Anda di halaman 1dari 18

A.

Definisi Studi Kasus

Studi kasus berasal dari terjemahan dalam Bahasa Inggris “ A Case Study” atau
“Case Studies”. Kata “kasuss” diambil dari kata “Case” yang menurut kamus Oxford
Anvanced Learner’s Dictionary of Current English (1989; 173) diartikan sebagai 1).
Contoh kejadian sesuatu, 2). Kondisi actual dari keadaan atau situasi, 3). Llingkungan
atau kondisi tertentu tentang orang atau sesuatu.

Studi kasus (case study) merupakan penelitian tentang suatu “kesatuan sistem”.
Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu
yang terkait oleh tempat, waktu atau ikatan tertentu. Studi kasus adalah penelitian
yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna dan memperoleh
pemahaman dari kasus tersebut. Tiap kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik
sendiri yang berbeda dengan kasus lainnya.

Studi kasus dapat terdiri atas satu unit atau lebih dari satu unit, tetapi merupakan
satu kesatuan. Kasus dapat satu orang, satu kelas, satu sekolah, beberapa sekolah
tetapi dalam satu kantor kecamatan, dan sebagainya. Dalam studi kasus digunakan
berbagai teknik pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan studi
documenter yang semuanya difokuskan untuk mendapatkan kesatuan data dan
kesimpulan.

Studi kasus ini bertujuan mengembangkan metode kerja yang dianggap paling
efisien. Peneliti mengadakan telaah secara mendalam tentang suatu kasus.
Kesimpulan hanya berlaku atau terbatas pada kasus tertentu saja sehingga biaya dapat
ditekan dan produktivitasnya lembaga dapat meningkat. Adapun ciri-ciri penelitian
kasus antara lain:

1. Penelitian kasus lebih spesifik dan mendalam yang berhubungan dengan


proses penelitian
2. Penelitian kasus melalui proses siklus yang ada salam sampel secara
keseluruhan, dimana besaran sampel terbatas pada arti kata pengambilan
sampel yang cenderung ketat
3. Penelitian kasus tidak untuk generlisasi.

Studi kasus merupakan salah satu dari sekian teknik analisis yang dapat
digunakan. Jadi keberadaannya bisa digandengkan dengan teknik lainnya misalnya
SWOT analisis FGD. Menganalisis suatu tema/fokus dapat dianalogikan dan
dipersonifikasikan pada kasus kecil.

Penelitian studi kasus adalah penelitian yang menempatkan sesuatu atau objek
yang diteliti sebagai “kasus”. Akan tetapi, pandangan tentang batasan objek yang
dapat di sebut sebagai “kasus” terus i itu sendiri masih terus di perdebatkan hingga
sekarang. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan pengertian menurut para ahli
tersebut. Perbedaan tersebut mengarah pada munculnya dua kelompok.

Kelompok pertama berpendapat bahwa penelitian studi kasus adalah penelitian


terhadapat suatu objek yang disebut sebagai kasus. Kelompok ini menekankan bahwa
penelitian studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan terhadap objek atau
sesuatu yang harus di teliti secara menyeluruh, utuh, dan mendalam. Dengan kata lain
kasus yang diteliti harus dipandang sebagai objek yang berbeda dengan objek
penelitian pada umumnya.

Kelompok kedua berpendapat bahwa penelitian studi kasus adalah metode


penelitian yang dibutuhkan untuk meneliti atau mengungkapkan secara utuh dan
menyeluruh terhadap kasus. Meskipun tampaknya hampir sama dengan kelompok
pertama, kelompok ini berangkat dari adanya kebutuhan metode untuk meneliti
secara khusus tentang objek atau kasus yang menarik perhatian untuk di teliti.

Pengertian dari kelompok yang pertama ini, berasal dari pengertian yang
dikemukakan oleh Guba & Lincoln (2005), lebih diperjelas oleh Stake (2005),
kemudian di kembangkan oleh Creswell (2009), yang menyatakan bahwa penelitian
studi kasus dalah penelitian yang dilakukan terhadap suatu objek, yang disebut
sebagai kasus, yang dilakukan secara seutuhnya, menyeluruh dan mendalam dengan
menggunakan berbagai macam sumber data.

Menurut kelompok pengertian ini, pada penelitian kualitatif, terdapat objek


penelitian yang harus dipandang secara khusus, agar hasil penelitiannya mampu
menggali subtansi terperinci dan menyeluruh dibalik fakta. Menurut Creswell (2009)
suatu objek dapat diangkat sebagai kasus apabila objek tersebut dapat dipandang
sebagai suatu sistem yang dibatasi yang terikat dengan waktu dan tempat kejadian
objek. Mengacu pada kriteria tersebut, beberapa objek yang dapat diangkat sebagai
kasus dalam penelitian studi kasus adalah kejadian atau peristiwa (event), situasi,
proses, program, dan kegiatan, seperti yang dijelaskan oleh Creswell (2009) “suatu
penelitian dapat disebut sebagai penelitian studi kasus apabila proses penelitiannya di
lakukan secara mendalam dan menyeluruh terhadap kasus yang di teliti, serta
mengikuti struktur studi kasus” seperti yang dikemukakan oleh Lincoln & Guba
(1994), yaitu permasalahan, konteks, isu, dan pelajaran yang dapat diambil.

Kelompok kedua berkembang berdngasarkan pendapat Yin (2000), yang secara


khusus memandang dan menempatkan penelitian studi kasus sebagai sebuah metode
penelitian. Yin (2009) mengemukakan “penelitian studi kasus adalah sebuah metode
penelitian yang secara khusus menyelidiki fenomena kontemporer yang terdapat
dalam konteks kehidupan nyata, yang dilaksanakan ketika batasan-batasan antara
fenomena dan konteksnya belum jelas, dengan menggunakan berbagai sumber data.

Pengertian yang lain, studi kasus bisa berarti metode atau strategi dalam
penelitian, bis juga berarti hasil dari suatu penelitian sebuah kasus tertentu. Studi
kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau
menginterprestasikan suatu kasus dalam konteksnya secara natural tanpa adanya
intervensi pihak luar. Menutur Salim (2006) pada intinya studi kasus berusaha untuk
menyoroti suatu keputusan atau seperangkat keputusan, mengapa keputusan itu
diambil, bagaimana diterapkan dan apakah hasilnya.

Menurut Bogdan & Biklen (2007) “studi kasus merupakan pengujian secara rinci
terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen
atau satu peristiwa tertentu”

B. Jenis penelitian studi kasus

Contoh studi kasus adalah penelitian Asmussen & Creswel tentang reaksi
kampus terhadap insiden penembakan di kampus. Beberapa aspek studi kasus yang
dapat diambil dari penelitian ini adalah :
a. Kita menentukan “kasus” untuk penelitian, keseluruhan kampus dan respon
terhhadap potensi kekerasan.
b. Kasus ini adalah sebuah “sistem terikat” terikat oleh waktu (kumpulan data
enam bulan) dan tempat (sebuah kampus).
c. Kita menggunakan sumber iinformasi yang banyak dan luas dalam
pengumpulan data untuk mendapatkan gambaran detal dari respon kampus,
d. Kita menggunakan banyak waktu untuk menjelaskan konteks atau setting
kasus, menempatkan/mensituasikan kasus dalam sebuah gedung dn sebuah
ruang kelas, bersana dengan detail kejadian selama 2 minggu setelah kejadian.

Beberapa pakar mengmukakan jenis-jenis penelitian studi kasus dalam penjelasan


yang berbeda-beda. Perbedaan penentuan jenis tersebut disebabkan oleh cara pandang
masing-masing pakar terhadap posisi dan kedudukan kasus didalam penelitian.
Meskipun demikian, terdapat pandangan yang sama diantara mereka, yaitu
memposisikan dan memperlakukan objek penelitian sebagai kasus.

Judul penelitian “Menerapkan Merit System untuk Membangun Motivasi dan


Kompensasi Kepegawaian pada SMAN 3 Bandung”.

Untuk gambaran studi kasus ini, Bogdan dan Biklen (Bungin, 2007:230)
mengemukakan beberapa tipe studi kasus yaitu sebagai berikut:
1) Studi Kasus Kesejahteraan Sebuah Organisasi
Domain penting dalam studi kasus jenis ini adalah pemusatan perhatian
mengenai perjalanan dan perkembangan sejarah organisasi social tertentu.
2) Studi Kasus Observasi
Penekanan untuk menjaring informasi-informasi empiris yang detail dan
akurat dari unit analisis penelitian, apakah itu menyangkut kehidupan individu
maupun unit-unit social tertentu dalam masyarakat.
3) Studi Kasus Life Story
Studi kasus ini mencoba menyingkap dengan lengkap dan rinci kisah
perjalanan hidup seseorang sesuai dengan tahap-tahap, dinamika hidup yang
paling mempengaruhi sseseorang.
4) Studi Kasus Komunitas Sosial Atau Kemasyarakatan
Peneliti mampu mengmbangkan domain baru dalam studi kasus ini sejauh itu
berhubungan dengan komunitas social yang dianalisis.
5) Studi Kasus Analisis Situasional
Kehidupan social selalu menggapai perubahan tentu saja mengisyaratkan
adanya letusan-letusan situasi dalam bentuk peristiwa-peristiwa atau
fenomena social tertentu.
6) Studi Kasus Mikroetnografi
Dilakukan pada unit social terkecil, seperti pada sisi tertentu kehidupan
sebuah komunitas atau organisasi atau bahkan seorang individu.

Menurut Stake (2005) terdapat tiga tipe studi kasus, yaitu

1) Studi kasus intrinsic (intrinsic case study), apabila kasus yang dipelajari
secara mendalam mengandung hal-hal yang menarik untuk dipelajari berasal
dari kasus itu sendiri, atau dapat dikatakan mengandung minat intrinsic
(intrinsic interest)
2) Studi kasus instrumental (instrumental case study), apabila kasus yang
dipelajari secara mendalam karena hasilnya akan dipergunakan untuk
memperbaiki atau menyempurnakan teori yang telah ada atau untuk
menyusun teori baru.
3) Studi kasus kolektif (collective case study), apabila kasus yang dipelajari
secara mandalam merupakan beberapa (kelompok) kasus, walaupun masing-
masing kasus individual dalam kelompok itu dipelajari, dengan maksud untuk
mendapatkan karakteristik umum, karena kasus mempunyai ciri tersendiri
yang bervariasi.
Penjelasan mengenai tipe studi kasus menurut Stake (2005)
1. Penelitian Studi Kasus Intrinsik
Penelitian studi kasus intrinsic (intrinsic case study) adalah penelitian
studi kasus yang dilakukan untuk yang pertama dan terakhir kali meneliti
tentang suatu kasus yang khusus. Pada umumnya, para peneliti studi kasus
intrinsic ini bermaksud untuk meneliti atau menggali hal-hal yang mendasar
yang berada dibalik kasus tersebut. Pengertian tentang intrinsic menunjukkan
bahwa penelitisn studi kasus bermaksud menggali hal yang mendasar (esensi)
yang menyebabkan terjadinya atau keberadaan dari suatu kasus.
Studi kasus intrinsic, yaitu studi untuk mendapatkan pemahaman yang
kebih baik dari kasus yang khusus, hal ini disebabkan karena seluruh
kekhususan dan keluarbiasaan kasus itu sendiri manarik perhatian. Tujuan
studi kasus intrinsic bukan untuk memahami suatu konstruksi abstrak atau
konstruksi fenomena umum, seperti kemampuan menbaca, penggunaan obat-
obatan oleh remaja atau apa yang harus dikakukan oleh kepala sekolah.
2. Penelitian Studi Kasus Instrumental
Penelitian studi kasus instrumental (instrumental case study) adalah
penelitian studi kasus yang dilakukan dengan meneliti kasus untuk
memberikan pemahaman mendalam atau menjelaskan kembali suatu proses
generalisasi. Dengan kata lain, kasus diposisikan sebagai sarana (instrument)
untuk menunjukkan penjelasan yang mendalam dan pemahaman tentang
sesuatu yang lain dari yang biasa dijelaskan.
Studi kasus instrumental adalah kasus yang diuji untuk memberikan
pemahaman yang mendalam tentang suatu masalah (issue) atau untuk
memperbaiki teori yang telah ada. Walaupun studi kasus ini kurang diminati,
ia memainkan peran yang mendukung, memfasilitasi pemahaman terhadap
sesuatu yang lain (minat eksternal).
3. Penelitian Studi Kasus Kolektif
Penelitian studi kasus kolektif (collective case study) adalah penelitian
studi kasus yang menggunakan jumlah kasus yang banyak. Penelitian studi
kasus ini adalah pengembangan dari penelitian studi kasus instrumental,
dengan menggunakan kasus yang banyak. Asusmsi dari penggunaan kasus
kolektif adalah bahwa kasus-kasus yang digunakan didalam penelitian studi
kasus kolektif mungkin secara individual tidak dapat menggambarkan
karakteristik umumnya.
Studi kasus kolektif yaitu penelitian terhadap gabungan kasus-kasus
dengan maksud meneliti fenomena, populasi atau kondisi umum. Ini bukan
merupakan kumpulan studi instrumental yang diperluas pada beberapa kasus.
Studi kasus kolektif memerlukan kasus-kasus individual dalam kumpulan
kasus-kasus yang diketahui lebih dahulu untuk mendapatkan karakteristik
umum. Kasus-kasus individual dalam kumpulan kasus-kasus tersebut
mempunyai ciri-ciri yang sama atau berbeda, masing-masing mempunyai
kelebihan dan bervariasi. Kasus-kasus tersebut dipilih karena dipercaya bila
memahami kasus-kasus tersebut, akan menghasilkan pemahaman yang lebih
baik, penyusunan teori yang baik tentang kumpulan kasus-kasus yang lebih
luas.
Intrinsic case study dilakukan untuk memahami secara lebih baik
tentang suatu kasus tertentu. Jadi, studi pada kasus ini karena peneliti ingin
mengetahui secara intrinsic mengenai fenomena, keteraturan, dan kekhususan
dari suatu kasus, bukan alasan eksternal lainnya. Sebaliknya instrumental
case study merupakan studi terhadap kasus untuk alasan eksternal, bukan
karena kita ingin mengetahui tentang hakikat kasus tersebut. Kasus hanya
dijadikan sebuah instrumen untuk memahami hal lain diluar kasus. Misalnya,
dalam membuktikan sebuah teori yang sebelumnya sudah ada. Sedangkan
collective case study dilakukan untuk menarik kesimpulan atau generalisasi
terhadap fenomena atau populasi dari kasus-kasus tersebut. Jadi, jenis kasus
yang ketiga ini ingin membentuk sebuah teori berdasarkan persamaan dan
keteraturan yang didapat dari setiap kasus yang diselidiki.
Sementara itu Creswell (2009) menyatakan bahwa jenis-jenis
penelitian studi kasus ditentukan berdasarkan batasan dari kasus, seperti
seorang individu, beberapa individu, sekelompok, sebuah program atau
sebuah kegiatan. Creswell membagi penelitian studi kasus menjadi tiga jenis:
1. Penelitian Studi Kasus Instrumental Tunggal
Penelitian kasus instrumental tunggal (single instrumental case study)
adalah penelitian studi kasus yang dilakukan dengan menggunakan sebuah
kasus untuk menggambarkan suatu isu atau perhatian. Pada penelitian ini,
penelitinya memerhatikan dan mengkaji suatu isu yang menarik perhatiannya,
dan menggunakan sebuah kasus sebagai sarana (instrument) untuk
menggambarkannya secara terperinci.
2. Penelitian Studi Kasus Kolektif
Penelitian studi kasus kolektif (collective case study) adalah penelitian
studi kasus yang menggunakan banyak (lebih dari satu) isu atau kasus didalam
satu penelitian. Penelitian ini dapat terfokus pada hanya satu isu atau
perhatian dan memanfaatkan banyak kasus untuk menjelaskannya. Dismaping
itu, penelitian ini juga dapat hanya menggunakan satu kasus (lokasi), tetapi
dengan banyak isu atau perhatian yang diteliti.
3. Penelitian Studi Kasus Intrinsik
Penelitia studi kasus intrinsic (intrinsic case study) adalah penelitian
yang dilakukan untuk kasus yang memiliki kekhasan dan keunikan yang
tinggi. Fokus penelitian ini adalah pada kasus itu sendiri, baik sebagai lokasi,
program, kejadian, atau kegiatan. Lebih khusus lagi, penelitian studi kasus
intrinsic merupakan penelitian yang sangat terikat pada konteksnya, atau
sangat terikat pada fokusnya.
C. Karakteristik Penelitian Studi Kasus

Penelitian studi kasus sangat tepat digunakan pada penelitian yang bertujuan
menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa Yin (Dalam Gunawan 2014: 121)
terhadap sesuatu yang diteliti. Penelitian studi kasus tepat digunakan pada penelitian
yang bersifat eksplanatori, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk menggali
penjelasan kausalitas, atau sebab dan akibat yang terkandung di dalam objek yang
diteliti. Penelitian studi kasus menurut Yin (Dalam Gunawan 2014: 121) tidak tepat
digunakan pada penelitian eksploratif, yaitu penelitian yang berupaya menjawab
pertanyaan siapa, apa, dimana, dan seberapa banyak, sebagaimana yang dilakukan
pada metode penelitian eksperimental.

Kekhususan penelitian studi kasus yang lain adalah pada sifat objek yang
diteiti. Menurut Yin (Dalam Gunawan 2014: 122) kasus didalam penelitian studi
kasus bersifat kontemporer, masih terkait dengan masa kini, baik yang sedang terjadi,
maupun telah selesai, tetapi masih memiliki dampak yang masih tersasa pada saat
dilakukannya penelitian. Oleh karena itu penelitian studi kasus tidak tepat digunakan
pada penelitian sejarah, atau fenomena yang berlangsung lama, termasuk kehidupan
yang telah menjadi tradisi atau budaya. Sifat kasus yang demikian juga didukung oleh
Creswell (Dalam Gunawan 2014: 122) yang menyatakan bahwa penelitian studi
kasus berbeda dengan penelitian grounded theory dan phenomenology yang
cenderung berupaya meneliti teori-teori klasik, atau definitive, yang telah mapan
(definitive theories) yang terkandung di dalam objek yang diteliti.

Dalam Gunawan (2014: 122) Pendapat Yin tersebut, didukung oleh Dooley
dan VanWynsberghe & Khan yang menyatakan bahwa kasus sebagia objek peneltian
studi kasus digunakan untuk memberikan contoh pelajaran dari adanya suatu
perlakuan dalam konteks tertentu. Kasus yang dipilih dalam penelitian studi kasus
harus dapat menunjukkan terjadinya perubahan atau perbedaan yang diakibatkan oleh
adanya perilaku terhadap konteks yang diteliti.
Berdasarkan sifat kasusnya yang kontemporer, disimpulkan bahwa penelitian
studi kasus cenderung bersifat memperbaiki atau memperbaharui teori, dengan
pengertian lain penelitian studi kasus beruoaya mengangkat teori-teori kontemporer.
Penelitian studi kasus berbeda dengan teori grounded theory, phenomenology, dan
ethnografi yang bertujuan meneliti dan mengangkat teori-teori mapan atau definitif
yang terkandung pada objek yang diteliti Meyer (Dalam Gunawan 2014: 123). Ketiga
jenis penelitian tersebut berupaya mengangkat teori secara langsung dari data temuan
di lapangan (firsthand data) dan cenderung menghindari pengaruh teori yang telah
ada. Sementara itu, penelitian studi kasus menggunakan teori yang sudah ada sebagai
acuan untuk menentukan posisi hasil penelitian terhadap teori yang sudah ada
tersebut. Posisi teori yang sudah dibangun dalam penelitian studi kasus dapat sekedar
bersifat memperbaiki, melengkapi atau menyempurnakan teori yang sudah ada,
berdasarkan perkembangan dan perubahan fakta terkini.

Menurut Yin (Dalam Gunawan 2014: 123) posisi pemanfaatan teori yang telah
ada didalam penelitian studi kasus dimaksudkan untuk menentukan arah dan focus
penelitian. Yin (2009) menyebut arahan yang dibangun pada awal proses penelitian
tersebut sebagai proposisi. Meskipun tampaknya mirip namun peran dan fungsi
preposisi memiliki perbedaan yang signifikan dengan hipotesis pada penelitian
kuantitatif. Jika hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian,
preposisi digunakan untuk menetapkan jawaban sementara, tetapi merupakan arahan
teoritis yang digunakan untuk membangun protocol penelitian.

Protocol penelitian sadalah petunjuk praktis pengumpulan data yang harus


diikuti oleh peneliti agar penelitian terfokus pada konteksnya. Pada proses analisis
data, preposisi kembali digunakan sebagi pijakan untuk mengetahui posisi hasil
penelitian terhadap teori-teori yang ada. Dengan mengetahui posisi tersebut, dapat
ditetapkan apakah hasil penelitiannya mendukung, memperbaiki, memperbaharui,
atau bahkan mematahkan teori yang ada.
Sedikit berbeda dengan pendapat Yin diatas, Stake (2005) dan Creswell
(2009) (Dalam Gunawan 2014: 124) menyatakan bahwa teori dapat digunakan
sebagai acuan di dalam proses analisis, setelah fakta terhadap kasus diperoleh. Kajian
posisi fakta terhadap teori dilakukan pada bagian akhir (after-end theory) tersebut
dilakukan untuk menentukan posisi hasil penelitian terhadap teori yang ada. Hal ini
dimaksudkan supaya pengumpulan data dapat dilakukan lebih leluasa, tidak terlalu
terikat pada arahan atau prinsip-prinsip tertentu, melalui pengumpulan data yang
demikian, peneliti dapat menggali dan mengkaji nilai-nilai yang berada dibalik objek
yang ditelitinya secara terperinci.

Dengan demikian dari ketiga pendapat ahli diatas mengungkapkan bahwa


penelitian studi kasus menggunakan berbagai keragaman sumber data yang
digunakan untuk mengungkap fakta dibalik kasus yang telah diteliti. Yang
dimaksudkan untuk mencapai validitas (kredibilitas) dan reliabilitas (konsistensi)
pada hasil penelitian. Bukti-bukti dari beberapa sumber data seperti rekaman,
observasi, dokumen, dan survei di lapangan. Di samping fakta yang mendukung
preposisi, fakta yang bertentangan terhadap preposisi juga diperhatikan, untuk
menghasilkan keseimbangan analisis sehingga objektivitas hasil penelitian dapat
terjaga.

Berdasarkan pendapat Yin (2009), VanWynsberghe & Khan (2007), dan


Creswell (2009) dalam gunawan 2014; 125 secara terperinci, karakteristik penelitian
studi kasus sebagai berikut :

1. Menempatkan objek penelitian sebagi kasus


Stake (dalam gunawan 2014; 125) menyatakan bahwa penelitian studi kasus
bukanlah suatu metode penelitian, tetapi memilih kasus sebagi objek atau target
penelitian. Pernyataan ini menekankan bahwa peneliti studi kasus harus
memahami bagaiama objek atau target penelitiannya sebagi kasus di dalam
penelitiaannya.
Creswell (dalam gunawan 2014; 125) mengemukakan studi kasus adalah isu
atau masalah yang harus dipelajari, yang akan mengungkapkan pemahaman
mendalam tentang kasus tersebut, sebagai suatu kesatuan system yang dibatasi,
yang melibatkan pemahaman sebuah peristiwa, aktivitas, proses, atau satu atau
lebih individu. Melalui penelitian studi kasus, kasus yang di teliti dapat dijelaskan
lebih terperinci dan komperhensif, menyangkut tidak hanya penjelasan tentang
karakteristiknya, tetapi bagaimana dan mengapa karakteristiknya dapat terbentuk.
Karena penelitian studi kasus menempatkan kasus sebagai objek penelitian
yang harus diteliti secara menyeluruh, kasus tidak dapat disamakan dengan
contoh atau sampel yang mewakili suatu populasi, seperti yang dilakukan pada
penelitian kuantitatif. Kasus mewakili dirinya sendiri secara keseluruhan pada
lingkup yang dibatasi oleh kondisi tertentu sesuai dengan maksud dan
tujuanpenelitian. Pembatasan dapat dilakukan melalui berbagai sudut pandang,
seperti pembatasan lokasi, waktu, pelaku dan focus substansi.
Substansi yang diteliti dari suatu kasus harus dipandang dan di posisikan
sebagai unit analisis Yin (dalam gunawan 2014; 126) sebagai unit analisis,
substansi yang diteliti dati suatu kasus harus dibuat dan dikaji secara keseluruhan
untuk mencapai maksud dan tujuan penelitian. Di dalam banyak penelitian studi
kasus, unit analisis penelitiannya adalah kasus itu sendiri.
Yin (dalam gunawan 2014; 126) menyebut unit anliasis yang demikian
sebagai unit yang tertanam (embedded unit). Misalnya,penelitian studi kasus
menajemen kawasan perbatasan daerah, unit analisisnya dapat bermacam-macam,
seperti manajemen pemeliharaan dan operasional infrastruktur; manajemen
fasilitas umum; dan manajemen kerjasama di kawasan perbatasan daerah.
Meskipun tampaknya posisi kasus di dalam penelitian studi kasus telah cukup
jelas, tetapi hingga saat ini, masih terjadi perdebatan tentang objek yang dapat
dikategorikan sebagai kasus. Perdepatan terjadi karena belum disepakatinya cara
atau teknik untuk membatasi objek penelitian studi kasus disebut sebai kasus.
Pada umumnya, untuk membatasi objek penelitian sebagai kasus adalah
menggunakan batasan waktu dan ruang. Ruang lingkup penelitian suatu objek
dapat dibatasi dengan membatasinya dari awal terjadinya kasus, sehingga
berakhirnya kasus. Kasus juga dapat ditentukan dengan membatasi ruang kejadian
atau tempat keberadaan yng terkait dengan kasus tersebut. Meskipun demiakan,
banyak ahli yang menyatakn bahwa kasus dibatasi dengan menggunakan berbagai
cara dan metode yang lain. Misalnya, mengkaji jejak-jejak pengaruh yang
disebabkan oleh keberadaan atau terjadinya kasus tersebut.
2. Memandang kasus sebagi fenomena yang bersifat kontemporer
Bersifat kontemporer, berarti kasus tersebut sedang atatu telah terjadi, tetapi
masih memiliki dampak yang dapat dirasakan pada saat penelitian dilaksanakan,
atau yang dapat menunjukkan perbedaan dengan fenomena yang bias terjadi.
Dengan kata lain, sebagai bounded system (system yang dibatasi), penelitian studi
kasus dibatasi dan hanya difokuskan pada hal-hal yang berada dalam batas
tersebut.
Kata kontemporer itu, sendiri berasal dari kata co (bersama) dan tempo
(waktu) sehingga menegaskan bahwa seseuatu ygn bersifat kontemporer adalah
sesuatu yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (dalam gunawan 2014; 127) kontemporer
merupakan kata sifat yang menunjukkan bahwa sesuatu ada pada waktu atau masa
yang sama atua pada masa kini. Pengertian ini menunjukkan bahwa sesuatu yang
kontemporer berarti bersifat ada pada suatu waktu atau masa tertentu.
Untuk menunjukkan sifat kontemporernya tersebut, berarti penjelasan tentang
keberadaan ssesuatu tersebut harus dibatasi dalam kerangka waktu tertentu.
Disamping menggunakan waktu, pembatasan dapat dilakukan dengan
menggunakan ruang lingkup kegiatan terjadinya fenomena tersebut. Lebih jauh,
kontemporer sering diartikan dengan kekinian, modern, atau lebih tepatnya adalah
sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini. Jadi, sesuatu
yang bersifat kontemporer adalah sesuatu yang tidak terikat oleh aturan0aturan
zaman dulu, tetapi berkembang sesuai pada masa sekarang. Mislanya, seni
kontemporer adalah karya seni yang secara tematik merefleksikan situasi waktu
yang sedang dilalui, yang tidak lagi terikat pada jaman dahulu, tetapi masih
terikat dan berlaku dan berlaku pada masa sekarang.
Objek penelitian yang berkebalkikan daengan kasus sebagai fenomena
kontemporer adalah objek yang bersifat telah ada atau berlangsung sangat lama
sehingga sering dipandang telah menjadi suatu budaya atau tradisi. Objek yang
demikian diteliti dengan menggunakan stategi atau metode penelitian kualitatif
yang lain, seperti grounded theory, phenomenology, biografi, atau etnografi.
3. Dilakukan pada kondisi kehidupan sebenarnya
Penilitian studi kasus meneliti kehidupan nyata, yang dipandang sebagi kasus.
Kehidupan nyata itu, adalah suatu kondisi kehidupan yang terdapat pada
lingkungan hidup manusia baik sebagai individu maupun anggota kelompok yang
sebenarnya. Sebagi penelitian dengan objek kehidupan nyata, penelitian studi
kasus mengkaji semua hal yang terdapat di sekeliling objek yang di teliti, baik
yang terkait langsung, tidak langsung maupun sama sekali tidak terkait denga
objek yang diteliti.
Penelitian studi kasus barupaya mengungkapakan dan menjelaskan segala
sesuatu yang berkaitan dengan objek yang ditelitinya pada kondisi yang
sebenarnya, baik kebaikannya, keburukannnya, keberhasilannya, maupun
kegagalannnya secara apa adanya. Sifat yang demikian meyebabkan munculnya
pandangan bahwa penlitian studi kasua sangat tepat untuk menjelaskan suatu
kondis alamiah yang kompleks
4. Menggunakan berbagai sumber data
penelitian studi kasus menggunakan berbagai sumber data. Penggunaan
berbagai sumber data dimaksudkan untuk mendapatkan data yang terperinci dan
komperhensif yang menyangkut objek yang diteliti. Disamping itu, hal tersebut
juga dimaksudkan untuk mencapai validitas (kredibiltas) dan reliabilitas
(konsistentsi penelitian) dengan adanya berbagi sumber data tersebut, peneliti
dapat meyakinkan kebenaran dan keakuratan data yang diperolehnya dengan
mengecek saling silangkan antar data yang diperoleh,

5. Menggunakan teori sebagai acuan penelitian


Berdasarkan pemikiran induktif yang bermaksud untuk membangun
pengetahuan-pengetahuanyang baru yang orisinal, penelitian kulitatif selalu
dikonotasikan sebagai [enelitian yangmonolak penggunaan teori sebagi acuan
penelitian. Penggunaan teori sebagi acuan dianggap dapat mengurangi orisinalitas
temuan dari penelitian kualitatif. Hal ini dipertegas oleh VanWynsberghe & Khan
(dalam gunawan 2014; 130) yang berpendapat pada penelitian studi kasus, teori
digunakan untuk menentukan arah, konteks, maupun posisi hasil penelitian.
Kajian teori dapat dilakukan dibagian depan, tengah, dan belakang proses
penelitian. Pada bagian depan, toeri digunakan untuk membangun arahan dan
pedoman di dalam menjalankan kegiatan penelitian. Secara khusus, pada bagian
ini, teori dapat dipergunakan untuk membangun hipotesis seperti halnya, yang
dilakukan pada paradigma deduktif atau positivistik (VanWynsberghe & Khan,
2007; Linclon & Guba, 1994) (dalam gunawan 2014; 131. Pada bagian tengah,
teori dipergunakan untuk menentukan posisi temuan-temuan penelitian terhadap
teori yang ada dan telah berkembang (Croswell, dalam gunawan 2014; 131).
Sementara itu, pada bagian belakang, teori dipergunakan untuk menentukan posisi
hasil keseluruhan penelitian terhadap teori yang ada dan telah berkembang
Croswell (dalam gunawan 2014; 131).
Melalui pemanfaatan teori tersebut, peneliti studi kasus dapat membangun
teori yang langsung terikan dengn kondisi kasus yng ditelitinya. Kesimpulan
konseptual dan teoritis yang dibangun melalui penelitian studi ksus dapat lebih
bersifat alamiah karena sifat dari kasus yang dialamiah sepaerti apa adanya
tersebut. Studi kasus meruapakn salah satu strategi penelitain untuk
mengembangkan analisis mendalam dengan pokok masalah “ apalahpakah “, “
bagimana “, atau “ mengapa “ tentang sutu kasus atau kasus majemuk dari
fenomena kontemporer dengan pendekatan atau metode penelitian kulitatif. Ciri-
ciri studi kasus sebagi berikut.
a. Studi kasus bukan suatu metodologi penelitian, melaikan suatu studi
(penelitian) tentang maslah yang khusus (particular).
b. Sasaran studi kasus dapat bersifat tunggal (ditunjukkan
perorangan/individual) atau suatu kelompok professional.
c. Masalah yang dipelajari atau yang diteliti dapat bersifat sederhana atau
kompleks. Masalah yang sederhana, seperti anak yang mengalami
penyimpangn perilaku. Masalah yang kompleks, seperti suatu periode (masa)
kanak-kanak, mas aremaja, masa dewasa, hal-hal yang menyebabkan
rendahnya mutu pendidikan, dan hal-hal yang menyebabkan skisofernia.
d. Tujuan yang ingin dicapai adlaah pemahaman yang mendalam tentang suatu
kasus, atau dapat diakatakan untuk mendapatkan verstehen bukan sekedar
erklaren (deskripsi suatu fenomena).
e. Studi kasus tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi, walaupun studi
dapat dilakukan terhadap bebrapa kasus. Studi yang dilakukan terhadap
beberapa kasus bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap
sehingga pemahaman yang dihasilkan terhadap satu kasus yang dipelajari
lebih mendalam.

D. Kelebihan Dan Kelemahan Studi Kasus

Kelebihan studi kasus pertama studi kasus mampu mengungkap hal hal yang
spesifik. Unik dan hal-hal yang amat mendetail yang tidak dapat diungkap oleh
studi yang lain. Studi kasus mampu mengungkap makna di balik fenomena dalam
kondisi apa adanya atau natural. Kedua studi kasus tidak sekedar memberi laporan
faktual. tetapi juga memberi nuansa. Suasana kebatinan dan Pikiran-pikiran yang
berkembang dalam kasus yang menjadi bahan studi yang tidak dapat ditangkap
oleh penelitian kuantitatif yang sangat ketat . Ketiga bahwa peneliti dapat
mempelajari subjek secara mendalam dan menyeluruh. Keempat fleksibilitas
tinggi. memberi penekanan pada konteks. melibatkan sumber data banyak,
melibatkan faktor sehingga dimungkinkan penemuan lain di luar pertanyaan
permasalahan. dan apabila dilakukan dengan benar maka teori yang dihasilkan
dapat menjawab permasalahan.

Kelemahan studi kasus pertama adalah dari kacamata penelitian kuantitatif,


studi kasus dipersoalkan dari segi validitas, reliabilitas, dan generalisasi. Akan
tetapi, Studi kasus yang sifatnya unik dan kualitatif tidak dapat diukur dengan
parameter yang digunakan dalam penelitian kuantitatif. yang bertujuan untuk
mencari generalisasi. Hal ini sesuai dengan sifat Studi kasus bahwa informasi Yang
diperoleh sifatnya subjektif. Artinya, hanya untuk individu yang bersangkutan dan
belum tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain.
Dengan kata Iain, generalisasi informasi sangat terbatas penggunaannya. Kedua,
studi kasus bukan untuk menguji hipotesis, melainkan hasil Studi kasus dapat
menghasilkan hipotesis yang dapat diuji melalui penelitian lebih lanjut. Banyak
teori, konsep. dan prinsip dapat dihasilkan dan temuan studi kasus. Ketiga, terlalu
subjektif karena melibatkan interpretasi individual, kemungkinan untuk menjadi
kompleks besar karena melibatkan banyak data, Hasil riset tidak bersifat general
sehingga tidak bisa diterapkan kembali dan sulit untuk diuji kebenarannya,
kemungkinan penemuan sebab akibat lebih dari satu- dan sulit mengintegrasikan
data yang didapat dari berbagai sumber menjadi satu hubungan.
Daftar Pustaka

Ghony, Djunaid M. & Almanshur Fauzan. (2017). Metode Penelitian


Kualitatif. Jogjakarta: AR-Rauzz Media.

Gunawan, Imam. (2014). Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik.


Jakarta: PT Bumi Aksara

https://osf:io/n4f68/download/?format=pdf

Satori, Djam’an. & Khomariah, Aan. (2013). Metodologi Penelitian kualitatif.


Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai