Anda di halaman 1dari 34

ETNOGRAFI DAN NARATIF

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :
NAMA : Muktabar Annurul Ps (7115050069)
Abdul Rahman Rifansyah Nst(7115050070)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
T.A. 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ”Etnografi &

Naratif”. Makalah ini merupakan tugas yang dibuat sebagai bagian dalam

memenuhi kriteria mata kuliah. Salam dan salawat kami kirimkan kepada junjungan

kita tercinta Rasulullah Muhammad SAW, semoga senantiasa dalam lindungan

Allah swt. Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan disebabkan

oleh kedangkalan dalam memahami teori,dan keterbatasan keahlian. Akhir kata,

semoga makalah ini dapat bermanfat bagi kita semua, khususnya bagi kami.

Medan, November 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar.........................................................................................................1
Daftar isi..................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
A. Latar Belakang............................................................................................3
B. Perumusan Masalah....................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
A. Pengertian Etnografi & Naratif.....................................................................5
B. Jenis- jenis Etnorafi & Naratif......................................................................7
C. Karakteristik Pokok Etnografi & Naratif......................................................10
D. Prosedur Penelitian Etnografi & Naratif.......................................................15
E. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian Etnografi & Naratif........22
F. Kelebihan dan Kekurangan Etnografi & Naratif...........................................31

BAB III PENUTUP................................................................................................32


Kesimpulan............................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Etnografi merupakan cabang antropologi yang digunakan untuk
menggambarkan, menjelaskan dan menganalisis unsur kebudayaan suatu
masyarakat atau suku bangsa. Etnografi dalam kegiatannya memberikan
(mengungkapkan) uraian terperinci mengenai aspek cara berprilaku dan cara
berpikir yang sudah membaku pada orang yang dipelajari dan dituangkan
dalam bentuk tulisan, foto, gambar, atau film.
Kebudayaan meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan
perilaku dan pemikiran serta keyakinan suatu masyarakat. Hal yang bias
dipelajari bias berupa bahasa, mata pencaharian, system teknologi, organisasi
social, kesenian, system pengetahuan, bahasa dan religi. Untuk memahami
unsur-unsur kebudayaan tersebut, peneliti biasanya tinggal bersama
masyarakat yang diteliti dalam waktu yang cukup lama untuk mewawancarai,
mengamati, dan mengumpulkan dokumen-dokumen tentang obyek yang
diteliti.
Teknik etnografi untama pada masa awal ini adalah wawancara dengan
beberapa informan sebagai kunci yaitu orang-orang tua dalam masyarakat
tersebut yang kaya dengan cerita tentang masa lampau, tentang kehidupan yang
nyaman pada masa dahulu.Orientasi teoritis para penelititerutama berkaitan
dengan perubahan social dan kebudayaan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penyusun tertarik untuk membuat
makalah tentang penelitian etnografi, untuk mengatahui apa itu penelitian
etnografi dan bagaimana cara melakukan penelitian etnografi.

Peneliti naratif mengeksplorasi permasalahan penelitian pendidikan


dengan memahami pengalaman seorang individu. Seperti pada kebanyakan
penelitian kualitatif, tinjauan kepustakaan memainkan peran kecil, khususnya
dalam mengarahkan pertanyaan penelitian, dan peneliti menekankan
pentingnya belajar dari partisipan dalam suatu ranah. Pembelajaran ini terjadi

3
melalui cerita yang dikisahkan oleh individu, seperti guru atau siswa. Cerita
merupakan datanya, dan peneliti biasanya mengumpulkannya melalui
wawancara atau percakapan informal.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian Etnografi dan Naratif itu?
2. Apakah jenis-jenis penelitian etnografi dan Naratif?
3. Apakah karakteristik pokok etnografi dan Naratif?
4. Bagaimana prosedur penelitian etnografi dan Naratif?
5. Apakah Kelebihan dan kekurangan penelitian etnografi dan Naratif?

C. Tujuan Pembuatan Makalah


Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian Etnografi dan Naratif.
2. Mengetahui jenis-jenis penelitian etnografi dan Naratif.
3. Mengetahui karakteristik pokok etnografi dan Naratif.
4. Mengetahui prosedur penelitian etnografi dan Naratif.
5. Mengetahui Kelebihan dan kekurangan penelitian etnografi dan Naratif.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etnografi
Istilah etnografi berasal dari kata Yunani ethnos yang berarti orang dan
graphein yang berarti tulisan. Istilah itu kemudian diartikan sebagai jenis
tulisan yang menggunakan bahan-bahan dari penelitian lapangan untuk
menggambarkan kebudayaan manusia.Menurut Spradley (1980: 6-8)
kebudayaan merupakan seluruh pengetahuan yang dipelajari manusia dan
digunakan untuk menginterpretasi pengalaman dan membentuk tingkah laku,
dan etnografi merupakan penelitian yang membahas kebudayaan, baik yang
eksplisit maupun implisit.

Menurut Duranti (1997: 85), Etnografi adalah deskripsi tertulis mengenai


organisasi social, aktivitas social, symbol dan sumber material dan
karakteristik praktik interpretasi suatu kelompok manusia tertentu

Secara bahasa etnografi berarti potret suatu masyarakat. Menurut marvin


Harris dan Orna Johson penelitian etnografi adalah gambaran tertulis tentang
suatu budaya, yaitu adat, kepercayaan, dan perilaku berdasarkan pengamatan
peneliti yang terjun langsung kelapangan. Sedangkan menurut Emzir (2008:
153-154) peneliti etnografer bias dianalogikan dengan seorang penjelajah
hutan. Tujuan utamanya bukan untuk menemukan sesuatu yang tedapat di
dalam hutan tetapi membuat deskripsi suatu wilayah hutan tersebut.

5
Dalam pendidikan matematika etnografi merupakan metode penelitian
yang tepat digunakan untuk menyelidiki apa yang tepat digunakan untuk
menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi dalam proses pembelajaran
matematika di kelas. Etnografi mensyaratkan peneliti menjadi “insider
instead of outsider’ dengan menggunakan etnografi, ide-ide perbaikan
pengajaran matematika dimungkinkan muncul sejalan dengan proses
penelitian.
Objek penelitian etnografi adalah kebudayaan yang memiliki unsur
eksplisit dan implisit.Penelitian tentang unsur-unsur kebudayaan yang eksplisit
dapat dilakukan dengan mudah karena unsur-unsur kebudayaan seperti itu
relative terungkap oleh partisipan secara sadar.Sebaliknya, penelitian
berhubungan dengan unsur-unsur kebudayaan yang implisit, yang tercipta dan
dipahami secara tidak sadar oleh pemiliknya, maka data dan makna harus
disimpulkan secara hati-hati berdasarkan penuturan dan tingkah laku para
partisipan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa etnografi adalah
metode atau riset yang menggunakan observasi secara langsung terhadap
kegiatan manusia dalam konteks social dan budaya sehari-hari. Etnografi
berusaha mengetahui kekuatan-kekuatan apa saja yang membuat manusia
melakukan sesuatu. Objek etnografi adalah manusia dan kebudayaan baik
secara eksplisit maupun implisit.

Pengertian Naratif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, narasi memiliki arti pengisahan
suatu cerita atau kejadian yang disusun berdasarkan urutan waktu. Sedangkan
naratif memiliki arti bersifat menguraikan atau menjelaskan. Sehingga kata
naratif lebih cocok digunakan untuk menjelaskan suatu metode penelitian.
Penelitian naratif adalah laporan bersifat narasi yang menceritakan urutan
peristiwa secara terperinci. Dalam desain penelitian naratif, peneliti
menggambarkan kehidupan individu, mengumpulkan cerita tentang kehidupan
orang-orang, dan menuliskan cerita pengalaman individu (Clandinin, 2007).
Menurut Webster dan Metrova (2007), narasi (narrative) adalah suatu
metode penelitian di dalam ilmu-ilmu sosial. Inti dari metode ini adalah
kemampuannya untuk memahami identitas dan pandangan dunia seseorang
dengan mengacu pada cerita-cerita (narasi) yang ia dengarkan ataupun

6
tuturkan di dalam aktivitasnya sehari-hari. Dengan demikian penelitian naratif
dapat diartikan sebagai studi tentang cerita yang menceritakan dan
menjelaskan suatu kejadian yang menjadi pusat perhatian peneliti berdasarkan
urutan waktu tertentu secara rinci. Cerita ditulis melalui proses mendengarkan
dari orang lain atau bertemu secara langsung dengan informan melalui
wawancara.
Sebagai suatu bentuk khas dari penelitian kualitatif, penelitian naratif
biasanya berfokus pada studi satu orang atau individu tunggal dan bagaimana
individu itu memberikan makna terhadap pengalamannya melalui cerita-cerita
yang disampaikan, pengumpulan data dengan cara mengumpulkan cerita,
pelaporan pengalaman individu, dan membahas arti pengalaman itu bagi
individu (Cresswell, 2012).
Penelitian naratif biasanya digunakan ketika peneliti ingin membuat
laporan naratif dari cerita individu. Penelitian naratif memiliki hubungan yang
dekat antara peneliti dan partisipan. Hal ini dikarenakan partisipan
memberikan informasi secara mendetail, dan peneliti mendengarkan serta
melaporkan kembali cerita atau informasi tersebut. Sehingga partisipan
merasa bahwa cerita atau informasi yang ia sampaikan penting dan bisa
memiliki manfaat bagi orang lain. Peneliti dalam menuliskan cerita atau
informasi dari partisipan menggunakan pendekatan kualitatif dimana peneliti
dapat menulis dalam bentuk sastra dan persuasif.

B. Jenis-Jenis Etnografi
Menurut Creswell (2008: 475) penelitian etnografi memiliki beragam
bentuk.Akan tetapi, jenis utama yang sering muncul dalam laporan-laporan
penelitian pendidikan adalah etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis.
1. Etnografi Realis
Etnografi realis merupakan pendekatan yang popular dikalangan
antropolog.Pendekatan ini berupaya menggambarkan situasi budaya para
partisipan secara obyektif berdasarkan informasi yang diperoleh langsung
dari para partisipan di lapangan penelitian dan dipaparkan dengan
menggunkan sudut pandang orang ketiga (third person point of view).
Tiga ciri khas etnografi realis menurut Creswell (2008: 457) yaitu:
1) Peneliti mengungkapkan laporan penelitiannya melalui pandangan
orang ketiga berdasarkan data yang diperoleh melalui pengamatan atas
pertisipan dan pandangan-pandangan mereka.peneliti tidak melihat
refleksi pribadinya dan berupaya bertindak hanya sebagai peliput fakta-

7
fakta. 2) peneliti memaparkan data-data obyektif dalam bentuk informasi
yang terukur dan bebas dari afiliasi politik dan penilaian personal. Peneliti
boleh mengikutsertakan data-data tentang kehidupan sehari-hari para
partisipan yang disusun dalam kategori standar penggambaran kultural,
seperti keluarga, system status, jaringan social, dan lain-lain. 3) peneliti
mengungkapkan pandangan para partisipan melalui kutipan penuturan
mereka yang diedit tanpa merubah makna. Peneliti menyatakan
interpretasinya tentang gambaran kedua budaya yang diteliti pada bagian
akhir laporan.
2. Studi Kasus
Sebagai bentuk etnografi, studi kasus didefinisikan sebagai “an in-
depth exploration of a bounded system (e.g. an activity, even process or
individuals) based on extensive collection” (creswell: 2008: 476). Istilah
“bounded” atau “identitas” dalam definisi ini berarti bahwa kasus yang
diteliti terpisah dari hal-hal lain dalam dimensi waktu, tempat, dan batas-
batas fisik tertentu. Artinya, hasil penelitian yang diperoleh hanya berlalu
bagi objek yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasikan sebagai “an in-
depth study of one person” (Wagner, 2009).Kebanyakan karya terusi Freud
dikembangkan berdasarkan berbagai studi kasus terhadap individu yang
dilakukan dengan menganalisis setiap aspek dan pengalaman hidup
seseorang untuk menemukan pola-pola dan penyebab tingkah laku orang
tersebut.
Objek yang biasanya diteliti dengan prosedur ini memiliki
karakteristik: kasus bias berbentuk individu tunggal, beberapa individu
yang terpisah dalam sebuah kelompok khusus, sebuah program, peristiwa-
peristiwa yang berhubungan erat, atau aktivitas-aktivitas. Jadi, dalam
konteks pendidikan kaus yang diteliti bias berbentuk “Kehidupan Seorang
Guru Teladan Nasional Sebagai Pendidik”.
3. Etnografi Kritis
Etnografi kritis merupakan pendekatan penelitian yang digunakan
untuk membantu dan memberdayakan kelompok masyarakatyang
termarjinalisasi.Etnografi kritis biasanya dilakukan oleh individu

8
berpikiran kritis yang melalui penelitiannya ingin memberikan bantuan
melawan ketidakadilan dan penindasan.
Menurut Creswell (2008: 478) ciri khas etnografi kritis adalah: 1)
mempelajari isu-isu social tentang kekuasaan. 2) penenlitian diarahkan
untuk menghentikan marginalisasi terhadap individu-individu yang
diteliti. 3) etnografer kritis menyadari bahwa interpretasinya dipengaruhi
oleh kebudayaannya sendiri. 4)etnografer menempatkan dirinya sebagai
pemberdaya para partisipan sehingga laporan penelitiannya memuat
orientasi pada nilai-nilai, pemberdayaan partisipan melalui peningkatan
otoritas, dan tantangan kepada status-quo. 5)posisi etnografer yang tidak
netral memungkinkan baginya untuk menyarankan perubahan dalam
masyarakat agar kelompok yang selama ini terpinggirkan tidak lagi
dimarginalkan. 6) laporan penelitian memuat daya yang variatif,
berjenjang, fan kontradiktif yang diperoleh dengan beragam metode.

Jenis-Jenis Narrative
Penelitian naratif merupakan penelitian secara umum atau menyeluruh dari
berbagai praktik penelitian kualitatif. Sehingga untuk melaksanakan penelitian
naratif perlu dipahami karakteristik penting dari jenis-jenis penelitian yang
termasuk dalam kategori penelitian naratif.
Adapun jenis-jenis penelitian naratif menurut Casey (1995/1996) dalam
Cresswell (2012) sebagai berikut:
 Autobiografi
 Biografi
 Riwayat hidup
 Cerita pengalaman pribadi
 Cerita Pribadi
 Interview
 Dokumen pribadi
 Sejarah hidup
 Etnografi
 Autoetnografi
 Etnopsikologi

9
Dalam makalah ini, hanya akan dibahas beberapa jenis dari penelitian naratif.
Autobiografi adalah salah satu jenis penelitian naratif dimana individu yang menjadi
subjek penelitian menulis ceritanya. Biografi adalah bentuk penelitian naratif dimana
peneliti menulis dan mencatat pengalaman kehidupan orang lain (Cresswell, 2012).
Persamaan dari autobiografi dan biografi yaitu keduanya menyampaikan kisah yang
menarik mengenai kehidupan dan pengalaman-pengalaman pribadi seseorang.

C. Karakteristik Pokok Etnografi


Ada dua pijakan teoritis yang memberikan penjelasan tentang model etnografi, yaitu
interaksi simbolik dan aliran fenoronologi, termasuk konstruksi sosial dan
etnometodologi. Selama ini pemahaman etnografi selalu dilandasi oleh pemikiran James
P. Spradley (1979: 5). Pemikirannya dilandasi oleh teori interaksi simbolik. Di dalam teori
itu, budaya dipandang sebagai sistem simbolik yang bisa diartikan bahwa makna tidak
berada dalam benakmanusia, tetapi simbol dan makna itu terbagi di antara actor sosial,
bukan di dalam dan bersifat umum buakn bersifat pribadi.
Mengingat begitu beragamnya ciri-ciri khas yang dimiliki masing-masing jenis
etnografi seperti terlihat pada etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis, sulit
menentukan karakteristik umum yang terdapat dalam semua jenis itu. Akan tetapi, untuk
tujuan mengenal penelitian etnografi agar penelitian ini dapat dibedakan dari penelitian
kualitatif lainnya, terdapat tujuh karakteristik penelitian etnografi, antara lain sebagai
berikut:
1. Tema-tema Bersifat Kultural
Etnografer pada umumnya meneliti tema-tema budaya yang diadopsi dari
bidang antropologi kultural. Dalam etnografi tema kultural didefinisikan sebagai
sebuah pandangan umum yang didukung oleh sebuah masyarakat, baik secara
langsung atau tersirat (Creswell, 2008: 480). Tujuan etnografer bukanlah mencari
pola-pola tingkah laku, keyakinan yang mungkin sudah terlihat tetapi menambah
pengetahuan tentang bagian-bagian dari kebudayaan dan meneliti tema-tema
kebudayaan yang spesifik.
2. Sebuah Kelompok
Etnografer umumnya meneliti suatu unsur budaya yang secara bersama-sama
dimiliki sekelompok individu pada sebuah lapangan penelitian (seperti guru-guru
matematika SD di sebuah kecamatan, siswa sebuah kelas, sekelompok mahasiswa
yang sedang melaksanakan PPL). Dengan demikian, partisipan yang diteliti biasanya
terdiri dari beberapa ndividu yang terikat oleh satu atau lebih unsur kebudayaan.
Meskipun demikian, etnografkhususnya studi kasusbisa juga diterapkan kepada
10
seorang individu (seperti seorang kepala sekolah, seorang penerjemah profesional,
dan lain-lain).
3. Kepemilikan Bersama Atas Pola Tingkah Laku, keyakinan dan Bahasa
Etnografer bertujuan menemukan pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan
bahasa yang dimiliki atau diadopsi secara bersama-sama oleh sekelompok individu
dalam kurun waktu tertentu. Yang dimaksud dengan tingkah laku dalam etnografi
adalah tindakanyang dilakukan oleh individu dalam sebuah latar kultural. Sedangkan
keyakinan berhubungan dengan bagaimana individu berpikir atau memahami sesuatu
dalam sebuah latar kultural. Bahasa dalam etnogafi merujuk pada bagaimana individu
berbicara dengan individu lain dalam sebuah latar kultural. Tujuan untuk menemukan
pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang dimiliki bersama ini
mengimplikasikan dua poin penting. Pertama, kelompok yang diteliti harus
memiliki/menganut pola-pola bersama yang dapat dideteksi oleh peneliti. Kedua,
setiap anggota kelompok yang diteliti sama-sama mengadopsi setiap tingkah laku,
keyakinan, dan bahasa maupun kombinasi ketiga unsur itu.
4. Penelitian Lapangan
Penelitan lapangan dalam konteks etnografi berarti peneliti menjaring data di
lokasi tempat partisipan dan pola-pola kultural yang diteliti berada. Etnografer
menjaring data dengan cara tinggal bersama dengan para partisipan untuk mengamati
bagaimana pola-pola yang mereka gunakan ketika bekerja, bersantai, beribadah, dan
lain-lain. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam, peneliti bisa turut
serta bekerja, bermain, atau beribadah dengan para partisipan. Bukan tidak mungkin
seorang etnografer yang sedang meneliti sistem pernikahan di sebuah komunitas juga
menikahi salah seorang partisipan untuk memeroleh pemahaman yang mendalam.
Data-data yang dijaring etnografer dibedakan ke dalam tiga jenis: data emik,
data etik, dan data negosiasi. Datai emik merupakan informasi yang diberikan
langsung oleh para partisipan. Data ini sering disebut sebagai konsep-konsep tingkat
pertama, yang berbentuk bahasa lokal, pemikiran-pemikiran, cara-cara berekspresi
yang dimiliki/digunakan secara bersama-sama oleh para partisipan. Data etik
merupakan informasi berbentuk interprelasi peneliti yang dibuat sesuai dengan
perspektif para partisipan. Data ini sering disebut sebagai konsep-konsep tingkat
kedua, yaitu ungkapan-ungkapan atau terminologi yang dibuat peneliti untuk
menyatakan fenomena yang sama dengan yang diungkapkan para partisipan. Data
negoisasi merupakan informasi yang disetujui bersama oleh para partisipan dan
11
peneliti untuk digunakan dalam penelitian. Negoisasi dapat erjadi dalam tahapan yang
berbeda-beda selama pelaksanaan penelitian. Di awal penelitian, misalnya, para
partisipan dan peneliti meyepakati bidang-bidang apa saja yang akan digali oleh
peneliti, bagaimana memperlakukan setiap individu di lapangan penelitian, dan lain
sebagainya, dan sebagainya. Pada saat penelitian berlangsung, peneliti dapat
mengklaifikasi makna, penggunaan,dan ruang lingkup sebuah ungkapan.
5. Deskripsi, Tema-Tema, dan Interpretasi
Tujuan penelitian etnografi adalah menggambarkan dan menganalisis budaya
yang dimiliki bersama oleh sekelompok individu serta membuat interpretasi tentang
pola-pola yang terlihat maupun didengar. Sewaktu mengumpulkan data, etnografer
pada hakikatnya sudah mulai mengerjakan penelitiannya karena pada saat itu dia telah
melakukan analisis data untuk mendeskripsikan para partisipan dan lapangan tempat
budaya yang dimiliki bersama itu berada. Pada saat yang sama peneliti juga secara
simultan menganalisis pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan bahasa serta menarik
kesimpulan tentang makna yang diperoleh dari pengamatan terhadap partisipan dan
lapangan penelitian.
Dalam etnografi deskripsi diartikan sebagai uraian terperinci tentang individu-
individu atau lapangan penelitian yang digunakan untuk menggambarkan fenomena
yang terjadi pada kelompok yang diteliti. Deskripsi tersebut harus terperinci dan
menyeluruh. Deskripsi harus mampu menggugah seluruh indera pembaca sehingga
mereka merasa seolah-olah hadir di lapangan penelitian dan berinteraksi dengan para
partisipan.
Perbedaan antara deskripsi dan tema kadang kadang sulit dibuat. Yang dapat
dijadikan untuk menentukan tema adalah bahwa tema dihasilkan dari interpretasi atas
fakta-fakta tentang orang dan aktivitas. Fungsi tema adalah untuk membuat informasi
atau fakta bermakna. Dailam etnografi, tema-tema yang dihasilkan selalu
mengungkapkan pola-pola tingkah laku, pikiran, atau bahasa yang dimiliki secara
bersama-sama oleh para partisipan.
6. Konteks atau Latar
Dalam etnografikonteks berarti latar, situasi, atau lingkungan yang menaungi
kelompok individu yang ditelili. Konteks ini dibentuk oleh berbagai unsur yang saling
berhubungan, sepeiti sejarah, agama, politik, ekonomi, dan lingkungan sekitar.
Konteks bisa berbentuk sebuah lokasi fisik (seperti wilayah sebuah desa, gedung-
gedung sebuah sekolah, warna tembok sebuah ruangan kelas, dan sebagainya),
12
konteks historis para individu dalam kelompok dimaksud (seperti pengalaman
sekelompok prajurit selama menjalani latihan perang di sebuah hutan), kondisi sosial
(seperti mobilitas perpindahan antar provinsi stalus profesonalisme, dan lain
sebagainya, atau kondisi ekonomi (seperti tingkatan penghasilan atau sistem distribusi
penghasilan yang tidak dapat merubah nasib kaum miskin.
7. Refleksivitas Peneliti
Dalam etnografi, refleksivitas merujuk pada kesadaran dan keterbukaan
peneliti utuk membahas bagaimana dia dapat menjalankan perannya sambil tetap
menghargai dan menghormati lapangan dan para partisipan. Karena penelitian
etnografi menuntut peneliti tinggal dalam jangka waktu yang relatif lama di lapangan,
peneliti harus memikirkan dampaknya terhadap lapangan dan para partisipan. Itulah
sebabnya mengapa peneliti harus bernegoisasi dengan orang-orang penting di
lapangan ketika akan memasuki lapangan itu Dalam penulisan laporan, peneliti juga
menyadari bahwa interpretasi yang dibuatnya dipengaruhi oleh latar belakang
budayanya sendiri sehingga interpretasi dan kesimpulannya bersifat tentatif sehingga
tetap terbuka untuk didiskusikan kembali. Oleh karena itu, dalam laporan itu peneliti
perlu menunjukkan posisi dan sudut pandang yang digunakannya dalam
menginterpretasi. Sebagai contoh, seorang etnografer yang meneliti majalah-majalah
remaja untuk mempelajari perkembagan identitas remaja-remaja wanita menyatakan
posisinya sebagai berikut: "Saya tidak mau dipandang sebagai guru atau orang yang
memiliki otoritas, …” Mereka mempercayai saya dan kami menegoisasikan sejenis
hubungan yang menunjukkan kesenjangan antara pola identitas mereka dengan
wanita dewasa (Creswell, 2008:480).

Karakteristik Pokok Naratif

Peneliti naratif mengeksplorasi permasalahan penelitian pendidikan dengan


memahami pengalaman seorang individu. Pembelajaran ini terjadi melalui cerita yang
dikisahkan oleh individu, seperti guru atau siswa. Cerita merupakan datanya, dan peneliti
biasanya mengumpulkannya melalui wawancara atau percakapan informal.
Cerita ini, yang disebut field texts (teks lapangan) (Clandinin & Connelly, 2000),
menyediakan data kasar bagi peneliti untuk dianalisis ketika mereka menceritakan
kembali kisah itu berdasarkan elemen naratif, seperti permasalahan, tokoh, ranah,
tindakan, dan resolusi (Ollerenshaw & Creswell, 2000). Dalam proses ini, peneliti
menarasikan cerita dan sering kali mengidentifikasi tema atau kategori yang muncul. Jadi,
analisis data kualitatifnya mungkin berupa deskripsi cerita dan tema yang muncul

13
darinya. Peneliti sering kali menuliskan ke dalam cerita yang disusun kembali kronologi
kejadian yang mendeskripsikan pengalaman individu di masa lalu, sekarang, dan yang
akan datang dalam ranah atau konteks tertentu. Sepanjang proses mengumpulkan dan
menganalisis data ini, peneliti berkolaborasi dengan partisipan dengan memeriksa
ceritanya dan menegosiasikan makna basis datanya. Di samping itu, peneliti dapat
menjalinkan cerita pribadinya ke dalam laporan final.
Berdasarkan Creswell (2012) Salah satu kunci karakteristik yang menonjol dalam
penelitian naratif adalah terdapat pada tujuh karakteristik utama penelitian naratif yaitu:
a) Pengalaman individu
Peneliti naratif berfokus pada pengalaman satu individu atau lebih. Peneliti
mengeksplorasi pengalaman-pengalaman individu. Pengalaman yang dimaksud
pengalaman pribadi dan pengalaman sosial. Clandinin dan Connelly (2000),
pengalaman dalam penelitian naratif ini bersifat personal, yaitu apa yang dialami
individu, dan sosial individu yang berinteraksi dengan orang lain. Jadi, peneliti
naratif memfokuskan pada memahami riwayat atau pengalaman masa lalu individu
dan bagaimana pengalaman itu memberikan kontribusi pada pengalaman saat ini dan
yang akan datang.
b) Kronologi pengalaman.
Memahami masa lalu individu seperti juga masa sekarang dan masa depan adalah
salah satu unsur kunci dalam penelitian naratif. Peneliti naratif menganalisis suatu
kronologi dan melaporkan pengalaman individu. Ketika peneliti berfokus pada
pemahaman pengalaman ini, peneliti memperoleh informasi tentang masa lalu, masa
sekarang dan masa depan partisipan. Kronologi yang dimaksud dalam penelitian
naratif adalah peneliti menganalisis dan menulis tentang kehidupan individu
menggunakan urutan waktu menurut kronologi kejadian.
c) Pengumpulan cerita.
Peneliti memberi tekanan pada pengumpulan cerita yang diceritakan oleh individu
kepadanya atau dikumpulkan dari beragam field texts. Cerita dalam penelitian naratif
adalah orang pertama langsung secara lisan yang mengatakan atau menceritakan.
Cerita biasanya memiliki awal, tengah dan akhir. Cerita secara umum harus terdiri
dari unsur waktu, tempat, plot dan adegan. Peneliti naratif mengumpulkan cerita dari
beberapa sumber data. Field texts dapat diwakili oleh informasi dari sumber lain yang
dikumpulkan oleh peneliti dalam desain naratif. Cerita dikumpulkan dengan cara
diskusi, percakapan atau wawancara. Akan tetapi, cerita juga bisa bersifat
autobiografis, di mana peneliti merefleksikan tentang ceritanya dan menjalinkan cerita
itu dengan cerita orang lain. Cerita, foto, dan kotak kenangan keluarga-kumpulan
benda yang memicu ingatan adalah bentuk lain yang digunakan untuk mengumpulkan
cerita dalam penelitian naratif.
d) Restorying
Cerita pengalaman individu yang diceritakan kepada peneliti diceritakan kembali
dengan kata-kata sendiri oleh peneliti. Peneliti melakukan ini untuk menghubungkan
dan mengurutkannya. Restorying adalah proses dimana peneliti mengumpulkan cerita,

14
menganalisisnya dengan unsur kunci cerita (waktu, tempat, plot dan adegan) dan
kemudian menulis kembali cerita itu untuk menempatkannya dalam urutan
kronologis.
Ada beberapa tahap untuk melakukan restory :
1. Peneliti melakukan wawancara dan mencatat percakapan dari rekaman suara.
2. Peneliti mencatat data kasar/mentah dengan mengidentifikasi unsur kunci cerita.
3. Peneliti menceritakan kembali dengan mengorganisir kode kunci menjadi suatu
rangkaian atau urutan. Rangkaian yang dimaksud adalah latar (setting), tokoh atau
karakter, tindakan, masalah dan resolusi.
e) Coding tema.
Peneliti naratif dapat memberi kode dari cerita atau data menjadi tema-tema atau
kategori-kategori. Identifikasi tema-tema memberikan kompleksitas sebuah cerita dan
menambah kedalaman untuk menjelaskan tentang pemahaman pengalaman individu.
Peneliti menggabungkan tema-tema menjadi kalimat mengenai cerita individu atau
memasukannya sebagai bagian terpisah dalam suatu penelitian. Peneliti naratif secara
khusus memberi tema utama setelah menceritakan kembali kisahnya.
f) Konteks atau latar.
Peneliti mendeskripsikan secara terperinci latar atau konteks dimana pengalaman
individu menjadi pusat fenomenanya. Ketika melakukan restory cerita partisipan dan
menentukan tema, peneliti memasukkan rincian latar atau konteks pengalaman
partisipan. Latar atau setting dalam penelitian naratif boleh jadi teman-teman,
keluarga, tempat kerja, rumah dan organisasi sosial atau sekolah.
g) Kolaborasi.
Peneliti dan partisipan berkolaborasi sepanjang proses penelitian. Kolaborasi dalam
penelitian naratif yaitu peneliti secara aktif meliput partisipannya dalam memeriksa
cerita yang dibukakan atau dikembangkan. Kolaborasi bisa meliputi beberapa tahap
dalam proses penelitian dari merumuskan pusat fenomena sampai menentukan jenis
field texts yang akan menghasilkan informasi yang berguna untuk menulis laporan
cerita pengalaman individu. Kolaborasi meliputi negoisasi hubungan antara peneliti
dan partisipan untuk mengurangi potensi gap atau celah antara penyampai naratif dan
pelapor naratif. Kolaborasi juga termasuk menjelaskan tujuan dari penelitian kepada
partisipan, negoisasi transisi dari mengumpulkan data sampai menulis cerita dan
menyusun langkah-langkah untuk berbaur dengan partisipan dalam penelitian.

D. Prosedur Penelitian Etnografi

Penelitian etnografer berlangsung tidak secara linear, melainkan dalam bentuk


siklus. Berbagai tahapan, seperti pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi,
dilakukan secara simultan dan tidak diulang-ulang. Menurut Spradley (1980: 22-35) siklus
penelitian etnografi mencakup enam langkah: (1) pemilihan proyek etnografi, (2)

15
pengajuan pertanyaan, (3) pengumpulan data, (4) perekaman data, (5) analisis data, dan
(6) penulisan laporan.

Collecting ethnographic
data

Asking ethnographic Making an ethnographic


question record

Analyzing ethnographic
data

Selecting an ethnographic
project

Writing an ethnography

Gambar 2.1 Siklus Penelitian Etnografi (Spradley, 1990:29)

1. Pemilihan Proyek Etnografi


Menurut Creswell (2C08: 486), langkah-langkah utama pelaksanaan penelitian
adalah mengidentifikasi tujuan penelitian, desain apa yang akan digunakan, dan
bagaimana tujuan itu dihubungkan dengan masalah penelitian. Ketiga hal ini akan
menentukan apakah proyek penelitian yang akan dilaksanakan merupakan desain
etnografi realis, studi kasus, atau etnografi kritis. Setelah itu, apapun desain yang
dipilih, peneliti perlu meminta izin dari otoritas lembaga atau kelompok yang akan
diteliti.
2. Pengajuan Pertanyaan
Pekerjaan lapangan etnografi dimulai dengan pengajuan pertanyaan etnografi.
Walaupun pengajuan dilaksanakan secara intensif pada saat wawancara, aktivitas ini
pada dasarnya sudah dilakukan pada saat observasi. Tiga pertanyaan utama yang
diajukan pada saat observasi adalah: "Siapa yang ada di latar penelitian?", "Apa yang
mereka lakukan?" dan "Apa latar fisik situasi sosial tersebut?". Setelah itu, peneliti
melanjutkan observasinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih
terfokus.
16
3. Pengumpulan Data
Tugas utama kedua seorang etnografer adalah mengumpulkan data etnografi.
Dalam etnografi, pengumpulan data dilakukan dengan prosedur beragam (multiple
procedures), dan intensitas prosedur-prosedur itu bervariasi sesuai tipe etnografi yang
dilakukan.
Dalam penelitian etnografi realis, peneliti akan tinggal bersama dengan para
partisipan dalam waktu yang relatif lama. Dia akan membuat catatan-catatan lapangan
berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara, pengamatan langsung terhadap
kegiatan-kegiatan kebudayaan para partsisipan, dan pengamatan atas artefak, dan
simbol-simbol.
Dalam penelitian studi kasus, sesuai dengan tujuan untuk memeroleh
pemahaman mendalam tentang suatu fenomena atau kasus, peneliti dapat
mengumpulkan data melalui wawancara, pengamatan, dokumen, dan rekaman-
rekaman audiovisual.
Dalam perelitian etnografi kritis, pengumpulan data lebih terfokus pada
kolaborasi antara peneliti dan partisipan dengan agenda meningkatkan pemahaman
para partisipan tentang situasi tertentu dalam hidup mereka dan langkah-langkah apa
yang perlu diambil untuk memperbaiki situasi itu. Kerjasama ini bisa berbentuk
penglihatan partisipan dalam membuat desain penelitian, perumusan pertanyaan-
pertanyaan penelitian, pengumpulan data, dan analisis data. Bahkan partisipan
mungkin saja dilibatkan secara aktif dalam penulisan laporan akhir.
4. Perekaman Data
Data etnografi yang diperoleh melalui berbagai prosedur tersebut direkam dan
diorganisasikan sebaik mungkin sesuai dengan jenis dan bentuknya. Sebagian data
dapat direkam dalam bentuk catatan lapangan. Sebagian lagi direkam dalam bentuk
foto, peta, video, dan cara-cara lain. Yang penting rekaman-rekaman data tersebut
dapat dipahami dengan mudah ketika mengadakan analisis.
5. Analisis Data
Dalan penelitian etnografi, analisis data dilakukan secara simultan dengan
pengumpulan data, karena salah satu tujuan analisis data adalah untuk menemukan
dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan spesifik yang jawabannya dicari dalam
rekaman-rekaman data yang sudah ada atau dalam pengumpulan data berikutnya.
Seiring dengan diperolehnya jawaban atas pertanyaan tersebut maka pengembangan

17
deskripsi, analisis tema-tema, dan penginterpretasian makna informasi juga telah
berlangsung.
Dilihat dari tahapannya, data dianalisis melalui empat bentuk: analisis domain,
analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema kultural. Analisis
domain digunakan untuk memeroleh gambaran umum atau pengertian menyeluruh
tentang objek penelitan atau situasi sosial. Hasil yang diharapkan adalah pengertian
di tingkat permukaan mengenai domain atau kategori-kategori konseptual tertentu.
Analisis ini dilakukan dalam enam tahap: (1) memilih salah satu dari sembilan
hubungan semantis yang bersifat universal jenis, spasial, sebab-akibat,
rasional/alasan, lokasi, fungsi, cara mencapai tujuan, urutan/tahap, dan
karakteristik/pelabelan/pemberian nama; (2) menyiapkan lembar analisis domain; (3)
memilih salah satu sampel catatan lapangan terakhir untuk memulai analisis; (4)
memberi istilah acuan dan istilah bagian yang cocok dengan hubungan semantis dari
catatan lapangan; (5) mengulangi usaha pencarian domain hingga semua hubungan
semantis habis; dan (6) membuat daftar domain yang telah teridentiukasi. (Moleong,
2004: 149-150).
Analisis taksonomi digunakan untuk menjabarkan domain-domain yang dipilih
menjadi lebih rinci untuk mengetahui struktur internalnya. Hal ini dilakukan melalui
pengamatan yang lebih terfokus. Analisis ini dilakukan dalam tujuh tahap: (1)
memilih satu domain untuk dianalisis; (2) mencari kesamaan atas dasar hubungan
semantis yang sama yang digunakan untuk domain itu; (3) mencari tambahan istilah
bagian; (4) mencari domain yang lebih besar dan lebih inklusif yang dapat
dimasukkan sebagai sub bagian dari domain yang sedang dianalisis; (5) membentuk
taksonomi sementara; (6) mengadakan wawancara terfokus untuk mencek analisis
yang telah dilakukan; dan (7) membangun taksonomi secara lengkap (Moleong, 2004:
149-150).
Setelah analisis taksonomi, dilakukan wawancara atau pengamatan terpilih
untuk memperdalam data (mencari ciri spesifik setiap struktur internal) yang telah
ditemukan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan kontras atau mengontraskan antar
elemen dalam suatu domain. Analisis inilah yang disebuat sebagai analisis
komponensial.
Analisis tema kultural dilakukan dengan cara mencari benang merah di antara
domain untuk memeroleh tema-tema seperti nilai-nilai, premis, etos, pandangan
dunia, atau orientasi kognitif (Sarwono, 2006: 243). Analisis ini berpangkal pada
18
pandangan bahwa segala sesuatu yang diteliti pada dasarnya merupakan sesuatu yang
utuh atau tidak terpecah-pecah. Analisis ini dilakukan dalam tujuh tahap: (1) melebur
diri; (2) melakukan analisis komponen terhadap istilah acuan; (3) menemukan
perspektif yang lebih luas melalui pencarian domain dalam pandangan budaya; (4)
menguji dimensi kontras seluruh domain yang telah dianalisis; (5) mengidentifikasi
domain terorganisir; (6) membuat gambar untu memvisualisasikan hubungan antar
domain; dan (7) mencari tema universal, yang biasanya dipilih satu dari enam topik
berikut: konflik sosial, kontradiksi budaya, teknik kontrol sosial, hubungan sosial
pribadi, pemerolehan dan pemeliharaan status, dan pemecahan masalah (Moleong,
2004: 149-150).
6. Penulisan Laporan
Penuisan laporan merupakan tugas utama terakhir seorang peneliti etnografi.
Karena penelitian etnografi melibatkan suatu open-ended enquiry, mungkin saja
peneliti diharuskan mengadakan analisis yang lebih intensif jika pada saat menulis
laporan dia menemukan pertanyaan-pertanyaan baru yang membutuhkan observasi
lebih lanjut.
Laporan penelitian haus disesuaikan dengan tipe penelitian yang dilakukan.
Etnografi realis ditulis sebagai laporan yang objektif tentang kelompok sosial yang
dieliti. Pandangan-pandangan biasanya harus diletakkan hanya pada bagian latar
belakang. Diskusi yang dipaparkan pada bagian akhir laporan harus mengindikasikan
bahwa peneliti membantu mensistematiskan pengetahuan tentang kebudayaan yang
diteliti. Pengetahuan itu sendiri benar-benar didasarkan pada sikap, pemikiran, atau
bahasa yang dimiliki bersama oleh para partisipan.
Sebuah studi kasus mungkin saja lebih terfokus pada penggambaran terperinci
tentang kasus yang diteliti, bukan pada pengembangan tema kultural. Sedangkan studi
kasus lain mungkin saja menyeimbangkan laporan pada deskripsi dan tema kasus yang
diteliti.
Dalam etnografi realis, peneliti biasanya menyimpulkan laporannya dengan
mengutarakar isu-isu kritis yang menjadi titik-tolak pelaksanaan penelitian, yang
kemudian diikuti oleh saran untuk tindak lanjut (call for action) dan pemaparan tentang
perubahan atau keuntungan yang telah diperoleh peneliti dan para partisipan.

19
Prosedur Penelitian Naratif

Berdasarkan pendekatan yang dikemukakan oleh Clandinin dan Connely (2000)


dalam Creswell (2012) sebagai panduan prosedural umum, dapat dilihat bahwa metode
studi naratif ternyata tidak mengikuti pendekatan yang lockstep atau seperti lingkaran
menunjukkan bahwa seluruh langkah kait mengait dan belum tentu linier.

1. Mengidentifikasi suatu kejadian yang menjawab permasalahan penelitian untuk


dieksplorasi.
Penelitian dimulai dengan memfokuskan pada suatu permasalahan penelitian untuk
diteliti dan diidentifikasi suatu kejadian sentral untuk dieksplorasi dalam proses
kualitatif.
2. Pilih satu atau lebih individu yang dapat memberikan pemahaman tentang kejadian
yang dimaksud.
Partisipan bisa seorang yang tipikal atau seseorang yang kritis bagi penelitian
karena telah mengalami masalah atau situasi tertentu. Disamping itu juga ada opsi-
opsi lain untuk pengambilan sampel. Meskipun banyak penelitian naratif hanya
menelaah seorang individu saja, Anda juga dapat meneliti beberapa individu dalam
suatu proyek, masing-masing dengan cerita yang berbeda, yang mungkin
bertentangan atau saling mendukung satu sama lain.
3. Mengumpulkan informasi berupa cerita dari individu
Cara terbaik untuk mendapatkan cerita adalah dengan meminta kepada individu
tersebut untuk menceritakan pengalamannya melalui percakapan pribadi atau
wawancara.
Anda juga dapat mengumpulkan field text, dengan cara :
 Meminta individu untuk mencatat ceritanya dalam catatan harian atau buku
harian
 Mengamati individu dan membuat catatan lapangan
 Mengumpulkan surat yang dikirim oleh individu
 Merangkai cerita tentang individu dari para anggota keluarga
 Mengumpulkan dokumen, seperti memo atau korespondensi resmi tentang
individu
 Mendapatkan foto, kotak kenangan, dan artefak pribadi / keluarga / sosial lain
 Mencatat pengalaman hidup individu (misalnya: menari, teater, musik, film,
seni dan sastra; Clandinin & Connelly, 2000)

4. Menceritakan kembali kisah indvidu

20
Peneliti berperan aktif dan menyusun kembali “restory” cerita tersebut ke dalam
kerangka yang bermakna. Kerangka ini mungkin tersusun sebagai berikut :
mengumpulkan cerita, menganalisisnya untuk menemukan unsur-unsur penting dalam
cerita tersebut (misalnya, waktu, tempat, alur, dan suasana), dan kemudian
menuliskan kembali cerita tersebut untuk menempatkannya dalam sebuah rangkaian
kronologis (Ollerenshaw & Creswell, 2000). Satu aspek penting dari kronologis
adalah cerita itu memiliki permulaan, pertengahan, dan akhir. Kronologi lebih lanjut
dapat tersusun dari ide-ide masa lalu, masa sekarang, dan masa depan
(Clandinin&Connelly,2000), berdasarkan pada asumsi bahwa waktu memiliki arah
yang tidak linier.
Di luar kronologi tersebut, para peneliti dapat memperinci tema yang muncul dari
cerita tersebut yang menyediakan pembahasan yang lebih detail tentang makna dari
cerita tersebut. Maka dari itu, analisis data kualitatif dapat berupa deskripsi tentang
cerita dan sekaligus tema yang muncul.
5. Berkolaborasi dengan partisipan yang menceritakan kisahnya
Langkah ini berinteraksi dengan semua langkah lain dalam proses. peneliti
berkolaborasi secara aktif dengan partisipan selama proses penelitian. Kolaborasi ini
bisa mengambil beberapa bentuk. Misalnya, menegosiasikan entry ke tempat dan
partisipan penelitian, bekerja dekat dengan partisipan untuk mendapatkan field texts
untuk menangkap pengalaman individu, menulis dan menceritakan kisah individu
dengan kata-kata peneliti.
6. Menulis suatu cerita tentang pengalaman-pengalaman personal dan sosial partisipan
Langkah utama dalam menulis penelitian adalah penulis menulis dan menyajikan
cerita tentang pengalaman individu. Meskipun tidak ada cara tunggal untuk menulis
laporan naratif, akan membantu memasukan fitur narasi. Kisah yang diceritakan
kembali tentu menduduki tempat penting atau sentral dalam laopran naratif.
Disamping itu, penulis harus memasukkan suatu analisis tentang tema tertentu yang
muncul selama proses cerita.
7. Menvalidasi keakuratan laporan
Jika ada kolaborasi dengan partisipan, validasi ini bisa terjadi di sepanjang proyek.
Beberapa praktik validasi, seperti member checking, mentriangulasi diantara sumber
data, dan mencari bukti-bukti yang mendiskonfirmasi, berguna untuk menentukan
keakuratan dan kredibilitas suatu cerita naratif.

E. Hal-Hal yang Perlu Diperhatika Dalam Penelitian Etnografi


1. Mempersiapkan Instrumen
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi alat penelitian adalah peneliti itu
sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrument juga harus divalidasi seberapa jauh
penelit kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan
(Sugiyono, 2010: 222). Validasi terhadap peneliti sebagai instrument meliputi validasi
21
terhadap perencanaan metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap
bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara
akademik maupun logistik. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri melalui
evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori
dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, sertai kesiapan dan bekal memasuki
lapangan.
Dalam penelitian kualitatif, instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun
selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan
dikembangkan instrumen penelitan sederhana, yang diharapkan melengkapi data dan
membandingkan dengan data yang telah ditentukan melalui observasi dan wawancara.
Peneliti akan terjun di lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused
and selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan.
Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpul data, maka teknik pengumpul
data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara),
kuesioner (angket), dokumentasi, dan gabungan keempatnya.

2. Teknik Pengumpulan Data dengan Observasi


Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2010: 226) mengklasifikasikan observasi
menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi terus terang atau
tersamar (overt observation dart covert observation), dan observasi yang tak
berstruktur (unstructured observation). Spadly (1988) membagi observasi
berpartisipasi menjadi empat, yaitu Observasi pasif (pasive participation), Observasi
yang moderat (moderate participation), Observasi yang aktif (active participation),
dan Obeservasi yang lengkap (complete participation).
3. Menetapkan Seorang Informan
Menurut Spedley (1997: 35) Seorang informan adalah seorang pembicara asli
yang berbicara dengan mengulang kata-kata, frasa dan kalimat dalam bahasa atau
dialeknya sebagai model imitasi dan sumber informasi. Informan merupakan
pembicara asli (native speaker). Informan memberikan model untuk dicontoh oleh
etnografer. Etnografer ingin belajar menggunakan bahasa asli dengan cara yang
dilakukan oleh informan. Informan merupakan sumber informasi. Secara harfiah,
mereka menjadi guru bagi etnografer. Informan merupakan sumber informasi
mengenai apa yang mereka ketahui tentang budaya atau kehidupannya, dan tugas

22
peneliti adalah mendeskripsikan apa yang diketahui informan untuk disampaikan
kepada sejawat.
Hampir semua orang dapat menjadi informan, tetapi tidak setiap orang dapat
menjadi informan yang baik. Hubungan antara etnografer dengan informan penuh
dengan kesulitan. Salah satu tantangan besar dalam melakukan etnografi adalah untuk
memulai, mengembangkan, dan mempertahankan hubungan dengan informan yang
produktif (Spredley:1997: 59). Mengacu pada uraian tersebut dapat dikemukakan
bahwa dalam melaksanakan penelitian etnografi, kita harus mencari informan yang
betul-betul mampu memberikan data yang lengkap.
Seorang etnografer mencari orang awam dengan pengetahuan awam dan
membangun di atas pengalaman umum mereka. Perlahan-lahan, melalui serangkaian
wawancara, dengan berbagai penjelasan yang diulang-ulang, serta dengan
menggunakan berbagai pertanyaan yang spesifik, orang awam dapat menjadi in
forman yang baik.
Keberhasilan sebuah penelitian etnografi bergantung banyak fakor. Salah
satunya adalah informan. Pemilihan seorang informan sangat penting karena ia yang
akan diajak bekerja sama untuk mengumpulkan data. Banyak peneliti yang tidak
berhasil karena kegagalannya dalam menemukan informan yang baik, yaitu seorang
yang membantu etnografer dalam mempelajari budaya informan pada waktu yang
sama juga belajar mengenai keterampilan mewawancarai.
Untuk menghasilkan data yang baik, informan yang dipilih harus memenuhi
syarat. Spredly (1997: 11) mengemukakan, persyaratan minimal untuk memilih
informan yang baik antara lain:
a. Enkulturasi penuh
b. Keterlibatan langsung
c. Suasana budaya yang tidak dikenal
d. Cukup waktu
e. Nonanalitis
Besarnya variasi dan kompleksitasa situasi penelitian lapangan, menyulitkan
etnografer untuk mengadopsi suatu standar tertentu. Oleh karena itu, terdapat prinsip-
prinsip etika. Salah satu prinsip-prinsip etika menurut The American Anthropological
Association adalah sebagai berikut:

23
a. Mempertimbangkan informan terlebih dahulu. Seorang informan harus
memperhatikan kesejahteraan fisik, sosisl, psikologi, dan menghormati
informantersebut.
b. Mengamankan hak-hak, kepe ntingan, dan Sensivisitas In forman
c. Menyampaikan Tujuan Penelitian
d. Melindungi Pivasi Informan
e. Jangan Mengeksploitasi Informan
f. Memberikan Laporan kepada Informan
4. Pelaku/Subjek
Seorang pelakui adalah seseorang yang menjadi objek pengamatan dalam suatu
setting alam. Etnografer seringkali menggunakan pengamatan terlibat sebagai suatu
strategi untuk mendengarkan masyarakat dan menyaksikan mereka dalam setting yang
wajar. Dengan demikian, orang-orang yang mempelajari menjadi pelaku dan pada saat
yang sama menjadi informan. Wawancara informan dapat dilakukan ambil melakukan
pengamatan. Subjek merupakan pelaku utama, dan dari data ini peneliti menguji
hipotesisnya, dia merupakan pelaku utama dan biasanya digunakan untuk menguji.
5. Enkulturasi Penuh
Enkulturasi merupakan proses alami dalam mempelajari suatu budaya tertentu .
Informan yang potensial tingkat enkulturasi mereka bervariasi. Informan yang baik
mengetahui budayanya yang baik. Semakin terenkulturasi secara penuh, maka semakin
baik informan itu Misalnya, seseorang yang bekerja sebagai masinis selama dua puluh
lima tahun merupakan pilihan terbaik dibandingkan dengan seorang yang bekerja
selama dua tahun.
6. Mewawancarai Seorang Informan
Wawancara etnografis merupakan jenis peristiwa percakapan (speech even)
yang khusus. Setiap kebudayaan mempunyai banyak kesempatan sosial yang terutama
diidentifikasikan dengan jenis percakapan yang terjadi. Menurut Spredly (1997: 71)
terdapat perbedaan wawancara persahabatan dengan wawancara etnografi.
1. Wawancara Persahabatan :
a. Sapaan
b. Tidak ada sapaan yang eksplisit
c. Menghindari pengulangan
d. Mengajukan pertanyaan
e. Menunjukkan minat
24
f. Menunjukkan ketidaktahuan
g. Bergiliran
h. Penyingkatan
i. Waktu sela
j . Penutupan
2. Wawancara Etnografis
a. Tujuan yang efektif
b. Penjelasan etnografis
1) Penjelasan proyek
2) Penjelasan perekaman
3) Penjelasan bahasa asli
4) Penjelasan wawancara
5) Penjelasan pertanyaan
3. Penjelasan Etnografis
a. Pertanyaan deskriptif
b. Pertanyaan structural
c. Pertanyaan kontras
7. Membuat Catatan Etnografis
Dalam melakukan penelitian etnografi dengan pendekatan "Alur Penelitian
Maju Bertahap" adalah mulai mengumpulkan catatan penelitian. Bahkan sebelum
melakukan kontak dengan informan, etnografer akan mempunyai berbagai kesan,
pengamatan, dan keputusan untuk dicatat. Ketika melakukan penelitian pada suatu
komunitas asing, maka dibutuhkan waktu beminggu-minggu atau berbulan-bulan
sebelum melakukan wawancara sistematis dengan seorang informan. Ketika
mempelajari suatu suasana budaya dalam masyarakat kita sendiri, etnografer paling
tidak sudah mempunyai suatu pilihan dan kemungkinan sudah menyaksikan suatu
budaya itu dan pencatatan kesan-kesan pertama ini akan terbukti mempunyai makna
penting nantinya. Yang pasti, kontak pertama dengan seorang informan pantas untuk
didokumentasikan.
8. Bahasa dan catatan Etnografis
Sebuah catatan etnografis meliputi catatan lapangan, alat perekam, gambar,
artefak, dan benda lain yang mendokumentasikan suasana budaya yang dipelajari.
Sebagaimanan diungkapkan oleh Frake (1964:1 11) Sebuah deskripsi suatu

25
kebudayaan etnografi dihasilkan oleh sebuah catatan etnografis dari berbagai peristiwa
yang terjadi dalam suatu masyarakat dalam suatu periode.
Terdapat dua prinsip yang yang harus diperhatikan dalam membuat sebuah
catatan etnografis: a. prinsip identifikasi bahasa, 2. prinsip harfiah. Prinsip ini
mempunyai tujuan tunggal yaitu, untuk mengurangi pengaruh kepandaian etnografer
untuk menerjemahkan ketika membuat catatan etnografer.
Prinsip Identifikasi bahasa, prinsip ini dapat ditegaskan secara sederhana untuk
mengidentifikasikan bahasa yang digunakan pada masing-masing judul catatan
lapangan. Karena pentingnya memilih bahasa, maka bila etnografer menuliskan
sesuatu dalam catatan lapangan, ada beberapa metode identifikasi yang harus
digunakan. Metode ini meliputi penulisan beberapa hal dalam kurung, tanda kutip,
tanda kurung besar, Metode ini harus meliputi identifikasi bahasa. Tujuannya adalah
agar didapatkan catatan etnografi yang menggambarkan berbagai perbedaan yang
sama dalam penggunaan bahasa sebagaimana situasi lapangan yang actual.
Prinsip Harfiah, yaitu mencatat kata-kata/kalimat-kalimat yang diucapkan oleh
masyarakat. Kata-kata yang dikatakan oleh masyarakat dalam konteks alami ataupun
wawancara harus dipahami oleh etnografer mengenai makna kata tersebut. Etnografer
harus berusaha menerjemahkan kata-kata tersebut. Agar etnografer mendapatkan kata
/kalimat secara lengkap yang diucapkan oleh masyarakat, ia perlu membawa alat
perekam. Agar alat perekam tidak mengganngu aktivitas informan, pemakaiannya
harus dengan persetujuan informan. Beberapa aturan penggunaan perekam antara lain:
a) Gunakan sebuah alat perekam berukuran kecil bila ada kesempatan untuk
menggunakannya; b) Lakukanlah secara perlahan jika Anda ingin segera
menggunakan alat perekam. Hal ini dilakukan untuk menjaga perasaan dan hubungan
baik dengan informan; c) Perhatikan kesempatan untuk merekam walaupun hanya
wawancara pendek.
9. Jenis-Jenis Catatan Etnografi
Ada beberapa catatan lapangan yang berbeda yang akan menjadi sebuah
catatan etnografis. Masing-masing peneliti akan mengembangkan suatu cara yang
unik untuk menyusun sebuah arsip dan sebuah catatan lapangan.
a. Laporan Ringkas
Semua catatan yang dilakukan selama wawancara aktual atau observasi
lapangan menunjukkan sebuah versi ringkas yang sesungguhnya terjadi.
Misalnya peneliti mengamati informan yang sedang melakukan pekerjaannya,
26
peneliti mencatat hal-hal yang dilakuakn oleh seorang informan. Tentu saja
catatan peneliti ini merupakan pokok-pokoknya saja yang akan diperluas nanti
setelah melakukan pengamatan.
b. Laporan yang Diperluas
Setelah etnografer melakukan catatan lapangan ringkas, secepat mungkin
ia harus menuliskan secarai detail dan mengingat kembali berbagai hal yang tidak
tercatat secara cepat. Kata-kata dalam kalimat kunci yang tercatat dapat berperan
sebagai pengingat yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu laporan yang
diperluas. Ketika memperluas laporan, pembicara yang berbeda harus
diidentifikasikan dan statemen harfiah harus dimasukkan. Wawancara yang telah
direkam dengan alat perekam perlu dijabarkan secara penuh. Penjabaran dan
uraian dari catatan lapangan dan wawancara tersebut itulah yang disebut laporan
yang diperluas.
c. Jurnal Penelitian Lapangan
Etnografer perlu membuat jurna, jurnal tersebut berisi tentang suatu catatan
mengenai pengalaman, kekuatan-kekuatan, kesalahan, kebingungan, terobosan-
terobosan, dan berbagai pemasalahan yang muncul selama penelitian lapangan.
Jurnal ini meliputi berbagai reaksi terhadap informan dan perasaan yang
dirasakan peneliti terhadap orang lain. Tiap jurnal sebaiknya diberi tanggal.
Jurnal akan menjadi sumber ketika etnografer mulai menuliskan studi itu, jurnal
akan menjadi sumber data yang sangat penting.
d. Analisis dan Irterpretasi
Data-data yang diperoleh malalui wawancara, catatan lapangan dan telah
dimasukkan dalam jurnal, dianalisis dan dan dijadikan dasar untuk
menginterpretasikan mengenai pandangan budaya yang dipelajari.

Hal-Hal yang Perlu Diperhatika Dalam Penelitian Naratif

1. Mengidentifikasi Suatu Fenomena yang Menjawab Permasalahan Penelitian untuk


Dieksplorasi
Seperti semua proyek penelitian, prosesnya dimulai dengan memfokuskan pada suatu
permasalahan penelitian untuk diteliti dan mengidentifikasi, dalam proses kualitatif, suatu
fenomena sentral untuk dieksplorasi. Meskipun fenomena yang dimaksud dalam narasi adalah
ceritanya (Connelly & Clandinin, 1990), Anda tidak perlu mengidentifikasi suatu isu atau
27
masalah. Contohnya bagi Huber (1999) dalam suatu penelitian naratif terhadap anak-anak di
sebuah kelas, terdiri atas cerita tentang berbagai kesulitan yang dihadapi oleh Huber dan
student teacher-nya, Shaun dalam memenuhi beragam kebutsuhan siswa. cerita ini termasuk
anak-anak yang menyingkirkan anak-anak lain, menggunakan kata-kata yang menyakitkan
satu sama lain, dan secara persisten menggunakan kemarahan dan agresi untuk mengatasi
masalah. Ketika mengeksplorasi masalah-masalah semacam ini, Anda berusaha memahami
pengalaman personal atau sosial seorang individu atau individu-individu dalam suatu ranah
pendidikan.
2. Sengaja Memilih Seorang Individu Dari Mana Anda Dapat Belajar tentang Fenomena
yang Dimaksud
Selanjutnya, anda menemukan seorang individu atau individu-individu yang dapat
memberikan pemahaman tentang fenomena yang dapat memberikan pemahaman tentang
fenomena yang dimaksud. Partisipan bisa seorang yang tipikal atau seseorang yang kritis bagi
penelitian karena telah mengalami masalah atau situasi tertentu. Disamping itu juga ada opsi-
opsi lain untuk pengambilan sampel. Meskipun banyak penelitian naratif hanya menelaah
seorang individu saja, Anda juga dapat meneliti beberapa individu dalam suatu proyek, masing-
masing dengan cerita yang berbeda, yang mungkin bertentangan atau saling mendukung satu
sama lain.
3. Mengumpulkan Cerita dari Individu Tersebut
Cara terbaik untuk mendapatkan cerita adalah dengan meminta kepada individu tersebut
untuk menceritakan pengalamannya melalui percakapan pribadi atau wawancara. Anda juga
dapat mengumpulkan field text, dengan cara :
 Meminta individu untuk mencatat ceritanya dalam catatan harian atau buku harian
 Mengamati individu dan membuat catatan lapangan
 Mengumpulkan surat yang dikirim oleh individu
 Merangkai cerita tentang individu dari para anggota keluarga
 Mengumpulkan dokumen, seperti memo atau korespondensi resmi tentang individu
 Mendapatkan foto, kotak kenangan, dan artefak pribadi/keluarga/sosial lain
 Mencatat pengalaman hidup individu (misalnya: menari, teater, musik, film, seni dan sastra;
Clandinin & Connelly, 2000)
4. Menceritakan Kembali Kisah Individu
Setelah itu, meninjau data yang berisi cerita lalu menceritakan kembali. Proses ini
melibatkan pemeriksaan data kasar, mengidentifikasi elemen-elemen suatu cerita di dalamnya,

28
mengurutkan atau mengorganisasikan elemen-elemen cerita, dan kemudian menyuguhkan
kisah yang diceritakan kembali, yang menyampaikan pengalaman individu. Anda dapat
menggunakan restorying karena pendengar dan pembaca akan lebih memahami cerita yang
diceritakan oleh partisipan jika Anda menatanya dalam urutan yang logis.
Peneliti naratif berbeda-beda tentang elemen-elemen yang akan dipilih, meskipun secara
umum Anda dapat menyebutkan elemen-elemen naratif seperti yang ditemukan dalam
analisis sastra terhadap suatu novel. Contohnya : waktu, tempat, plot dan adegan
menrupakan elemen-elemen utama yang dicari dalam cerita oleh peneliti (Conelly &
Clandinin, 1990). Dengan memfokuskan pada plot, Anda akan dapat mengidentifikasi suatu
abstrak kejadian atau tindakan, mengorientasikan pendengar, menyampaikan tindakan yang
memperumit, mengevaluasi maknanya, dan mengatasi tindakan itu (Cortazzi, 1993). Peneliti
lain mungkin menelaah cerita untuk menemukan ranah (setting), tokoh, tindakan,
permasalahan, resolusi (Ollerenshaw & Creswell, 2000). Meskipun ada beberapa strategi
analitik untuk menemukan dan mengurutkan suatu cerita, semua prosedur mengurutkan cerita
untuk pembaca dan pendengar dengan menggunakan elemen-elemen sastra.
5. Berkolaborasi dengan Partisipan yang Menceritakan Kisahnya
Langkah ini berinteraksi dengan semua langkah lain dalam proses. Anda
berkolaborasi secara aktif dengan partisipan selama proses penelitian. Kolaborasi ini bisa
mengambil beberapa bentuk. Misalnya, menegosiasikan entry ke tempat dan partisipan
penelitian, bekerja dekat dengan partisipan untuk mendapatkan field texts untuk menangkap
pengalaman individu, dan menulis serta menceritakan kisah individu dengan kata-kata peneliti.
6. Menulis Cerita tentang Pengalaman Partisipan
Langkah utama dalam proses penelitian adalah penulis menulis dan menyajikan cerita
tentang pengalaman individu. Meskipun tidak ada cara tunggal untuk menulis laporan naratif,
akan membantu untuk memasukkan beberapa fitur narasi. Kisah yang Anda ceritakan kembali
tentu menduduki tempat sentral dalam laporan naratif. Di samping itu, Anda dapat
memasukkkan suatu analisis untuk menyoroti tema tertentu yang muncul selama cerita itu.
Biasanya, Anda tidak memasukkan bagian kepustkaan; alih-alih, Anda memasukkan
kepustakaan dan penelitian tentang permasalahan ke dalam bagian-bagian akhir penelitian.
Oleh karena pembaca sering kali tidak familier dengan narasi, Anda dapat menulis suatu bagian
tentang pentingnya penelitian naratif dan prosedur yang terlibat di dalamnya sehingga Anda
dapat memberi tahu pembaca tentang penelitian naratif Anda. Seperti semua penelitian
kualitatif, Anda hadir dalam laporan naratif itu, dan Anda menggunakan kata ganti orang
pertama untuk menyebut diri Anda.
29
7. Memvalidasi Kekakuratan Laporan
Anda juga perlu memvalidasi keakuratan cerita naratif Anda. Jika ada kolaborasi dengan
partisipan, validasi ini bisa terjadi di sepanjang proyek. Beberapa praktik validasi, seperti
member checking, mentriangulasi diantara sumber data, dan mencari bukti-bukti yang
mendiskonfirmasi, berguna untuk menentukan keakuratan dan kredibilitas suatu cerita naratif.

F. Kelebihan dan Kekurangan Etnografi


Gall (2003:494-495) menemukan beberapa kelebihan dan kelemahan dari penelitian
etnografi.
1. Kelebihan
Salah satu aspek yang paling berharga yang dihasilkan dari penelitian
etnografi adalah kedalamannya. Karena peneliti berada untuk waktu yang lama,
peneliti melihat apa yang dilakukan orang serta apa yang mereka katakan. Peneliti
dapat memperoleh pemahaman yang mendalam tentang orang-orang, organisasi,
dan konteks yang lebih luas. Peneliti lapangan mengembangkan keakraban yang
intim dengan dilema, frustrasi, rutinitas, hubungan, dan risiko yang merupakan
bagian dari kehidupan sehari-hari. Kekuatan yang mendalam dari etnografi adalah
yang paling “mendalam” atau “intensif”. Dari pengetahuan tentang apa yang terjadi
di lapangan dapat memberikan informasi penting untuk perumusan asumsi
penelitian. Secara singkat kelebihan pengunaan penelitian etnografi dijelaskan di
bawah ini, sebagai berikut:
a. Menghasilkan pemahaman yang mendalam. Karena yang dicari dalam
penelitian ini bukan hal yang tampak, melainkan yang terkandung dalam hal
yang nampak tersebut
b. Mendapatkan atau memperoleh data dari sumber utama yang berarti memiliki
tingkat falidasi yang tinggi.
c. Menghasilkan deskripsi yang kaya, penjelasan yang spesifik dan rinci
d. Peneliti berinteraksi langsung dengan masyarakat sosial yang akan diteliti.
e. Membantu kemampuan beinteraksi karena menuntut kemampuan
bersosialisasi dalam budaya yang ia coba untuk dijelaskan.

2. Kelemahan

30
Salah satu kelemahan utama penelitian etnografi adalah bahwa dibutuhkan
lebih lama waktu daripada bentuk penelitian lainnya. Tidak hanya membutuhkan
waktu lama untuk melakukan kerja lapangan, tetapi juga memakan waktu lama
untuk menganalisis materi yang diperoleh dari penelitian. Bagi kebanyakan orang,
ini berarti tambahan waktu. Kelemahan lain dari penelitian etnografi adalah bahwa
lingkup penelitiannya tidak luas. Etnografi sebuah studi biasanya hanya satu
organisasi budaya. Bahkan keterbatasan ini adalah kritik umum dari penelitian
etnografi, penelitian ini hanya mengarah ke pengetahuan yang mendalam konteks
dan situasi tertentu. Secara singkat kelemahan pengunaan penelitian etnografi
dijelaskan di bawah ini, sebagai berikut:
a. Perspektif pengkajian kemungkinan dipengaruhi oleh kecenderungan budaya
peneliti.
b. Membutuhkan jangka waktu yang panjang untuk mengumpulkan data dan
mengelola data.
c. Pengaruh budaya yang diteliti dapat mepengaruhi psikologis peneliti, ketika
peneliti kembali kebudaya asalnya.
d. Peneliti yang tidak memiliki kemampuan sosialisasi, terdapat kemungkinan
penolakan, dari masyarakat yang akan diteliti.

31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etnografi merupakan jenis penelitian yang bersifat kualitatif yang bertolak dari ilmu
antropologi yang berkembang pada awal abad 20. Penelitian ini menggunakan pendekatan
dalam perspektif budaya sebagai way of life dalam mengkaji suatu permasalahan.
Penelitian ini bersifat mendalam dan peneliti langsung bersinggungan dengan
permasalahan yang diteliti dengan mencari informan dari lingkungan yang terlibat dengan
masalah yang ada.
Penelitian etnografi memiliki karakteristik pokok yaitu: tema-tema cultural, sebuah
kelompok cultural, kepemilikan bersama atas pola-pola tingkah laku, keyakinan dan
bahasa, penelitian lapangan, deskripsi, tema-tema dan interpretasi, konteks atau latar, dan
yang terakhir refleksivitas peneliti. Selain memiliki karakteristik pokok etnografi jugja
memiliki beragam jenis antara lain: Etnografi Realis, Studi Kasus, dan Etnografi Kritis,
Prosedur penelitian etnografi adalah pemilihan proyek etnografi, pengajuan
pertanyaan, pengumpulan data, perekaman data, analisis data, dan penulisan laporan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian etnografi antara lain:
mempersiapkan instrument, menetapkan seorang informan, pelaku/subjek, enkulturasi
penuh, mewawancarai seorang informan,membuat catatan, bahasa dan catatan etnografi,
dan jenis-jenis catatan lapangan.

Penelitian naratif dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang bersifat menceritakan
atau menjelaskan suatu kejadian yang menjadi pusat perhatian peneliti berdasarkan
urutan waktu tertentu secara rinci.
Jenis-jenis penelitian naratif adalah Autobiografi, Biografi, Riwayat hidup, Cerita
pengalaman pribadi, Interview, Dokumen pribadi, Sejarah hidup, Etnografi,
Autoetnografi, dan Etnopsikologi.
Karakteristik penelitian naratif yaitu pengalaman individu, kronologi pengalaman,
pengumpulan cerita, restroying, coding tema, konteks atau latar, kolaborasi. Prosedur
penelitian naratif : Mengidentifikasi suatu fenomena yang menjawab permasalahan
penelitian untuk dieksplorasi, Pilih satu atau lebih individu yang dapat memberikan
pemahaman tentang fenomena yang dimaksud, Mengumpulkan informasi berupa cerita
dari partisipan, Menceritakan kembali kisah individu, Berkolaborasi dengan partisipan

32
yang menceritakan kisahnya, menulis cerita tentang pengalaman partisipan dan
Menvalidasi keakuratan laporan.
Penelitian naratif yang baik melaporkan cerita tentang pengalaman hidup
individu, mengorganisasikan ke dalam kronologi, menempatkannya dalam ranah atau
konteks, menarik beberapa tema dari cerita itu, dan mendemonstrasikan kolaborasi yang
dekat antara peneliti dan partisipan dalam proyek naratif.

33

Anda mungkin juga menyukai