DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
ANISYAH (06071981722080)
MARYATI (06071181722004)
MELLY ULANDARI (06071281722044)
RESI OGAMI (06071281722023)
ROSPELITA (06071281722025)
THEADORA GRACELYTA (06071281722021)
UGAS MUNARGO (06071281722035)
A. Latar Belakang
Perkembangan adalah perubahan kearah menuju terwujudnya
hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Dalam menempuh
hakekat manusia yang bermartabat tersebut terdapat tugas – tugas
perkembangan sesuai tahap – tahapan perkembangan dengan tujuan setiap
individu dapat menuntaskannya.
Dalam perkembangan terdapat juga perkembangan konsep diri dan
citra diri. Citra diri merupkan bagian dari konsep diri yang berkaitan
dengan sifat – sifat fisik sedangkan Konsep diri melihat pribadinya secara
utuh, menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial, dan spritual.
Oleh karena itu, seorang pendidik haruslah mengetahui apakah
peserta didik berkembang sesuai dan sudah tercapainya tugas – tugas
perkembangannya serta telah memahami citra diri serta konsep dirinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Tugas Perkembangan ?
2. Apa saja tugas – tugas Perkembangan ?
3. Bagiamana dengan Citra Diri ?
4. Bagaimana dengan Konsep Diri ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tugas perkembangan
2. Untuk mengetahui tugas – tugas perkembangan
3. Untuk memahami tentang Citra Diri
4. Untuk memahami tentang Konsep Diri
BAB II
PEMBAHASAN
C. Citra Diri
1. Pengertian Citra Diri
Menurut centi (1993) Citra diri merupakan hal yang subyektif,
menurut penglihatan sendiri. Keadaan dan penampilan diri pada
gilirannya dipengaruhi oleh norma yang dijumpai atau dihadapi.
Pendapat ini didukung oleh Burns (1996) mengetakan bahwa citra
diri merupakan sumber utama dari banyak kepuasaan, karena citra diri
merupakan proses dimana individu menguji kapasitas – kapasitasnya
menurut standart – standart dan nilai – nilai pribadinya yang telah
diinternalisaasiakan dari masyarakat.
La Rose (1996), menyebutkan bahwa citra diri adalah gambaran
tubuh sendiri yang dibentuk dalam pikiran untuk menyatakan suatu
cara penampilan tubuh seperti cantik, dan jelek.
Maltz (1996), yang menyatakan bahwa citra diri dalah konsepsi
seseorang mengenai orang macam apakah dirinya.
Kussein (1997), berpendapat bahwa pada dasarnya citra diri adalah
penafsiran seseorang secara subyektif pada dirinya sendiri, oleh
karena itu sering terjadinya kekeliruan dalam menafsirkan karena
individu mengabaikan faktor – faktor obyektif yang ada.
Hadisurbrata (1997), menyatakan bahwa citra diri bersifat
subyektif, sebab hanya didasarkan pada interprestasi pribadi tanpa
mempertimbangkan atau meneliti lebih jauh kenyataan benarrnya.
Maka dapat disimpulkan dari pengertian diatas bahwa citra diri
adalah hal yang subyektif yang ada pada diri sendiri, menurut
penglihatan sendiri didasarkan pada interprestasi pribadi tanpa
mempertimbangkan lebih jauh kenyataan benarnya.
2. Aspek – aspek Citra Diri
Aspek citra diri dalam penelitian ini mengacu pada obyek sikap
dari diri yaitu tubuh. Tubuh terdiri dari dua aspek, yaitu bagian tubuh
dan keseluruhan tubuh. Rincian obyek sikoa citra diri dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
a. Bagian tubuh seperti wajah, rambut, gigi, hidungg, lengan, perut,
ukuran dan bentuk dada, pantat, pinggu, kaki, paha (Rosen dkk, 1995),
leher (Wirakusumah, 2001), bentuk bibir dan mata (Winiaswati,
2003), pipi (Hurlcok, 1999).
b. Keseluruhan tubuh mencakup berat badan, tinggi badan, proporsi
tubuh, penampilan fisik dan bentuk tubuh (Rosen dkk, 1995).
Senada dengan pendapat di atas Pudjijogyanti (1995),
mengemukakan bahwa aspek citra diri adalah bagian tubuh
keseluruhan tubuh misalnya bentuk tubuh dan bagian tubuh seperti
bentuk rambut.
Beberapa uraian dari bebrapa ahli dapat disimpulkan bahwa aspek
citra diri adlah bagian tubuh dan keseluruhan tubuh.
D. Konsep Diri
1. Definisi Konsep Diri
Definisi konsep diri menurut Baumeister (1999) adalah apa yang
dipercayai seseorang tentang dirinya, mencakup sifat-sifat orang tersebut,
juga tentang siapa dan apa sebenarnya dirinya itu.
Menurut hurlock konsep diri ialah konsep seseorang dari siapa dan
apa dia itu. Konsep ini merupakan bayangan cermin, ditetntukan sebagian
besar, oleh peran dan hubungan orang lain, apa yang kiranya reaksi orang
terhadapnya. Konsep diri ideal ialah gambaran mengenai penampilan dan
kepribadian yang didambakannya.
Agustinus (2009) menyatakan konsep diri merupakan gambaran
yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui
pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan
Rogers (1997) konsep diri ialah sadar dari ruang fenomenal yang
didasari dan disimbolisasikan, yaitu “aku”merupakan pusa referensi setiap
individu yang secara pelahan – perlahan dibedakan dan disimbiolisasikan
sebagai bayangan tentang diri yang mengataka “apa dan siapa aku
sebenarnya” dan “ apa sebenarnya yang harus aku perbuat” .
Rakhmat (2007:105) mengatakan bahwa konsep diri adalah "cara
individu tersebut memandang atau melakukan penilaian terhadap dirinya
sendiri. Konsep diri merupakan hal penting yang akan menentukan
bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri. Konsep diri yang positif
berarti bahwa semakin banyak individu tersebut dalam memahami
kelebihan serta kekurangannya. Konsep diri positif akan membuat
individu merasa senang karena individu tersebut akan secara suka cita
menerima kondisi diri. Konsep diri mencakup harga diri, dan gambaran
diri seseorang. Mengingat konsep diri merupakan arah dari seseorang
ketika harus bertingkah laku, maka perlu dijelaskan peran penting dari
konsep diri. "Sedangkan
konsep diri menurut Agustiani (2006:138) merupakan "Gambaran
yang dimiliki seseorang tentang dirinya yang dibentuk melalui
pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan.
Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari
pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi."
Jadi, dapat disimpulkan konsep diri ialah pengalaman siapa aku
sebenarnya dapat membedakan aku dan bukan aku atau penilaian akan
dirinya sendiri yang diperoleh dari adanya interaksi dengan lingkungan.
• Diri Eksistensial
Ini merupakan bagian yang paling mendasar dari skema diri atau
konsep diri, yakni merasa adanya keterpisahan dan perbedaan dari
orang lain, dan kesadaran akan adanya keberadaan dirinya yang
menetap.
Seorang anak sejak masa kanak-kanaknya merasa bahwa dirinya
ada atau eksis sebagai satu entitas yang berbeda dari orang lain, dan
bahwa dirinya terus eksis menyusuri ruang dan waktu.
Menurut Lewis, kesadaran seseorang akan dirinya yang
eksistensial sudah dimulai sejak usia 2 atau 3 bulan, dan sebahagian
dari kesadaran itu bertumbuh dari hubungan antara dirinya dengan
dunia luar.
• Diri Kategorial
Setelah menyadari akan eksistensi dirinya sebagai suatu entitas
yang terpisah dari yang lain dan memiliki pengalaman-pengalaman
tersendiri, pada tahap berikutnya si anak juga akan menyadari bahwa
dirinya adalah suatu ‘obyek’ di tengah-tengah dunia.
Sebagaimana halnya obyek-obyek lainnya, termasuk orang, yang
dapat dialami dan memiliki sifat-sifat tertentu (misalnya kecil, besar,
berwarna, licin, dan sebagainya), demikian juga si anak mulai
menyadari bahwa dirinya adalah suatu obyek yang dapat dialami dan
memiliki sifat-sifat tertentu
Diri seseorang juga dapat dimasukkan ke dalam kategori-kategori
seperti umur, gender, ukuran, dan keahlian. Dua dari antara kategori-
kategori yang diaplikasikan pada awalnya adalah umur (misalnya,
“saya berumur 3 tahun”), dan gender (misalnya,”saya seorang anak
perempuan”).
Pada tahap awal masa kanak-kanak, kategori-kategori yang
diaplikasikan seorang anak pada dirinya bersifat sangat kongkrit
(misalnya: tinggi badan, warna rambut, hal-hal yang disukai). Pada
tahap selanjutnya, deskripsi dirinya akan mulai mencakup juga sifat-
sifat psikologis internal, evaluasi komparatif, dan tentang bagaimana
orang-orang lain melihat dirinya.
3. Komponen Konsep Diri
Menurut Carl Rogers, konsep diri terdiri dari tiga komponen:
1) Aspek Fisiologis
Aspek fisiologis dalam diri berkaitan dengan unsur–unsur,
seperti warna kulit, bentuk, berat atau tinggi badan, raut muka,
memiliki kondisi badan yang sehat, normal/cacat dan lain
sebagainya.
Karakteristik mempengaruhi bagaimana seseorang menilai
diri sendiri, demekian pula tak dipungkuri orang lain pun menilai
seseorang diawali dengan penilaian terhadap hal–hal yang bersifat
fisiologis. Walaupun belum tentu benar masyarakat sering kali
melakukan penilaian awal terhadap penilaian fisik untuk dijadikan
sebagian besar respon perilaku seseorang terhadap orang lain.
2) Aspek Psikologis
Kognitif (kecerdasan, minat, dan bakat), Tujuan aspek
kognitif beriorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat,
sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut
peserta didik untuk menghubungkan dan menggabungkan
beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk
memecahkan masalah tersebut.
3) Aspek Psiko-Sosiologis
Pemahaman individu yang masih memiliki hubungan
dengan lingkungan sosialnya. Seseorang yang menjalin hubungan
dengan lingkungannya dituntut untuk dapat memiliki kemampuan
berinteraksi sosial, komunikasi, menyesuaikan diri dan bekerja
sama dengan mereka.
4) Aspek Psiko-Spritual
Kemampuan dan pengalaman individu yang berhubungan
dengan nilai-nilai dan ajaran agama.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa aspek dalam konsep diri yaitu Diri Fisik (physical self),
Diri Moral dan Etik (morality dan ethical self), Diri Sosial (social
self), Data Pribadi (pesonal self), Diri Keluarga (Familiy Self)
sedangkan aspek Fisiologis berkaitan dengan unsur, seperti warna
kulit, bentuk, berat atau tinggi badan. Aspek Psikologis ada
kognitif (kecerdasan, minat, dan bakat), aspek psiko-sosiologis
yang masih memiliki hubungan dengan lingkungan sosialnya.