Anda di halaman 1dari 5

Penjelasan mengenai salah satu jenis penelitian “Studi kasus”

Mata kuliah : Metodologi Penelitian

OLEH :

Dhea Kartika Avianti P07120119017

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

JURUSAN DIPLOMA III KEPERAWATAN


BANJAR BARU
2020/2021
A. PENGERTIAN STUDI KASUS
Studi kasus secara sederhana diartikan sebagai proses penyelidikan atau pemeriksaan
secara mendalam, terperinci, dan detail pada suatu peristiwa tertentu atau khusus yang
terjadi. Studi kasus dapat diperoleh dari metode-metode penelitian formal. Banyak
disiplin ilmu yang menggunakan studi kasus dalam proses penelitiannya, baik itu ilmu
sosial maupun ilmu eksakta. 

Kata kasus yang terdapat di dalam studi kasus bisa merujuk pada individu, kelompok,
peristiwa, fenomena, perilaku dan banyak lainnya. Makna yang dirujuk oleh kata
kasus, dapat berbeda pada setiap penelitian atau topik. Hal ini tergantung dari si
peneliti memaknainya dalam penelitian yang ia lakukan.

Menukil dari penelitian “Studi kasus dalam Penelitian Kualitatif: Konsep dan
Prosedurnya” karya Mudjia Rahardjo, studi kasus berasal dari terjemahan dalam
bahasa Inggris “A Case Study” atau “Case Studies”. Kata “Kasus” diambil dari kata
“Case” yang menurut Kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current
English 3 (1989; 173), diartikan sebagai:

1. instance or example of the occurrence of sth (contoh kejadian) 


2. actual state of affairs; situation (kondisi aktual dari keadaan lain)
3. circumstances or special conditions relating to a person or thing (lingkungan atau
kondisi tertentu tentang orang atau sesuatu”

PENGERTIAN STUDI KASUS MENURUT PARA AHLI :


1. Robert K. Yin
Yin mendefinisikan studi kasus sebagai proses pencarian pengetahuan untuk menyelidiki
dan memeriksa fenomena yang terjadi di dalam kehidupan nyata. Ia menjelaskan bahwa
studi kasus dapat digunakan ketika fenomena dan kehidupan nyata memiliki batas yang
samar atau kabur.

Selain batas yang samar, studi kasus juga harus memiliki berbagai sumber untuk dijadikan
alat pencarian bukti dan informasi. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi maka penelitian
tersebut tidak dapat menggunakan studi kasus.

2. Polit dan Hungler


Studi kasus menurut Polit dan Hungler, adalah fokus untuk menentukan dinamika terkait
pertanyaan mengapa individu berpikir dan bertindak, serta mengembangkan dirinya.
Mereka menilai bahwa fokus tersebut merupakan sesuatu yang penting.

3. Susilo Rahardjo dan Gudnanto

Sedangkan menurut Susilo Rahardjo dan Gudnanto, studi kasus merupakan metode untuk
mengetahui dan memahami seseorang dengan menggunakan praktek inklusif dan
menyeluruh atau komprehensif. 

Dalam prakteknya, peneliti akan mengumpulkan individu yang dijadikan sebagai subjek
penelitian. Selanjutnya, peneliti akan melakukan penggalian informasi pada subjek agar
dapat memperoleh pemahaman lebih dalam lagi. Jika sudah didapatkan, pemahaman dan
informasi tersebut dapat digunakan oleh subjek sendiri ketika melakukan penyelesaian
terhadap masalah yang dihadapi. Sehingga subjek dapat berkembang lagi setelah dapat
menyelesaikan permasalahan tersebut.

4. Bimo Walgito

Sedangkan menurut Bimo Walgito, studi kasus adalah metode yang ditujukan untuk
menyelidiki dan mempelajari peristiwa dan fenomena terkait individu merupakan
pengertian dari studi kasus. Individu yang dijadikan objek penelitian tersebut nantinya
akan diselidiki lebih lanjut.

Hasil penyelidikan bisa berbentuk beberapa laporan, salah satunya seperti biografi atau
riwayat hidup. Menurut Bimo Walgito, dalam melakukan studi kasus, dibutuhkan banyak
informasi dan akurasi data agar diperoleh hasil data yang sesuai, mendalam dan akurat. 

5. Winston M. Tellis

Studi kasus didefinisikan oleh Tellis sebagai metode penelitian yang memiliki unit analisis
yang lebih mengacu pada tindakan individu atau lembaga dibandingkan dengan diri
individu maupun lembaga itu sendiri. Dapat dikatakan studi kasus lebih berfokus pada
tindakan atau perilaku yang dihasilkan. Sehingga menghindari bias atas penilaian diri pada
individu atau lembaga tertentu yang menjadi subjek penelitian. Selain itu, unit analisis
dapat berbeda dan bervariasi pada setiap individu dan lembaga.

6. Feagin,Anthonly M.Orum dan Andree F. Sjoberg

Feagin, Orum dan Sjoberg mendefinisikan studi kasus sebagai metode penelitian yang
bersifat multi-perspectival analyses. Multi-perspectival analyses sendiri merupakan
penelitian yang membutuhkan analisis dari berbagai sudut pandang dan tidak hanya
berfokus pada satu hal.

Misalnya saja, tidak hanya berfokus pada individu itu sendiri. Tetapi harus menggunakan
analisis dari hal-hal selain individu tersebut, seperti alasan perilaku, faktor eksternal dan
lain sebagainya. Selain itu, peneliti juga harus memperhatikan kelompok yang memiliki
kaitan dengan individu tersebut.

7. Bogdan dan Biklen

Terakhir Bogdan dan Biklien secara singkat mengartikan studi kasus sebagai tes yang rinci
dan detail dari suatu topik, penyimpanan dokumen dan dari suatu peristiwa tertentu.
B. JENIS STUDI KASUS
Setelah membaca mengenai beberapa pengertian studi kasus dari para ahli, tentunya
kamu lebih memahami maknanya. Selain pengertian, ada baiknya kamu juga
memahami jenis-jenis dari studi kasus. Ada tiga jenis studi kasus yakni:

1. Intrinsic

Studi kasus jenis ini digunakan pada kasus yang akan dipelajari dengan
mendalam. Dimana, kasus tersebut memiliki sesuatu yang menarik dan
mengandung minat intrinsik atau yang biasa disebut sebagai intrinsic interest.

2. Instrumental

Studi kasus instrumental ditujukan untuk mempelajari suatu kasus yang mana
hasilnya akan digunakan untuk memperbaiki atau melengkapi suatu teori yang
sudah ada. Selain untuk menyempurnakan teori yang sudah ada, hasil penelitian
studi kasus Instrumental juga dapat digunakan untuk mencetuskan teori baru. 

3. Kolektif

Jenis studi kasus ini digunakan ketika dalam penelitian, subjek yang diteliti terdiri
dari beberapa kolektif atau kelompok. Akan tetapi tidak hanya semata kelompok
itu yang dipelajari. Individu-individu di dalamnya juga akan tetap dipelajari secara
mendalam. hal ini bertujuan guna memperoleh karakter umum yang bervariasi.
Baik itu dari kelompok maupun individu-individu di dalamnya.

Di dalam penelitian kualitatif, studi kasus sangat sering digunakan. Penelitian


kualitatif yang bersifat menggali pertanyaan mengapa dan bagaimana, menjadi
paduan yang tepat dengan studi kasus. Hal ini karena sifat studi kasus yang
mempelajari secara mendalam hingga dapat menemukan realitas.

Data kasus dalam penelitian kualitatif dapat dikumpulkan dengan beberapa


metode. Seperti halnya penelitian kualitatif pada umumnya, data dapat diperoleh
dari wawancara, observasi, dokumentasi, forum group discussion (FGD), dan
lainnya. Data ini nantinya akan diperdalam dan dipertajam hingga dapat
memahami permasalahan yang sedang diteliti.

Kasus yang diteliti juga merupakan kasus atau fenomena atau kejadian yang
sedang berlangsung dan sangat khas. Kekhasan kasus dapat dilihat dari segi
subjek, fenomena, lokasi dan lainnya yang terbilang jarang terjadi. Untuk
memperoleh pemahaman, data juga dapat diperoleh dari pihak lain yang
mengetahui kasus tersebut dengan baik. Sehingga akan melengkapi data yang
sudah diperoleh dari data utama.

Meskipun tidak sebanyak dalam penelitian kualitatif, nyatanya studi kasus juga
dapat digunakan dalam penelitian kuantitatif. Pada penelitian kuantitatif, studi
kasus dapat memberikan data yang memungkinkan peneliti untuk memperluas
bukti. Bukti yang dimaksud adalah data yang memperkuat hipotesis penelitian.
Tentunya, bukti ini akan membahas tentang tema atau topik yang sedang diteliti.
C. LANGKAH – LANGKAH CARA MEMBUAT PENELITIAN STUDI KASUS

Studi kasus yang digunakan dalam penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.
Sekarang kamu akan masuk tahap selanjutnya yakni membuat kerangka penelitian
dengan menggunakan metode studi kasus. Di bawah ini sudah ada cara mudah untuk
membuat penelitian studi kasus.
Berikut langkah-langkahnya yang bisa kamu ikuti:

1. Memilih Tema Atau Kasus Yang Akan Diteliti :


Pemilihan kasus juga harus didasarkan pada kekhasan kasus dan juga tujuan.
Selain itu, kamu juga harus mempertimbangkan peluang dan resiko yang akan
dihadapi saat memilih kasus, tema atau topik tersebut. Waktu pengerjaan dan
keterjangkauan juga harus diperhitungkan dalam pemilihan kasus.
2. Referensi
Jika sudah memilih kasus apa yang akan diteliti, maka kamu perlu untuk
mengumpulkan bahan untuk referensi.
3. Kerangka Penelitianmu
Selanjutnya, kamu dapat menyusun kerangka penelitianmu. Kamu juga bisa
membuat daftar informasi apa yang akan kamu butuhkan. Serta, kamu perlu untuk
membuat kerangka agar dapat mengerucutkan informasi yang akan digali lebih
dalam lagi.
4. Data Primer dan Data Sekunder
Jika kerangkanya sudah jadi, lakukan pengambilan data primer dan data sekunder.
5. Analisa Data
Setelah memperoleh data yang kamu butuhkan, lakukan analisis data berdasarkan
teori yang kamu peroleh pada langkah kedua.
6. Validasi Data
Uji Validitas dan Kredibilitas data yang sudah dianalisis.
7. Laporan Penelitian
Yang terakhir, kamu perlu membuat laporan hasil dari penelitian yang kamu
lakukan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai