian yang perencanaannya tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Terdapat
kecenderungan di kalangan peneliti untuk menyelidiki sesuai dengan pergi ke lapangan guna
mengumpulkan data tanpa perencanaan yang matang. Pada waktu hendak mengolah datanya
barulah dirasakan adanya kekurangan-kekurangan dalam penelitian itu secara keseluruhan,
sehingga hasil yang diperoleh tidak memuaskan, baik bagi si peneliti sendiri, maupun bagi pihak
yang akan mempergunakan hasil penelitian tersebut. Oleh karena itu, tidak dapat disangsikan lagi
bahwa studi kasus ini sangat penting artinya untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode penelitian studi kasus?
2. Apa tujuan studi kasus ?
3. Bagaimanakah mengenai Metode Studi Kasus (Case Study) dalam Penelitian?
4. Apa sajakah jenis-jenis studi kasus?
5. Apa sajakah langkah-langkah penelitian studi kasus?
6. Apa sajakah ciri-ciri studi kasus yang baik?
7. Bagaimanakah keunggulan studi kasus?
8. Bagaimanakah kelemahan studi kasus?
9. Bagaimanakah apakah studi kasus termasuk kualitatif atau kuantitatif?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui penelitian studi kasus.
2. Untuk mengetahui tujuan studi kasus
3. Untuk mengetahui metode studi kasus (Case Study) dalam penelitian.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis studi kasus.
5. Untuk mengetahui langkah-langkah penelitian studi kasus.
6. Untuk mengetahui ciri-ciri studi kasus yang baik.
7. Untuk mengetahui keunggulan studi kasus
8. Untuk mengetahui kelemahan studi kasus
9. Untuk mengetahui apakah studi kasus termasuk kualitatif atau kuantitatif
BAB II
PEMBAHASAN
1. Defiisi Studi Kasus
Studi kasus atau penelitian kasus (case study), adalah penelitian tentang status subjek
penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas
(Maxfield, 1930). Subjek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun
masyarakat. Peneliti ingin mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan
dari unit-unit sosial yang menjadi subjek. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran
secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus,
ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan jadikan suatu hal
yang bersifat umum. Pada mulanya, studi kasus ini banyak digunakan dalam penelitian obat-
obatan dengan tujuan diagnosis, tetapi kemudian penggunaan studi kasus telah meluas sampai ke
bidang-bidang lain.
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap
satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa
tertentu. Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan
memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. SementaraYin (1987)
memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs,
dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji
unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menernukan sernua variabel yang
penting.
Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi: (1)
sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaran-sasaran
tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya
masing-masing dengan maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-
variabelnya.
Hasil penelitian studi kasus merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus yang tipikal
dari individu, kelompok, lembaga, dan sebagainya. Tergantung dari tujuannya, ruang lingkup dari
studi dapat mencakup segmen atau bagian tertentu atau mencakup keseluruhan siklus kehidupan
dari individu, kelompok, dan sebagainya, baik dengan penekanan terhadap factor-faktor kasus
tertentu, ataupun meliputi keseluruhan factor-faktor dan fenomena-fenomena. Studi kasus lebih
menekankan mengkaji variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil. Ini berbeda
dengan metode survai, di mana peneliti cenderung mengevaluasi variabel yang lebih sedikit, tetapi
dengan unit sample yang relative besar.
Studi kasus banyak dikerjakan untuk meneliti desa. Kota besar, sekelompok manusia drop
out, tahanan-tahanan, pemimpin-pemimpin, dan sebagainya. Jika studi kasus ditunjukkan untuk
meneliti kelompok, maka perlu dipisahkan atau disosialisasikan kelompok-kelompok dalam
onggokan yang homogen. Studi kasus mempunyai banyak kelemahan disamping adanya
keunggulan-keunggulan. Studi kasus mempunyai kelemahan karena anggota sample yang terlalu
kecil, sehingga sulit dibuat inferensi kepada populasi. Disamping itu, studi kasus sangat
dipengaruhi oleh pandangan subjektf dalam pemilihan kasus karena adanya sifat khas yang dapat
saja terlalu dibesar-besarkan. Kurangnya objektivitas, dapat disebabkan karena kasus cocok benar
dengan konsep yang sebelumnya telah ada pada si peneliti, ataupun dalam penempatan serta
pengikutsertaan data dalam konteks yang bermakna yang menjurus pada interpretasi subjektif.
Studi kasus mempunyai keunggulan sebagai suatu studi untuk mengukur studi-studi yang
besar di kemudian hari. Studi kasus mendukung studi-studi besar di kemudian hari. Studi kasus
dapat memberikan hipotesis-hipotesis untuk penelitian lanjutan. Dari segi edukatif, maka studi
kasus dapat digunakan sebagai contoh ilustrasi baik dalam perumusan masalah, penggunaan
statistik dalam menganalisis data serta cara-cara perumusan generalisasi dalam kesimpulan.
Marilah kita lihat sebuah contoh studi kasus tentang anak-anak yang tidak dapat
menguasai teknik membaca karena berjenis-jens sebab. Penelitian yang memakan waktu dua
tahun, secara mendetail telah mempelajari hal-hal berikut:
• Menentukan sejarah dari sekolah dan rumah tangga sang anak.
• Menentukan status sekarang dari anak.
• Mengadakan diagnosis terhadap kesukaran-kesukaran membaca sang anak.
• Menentukan sebab-musabab si anak mempunyai kekurangan-kekurangan dalam membaca.
• Mengukur hasil dari pengajaran.
Langkah-langkah pokok dalam meneliti kasus adalah sebagai berikut;
1. Rumuskan tujuan penelitian.
2. Tentukan unit-unit studi, sifat-sifat mana yang akan diteliti dan hubungkan apa yang akan dikaji
serta proses-proses apa yang akan menuntun penelitian.
3. Tentungan rancangan serta pendekatan dalam memilih unit-unit dan teknik pengumpulan data
mana yang digunakan. Sumber-sumber data apa yang tersedia.
4. Kumpulkan data.
5. Organisasikan informasi serta data yang terkumpul dan analisis untuk membuat interpretasi serta
generalisasi.
6. Susun laporan dengan memberikan kesimpulan serta implikasi dari khas penelitian.
2. Tujuan

Tujuan Umum
• Menggambarkan kondisi individu, penelitian ini mencoba memperlihatkan secara detail terkait
kondisi yang dialami oleh individu dengan statusnya sebagai subjek penelitian. Individu ini
bisa berupa perorangan, bisnis, organisasi, lembaga tertentu dan yang lainnya.
• Melakukan identifikasi masalah utama pada kasus, peneliti mampu melakukan identifikasi
dalam berbagai masalah dan menentukan masalah yang menjadi masalah utama dari suatu
kasus menggunakan metode ini.
• Melakukan analisis kasus menggunakan konsep teoritis dan teori yang digunakan untuk
identifikasi berbagai masalah dan menentukan masalah yang menjadi masalah utama dari
suatu kasus tersebut atau yang sedang diteliti.
• Analisa kasus menggunakan konsep teoritis, merupakan teori yang masih relevan dari bidang
disiplin ilmu tertentu, sehingga penggunaannya diperlukan dalam meneliti suatu individu
dengan masalah yang sedang dialami.
• Memberi rekomendasi terkait tindakan yang bisa menjadi penyelesaian dari suatu kasus, atau
dapat dikatakan peneliti mampu merekomendasikan solusi dari masalah dan penyebab yang
membuat muncul masalah tersebut.
Tujuan Spesifik
• Di bidang psikologi sebagai informasi yang lebih mendalam terkait segala sesuatu yang
berhubungan dengan otak manusia, termasuk perilaku dan pemikiran secara kognitif.
• Bidang sosiologi untuk mendapat informasi mendalam, namun tidak memperhatikan perilaku
maupun interaksi yang terjadi di dalam atau antara suatu organisasi, bisa komunitas atau
kelompok.
• Melakukan eksperimen seperti halnya sejumlah teori yang mampu menghasilkan teori
baru, para ilmuwan memiliki kesempatan mengembangkan hipotesis dan melakukan
penelitian studi kasus.

3. Metode Studi Kasus (Case Study) dalam Penelitian


Salah satu jenis penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian dengan metode
atau pendekatan studi kasus (Case Study). Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu
obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari
semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain data dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai
sumber (Nawawi, 2003). Sebagai sebuah studi kasus maka data yang dikumpulkan berasal dari
berbagai sumber dan hasil penelitian ini hanya berlaku pada kasus yang diselidiki. Lebih lanjut
Arikunto (1986) mengemukakan bahwa metode studi kasus sebagai salah satu jenis pendekatan
deskriptif, adalah penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap
suatu organisme (individu), lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit.
Penelitian case study atau penelitian lapangan (field study) dimaksudkan untuk
mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa
yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa
adanya (given). Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat.
Penelitian case study merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu dan hasil penelitian
tersebut memberikan gambaran luas serta mendalam mengenai unit sosial tertentu. Subjek yang
diteliti relatif terbatas, namun variabel-variabel dan fokus yang diteliti sangat luas dimensinya
(Danim, 2002 ).
Penelitian studi kasus akan kurang kedalamannya bilamana hanya dipusatkan pada fase
tertentu saja atau salah satu aspek tertentu sebelum memperoleh gambaran umum tentang kasus
tersebut. Sebaliknya studi kasus akan kehilangan artinya kalau hanya ditujukan sekedar untuk
memperoleh gambaran umum namun tanpa menemukan sesuatu atau beberapa aspek khusus yang
perlu dipelajari secara intensif dan mendalam. Disamping itu, studi kasus yang baik harus
dilakukan secara langsung dalam kehidupan sebenarnya dari kasus yang diselidiki. Walaupun
demikian, data studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti, tetapi juga dapat
diperoleh dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik. Dengan
kata lain, data dalam studi kasus dapat diperoleh dari berbagai sumber namun terbatas dalam kasus
yang akan diteliti tersebut (Nawawi, 2003 ).
Pengertian yang lain, studi kasus bisa berarti metode atau strategi dalam penelitian, bisa
juga berarti hasil dari suatu penelitian sebuah kasus tertentu.Dalam konteks tulisan ini, penulis
lebih memfokuskan pada pengertian yang pertama yaitu sebagai metode penelitian. Studi kasus
adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasikan suatu kasus
dalam konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi pihak luar. Pada intinya studi ini
berusaha untuk menyoroti suatu keputusan atau seperangkat keputusan, mengapa keputusan itu
diambil, bagaimana diterapkan dan apakah hasilnya. (Salim, 2001).
Secara ringkasnya yang membedakan metode studi kasus dengan metode penelitian
kualitatif lainnya adalah kedalaman analisisnya pada kasus yang lebih spesifik (baik kejadian
maupun fenomena tertentu). Biasanya pendekatan triangulasi juga digunakan untuk menguji
keabsahan data dan menemukan kebenaran objektif sesungguhnya. Metode ini sangat tepat untuk
menganalisis kejadian tertentu disuatu tempat tertentu dan waktu yang tertentu pula.

C. Jenis-jenis Studi Kasus


1. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi
tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan
organisasinya. Studi mi sening kunang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena
sumbernya kunang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
2. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi
peran-senta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada
suatu organisasi tertentu. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara
lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan
sekolah.
3. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu onang dengan maksud
mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas.
Wawancara sejarah hiclup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup
seseorang, dan lahir hingga sekarang. masa remaja, sekolah. topik persahabatan dan
topik tertentu lainnya.
4. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan
(community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat
sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus
organisasi dan studi kasus observasi.
5. Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap
peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah
tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai
dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan
mungkin tokoh kunci lainnya.
6. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi
yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan
organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.
4. Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus
1. Pemilihan kasus
Dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujua (purposive) dan bukan secara
rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program,
proses, dan masvarakat atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah
masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumbersumber yang tersedia;
2. Pengumpulan data
Terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalarn penelitian
kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen
penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan
penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak;
3. Analisis data
Setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi mengorganisasi, dan
mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses
mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data
dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data
dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data
terkumpul atau setelah selesai dan lapangan.
4. Perbaikan (refinement)
Meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya clilakukan
penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah
ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan
barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori
yang sudah ada.
5. Penulisan laporan
Laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu
gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami
seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus
kehiclupan seseorang atau kelompik.
5. Ciri-ciri Studi Kasus yang Baik
1. Menyangkut sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan kepentingan umum atau bahkan
dengan kepentingan nasional.
2. Batas-batasnya dapat ditentukan dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukkan oleh kedalaman
dan keluasan data yang digali peneliti, dan kasusnya mampu diselesaikan oleh penelitinya dengan
balk dan tepat meskipun dihadang oleh berbagai keterbatasan.
3. Mampu mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan sudut pandang yang berbeda-beda.
4. Keempat, studi kasus mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling penting saja, baik yang
mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak mendasarkan pninsip selektifitas.
5. Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu terkomunikasi pada pembaca.
6. Keunikan Studi Kasus dan Keunggulannya
Sebagai sebuah metode, studi kasus memiliki keunikan atau keunggulan tersendiri dalam
kancah penelitian sosial. Secara umum studi kasus memberikan akses atau peluang yang luas
kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail, intensif dan menyeluruh terhadap unit
sosial yang diteliti. Itulah kekuatan utama sebagai karakteristik dasar dari studi kasus. Secara lebih
rinci studi kasus mengisyaratkan keunggulan-keunggulan berikut:
a. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar-konsep serta
proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas
b. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep-konsep
dasar perilaku manusia. Melalui penyelidikan intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan
hubungan-hubungan yang (mungkin) tidak diharapkan/diduga sebelumnya;
c. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar
untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan
mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial.
Di samping tiga keunggulan di atas, studi kasus dapat memiliki keunggulan spesifik
lainnya, seperti dilansir oleh Black dan Champion (1992), yakni:
1) bersifat luwes berkenaan dengan metode pengumpulan data yang digunakan
2) keluwesan studi kasus menjangkau dimensi yang sesungguhnya dari topik yang diselidiki.
3) dapat dilaksanakan secara praktis di dalam banyak lingkungan sosial.
4) studi kasus menawarkan kesempatan menguji teori; dan
5) studi kasus bisa sangat murah, bergantung pada jangkauan penyelidikan dan tipe teknik
pengumpulan data yang digunakan.
7. Kelemahan Studi kasus
Akan tetapi, di samping keunggulan-keunggulan yang ditawarkan studi kasus ternyata juga
mengandung sejumlah kelemahan yang harus disadari oleh peneliti. Kelemahan-kelemahan itu
adalah, misalnya:
1) Pertama, studi kasus, setidaknya yang dilakukan selama ini, agak kurang memberikan dasar yang
kuat untuk melakukan suatu generalisasi ilmiah.
2) Kedua, kedalaman studi yang dilakukan tanpa banyak disadari ternyata justru mengorbankan
tingkat keluasan yang seharusnya dilakukan, sehingga sulit digeneralisasikan pada keadaan yang
berlaku umum.
3) Ketiga, ada kecenderungan studi kasus kurang mampu mengendalikan bias subjektifitas peneliti.
Kasus yang dipilih untuk diteliti, misalnya, cenderung lebih karena sifat dramatiknya, bukan
karena sifat khas yang dimilikinya. Dengan demikian subjektifitas peneliti dikhawatirkan terlalu
jauh mencampuri hasil penelitian.
Meskipun kelemahan-kelemahan tersebut dicoba ditepis oleh Yin berikut memberikan
alternatif yang harus ditempuh, tak pelak kesan "stereotip" demikian masih saja melekat atau
dilekatkan oleh para peneliti sosial terhadap studi kasus. Tetapi terlepas dari kesan atas sejumlah
kelemahan yang menyelimuti raut wajah studi kasus itu, Yin (1996) mencoba menyiasatinya
dengan mengajukan tawaran "cerdas" dalam melakukan studi kasus. Dia menyebut tawarannya
itu sebagai terobosan yang pada gilirannya membuat hasil studi kasus sebagai suatu yang patut
diteladani.
Terobosan alternatif yang dimaksud adalah: Pertama, studi kasus harus signifikan.
Artinya, kasus yang diangkat mengisyaratkan sebuah keunikan dan betul-betul khas serta
menyangkut kepentingan publik atau masyarakat umum. Karena itu bukan karena sifat
dramatiknya belaka. Kedua, studi kasus harus "lengkap".
Kelengkapan ini dirincikan oleh tiga hal:
(1) kasus yang diteliti memiliki batas-batas yang jelas (ada perbedaan yang tegas antara fenomena
dengan konteksnya);
(2) tersedianya bukti-bukti relevan yang meyakinkan; dan
(3) mempermasalahkan ketiadaan kondisi buatan tertentu. Dengan kata lain, meski menghadapi
berbagai keterbatasan, kasus yang diangkat haruslah diselesaikan dengan tuntas. Untuk masalah
yang disebutkan terakhir ini peneliti harus membuat desain studi kasus sedemikian rupa dengan
mengingat berbagai keterbatasan yang sangat boleh jadi akan muncul. Ketiga, studi kasus
mempertimbangkan alternatif perspektif. Bahwa kemungkinan munculnya bukti-bukti dan/atau
jawaban yang berbeda dari perspektif yang berbeda harus dapat diantisipasi dengan baik, misalnya
dengan membuat desain yang dapat memberikan tempat bagi berbagai alternatif pandangan
termasuk dari teori-teori yang berlainan.
(4) Keempat, studi kasus harus menampilkan bukti yang memadai dan secara bijak mendukung
atas kasus yang diteliti.
(5) Kelima, laporan hasil studi kasus haruslah ditulis dengan cara yang menarik dan menggugah
minat pembaca. Gaya penulisannya hendaklah jelas sehingga rasa ingin tahu orang lain untuk
membacanya. Karena itu, penulisan laporan dalam studi kasus tidak selayaknya disajikan hanya
dengan menggelar data-data yang melimpah saja dan kemudian membosankan bahkan
menimbulkan kesan bahwa membacanya terlalu banyak menguras tenaga dan memerlukan waktu
yang lama. Dengan demikian teknik penyajian dan penulisan yang menarik sungguh penting
dalam laporan penelitian, khususnya dalam studi kasus.
8. Tipe-tipe Studi Kasus dan Implementasinya dalam Penelitian
Bogdan dan Biklen (1982), mencoba mengklasifikasikan tipe-tipe studi kasus ke dalam
enam tipologi. Keenam tipologi ini merupakan single case studies, studi kasus tunggal. Pertama,
studi kasus kesejarahan sebuah organisasi. Yang dituntut dalam studi kasus jenis ini adalah
pemusatan perhatian mengenai perjalanan dan perkembangan sejarah organisasi sosial tertentu
dan dalam jangka waktu tertentu pula. Melakukan studi macam ini selain memerlukan sumber-
sumber informasi dan bahan-bahan yang akurat dan terpercaya, juga membutuhkan kecermatan
dalam merinci secara sistematik perkembangan dari tahap-tahap sebuah organisasi sosial. Untuk
memastikan ketersediaan bahan-bahan dan sumber informasi yang diper-lukan, agaknya penting
studi pendahuluan dalam studi kasus tipe pertama ini.
Kedua, studi kasus observasi. Yang lebih ditekankan di sini adalah kemampuan seorang
peneliti menggunakan teknik observasi dalam kegiatan penelitian. Dengan teknik observasi
seperti ini diharapkan dapat dijaring keterangan-keterangan empiris yang detail dan aktual dari
unit analisis atau unit pemikiran (thinking unit) penelitian, apakah itu menyangkut kehidupan
individu maupun unit-unit sosial tertentu dalam masyarakat.
Ketiga, studi kasus sejarah kehidupan (life history). Studi ini mencoba menyingkap dengan
lengkap dan rinci kisah perjalanan hidup seseorang sesuai dengan tahap-tahap, dinamika dan liku-
liku yang mengharu biru kehidupannya. Seseorang yang dimaksud tentu tidak sembarang orang
melainkan yang memiliki keunikan yang menonjol dan luar biasa dalam konteks kehidupan
masyarakat. Misalnya, tentang kehadirannya memberi makna tersendiri sekaligus sangat
mewarnai perubahan-perubahan dalam masyarakat. Melakukan studi kasus life history ini dapat
bersandar pada dokumen-dokumen pribadi yang bersangkutan serta dengan melakukan
wawancara mendalam kepada orang pertama sebagai sumber utama.
Keempat, studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan. Seorang peneliti yang
berpengalaman serta memiliki kepekaan dan ketajaman naluriah sebagai peneliti seringkali
mampu melihat sisi-sisi unik tapi bermakna dari lingkungan sosial sekitarnya di dalam komunitas
di mana dia hidup dan bergaul sehari-hari. Kenyataan tersebut dapat dijadikan pusat perhatian
untuk melakukan studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan.
Kelima, studi kasus analisis situasional. Kehidupan sosial yang dinamis dan selalu
menggapai perubahan demi perubahan tentu saja mengisyaratkan adanya letusan-letusan situasi
dalam bentuk peristiwa-peristiwa atau katakanlah fenomena sosial tertentu. Misalnya, krisis
politik yang melanda negeri ini disertai berbagai isu berseliweran tak karuan seperti akan ada
kerusuhan, penjarahan massal dan sebagainya, telah membuat orang-orang keturunan Cina di
berbagai kota besar ramai-ramai mengungsi ke kota lain yang dianggap aman bahkan tidak sedikit
yang keluar negeri. Contoh lain, datangnya era reformasi di tengah badai krisis ekonomi dan
politik saat ini justru disikapi oleh kalangan elite masyarakat dengan mendirikan partai politik.
Fenomena demikian sesungguhnya menggambarkan sebuah situasi sosial macam apa? Hal ini
menarik diteliti untuk menggambarkan sebuah situasi sosial yang telah dan tengah berlangsung.
Keenam, studi kasus mikroemografi. Studi kasus tataran ini dilakukan terhadap sebuah
unit sosial terkecil. Katakanlah sebuah sisi tertentu dalam kehidupan sebuah komunitas atau
organisasi atau bahkan seorang individu.
Sementara itu, Yin (1996), secara tegas mengkategorikan studi kasus ke dalam tiga tipologi, yakni:
studi kasus ekplanatoris, eksploratoris, dan deskriptif. Yin meletakkan ketiga tipologi ini
berdasarkan jenis pertanyaan yang harus dijawab dalam studi kasus, yakni pertanyaan "how"
(bagaimana) dan "why" (mengapa), serta pada tingkat tertentu juga menjawab pertanyaan "what"
(apa/apakah). Dengan mengedepankan tiga tipologi tersebut, Yin sekaligus menolak anggapan
(atau yang menurutnya kesalahpahaman umum) bahwa studi kasus hanya cocok diterapkan dalam
penelitian yang bersifat eksploratoris, tidak dalam konteks penelitian yang bersifat eksplanatoris
dan deskriptif. Sejalan dengan Yin, Sevilla dkk. (1993) misalnya, meletakkan studi kasus sebagai
penelitian yang bersifat deskriptif. Untuk mendukung argumentasinya, Yin menyebut salah satu
karya bermutu dan terkenal yang dihasilkan melalui studi kasus. Sebuah buku yang ditulis oleh
William F. White (1943), Street Comer Society, dikedepankannya sebagai contoh sebuah karya
klasik dalam sosiologi komunitas dari studi kasus yang bersifat deskriptif. Juga, karya Graham
Allison (1971), Essence of Decision Making: Eksplaining the Missile Crisis, sebagai contoh studi
kasus eksplanatoris.

9. Studi kasus termasuk jenis penelitian apa ?


Studi kasus (case studies) merupakan pendekatan penelitian kualitatif yang mendalam mengenai,
kelompok individu, institusi, dan sebagainya dalam kurun waktu tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Studi kasus atau penelitian kasus (case study), adalah penelitian tentang status subjek penelitian
yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield,
1930).
Secara ringkasnya yang membedakan metode studi kasus dengan metode penelitian kualitatif
lainnya adalah kedalaman analisisnya pada kasus yang lebih spesifik (baik kejadian maupun
fenomena tertentu).

B. Saran
Semoga dapat memberikan manfaat terhadap penyusunan makalah ini, khususnya bagi kami dan
umumnya bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Nazir, Moh, 2003. “Metode Penelitian”. Jakarta: Ghalia Indonesia.


Moleong, Lexy, 2002. ”Metodologi Penelitian Kualitatif”. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Arikunto, Suharsimi, 1998. ”Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek”. Jakarta: Rineka
Cipta.

http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/metode penelitian-studi-kasus/

https://www.sampoernauniversity.ac.id/id/penelitian-studi-kasus/
Jurnal

Maria Sumaryati, Studi Kasus Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Keluarga Ny”M” Dengan Hipertensi Di Kelurahan Barombong
Kecamatan Tamalate Kota Makassar

Available Online at https://akper-sandikarsa.e-journal.id

Jurnal Ilmiah Kesehatan


Sandi Husada

ISSN 2654-4563
urnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada
Vol.6,Issue 2, pp. 1379-1383, Desember 2018

Research Article
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KELUARGA NY”M”
DENGAN HIPERTENSI DIKELURAHAN BAROMBONG KECAMATAN TAMALATE
KOTA MAKASSAR

Maria Sumaryati

Prodi DIII Keperawatan Sandi Karsa Makassar

ARTICLE INFO ABSTRACT


Latar belakang;pembangunan kesehatan merupakan upaya memenuhi salah
Article History: satu hak dasar masyarakat, yaitu hak memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
Received September 2018 dengan UndangUndang Dasar 1945 pasal 29 H ayat 1 dan Undang- Undang
Desember, 2018 Published Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk
online mengetahui gambaran secara umum tentang Studi Kasus pada Ny.M dengan
Key Words: hipertensi di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar.
Keperawatan Keluarga, Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus adalah studi
Gerontik, Hipertensi yang mengeksplorasi suatu masalah keperawatan dengan terperinci, memiliki
pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber
informasi. Hasil penelitian setelah di lakukan pengkajian terhadap Ny.M di
dapatkan bahwa kurangnya pengetahuan terhadap penyakit Hipertensi dan
minimnya informasi tentang salah satu penyakit yang selalu terjadi pada
lansia. Setelah di lakukan Tindakan Asuhan Keperawatan Gerontik kelurga
Ny.M dapat memahami pentingnya cara mengatasi masalah Hipertensi dengan
menggunakan obat herbal atau mengunjungi pusat pelayanan masyakarat yang
tersedia, Healt Education menjadi faktor penting dalam penerapan Asuhan
Keperawatan Gerrontik bagi Keluarga Ny.M

Pendahuluan Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan


Pembangunan kesehatan merupakan upaya sistemik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas
memenuhi salah satu hak dasar masyarakat, yaitu hak 90 mmHg (Brunner & Suddarth (2005) dalam Wijaya
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan & putri (2013). Hipertensi juga salah satu penyakit
UndangUndang Dasar 1945 pasal 29 H ayat 1 dan degeneratif yang banyak terjadi dan mempunyai tingkat
Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi
kesehatan. Pembangunan kesehatan haruslah di kualitas hidup dan produktivitas seseorang.Hipertensi
pandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan dapat diklasifikasikan sebagai hipertensi primer atau
kualitas sumber daya manusia yang antara lain suatu hipertensi esensial yang merupakan 95 % dari seluruh
komponen utama untuk pendidikan dan ekonomi serta pasien hipertensi dan hipertensi sekunder (Yolanda
kesehatan yang juga memiliki peran dalam 2017).
penanggulangan kemiskinan (Santosa, 2011 dalam Sugiharto (2007) dalam Masriadi (2016),
nurhikmah 2016). mengemukakan bahwa hipertensi sekunder
merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat hipertensi primer adalah gangguan emosi, obesitas,
diketahui, sering berhubungan dengan beberapa
penyakit misalnya ginjal, jantung koroner dan
diabetes, kelainan sistem saraf pusat.Sedangkan konsumsi alcohol yang berlebihan, kopi, obat obatan,
menurut Brunner & Suddart, (2015), Penyebab faktor keturunan.Umumnya gejala baru
terlihat setelah terjadinya komplikasi. Komplikasi yang a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah
terjadi apabila tekanan darah tinggi tidak diobati dan sebagai berikut :
ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan 1. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun.
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai 2. Usia tua (old) :75-90 tahun.
organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. 3. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90
Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ jantung, tahun.
otak, ginjal dan mata, sehingga dapat mengakibatkan b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan
gagal jantung, resiko stroke, kerusakan pada ginjal dan lansia dibagi menjadi tiga katagori, yaitu:
kebutaan (Yolanda, 2017). 1. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45- 59
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi tahun
telah membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. 2. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) Angka Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas
memperkirakan, jumlah penderita hipertensi akan atau usia 60 tahun ke atas dengan masalah
terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang kesehatan
membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan
sekitar 29 % warga dunia terkena hipertensi.Presentase Pengertian Hipertensi
penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan
negara berkembang. Data Global Status Report on darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas140
Noncommunicable Disesases 2010 dari WHO mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.
menyebutkan, 40% negara ekonomi berkembang Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung,
memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju gagal ginjal. Disebut sebagai “pembunuh diam-diam“
hanya 35 %. Kawasan Afrika memegang posisi puncak karena orang dengan hipertensi sering ridak
penderita hipertensi sebanyak 46 %. Sementara menampakkan gejala (Brunner & Suddart, 2015).
kawasan Amerika menempati posisi buncit dengan 35 Sedangkan menurut Sheps (2005) dalam
%.Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh Masriadi (2016), hipertensi adalah penyakit dengan
1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun
satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi diastolik yang naik diatas tekana darah
(Kompas.com, 2017 dalam Yolanda 2017). normal.Tekanan darah sistolik adalah tekana puncak
yang tercapaiketika jantung memompakan darah
Kajian Teori tentang Asuhan keperawatan gerontik keluar melalui arteri.Tekanan darah diastolik diambil
Proses pengakajian ditandai dengan tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan
pengumpulan informasi terus menerus dan keputusan mengisi darah kembali (Yolanda,2017).
professional yang mengandung arti terhadap Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
informasi yang dikumpulkan. Pengumpulan data seseorang mengalami peningkatan darah di atasnormal
keluarga berasal dari berbagai sumber: wawancara, yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan
observasi rumah keluarga dan fasilitasnya, angka diastolic (bagian bawah) padapemeriksaan tensi
pengalaman yang dilaporkan anggota keluarga. darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik
yang berupa cuff air raksa (Sphygomanometer)
Pengertian gerontik atau lansia ataupun alat digital lainnya ( Irwan,2016).
Gerontik adalah ilmu yang mempelajari
tentang proses penuaan yang terjadi pada manusiapada Metode Penelitian
umur 60 tahun (Sofia, 2014). Penelitian studi kasus adalah studi yang
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 mengeksplorasi suatu masalah keperawatan dengan
tahun ke atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi terperinci, memiliki pengambilan data yangmendalam
merupakan proses yang berangsur-angsur dan menyertakan berbagai sumber informasi.
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan Penelitian studi kasus di batasi oleh waktu dan tempat,
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam serta kasus yang dipelajari berupaperistiwa, aktivitas
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh. atau individu
Banyak diantara lanjut usia yang masih Metode dalam penyusunan studi kasus ini
produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan adalah deskriptif yang merupakan suatu bentuk studi
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upay kasus dalam melaksanakan asuhan keperawatan
peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada dalam suatu kasus dengan menggunakan pendekatan
hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai proses keperawatan serta menjabarkan tindakan
keagamaan dan budaya bangsa (Siti Nur asuhan keperawatan yang diberikan pada keluarga
Khalifah,2016). dengan lansia hipertensi dimulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
Batasan lansia evaluasi (Nursalam, 2015).
Maria Sumaryati, Studi Kasus Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Keluarga Ny”M” Dengan Hipertensi Di Kelurahan Barombong
Kecamatan Tamalate Kota Makassar
Pengkajian
Hasil dan Pembahasan
Ny.M mengatakan masih sering mengosumsi standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan
garam yang berlebihan, mengosumsi ikan asin dan tidak siapa perawat keluarga sedang bekerja (Friedman,
pernah mengikuti senam hipertensi dan berolahraga, 2010).
dan menyatakan bahwa penyebab hipertensi sesuai Selanjutnya merawat anggota keluarga dengan
dengan menurut (Brunner & Suddart, 2015) yaitu cara mendemonstrasikan teknik relaksasi (nafas
gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang dalam). Selanjutnya melakukan konseling dan
berlebihan, kopi, obat-obatan, faktor keturunan, memotivasi keluargauntuk dapat memodifikasi
penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, lingkungan yang nyaman dan Memanfaatkan
berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan. pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah
Lain halnya menurut (Black & Hawks, 2014) faktor- hipertensi. Intervensi diagnosa ketiga Resiko tinggi
faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah yaitu terjadinya komplikasi b/d ketidakmampuan keluarga
riwayat keluarga, usia, jenis kelamin dan etnis. dalam merawat keluarga yang sakit Sesuai dengan
Sedangkan faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah tugas perawatan keluarga yang pertama yaitu
yaitu diabetes mellitus, stress, obesitas, Nutrisi mengenal masalah dengan cara mengakaji
(mengosumsi garam yang belebihan) dan pengetahuan keluarga tentang akibat lanjut dari
penyalahgunaan obat. hipertnsi, dan mendiskusikan akibat lanjut dari
hipertensi. Selanjutnya mengambil keputusan dengan
Diagnosa mendiskusikan tindakan yang harus dilakukan jika
Diagnosa pertama ini terdapat kesenjangan antara terjadi masalah dalam keluarga. Selanjutnya merawat
teori dimana dalam teori menyebutkan anggota keluarga dengan cara mendemonstrasikan
penanggulangan secara nonfarmakologi darihipertensi obat tradisional (parutan sari mentimun). Selanjutnya
menurut (Brunner & Suddart, 2015) yaitu dengan cara melakukan konseling dan memotivasi untuk dapat
menurunkan berat badan, pembatasan alkohol, memodifikasi lingkungan yang nyaman dan
naitrium dan tembakau, latihan dan relaksasi Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengatasi
merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan masalah Hipertensi
pada setiap anti hipertensi. (Ridnamirudin, (2007)
dalam Wijaya & Putri, (2013) juga mengatakan bahwa Implementasi keperawatan
penanggulangan nonfarmakologi terdiri dari berbagai Implementasi dari diagnosa pertama sesuai
macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan dengan teori menurut Ridwanamiridin (2007) dalam
hipertensi. Wijaya & Putri (2013) dimana dalam penatalaksanaan
Diagnosa kedua yaitu Nyeri Akut b/d non farmakologi terdiri dari berbagai macam cara
ketidakmampuan keluarga dalam merawata keluarga modifikasi gaya hidup yang sangat penting dalam
yang sakit data ini didukung oleh yaitu Ny.M mencegah peningkatan tekanan darah tinggi yaitu Diet
mengatakan kepala terasa sakit, pusing, nyeri pada yang mengandung kalim dan kalsium, kurangi asupan
leher dan terasa berat, Skala nyeri 5-6, Ny.M natrium, penurunan stress, menghindari merokok. Di
mengatakan nyeri hilang timbul. Sedangkan data dukung oleh penelitian Situmorang (2015).
objektif yang mendukung yaitu: TD : 160/90 mmHg, Implementasi diagnosa kedua Nyeri Akut b/d
Nadi 88 x/menit, Ny.M tampak meringis. ketidakmampuan keluarga dalam merawata keluarga
Diagnosa ketiga sesuai dengan teori dimana yang saki tpada Ny.M mengenal masalah dilakukan
obesitas, gangguan emosi. Konsumsi alkohol yang dengan cara mengakaji pengetahuan keluarg tentang
belebihan, kopi obat-obatan dan faktor keturunan, nyeri dan mendiskusikan penyebab nyeri yang
mengurangi asupan natrium, gejala baru terlihat dirasakan, selanjutnya memutuskan tidakan yang akan
setelah terjadinya komplikasi. Komplikasi yang dilakukan, implementasi elanjutnya selanjutnya
terjadi apabila tekanan darah tinggi tidak diobati dan mendemonstrasikan teknik relaksasi (nafas dalam).
ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan Dilanjutkan dengan memodifikasi lingkungan yang
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai nyaman dan memanfaatkan pelayanan kesehatan.
organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Implementasi diagnosa ketiga Resiko tinggi
Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ terjadinya komplikasi b/d ketidakmampuan keluarga
jantung, otak, ginjal dan mata, sehingga dapat dalam merawata keluarga yang sakit Pada Ny.M
mengakibatkan gagal jantung, resiko stroke, kerusakan menngenal masalah dilakukan dengan mengkaji
pada ginjal dan kebutaan. (Brunner & Suddart, 2015). pengetahuan keluarga tentang akibat lanjut dari
hipertensi dan mendiskusikan akibat lanjut dari
Intervensi Keperawatan hipertensi, selanjutnya memutuskan tindakan yang
Intervensi keperawatan keluarga dibuat akan dilakukan, implementasi selanjutnya melakukan
berdasarkan pengkajian, diagnosis keperawatan, demonstrasi obat tradisional parutan sari mentimun.
pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, Dilanjutkan dengan memodifikasi lingkungan yang
dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi nyaman dan memanfaatkan pelayanan kesehatan.
intervensi alternative dan sumber, serta menentukan Implementasi diagnosa ketiga sesuai dengan teori
dimana Tujuan tiap program penanganan bagi setiap
prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, ataa
Maria Sumaryati, Studi Kasus Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Keluarga Ny”M” Dengan Hipertensi Di Kelurahan Barombong
Kecamatan Tamalate Kota Makassar
pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan
mortalitas penyerta dengan mencapai dan Kesimpulan
mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 Setelah penulis melakukan Asuhan
mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh Keperawatan langsung pada Ny. M dengan Hipertensi
derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan Di Kelurahan, Barombong Kecamatan Tamalate Kota
kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner & Makassar maka dapat diambil beberapa kesimpulan
Suddart, 2015). sebagai berikut; setelah dilakukan pengkajian terhadap
Evaluasi Keperawatan Ny.M di dapatkan bahwa kurangnya pengetahuan
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses terhadap penyakit Hipertensi dan minimnya informasi
untuk menilai keberhasilan keluarga dalam tentang salah satu penyakit yang selalu terjadi pada
melaksanakan tugas kesehatannya sehinga memiliki lansia, Setelah di lakukan Tindakan Asuhan
produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan Keperawatan Gerontik kelurga Ny.M dapat memahami
setiap anggota keluarga. Sebagai komponen kelima pentingnya cara mengatasi masalah Hipertensi dengan
dalam proses keperawatan, evaluasi adalah tahap yang menggunakan obat herbal atau mengunjungi pusat
menetukan apakah tujuan yang telah ditetapkan akan pelayanan masyakarat yang tersedia, Healt Education
menentukan mudah atau sulitnya dalam melaksanakan menjadi faktor penting dalam penerapan Asuhan
evaluasi (Sugiharto,2012). KeperawatanGerrontik bagi Keluarga Ny.M.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC


2. Irwan, 2016. Epidemiologi penyakit tidak menular. Yogyakarta : Budi Utama
3. Nurhikmah, 2016. Hubungan Lama Merokok Dengan Derajat Hipertensi Di Desa Rannaloe Kecamatan
Bungaya Kabupaten Gowa
4. Nursalam, 2015. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta : Salemba
Medika
5. Profil kemenkes.2013. profil kesehatan Provinsi Sulawesi selatan
6. Sitasi tanggal 24 mei 2018. Jam 22.00 wit
7. Sofia Rhosma, 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Budi Utama
8. Sunaryo, 2015. Asuhan Keperawatn Gerontik. Yogyakarta : Andi
9. Suprajitno, 2014. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
10. Vitahealth, 2014. Hipertensi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
11. Yolanda, 2017. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi Pada Lansia Tahap Awal di Wilayah
Kerja Puskesmas Andalang Padang

How to cite this article:


https://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH/article/view/53/29

******

Anda mungkin juga menyukai