Anda di halaman 1dari 10

A.

Definisi Studi Kasus


Susilo Rahardjo & Gudnanto (2011: 250) studi kasus adalah suatu metode
untuk memahami individu yang dilakukan secara integrative dan
komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu
tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat
terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik.
Pendapat serupa di sampaikan oleh Bimo Walgito (2010: 92) studi kasus
merupakan suatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari suatu kejadian
mengenai perseorangan (riwayat hidup). Pada metode studi kasus ini
diperlukan banyak informasi guna mendapatkan bahan-bahan yang agak
luas.Metode ini merupakan integrasi dari data yang diperoleh dengan metode
lain.
Sedangkan W.S Winkel & Sri Hastuti (2006: 311) menyatakan bahwa studi
kasus dalam rangka pelayanan bimbingan merupakan metode untuk
mempelajari keadaan dan perkembangan siswa secara lengkap dan mendalam,
dengan tujuan memahami individualitas siswa dengan baik dan membantunya
dalam perkembangan selanjutnya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa studi kasus merupakan
metode pengumpulan data secara komprehensif yang meliputi aspek fisik dan
psikologis individu, dengan tujuan memperoleh pemahaman secara mendalam
dan komprehensif.

B. Sasaran Studi Kasus


Klien yang memerlukan studi kasus adalah klien-klien yang menunjukan
gejala yang mengalami kesulitan atau masalah yang serius sehingga
memerlukan bantuan yang serius pula. Biasanya yang dipilih menjadi sasaran
suatu studi kasus adalah klien yang menjadi suatu problem (problem case).
Jadi seorang klien membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan
lebih baik, dengan syarat klien dalam keadaan sehat rohani atau tidak
mengalami gangguan mental.
C. Ciri-ciri Studi Kasus
1. Mengumpulkan data yang lengkap. Studi kasus memerlukan data yang
komprehensif dari setiap aspek kehidupan siswa. Data yang lengkap
sangat menentukan identifikasi dan analisis masalah. Apabila data
tidak lengkap dan terjadi kesalahan dalam identifikasi dan analisis
masalah maka besar kemungkinan terjadi salah penanganan
(treatment) dan bahkan terjadi mal praktik.
2. Bersifat rahasia. Sesuai dengan kode etik BK, asas kerahasiaan juga
berlaku dalam studi kasus. Asas kerahasiaan sangat penting untuk
menjaga kepercayaan siswa. Disisi lain sangat mungkin informasi
yang dipeoleh belum pasti kebenarannya, maka sangat berbahaya
apabila informasi itu tersebar dan timbul salah persepsi kepada
individu tersebut dari berbagai pihak. Dalam hal ini konselor
hendaknya hanya memberitahu pihak-pihak yang perlu mengetahui
keadaan siswa yang sebenarnya.
3. Dilakukan secara terus-menerus (continue). Studi kasus merupakan
proses memahami perkembangan siswa, maka perlu dilakukan
pemahaman secara terus-menerus sehingga terbentuk gambaran
individu yang objektif dalam berbagai segi kehidupan individu yang
berpengaruh pada masalah yang dihadapinya.
4. Pengumpulan data dilakukan secara ilmiah. Studi kasus harus bisa
dipertanggung jawabkan secara rasional dan objektif. Maka
pengumpulan data juga harus dilakukan secara ilmiah dengan
mengacu kaidah-kaidah yang rasional dan dapat dipertanggung
jawabkan kebenaran dan validitasnya.
5. Data yang diperoleh dari berbagai pihak. Data yang dikumpulkan
dalam studi kasus haruslah relevan dengan permasalahan yang dialami
siswa. Pengumpulan data tentang siswa yang bermasalah di dapatkan
dari berbagai pihak yang berhubungan dengan siswa tersebut. Untuk
memilih pihak sumber informasai perlu mengingat hubungan orang
tersebut apakah dekat atau mempengaruhi dalam permasalah siswa,
mempunyai informasi yang dapat dipertanggung jawabkan, rumor
atau kabar burung, mempunyai informasi yang relevan dengan
permasalahan individu.

D. Tujuan Studi Kasus


Yin (2003a, 2009) menyatakan bahwa tujuan penggunaan penelitian studi
kasus adalah tidak sekedar untuk menjelaskan seperti apa obyek yang diteliti,
tetapi untuk menjelaskan bagaimana keberadaan dan mengapa kasus tersebut
dapat terjadi. Dengan kata lain, penelitian studi kasus bukan sekedar
menjawab pertanyaan penelitian tentang ‘apa’ (what) obyek yang diteliti,
tetapi lebih menyeluruh dan komprehensif lagi adalah tentang ‘bagaimana’
(how) dan ‘mengapa’ (why) obtek tersebut terjadi dan terbentuk sebagai dan
dapat dipandang sebagai suatu kasus. Sementara itu, strategi atau metoda
penelitian lain cenderung menjawab pertanyaan siapa (who), apa (what),
dimana (where), berapa (how many) dan seberapa besar (how much).
Sementara itu, Stake (2005) menyatakan bahwa penelitian studi kasus
bertujuan untuk mengungkapkan kekhasan atau keunikan karakteristik yang
terdapat di dalam kasus yang diteliti. Kasus itu sendiri merupakan penyebab
dilakukannya penelitian studi kasus, oleh karena itu, tujuan dan fokus utama
dari penelitian studi kasus adalah pada kasus yang menjadi obyek penelitian.
Untuk itu, segala sesuatu yang berkaitan dengan kasus, seperti sifat alamiah
kasus, kegiatan, fungsi, kesejarahan, kondisi lingkungan fisik kasus, dan
berbagai hal lain yang berkaitan dan mempengaruhi kasus harus diteliti, agar
tujuan untuk menjelaskan dan memahami keberadaan kasus tersebut dapat Yin
(2003a, 2009) menyatakan bahwa tujuan penggunaan penelitian studi kasus
adalah tidak sekedar untuk menjelaskan seperti apa obyek yang diteliti, tetapi
untuk menjelaskan bagaimana keberadaan dan mengapa kasus tersebut dapat
terjadi. Dengan kata lain, penelitian studi kasus bukan sekedar menjawab
pertanyaan penelitian tentang ‘apa’ (what) obyek yang diteliti, tetapi lebih
menyeluruh dan komprehensif lagi adalah tentang ‘bagaimana’ (how) dan
‘mengapa’ (why) obtek tersebut terjadi dan terbentuk sebagai dan dapat
dipandang sebagai suatu kasus. Sementara itu, strategi atau metoda penelitian
lain cenderung menjawab pertanyaan siapa (who), apa (what), dimana
(where), berapa (how many) dan seberapa besar (how much).
Sementara itu, Stake (2005) menyatakan bahwa penelitian studi kasus
bertujuan untuk mengungkapkan kekhasan atau keunikan karakteristik yang
terdapat di dalam kasus yang diteliti. Kasus itu sendiri merupakan penyebab
dilakukannya penelitian studi kasus, oleh karena itu, tujuan dan fokus utama
dari penelitian studi kasus adalah pada kasus yang menjadi obyek penelitian.
Untuk itu, segala sesuatu yang berkaitan dengan kasus, seperti sifat alamiah
kasus, kegiatan, fungsi, kesejarahan, kondisi lingkungan fisik kasus, dan
berbagai hal lain yang berkaitan dan mempengaruhi kasus harus diteliti, agar
tujuan untuk menjelaskan dan memahami keberadaan kasus tersebut dapat
tercapai secara menyeluruh dan komprehensif.
Secara khusus, berkaitan dengan karakteristik kasus sebagai obyek
penelitian, VanWynsberghe dan Khan (2007) menjelaskan bahwa tujuan
penelitian studi kasus adalah untuk memberikan kepada pembaca laporannya
tentang ‘rasanya berada dan terlibat di dalam suatu kejadian’, dengan
menyediakan secara sangat terperinci analisis kontekstual tentang kejadian
tersebut. Untuk itu, peneliti studi kasus harus secara hati-hati menggambarkan
kejadian tersebut dengan memberikan pengertian dan hal-hal yang lainnya dan
menguraikan kekhususan dari kejadian tersebut. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan kutipan berikut ini:
Sementara itu, Doodley (2005) menyatakan bahwa penelitian studi kasus
merupakan metoda penelitian yang mampu membawa pemahaman tentang isu
yang kompleks dan dapat memperkuat pemahaman tentang pengetahuan yang
telah diketahui sebelumnya.

E. Manfaat Studi Kasus


Menurut Lincoln dan Guba, sebagaimana dikutip Mulyana (2013: 201-
202), keistimewaan Studi Kasus meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Studi Kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni
menyajikan pandangan subjek yang diteliti,
2. Studi Kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang
dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari (everyday reallife),
3. Studi Kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan
antara peneliti dengan subjek atau informan,
4. Studi Kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi
internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi
faktual tetapi juga keterpercayaan (trustworthiness),
5. Studi Kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian
atas transferabilitas,
6. Studi Kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi
pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

F. Data yang dikumpulkan dalam studi kasus


Studi kasus merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh
pemahaman diri klien yang dijadikan sebagai kasus. Dalam pelaksanaan studi
kasus konselor harus mencari data yang berkaitan dengan diri klien.
Data yang dikumpulkan dalam studi kasus antara lain:
a. Data identitas (data pengenal);
b. Tanda-tanda atau gejala yang nampak;
c. Data sekitar klien:
1) Latar belakang keluarga (familiy bacground), antara lain: – Lingkungan
rumah – Bagaimana hubungan anggota keluarga – Status ekonominya –
Disiplin dalam rumah – Bagaimana sikap oang tua terhadap anak dan
sebaliknya
2) Latar belakang jasmani dan kesehatan anak, antara lain: – Kesehatan anak
pada umumnya – Keadaan physical defect – Keadaan alat indera pada
umumnya
3) Data mengenai segi pendidikannya: – Records di sekolah – Kemajuan dan
kemunduran di sekolah
4) Social behavior dan minatnya, antara lain: – Hobi – Hubungan sosial –
Kepercayaan kepada diri sediri – Inisiatif
5) Tes data, antara lain: – Perhatian – Bakat – Achievement d. Interpretasi
dari data dan diagnosis (kesimpulan);
d. Langkah-langkah yang akan diambil dalam pemberian konseling

G. Instrumen atau Metode Pengumpulan Data dalam Studi Kasus


Terdapat banyak metode yang dapat dipakai dalam mengumpulkan data
untuk kepentingan identifikasi masalah siswa, yaitu:
a) Kartu pribadi
b) Angket
c) Wawancara
d) Kunjungan Rumah(Home Visit)
e) Buku rapor
f) Testing
g) Rating scale
h) Autoboigrafi
i) Sosiometri
j) Studi dokumentasi
k) Daftar cek masalah (DCM)
Dalam penggunaan alat-alat tersebut ditentukan prioritas teknik yang dapat
dipakai secara efektif dan efisien.

H. Tahap pelaksanaan studi kasus


a. Perencanaan.
Dalam perencanaan terdapat langkah-langkah sebagai berikut, yaitu:
1. Mengenali gejala.
Pertama-tama mengamati adanya suatu gejala, gejala itu mungkin
ditemukan atau diperoleh dengan beberapa cara:
a) Guru pembimbing menemui sendiri gejala pada siswa yang memiliki
masalah
b) Guru mata pelajaran memberikan informasi
c) Adanya siswa yang bermasalah kepada guru pembimbing
d) Wali kelas meminta bantuan guru pembimbing untuk menangani
seorang siswa yang bermasalah berdasarkan informasi yang diterimanya
dari pihak lain, seperti siswa, para guru, ataupun pihak tata usaha.
2. Membuat deskripsi kasus. Setelah gejala itu dipahami oleh guru
pembimbing, kemudian dibuatkan suatu deskripsi kasusnya secara
objektif, sederhana, tetapi cukup jelas.
3. Setelah deskripsinya dibuat, dipelajari lebih lanjut aspek ataupun bidang-
bidang masalah yang mungkin dapat ditemukan dalam deskripsi itu.
Kemudian ditentukan jenis masalahnya, apakah menyangkut masalah
pribadi, sosial, belajar atau karir.
4. Jenis masalah yang telah dikelompokkan itu dijabarkan dengan cara
mengembnagkan ide-ide atau konsep-konsep menjadi lebih rinci, agar
lebih mudah memahami permasalahannya.
5. Adanya jabaran masalah yang lebih terinci dapat membantu guru
pembimbing untuk membuat perkiraan kemungkianan sumber penyebab
masalah.
6. Perkiraan kemungkinaan sumber penyebab membantu mengetahui jenis
informasi yang dikumpulkan, sumber informasi yang perlu dikumpulkan,
dan teknik atau alat yang digunakan dalam mengumpulkan informasi.
b. Pengumpulan data.
Terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data, tetapi yang lebih sering
digunakan dalam studi kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis
dokumentasi. Setelah data terkumpul konselor dapat mulai mengorgansasi
dan mengklasifikasi data menjadi bagian-bagian yang dapat dikelola.
c. Penggunaan dan pengolahan data.
Penggunaan dan pengolahan data merupakan usaha pengolahan data untuk
merangkum, menggolongkan, dan menghubungkan data yang diperoleh
dalam tahap pengumpulan data. Dengan demikian dapat menunjukkan
keseluruhan gambaran tentang diri anak, rumusan ini bersifat ringkas dan
padat.
d. Sintesa dan interpretasi data
Setelah mengolah data selanjutnya data studi kasus diinterpretasikan dengan
case conference antara petugas yang melakukan studi kasus, dalam case
conference terlibat beberapa petugas khusus yang mempelajari setipa kasus
dari individu yang bermasalah. Rumusan ini dilakukan melalui pengambilan
atau pengambilan kesimpulan yang logis.
e. Membuat perencanaan pelaksanaan pertolongan (treatment)
Merupakan langkah yang ditempuh untuk menetapkan teknik atau bantuan
yang diberikan kepada siswa yang bermasalah serta memprediksi
kemungkinan yang akan timbul oleh siswa sehubungan dengan masalah
yang sedang dialami. Berdasarkan hasil case conference disusun suatu
rekomendasi yang berwujud saran-saran, treatment (perlakuan) yang perlu
dilakukan dan selanjutnya secara terus menerus diikuti dan dicatat setiap
perubahan atau perkembangan yang terjadi pada siswa yang bersangkutan.
f. Evaluasi dan tindaklanjut (follow up)
Kegiatan ini dilakukan setelah melakukan treatment atau membuat
perencanaan pelaksanaan pertolongan. Untuk tindak lanjut bisa dilakukan
oleh pengajar sendiri, guru BK, ataupun dirujuk dan di alihtangankan
kepada pihak lain yang lebih berkompeten maupun dari oarang tua siswa itu
sendiri.
Sumber :
Agung Nugroho, Obed. 2008. “Studi Kasus dalam Bimbingan dan Konseling”
(online),(http://wimamadiun.com/obedan/wp-content/uploads/2008/03/STUDI
%20KASUS.pdf, diakses tanggal :20 september 2019)
http://penelitianstudikasus.blogspot.com/2010/05/normal-0-false-false-false-en-
us-x-none.html

Rahardjo, Susilo & Gudnanto.(2011). Pemahaman Individu Teknik Non Tes.


Kudus: Nora Media Enterprise

Robert K. Yin. (1989). Case Study Research Design and Methods. Washington:
COSMOS Corporation

Walgito, Bimo. (2010). Bimbingan dan Konseling Studi & Karir. Yogjakarta: Andi
Winkel, WS & Hastuti, Sri.(2004). Bimbingan dan Konseling Di Institusi
Pendidikan. Yogjakarta: Media Abadi.

Anda mungkin juga menyukai