Anda di halaman 1dari 30

1

ACTION RESEARCH (PENELITIAN TINDAKAN)


(Makalah Metedologi Penelitian)

Oleh:
HAZA KURNIA DINANTIKA 1923022008
RIKA DWI KURNIATI 1923022010
SITI NURHASANAH 1923022001

MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian Tindakan atau Action Research mulai berkembang sejak perang

dunia ke dua. Saat itu, Penelitian Tindakan sedang berkembang dengan

pesatnya di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, dan

Canada. Pada awalnya penelitian tindakan digunakan untuk memecahkan

permasalahan yang dihadapi seseorang dalam tugasnya sehari-hari dimanapun

tempatnya, seperti kantor, pabrik, bank, sekolah, rumah sakit, dan lain

sebagainya. Penelitian Tindakan ini bersifat partisipatif karena dilakukan

sendiri oleh peneliti dari penentuan topik permasalahan, merumuskan

masalah, merencanakan, melaksanakan, sampai menganalisis dan membuat

laporannya. Selain bersifat partisipatif, penelitian tindakan juga bersifat

kolaboratif. Hal ini dikarenakan pada penelitian tindakan juga melibatkan

rekan kerja dalam proses penelitiannya.

Tahun enam puluhan baru dikenal beberapa metode penelitian maka saat

sekarang jumlah itu sudah berkembang menjadi banyak. Beberapa di

antaranya adalah: metode penelitian survei, ex post-facto, eksperimen,

evaluasi, kualitatif, historis, analisis kontent, data sekunder, penelitian dan

pengembangan (R & D), penelitian sastra, penelitian filsafat, penelitian


3

tindakan, dan penelitian tindakan kelas. Tentusaja, masing-masing metode

memiliki ciri-ciri tersendiri, sehingga peneliti harus cermat

bilamana akan menggunakan suatu metode tertentu. Pemilihan metode ini

harus didasar-kan pada jenis masalah yang akan dipecahkan.

Dalam pengertian lain metode penelitian tindakan dapat disebut juga sebagai 

suatu penelitian yang dikembangkan bersama-sama antara peneliti

dan decision maker tentang variabel-variabel yang dapat dimanipulasikan  dan

dapat segera digunakan untuk menentukan kebijakan dan pembangunan. Maka

dalam hal ini pembahasan penelitian tindakan menjadi suatu hal pokok dalam

pendidikan itu karena didalamnya merupakan usaha untuk

menginterpretasikan pada kegiatan yang memiliki urgensi evaluasi di masa

yang akan datang.

Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai penelitian tindakan (action

research). Tampaknya metode penelitian kali ini sedang berkembang di

kalangan masyarakat. Perkembangan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, di

Negara – Negara maju pun demikian.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:

1. Bagaimana sejarah perkembangan Action Reasearch?

2. Apakah pengertian dari Action Reasearch?

3. Bagaimana perkembangan Action Reasearch di Indonesia?

4. Bagaimana konsep Action Reasearch?


4

5. Bagaimana jenis-jenis Action Reasearch?

6. Bagaimana model Action Reasearch?

7. Bagaimana tujuan dan tahapan Action Reasearch?

8. Bagaimana kelebihan dan kekurangan Action Reasearch?

9. Bagaimana kesukaran Action Reasearch?

10. Bagaimana prosedur Action Reasearch?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:

1. Mengetahui sejarah perkembangan Action Reasearch.

2. Mengetahui pengertian dari Action Reasearch.

3. Mengetahui perkembangan Action Reasearch di Indonesia.

4. Mengetahui konsep Action Reasearch.

5. Mengetahui jenis-jenis Action Reasearch.

6. Mengetahui model Action Reasearch.

7. Mengetahui tujuan dan tahapan Action Reasearch.

8. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Action Reasearch.

9. Mengetahui kesukaran Action Reasearch.

10. Mengetahui prosedur Action Reasearch.


5

II. PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN ACTION RESEARCH

Penelitian tindakan pertama kali dikembangakan oleh Kurt Lewin seorang

Jerman pada tahun 1940-an. Ia seorang ahli psikologi social dan

eksperimental. Ia adalah seorang yang peduli terhadap masalah-masalah social

dan memfokuskannya pada proses kelompok partisipatif untuk menangani

konflik, krisis, dan perubahan-perubahan yang umumnya ada dalam suatu

organisasi. Lewin pertama kali mengemukakan istilah action research

(penelitian tindakan) pada makalah-makalah yang ditulisnya pada tahun 1946,

yang antara lain berjudul

“Action Research and Minority Problems, dan Characterizing


action research as “a Comparative Research un the Condition and Effect
of Various Forms of social action and Research Leading to social
Action”.

Dalam ilmu sosial, Kurt levin (dalam McTaggart, 1993) memahami antara

hubungan antara teori dan praktik sebagai aplikasi dari hasil penelitian.

Menurut Levin kekuatan dari penelitian tindakan terletak pada fokus

penelitian, yaitu masalah-masalah sosial poitik. Dalam perkembangan

selanjutnya, pada tahun 1952 – 1953, Stephen Corey memakai model ini

untuk tindakan dalam dunia pendidikan yang menurutnya bahwa dengan


6

menggunakan Action Reasearch perubahan dapat dilaksanakan dan dirasakan.

Setelah itu tercatat ada beberapa proyek yang terkait dengan Action Research

diantaranya, Council’s Humanities Curriculum Project (HCP) pada tahun

1967-1972 di Inggris. Kepala HCP, Lawrence Steen House (1975)

memperkenalkan istilah “the teacher as researcher” atau guru sebagai

peneliti.

Sekitar tahun 1972-1975, ada proyek yang dinamakan dengan Ford Teaching

Project, yang dipimpin oleh John Elliot dan Clem Adelman (Hopkins,

1993 : 32). Ada 40 guru sekolah dasar dan sekolah menengah yang dilibatkan

dalam penelitian ini untuk menelaah praktek kelasnya dengan penelitian

tindakan, sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan pengajaran mereka.

Pada awal tahun 1980, di Amerika, muncul suatu keinginan untuk

mewujudkan kolaborasi dalam upaya mengembangkan profesionalisme antara

pendidik dan tenaga kependidikan. Gideonse (1983) mengemukakan

bahwa restorasi terhadap pendekatan penelitian perlu diadakan sehingga

penelitian yang dilakukan merupakan investigasi yang terkendali terhadap

berbagai fase pendidikan dan pembelajaran dengan cara refleksi dan

sistematis. Upaya kaloborasi ini dikenal sebagai tindakan atau Action

research.

Selanjutnya Stephen Kemmis memikirkan bagaimana konsep Penelitian

Tindakan ini diterapkan pada bidang pendidikan (Kemmis,1982). Berpusat

pada Deakin University di Australia, Kemmis dan kolegannya telah

menghasilkan suatu seri publikasi dan materi pelajaran tentang Penelitian


7

Tindakan, Pengembangan Kurikulum, dan Evaluasi. Selanjutnya, artikel

mereka mengenai Penelitian Tindakan bermanfaat untuk pengembangan

penelitian Tindakan dalam bidang pendidikan.

B. PENGERTIAN ACTION RESEARCH

Action research atau penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk

rancangan penelitian, dalam penelitian tindakan peneliti mendeskripsikan,

menginterpretasi dan menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang

bersamaan dengan melakukan perubahan atau intervensi dengan tujuan

perbaikan atau partisipasi. Action research dalam pandangan tradisional

adalah suatu kerangka penelitian pemecahan masalah, dimana terjadi

kolaborasi antara peneliti dengan client dalam mencapai tujuan (Kurt

Lewin,1973 disitasi Sulaksana,2004), sedangkan pendapat Davison,

Martinsons & Kock (2004), menyebutkan penelitian tindakan, sebagai

sebuah metode penelitian, didirikan atas asumsi bahwa teori dan praktik dapat

secara tertutup diintegrasikan dengan pembelajaran dari hasil intervensi yang

direncanakan setelah diagnosis yang rinci terhadap konteks masalahnya.

Menurut Gunawan (2007), action research adalah kegiatan dan atau tindakan

perbaikan sesuatu yang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya digarap

secara sistematik dan sistematik sehingga validitas dan reliabilitasnya

mencapai tingkatan riset. Action research juga merupakan proses yang

mencakup siklus aksi, yang mendasarkan pada refleksi; umpan balik

(feedback); bukti (evidence); dan evaluasi atas aksi sebelumnya dan situasi

sekarang. Penelitian tindakan ditujukan untuk memberikan andil pada


8

pemecahan masalah praktis dalam situasi problematik yang mendesak dan

pada pencapaian tujuan ilmu sosial melalui kolaborasi patungan dalam rangka

kerja etis yang saling berterima (Rapoport, 1970 disitasi Madya,2006).

Proses penelitian bersifat dari waktu ke waktu, antara “finding” pada saat

penelitian, dan “action learning”. Dengan demikian action research

menghubungkan antara teori dengan praktek.

Baskerville (1999), membagi action research berdasarkan karakteristik model

(iteratif, reflektif atau linear), struktur (kaku atau dinamis), tujuan (untuk

pengembangan organisasi, desain sistem atau ilmu pengetahuan ilmiah) dan

bentuk keterlibatan peneliti (kolaborasi, fasilitatif atau ahli.

C. PERKEMBANGAN ACTION RESEARCH DI INDONESIA

Sampai dewasa ini keberadaan Action Reasearch sebagai salah satu jenis

penelitian masih sering menjadikan pro dan kontra, terutama jika dikaitkan

dengan bobot keilmiahannya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat

dilakukan ada skala mikro maupun makro. Di Indonesia Action Research

masih dapat dikatakan relative muda, karena selama ini model penelitian

masih berupa penelitian kuantitatif. Paradigma lama beranggapan bahwa kelas

hanya merupakan tempat uji coba terori, tempat menyebarkan angket

penilitian tanpa ada usaha melibatkan guru sebagai tim peneliti. Pada tahun

1994-1995 proyek PGSD memprogramkan penelitian kebijakan dan penelitian

tindakan dengan topic ke-SD-an.

D. KONSEP ACTION RESEARCH


9

Dalam melakukan penelitian tindakan, menurut Zuriah ada enam asas yang

perlu diperhatikan yaitu:

1. Asas kritik reflektif, merupakan upaya dalam menilai apa yang telah

dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan. Hal ini untuk mencari

alternative-alternatif tindakan yang inovatif yang belum pernah terpikirkan

sebelumnya. Langkah yang perlu ditempuh dalm kritik reflektif yaitu

mengumpulkan catatan-catatan yang telah dibuat, menerangkan dasar

reflektif yang menyangkut catatan-catatan tersebut dan mentranformasi

pernyataan menjadi pernyataan serta sejumlah alternative yang

memungkinkan dapat digunakan sebagai rekomendasi yang belum

terpikirkan sebelumnya.

2. Asas kritik dialektis, memberikan kritik terhadap gejala yang dijumpai

dalam penelitian. Karakteristik dari gejala penelitian yaitu terpisah tetapi

dalam konteks hubungan yang perlu ada, satu tetapi bermacam-macam,

cenderung berubah.

3. Asas sumber daya kolaboratif, sudut pandang setiap orang akan dianggap

memberikan andil pada pemahaman.

4. Asas resiko, keberanian peneliti untuk mengambil resiko itu misalnya

prediksi-prediksi penelitian yang tidak tepat sehingga ada tuntutan untuk

melakukan tranformasi.

5. Asas struktur majemuk, berhubungan dengan sifat penelitiantindakan yaitu

dialektis, refleksifdan kolaboratif.

6. Asas teori, praktik dan transformasi, kegiatan penelitian dilakukan setelah

memperoleh pemahaman teoritis, teori dan praktek merupakan dua tahap


10

proses yang berbeda yang saling bergantung dan mendukung proses

perubahan, (Zuriah, 2003:54-58).

Sementara itu menurut H.D. Udjana (1998), asas-asas penelitian tindakan

meliputi 4 hal, yaitu:

1. Aktualitas, mengkaji yang actual dan hangat yang memamg dibutuhkan

pada saat sekarang.

2. Kolaboratif, membutuhkan saling keterkaitan antar orang dan sumber-

sumber yang saling mendukung keberhasilan penelitian.

3. Partisipatif, bekerja sama dengan subyek penelitian untuk melakukan

sesuatu sesuai kebutuhan.

4. Kontinuitas, hasil penelitian harus bermakna dan bermanfaat untuk

pengembangan dan pembaruan terus-menerus. (Zuriah, 2003: 59).

Setiap jenis penelitian memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya

dengan penelitian lain. Untuk itu, Kemmis dan Tagar (1990) mengemukakan

cirri-ciri pokok penelitian tindakan ke dalam tujuh belas poin, yaitu :

1. Penelitian tindakan merupakan pendekatan untuk meningkatkan

pendidikan dengan merubahnya dan mempelajaridampak dari perubahan

tersebut.

2. Bersifat partisipatori yaitu penelitian yang diterapkan oleh paraktisi

terutama untuk meningkatkan kualitas pelaksana tugas mereka sendiri.

3. Penelitian tindakan dilaksanakan dengan mawas diri yitu spiritual siklus

perencanaan, tindakan, observasi, mawas diri dan selanjutnya perencanaan

kembali.
11

4. Bersifat kolabaratif yaitu melibatkan semua orang yang bertanggung

jawab dalam usaha peningkatan obyek penelitian.

5. Menetapkan masyarakat yang mampu melaksanakan kritik yang terdiri

dari orang-orang yang berpartisipasi dan berkolaboratif dalam seluruh fase

proses penelitian.

6. Penelitian tindakan merupakan proses belajar yang sistematis dimana

orang bertindak secara sadr walaupun masih ada kejutan tanggap terhadap

kesempatan yang ada. 

7. Melibatkan orang-orang dalam berteori dengan prakteknya, yaitu menjadi

inkluistif terhadap lingkungan, tindakan dan dampak serta menjadi

mengerti hubungan antara lingkungan, tindakan dan dampak.

8. Menguji ide-ide dan asumsi tentang institusi dengan mengumpulkan buku

yang dapat meyakinkan mereka bahwa praktek-praktek, ide-ide dan asumsi

yang terdahulu salah atau salah arah.

9. Terbuka terhadap bukti (data), melibatkan catatan-catatan, pengumpulan

dan analisi penilaian, reaksi dan kesan.

10. Melibatkan pembuatan jumlah pribadi yang mengandung kemajuan yaitu

belajar tentang praktek yang diteliti dan belajar tentang proses

penelitiannya.

11. Penelitian tindakan merupakan proses politik sebabmelibatkan orang-

orang untuk melakukan perubahan yang akan mempengaruhi orang lain.

12. Penelitian tindakan melibatkan orang-orang dalam melakukan analisis

kritis tentang situasi lembaganya.


12

13. Penelitian tindakan dimulai dengan hal-hal kecil dengan melaksanakan

perubahan yang dapat dicoba dengan hanya saty obyek dan berikutnya

berupaya mencapai perubahan yang lebih besar.

14. Penelitian tindakan dimulai dengan siklus perencanaan, tindakan observasi

dan refleksi dalam skala kecil yang dapat membantu dalam merumuskan

pertanyaan yang lebih kokoh dalam proses pekerjaan.

15. Penelitian tindakan dimulai dengan kelompok kolaborator dalam skala

kecil dan secara bertahap melibatkan makin banyak orang yang dilibatkan

dan terpengaruh oleh paraktek yang diteliti.

16. Penelitian tindakan memungkinkan peneliti membuat rekaman tentang

kemajuan penelitian berupa rekaman tentang perubahan kegiatan dan

prakteknya, perubahan dalam bahasa dan wacana yang digambarkan,

perubahan dalam hubungan social dan hambatan dalam praktek serta

rekaman tentang perkembangan dalam penguasaanpenelitian tindakan yang

dilakukan.

17. Penelitian tindakan memungkinkan peneliti memberikan justifikasi karena

peneliti dapat menunjukan bagaimana bukti yang dikumpulkan dan refleksi

kritis yang telah dilakukan peneliti membantu menciptakan sesuatu yang

dikembangkan, diuji dan pemikiran yang teruji secara kritis. (Zuriah:60-

61).

Selain hal diatas, Dimyati (2000) menyatakan bahwa Action Research adalah

penelitian tindakan dengan tindakan untuk mengadakan perubahan-perubahan

sehingga menjadi lebih baik. Cirri-ciri Action reseach yang dikemukakan oleh

Dimyati yaitu:
13

1. Kegiatan perbaikan yang merupakan suatu program berdasarkan

penelitian.

2. Pelaku kegiatan dibedakan menjadi dua golongan, yaitu peneliti

yang   bertanggung jawab atau tim peneliti di bawah pimpinan seorang

ilmuan dan petugas yang bertugas sehari-hari bertindak dalam lembaga

yang bersangkutan.

3. Kegiatan pengumpulan informasi tentang system perilaku atau komponen-

komponen dalam kegiatan yang lengkap, rinci dan bermanfaat dalam

perbaikan realitas social.

4. Kegiatan pengumpulan data yang keras selama waktu penelitian yang

bermanfaat bagi perbaikan realitas social dan bila mungkin dapat disebar

luaskan pada realitas lain yang konteksnya serupa.

5. Alat untuk membuat warga masyarakat atau petugas pada lembaga yang

bersangkutan memahami kekuatan mereka sendiri sehingga mendorong

terwujudnya perbaikan atau perubahan social secara terus-menerus.

6. Menghasilkan laporan penelitian yang berisi data perilaku, konsep dan teori

‘mendasa’ awal sifat kronologis yang diuji lebih lanjut.

7. Berakhirnya action research memberikan dua faedah ganda yaitu lembaga

yang menjadi sasaran penelitian dapat tumbuh menjadi lembaga perbaikan

realitas social yang diteliti.

Berdasarkan cirri-ciri diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan

merupakan pengaplikasian ide-ide ke dalam praktek yang didasari oelh ilmu

(teori) sebagai pendukungnya untuk menghasilkan dampak positif yang

mengarah pada peningkatan kualitas dan perbaikan pada sasaran penelitian


14

dan melibatkan banyak orang sesuai dengan kepentingan-kepentiangan yang

bersangkutan. Arikunto (2002: 82) mengemukakan bahwa penelitian tindakan

yang dilakukan harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :

1) Permasalahan yang dipilih harus memenuhi criteria, yaitu benar-benar

nyatadan penting, menarik perhatian, mampu ditangani dan berada dalam

jangkauankewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.

2) Kegiatan penelitian yang dilakukan tidak boleh mengganggu atau

menghambat kegiatan utama

3) Jenis intervensi yang dicobakan yang harus efektif dan efisien, yaitu tepat

sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.

4) Metodologi yang digunakan harus jelas, rnci dan terbuka.

5) Kegiatan penelitian diharapkan merupakan proses kegiatan proses kegiatan

yang berkelanjutan, mengingat pengembangan dan pengembangan dan

perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat terhenti tetapi

menjadi tantangan sepanjang waktu.

Dalam penelitian tindakan peneliti dapat bertindak sebagai peneliti dan

partisipasi perbaikan dalam arti ikut memperbaiki secara kritis. Selain itu,

pengumpulan data dan analisis dilakukan secara serentak. Penelitian tindakan

memiliki lima kategori fungsi menurut Cohen dan Manion (1989), yaitu:

1) Alat untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan diagnosis dalam

situasi tertentu.

2) Alat pelatihan dalam aktivitas

3) Alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau yang inovatif


15

4) Alat untuk meningkatkan komunikasi dan memperbaiki kegagalan

penelitian sebelumnya.

5) Alat untuk menyediakan alternative atau pilihan yang lebih baik untuk

mengantisipasi pendekatan yang lebih subyektif dalam memecehkan

masalah.

Dalam kelima fungsi diatas, Zuriah (2003:69) menyimpulkan bahwa fungsi

utama penelitian tindakan adalah sebagai alat untuk meningkatkan kualitas

dan efisiensi pekerjaan.

E. JENIS-JENIS ACTION RESEARCH

Penelitian tindakan menurut Kemmis dan Tagart (1988) dibai ke dalam empat

jenis, yaitu:

1. Penelitian tindakan diagnosis

Peneliti masuk ke dalam situasi yang telah ada serta mendiagnosis

situasinya. Selanjutnya peneliti membuat beberapa rekomendasi mengenai

tindakan perbaikannya. Rekomendasi itu sendiri tidak diuji sebelumnya,

namun dihasilkan berdasarkan kumpulan pengalaman masa lalu dan hasil

diagnosis saat itu.

2. Penelitian tindakan partisipan

Orang yang akan melaksanakan penelitian tindakan harus terlibat dalam

proses penelitian dari awal, sehingga dpat disadari perlunya melaksanakan

program tindakan tertentu dan dapat menghayatinya. Tanpa kolaborasi ini

diagnosis dan rekomendasi tindakan untuk mengubah situasi tidak akan

mendorong adanya perubahan yang diharapkan.


16

3. Penelitian tindakan empiris

Melakukan sesuatu dan membakukan apa yang dilakukan dan apa yang

terjadi. Proses penelitian intinya berkenaan dengan penyimpanan catatan

dan pengumpulan pengalaman dalam pekerjaan sehari-sehari.

4. Penelitian eksperimental

Dalam penelitian ini, teknik tindakan terkontrol secara efektif. Penelitian

ini memiliki nilai potensi tinggi untuk kemajuan pengetahuan ilmiah.

(Zuriah: 86).

F. MODEL ACTION RESEARCH

Model penelitian tindakan pertama kali dibuat oleh Kurt Lewin (1940). Model

tersebut didasarkan atas atas dasar bahwa penelitian tindakan terdiri dari

empat komponen pokok yang sekaligus menunjukan langkah-langkah

penelitian, yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

2. Tindakan (acting)

3. Pengamatan (observing)

4.  Refleksi (reflecting)

Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukan sebuah siklus

(kegiatan) berkelanjutan dan berulang. Siklus inilah yang sebenarnya menjadi

salah satu cirri utama penelitian tindakan, sehingga tidak dilakukan dalam satu

kali intervensi saja (Arikunto, 2002: 82). Model Kurt Lewin diatas selanjutnya
17

dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Tagart (1988) yang memandang

komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka menyatukan

komponentindakan dan pengamatan sebagai satu kesatuan. Hasil pengamatan

ini kemudian di jadikan sebagi dasar langkah berikutnya yaitu refleksi

(mencermati apa yang sudah terjadi). Selanjutnya disusun sebuah modifikasi

yang diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi,

begitu seterusnya.

G. TUJUAN & TAHAPAN ACTION RESEARCH

Semua kegiatan penelitian tindakan memiliki dua tujuan utama, yaitu:

meningkatkan dan melibatkan. Tujuan pertama meningkatkan praktik,

professional, yakni peningkatan pemahaman dan praktik oleh praktisinya,

sertapeningkatan situasi tempat pelaksanaan praktik. Dengan kata lain,

tujuan utama penelitian ini adalah untuk merubah perilaku penelitianya,

perilaku orang lain, dan atau merubah cara kerja, kerangka kerja, organisasi,

atau struktur lain yang pada gilirannya menghasilkan perubahan perilaku

para penelitinya dan atau perilaku orang lain. Jadi, penelitian tindakan

lazimnya dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan atau

pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan

langsung pada ruang kelas atau ajang dunia kerja. Jadi, penelitian

tindakan dimaksudkan untuk meningkatkan praktik tertentu dalam situasi

kerja tertentu.
18

Menurut Grundy dan Kemmis (1990: 322) dalam buku Educational

Research In Australia mengemukakan bahwa penelitian tindakan memiliki

dua tujuan pokok, yaitu meningkatkan (improve)  dan

melibatkan (involve).Improve maksudnya, meningkatkan bidang praktik,

meningkatkan pemahaman praktik yang dilakukan oleh praktisi, dan

meningkatkan situasi tempat praktik dilaksanakan. Sedangkan involve berarti,

melibatkan pihak-pihak yang terkait, jika penelitian tindakan dilaksanakan di

sekolah, pihak yang terkait adalah antara lain, kepala sekolah, guru, siswa,

karyawan, dan orang tua siswa.


19

Penelitian tindakan (action research) dilaksanakan bersama-sama paling

sedikit dua orang yaitu antara peneliti dan partisipan atau klien yang berasal

dari akademisi ataupun masyarakat. Oleh karena itu, tujuan yang akan dicapai

dari suatu penelitian tindakan (action research) akan dicapai dan berakhir

tidak hanya pada situasi organisatoris tertentu, melainkan terus dikembangkan

berupa

aplikasi atau teori kemudian hasilnya akan di publikasikan ke masyarakat

dengan tujuan riset (Madya,2006). Berikut tahapan penelitian tindakan

(action research) yang dapat ditempuh yaitu : (Davison, Martinsons & Kock

(2004) lihat Gambar berikut : Siklus action research, (Davison, Martinsons

& Kock (2004).

Davison, Martinsons & Kock (2004), membagi Action research dalam 5

tahapan yang merupakan siklus, yaitu :

1. Melakukan diagnosa (diagnosing)

Melakukan identifikasi masalah-masalah pokok yang ada guna menjadi

dasar kelompok atau organisasi sehingga terjadi perubahan, untuk


20

pengembangan situs web pada tahap ini peneliti mengidentifikasi

kebutuhan stakeholder akan situs web, ditempuh dengan cara mengadakan

wawancara mendalam kepada stakeholder yang terkait langsung maupun

yang tidak terkait langsung dengan pengembanga situs web.

2. Membuat rencana tindakan (action planning)

Peneliti dan partisipan bersama-sama memahami pokok masalah yang ada

kemudian dilanjutkan dengan menyusun rencana tindakan yang tepat

untuk menyelesaikan masalah yang ada, pada tahap ini pengembangan

situs web memasuki tahapan desain situs web. Dengan memperhatikan

kebutuhanstakeholder terhadap situs web penelitian bersama partisipan

memulai membuat sketsa awal dan menentukan isi yang akan ditampilkan

nantinya.

3. Melakukan tindakan (action taking)

Peneliti dan partisipan bersama-sama mengimplementasikan rencana

tindakan dengan harapan dapat menyelesaikan masalah. Selanjutnya

setelah model dibuat berdasarkan sketsa dan menyesuaikan isi yang akan

ditampilkan berdasarkan kebutuhan stakeholder dilanjutkan dengan

mengadakan ujicoba awal secara offline kemudian melanjutkan dengan

sewa ruang di internet dengan tujuan situs web dapat ditampilkan

secara online.

4. Melakukan evaluasi (evaluating)

Setelah masa implementasi (action taking) dianggap cukup kemudian

peneliti bersama partisipan melaksanakan evaluasi hasil dari implementasi


21

tadi, dalam tahap ini dilihat bagaimana penerimaan pegguna terhadap situs

web yang ditandai dengan berbagai aktivitas-aktivitas.

5. Pembelajaran (learning)

Tahap ini merupakan bagian akhir siklus yang telah dilalui dengan

melaksanakan review tahap-pertahap yang telah berakhir kemudian

penelitian ini dapat berakhir. Seluruh kriteria dalam prinsip pembelajaran

harus dipelajari, perubahan dalam situasi organisasi dievaluasi oleh

peneliti dan dikomunikasikan kepada klien, peneliti dan klien

merefleksikan terhadap hasil proyek, yang nampak akan dilaporkan secara

lengkap dan hasilnya secara eksplisit dipertimbangkan dalam hal

implikasinya terhadap penerapanCanonical Action Reaserch (CAR). Untuk

hal tertentu, hasilnya dipertimbangkan dalam hal implikasinya untuk

tindakan berikutnya dalam situasi organisasi lebih-lebih kesulitan yang

dapat dikaitkan dengan pengimplementasian perubahan proses.

Dari penjelasan di atas kita dapat melihat dengan jelas bahwa penelitian

tindakan berurusan langsung dengan praktik di lapangan dalam situasi

alami. Penelitiannya adalah pelaku praktik itu sendiri dan pengguna

langsung hasil penelitiannya dengan lingkup ajang penelitian sangat

terbatas. Yang menonjol adalah penelitian tindakan ditujukan untuk

melakukan perubahan pada semua diri pesertanya dan perubahan situasi

tempat penelitian dilakukan guna mencapai perbaikan praktik secara

inkremental dan berkelanjutan (Madya,2006).

H. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ACTION RESEARCH


22

Shumsky (Suwarsih Madya, 1994) menjelaskan kelebihan–kelebihan

penelitian tindakan, antara lain:

1. Kerjasama dalam penelitian tindakan menimbulkan rasa memiliki.

Kerjasama dalam penelitian tindakan memberikan ajang untuk

menciptakan kelompok dasar yang baru dan meendorong lahirnya rasa

keterikatan.

2. Kerjasama dalm penelitian tindkn mendorong kreativitas dan pemikiran

kritis. Melalui interaksi dengan orang lain dalam melakukan pekerjaan,

seseorang akan menemukan bahwa setiap manusia memiliki

kekurangan dan kelebihan.

3. Kerjasama meningkatkan kemungkinan untuk berubah. Mencoba

sesuatu yang baru selalu mengandung resiko. Ketika seluruh kelompok

menanggung resiko, resiko perseorangan akan banyak berkurang.

Penelitiantentang dinamika kelompok menunjukkan bhwa seseorang

sebagai anggota kelompok lebih mudah berubah dibandingkan dengan

orang yang bukan anggota kelompok.

Selain memiliki beberapa kelebihan, penelitian tindakan juga memiliki

beberapa kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu adalah:

1. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar

penelitian tindakan pada fihak peneliti. Peneliti tindakan lazimnya

dilakukan oleh para praktisi, seperti guru, pelatih, pengelola, dan

pengawas yang selalu peduli akan ketimpangan atau kekurangan yang ada

dalam situasi kerjanya dan berkehendak untuk memperbaikinya.


23

2. Waktu yang diperlukan oleh peneliti lama. Oleh karena penelitian

tindakan memerlukan komitmen peneliti untuk terlibat dalam

prosesnya, maka waktu menjadi faktor penghambat. Praktisi yangingin

melakukan penelitian tindakan harus membagi waktunyauntuk

melakukan tugas rutinnya dan untuk melakukan penelitian tindakan.

3. Perbedaan konsepsi dalam kelompok. Proses kelompok dapat berjalan

lancar jika pemimpin kelompok itu demokratis, yaituseseorang yang

memungkinkan para anggotanya ikut mengendalikan jalannyadiskusi.

I. KESUKARAN PELAKSANAAN ACTION RESEARCH

Nazir (1988: 96-97) mengemukakan bahwa kesulitan-kesulitan pelaksanaan

penelitian tindakan dapat mencakup dua hal, yaitu dalam mengadakan

evaluasi serta kesulitan dalam koordinasi antara peneliti dan pelaksana

kegiatan serta pelaksana program.

1. Kesukaran evaluasi

Terkadang tidak diperoleh pengaruh yang dapat diobservasikan atau beda

yang nyata antara kelompok-kelompok di mana dilaksanakan program

karena tidak ada kontrol untuk membuat hal-hal lain di luar program tidak

berubah. Kurangnya dokumentasi yang sistematik dan hati-hati dari

program, mengakibatkan sukarnya analisa dan evaluasi itu sendiri

Terkadang stimulus terlalu lemah, relatif terhadap faktor-faktor lain yang

terjadi di luar program, Adanya sifat “mengamati langsung” oleh peneliti

terhadap manusia yang melaksanakan dan terlibat dalam pelaksanaan


24

kegiatan perubahan itu sendiri, maka berakibat dampak yang diperlihatkan

tidak murni lagi.

2. Kesukaran kerjasama

Karena dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini perlu sekali adanya

kerja sama antara peneliti dengan pelaksana kegiatan (decision maker),

mengakibatkan:

 Sukar untuk menjelaskan apakah proyek tersebut suatu penelitian atau

suatu program tindakan, sehingga sukar menentukan siapa yang akan

menjadi pengambil keputusan

 Adanya ketergantungan antara peneliti dan pelaksana program

sedangkan kedua belah pihak mempunyai profesi serta orientasi dan

perbedaan dalam deskripsi pekerjaa serta sistem “rewarding”

 Adanya ketentuan serta requirement yang interdisiplin dari peneltian

tindakan (antara ahli antropologi dengan ahli pertanian, dan

sebagainya) membuat penelitian tindakan merupakan satu penelitian

yagn menghendaki kerja sama yang utuh.

J. PROSEDUR PENELITIAN ACTION RESEARCH

Selain prinsip-prinsip seperti yang dijelaskan di atas, Kemmis dan Mc

Taggart dalam buku The Action Research Planner (1997) menjelaskan bahwa

Action Research mempunyai prosedur penelitian yang khusus. Prosedur

itu membentuk siklus seperti spiral yang terdiri dari perencanaan,


25

tindakan, observasi, dan refleksi. Apabila perubahan belum seperti yang

diharapkan, siklus itu diulangi lagi; perencanaan, tindakan, observasi, dan

refleksi. Sebenarnya Action Research dapat juga dimulai dari

pengumpulan data; apa yang terjadi atau apa yang tidak beres pada

masalah atau pekerjaan itu, diteruskan dengan merefleksi, merencanakan

tindakan, kemudian diterus-kan dengan tindakan, observasi, refleksi, dan

seterusnya

Senada dengan para ahli lainnya, Calhoun (1994) juga menjalaskan bahwa

Action Research merupakan penelitian yang mempunyai siklus: (1)

pemilihan area dan fokus penelitian, (2) mengumpulkan data, (3)

mengorganisasi data, (4) menganalisis dan menginterpretasikan data, dan (5)

melakukan tindakan. Menurut Calhoun, data yang dikumpulkan untuk dasar

membuat keputusan tindakan itu dapat berasal dari data yang ada

sekarang dan hasil penelitian yang lalu serta studi literatur. Sementara itu

John Elliot (1991) menjelaskan bahwa kegiatan AR itu meliputi: (1)

permasalahan, (2) pengumpulan data, (3) perencanaan, (4) implementasi

perencanaan atau tindakan, dan (5) evaluasi.

Dari penjelasan para ahli di atas, dapat ditarik suatu pemahaman bahwa

Action Research, dapat terdiri dari satu, dua, tiga ataupun empat siklus dan

masing-masing siklus terdiri dari permasalahan, pengumpulan data,

perencanaan tindakan, tindakan dan observasi, serta refleksi.


26

III. PENUTUP
27

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:

1. Penelitian tindakan pertama kali dikembangakan oleh Kurt Lewin

seorang ahli psikologi social dan eksperimental. Ia adalah seorang

yang peduli terhadap masalah-masalah social dan memfokuskannya

pada proses kelompok partisipatif untuk menangani konflik, krisis, dan

perubahan-perubahan yang umumnya ada dalam suatu organisasi.

2. Action research adalah kegiatan dan atau tindakan perbaikan sesuatu

yang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya digarap secara

sistematik dan sistematik sehingga validitas dan reliabilitasnya

mencapai tingkatan riset.

3. Di Indonesia Action Research masih dapat dikatakan relative muda,

karena selama ini model penelitian masih berupa penelitian kuantitatif.

Pada tahun 1994-1995 proyek PGSD memprogramkan penelitian

kebijakan dan penelitian tindakan dengan topic ke-SD-an.

4. Konsep action research yaitu berdasarkan asas reflektif, dialektis,

sumber daya kolaboratif, asas resiko, struktur majemuk dan asas teori.

5. Jenis-jenis action reasearch yaitu penelitian tindakan diagnosis,

partisipan, empiris, dan eksperimental.

6. Model action reasearch yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan

refleksi.
28

7. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk merubah perilaku

penelitianya, perilaku orang lain, dan atau merubah cara kerja,

kerangka kerja, organisasi, atau struktur lain yang pada gilirannya

menghasilkan perubahan perilaku para penelitinya dan atau perilaku

orang lain. Tahapan pada penelitian tindakan yaitu melakukan

diagnosa, rencana tindakan, melakukan tindakan, evaluasi, dan

pembelajaran.

8. Kelebihan dan kekurangan action research yaitu kelebihannya:

Kerjasama dalam penelitian tindakan menimbulkan rasa

memiliki. Kerjasama dalm penelitian tindakan mendorong kreativitas

dan pemikiran kritis. Kerjasama meningkatkan kemungkinan untuk

berubah. Kekurangan-kekurangan itu adalah: Kurangnya pengetahuan

dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian tindakan pada

pihak peneliti, Waktu yang diperlukan oleh peneliti lama. .,

Perbedaan konsepsi dalam kelompok.

9. Kesukaran action reasearch yaitu Kesukaran evaluasi, Kesukaran

kerjasama.

10. Prosedur Action Research, dapat terdiri dari satu, dua, tiga ataupun

empat siklus dan masing-masing siklus terdiri dari permasalahan,

pengumpulan data, perencanaan tindakan, tindakan dan observasi,

serta refleksi.

B. Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan pada makalah ini yaitu:

1. Siapkan Rencana Yang Matang, bila perlu siapkan rencana cadangan.


29

2. Usahan Schedule ditepati.

3. Memperbanyak dokumentasi selama pelaksanaan penelitian.

4. Siapkan alat perekam yang baik.

5. Action Reasearch sebaiknya dipergunakan karena mempertegas akhir

penelitian.
30

DAFTAR PUSTAKA

Baskerville,L.R. (1999) Journal : Investigating Information System with Action


Research, Association for Information Systems: Atlanta.

Davison, R. M., Martinsons, M. G., Kock N., (2004), Journal : Information


Systems Journal : Principles of Canonical Action Research 14, 65–86.

Furchan Arif. (2007). Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, Pustaka Pelajar.


Yogyakarta.

Gunawan, (2004), Makalah untuk Pertemuan Dosen UKDW yang akan


melaksanakan penelitian pada tahun 2005, URL : http://uny.ac.id.

Kemmis, Stephen and Robin Mc Taggart. (1997). The Action Research


Planner. Geelong: Deakin University.

Madya, S, (2006) Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research),


Alfabeta: Bandung.

Nazir. (2003). Metode Penelitian, Ghalia Indonesia,


Jakarta.http://pbacirebon.blogspot.com/2009/12/konsep-dan-jenis-
penelitian.html.

Setyosari,Pungoi. (2010). Metode Penelitian dan Pengembangan, Kencana, Jakarta.

Sugoyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta Bandung, Bandung.

Sulaksana,U., (2004), Managemen Perubahan, Cetakan I, Pustaka Pelajar Offset,


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai