MAKALAH
KONSEP DIRI, KONSEP SPRITUAL DAN KONSEP SEKSUALITAS
DISUSUN OLEH :
NAMA : CLARISA.T.MANAMPIRING
NIM : 2114201009
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya segingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Konsep Diri, Konsep Spiritual dan Konsep Seksualitas” dan makalah ini di buat untuk
memenuhi tugas dengan ujian tengah semester mata kuliah Psikososial dan Budaya dalam
Keperawatan dan dibimbing oleh Dosen kami Ns. Thirsa Mongi. S.kep., M.kes.
Selain itu, agar pembaca dapat memperluas ilmu yang berkaitan dengan judul
makalah, yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber dan hasil kegiatan
yang telah dilakukan. saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait, terutama
kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran dalam
penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.
2|Page
3
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat konsep diri
B. Terbentuknya konsep diri
C. Faktor yang mempengaruhi konsep diri
D. Batasan penyesuaian diri
E. Bentuk penyesuaian diri
F. Konsep spiritual
G. Faktor yang mempengaruhi konsep spiritual
H. Pengertian konsep seksualitas
I. Kesehatan seksual
J. Respon seksualitas
K. Fungsi seksualitas
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
3|Page
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masalah rumit yang dialamai manusia seringkali dan bahkan hampir semuasebenarnya
berasal dari dalam diri kita sendiri. Mereka tanpa sadar menciptakan mata rantaimasalah yang
berakar dari problem konsep diri. Dengan kemampuan berpikir dan menilai,manusia malah
suka menilai yang macam-macam terhadap diri sendiri maupun sesuatu atauorang lain – dan
bahkan meyakini persepsinya yang belum tentu objektif. Manusia sejak dilahirkan akan
berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri.Penyesuaian diri
yang dilakukan oleh manusia diawali dengan penyesuaian secara fisiologis,yang dikenal
dengan adaptasi. Tetapi manusia seiring dengan perkembangannya, tidak hanya
membutuhkan adaptasi, juga dituntut untuk mampu menyesuaikan diri secara psikologis yang
sering disebut dengan ‘adjustment’ (penyesuaian diri).
Spiritualitas (Kerohanian) / spiritual adalah hubungan makhluk dengan Tuhan Yang Maha
Esa / Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, Tuhan disini tergantung dengan keyakinan atau
kepercayaan yang dianut oleh mahkluk itu sendiri.
Seksualitas adalah bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka
mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang
dilakukannya seperti sentuhan, pelukan, ataupun perilaku yang lebih halus seperti isyarat
gerak tubuh, cara berpakaian, dan perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman, nilai,
fantasi, emosi.
B. Rumusan masalah
1. bagaimana itu hakikat konsep diri, terbentuknya konsep diri
2. apa faktor yang mempengaruhi konsep diri, apa batasan penyesuaian diri dan
bagaimana itu penyesuaian diri
3. apa itu konsep spiritual
4. apa faktor yang mempengaruhi kensep spiritual
4|Page
5
5|Page
6
BAB II
PEMBAHASAN
Hakikat Konsep DiriCalhaoun dan Acocella (1995) mendefinisikan konsep diri sebagai
gambaran mental diriseseorang . Hurlock (1979) mengatakan bahwa konsep diri merupakan
gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik,
psikologis, social,emosional aspiratif , dan prestasi yang mereka capai. Burn (1993)
mendefinisikan konsep dirisebagai kesan terhadap diri sendiri sendiri secara keseluruhan
yang mencangkup pendapatan nyaterhadap diri sendiri , pendapat tentang gambaran diri di
mata orang lain , dan pendapatannyatentang hal – hal yang di capai . Definisi lain di
kemukakan oleh Rahmat, Konsep diri bukanhanya gambaran deskriptif , melainkan juga
penilaian individu mengenai dirinya sendiri.
Konsep diri adalah sistem operasi yang menjalankan komputer mental yangmempengaruhi
kemampuan berfikir seseorang. Konsep diri ini setelah terinstall, akan masuk di pikiran
bawah sadar dan mempunyai bobot pengaruh sebesar 88 % terhadap level kesadaran
seseorang dalam suatu saat. Semakin baik konsep diri, maka semakin mudah seseorang untuk
berhasil. Demikian juga sebaliknya.Proses pembentukan konsep diri dimulai sejak anak
masih kecil. Masa kritis pembentukan konsep diri adalah saat anak masuk di sekolah
dasar.Kita dapat melihat konsep diri seseorang dari sikap mereka. konsep diri yang jelek
akanmengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak berani
mencobahal yang menantang, takut gagal, takut sukses, merasa diri bodoh, rendah
hati,merasa diri tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses, pesimis dan banyak
perilaku interior lainnya.Sebaliknya, orang yang konsep dirinya baik akan selalu optimis,
berani mencoba hal-hal baru, berani sukses, berani gagal, percaya diri, antusias, merasa diri
berharga, berani menetapkantujuan hidup, bersikap dan berfikir positif dan dapat menjadi
seorang pemimpin yang handal.
6|Page
7
Tanggapan mengenai keadaan fisik seseorang biasanya didasari oleh adanyakeadaan fisik
yang dianggap ideal oleh orang tersebut atau pandangan masyarakat umum.Seseorang akan
berusaha untuk menacapai standard di mana ia dapat dikatakanmempunyai keadaan fisik
ideal agar mendapat tanggapan positif dari orang lain.Kegagalan atau keberhasilan mencapai
standar keadaan fisik ideal sangat mempengaruhi pembentukan citra fisik seseorang.
Peranan jenis kelamin salah satunya ditentukan oleh perbedaan biologis antaralaki-laki dan
perempuan.Masih banyak masyarakat yang menganggap peranan perempuan hanya sebatas
urusan keluarga.Hal ini menyebabkan perempuan masihmenemui kendala dalam
mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki.Sementara di sisi lain, laki-lak
mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.
Interaksi seseorang dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya merupakan salahsatu hal
yang membentuk konsep diri orang tersebut. Struktur, peran, dan status socialseseorang
menjadi landasan bagi orang lain dalam memandang orang tersebut.Pendapat tentang factor-
faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan konsep diri juga dikemukakan oleh
Amarllia Puspasari (2007, 43-45) sebagai berikut.
7|Page
8
Pengaruh kelas social dapat digambarkan secara sederhana pada kelompok minoritas yang
mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan akibat rendahnya pendidikan atau tidak
ada kesempatan dalam mendapatkan pekerjaan. Hal tersebut dapatmenimbulkan perasaan
tertinggal dari peradaban yang ada.Kemudian mereka cenderung berperilaku melindungi diri
dalam mempertahankan haknya.Berperilaku melindungi diri dalam mempertahankan haknya.
3.Pengaruh usia
Pada beberapa individu, konsep diri dapat meningkat atau menurun sesuaikondisi atau
pengalaman dari individu itu sendiri.Pada anak yang usianya terbilang muda,konsep diri yang
dimiliki terhadp hubungan dengan orang tuanya tergolong positif terutama pada tipe
hubungan yang berisi unsur protektif antara orang tua dengananaknya. Pada usia ini, peran
orang tua masih cukup berat masuk ke dalam diri anak.Sedangkan anak dengan usia yang
lebih dewasa memiliki deskripsi diri yang akan berbeda antara hubungan dirinya dengan
orang tuanya sehingga tingkat intervensi orangtua terhadap anak menjadi terbatas.
Menurut Mustafa Fahmi, penyesuaian adalah “Suatu proses dinamik terus menerusyang
bertujuan untuk mengubah kelakuan guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara
diridan lingkungan” Menyesuaikan diri itu kami artikan dalam artinya yang luas, dan dapat
berarti:mengubah diri sesuai dengan lingkungan, tetapi juga: mengubah lingkungan sesuai
dengankeadaan (keinginan) diri. Penyesuaian diri dalam artinya yang pertamadisebut juga
penyesuaiandiri yang autoplastis (auto = sendiri, plastis = dibentuk), sedangkan penyesuaian
diri yang kedua juga disebut penyesuaian diri yang aloplastis (alo = yang lain). Jadi,
penyesuaian diri ada artinyayang “pasif”, dimana kegiatan kita ditentukan oleh lingkungan,
dan ada artinya yang “aktif”,dimana kita memengaruhi lingkungan.
1.Yang Adaptive.
8|Page
9
Sering dikenal dengan istilah adaptasi. Bentuk penyesuaian diri ini lebih bersifat badani.
Artinya perubahan-perubahan dalam proses-proses badani untuk menyesuaikandiri terhadap
keadaan lingkungan Misalnya berkeringat adalah usaha tubuh untuk “mendinginkan” tubuh
dari suhu yang panas atau dirasakan terlalu panas. Di tempat-tempat yang dingin kita
sebaliknya harus berpakaian tebal agar tubuh menjadi “hangat”.Berkeringat ataupun
berpakaian tebal adalah juga bentuk penyesuaian terhadap lingkungan.
2. Yang adjustive.
Suatu bentuk penyesuaian yang lain, dimana tersangkut kehidupan psikis kita, biasanya
disebut sebagai bentuk penyesuaian yang adjustive. Misalnya bila kita harus pergi ke
tetangga atau teman yang tengah berduka cita karena kematian salah seoranganggota
keluarganya, maka mungkin sekali wajah kita dapat diatur sedemikian rupasehingga
menampilkan suatu wajah duka, sebagai tanda ikut menyesuaikan terhadapsuasana sedih
dalam keluarga tersebut. Mungkin kita benar-benar ikut bersedih hati,tetapi mungkin juga
oleh kemampuan kita membawakan diri, kita tampil sebagai orangyang benar sedih sekalipun
keadaan sebenarnya tidak demikian, malah mungkinsebaliknya. Karena tersangkutnya
kehidupan psikis dalam penyesuaian yang adjustive.
F. Konsep spiritual
Spirituality atau spiritual berasal dari bahasa latin “spiritus” yangberarti nafas atau
udara, spirit memberikan hidup, menjiwai seseorang. Spiritmemberikan arti penting ke hal
apa saja yang sekiranya menjadi pusat dariseluruh aspek kehidupan seseorang
(Dombeck,1995). Spiritual adalah konsepyang unik pada masing-masing individu (Farran et
al, 1989). Masing-masingindividu memiliki definisi yang berbeda mengenai spiritual,
hal inidipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup dan ide-
idemereka sendiri tentang hidup. Spiritual menghubungkan antara intrapersonal(hubungan
dengan diri sendiri), interpersonal (hubungan antara diri sendiridan orang lain), dan
transpersonal (hubungan antara diri sendiri dengantuhan/kekuatan gaib) . Spiritual
adalah suatu kepercayaan dalam hubunganantar manusia dengan beberapa kekuatan
diatasnya, kreatif, kemuliaan atausumber energi serta spiritual juga merupakan pencarian arti
dalam kehidupandan pengembangan dari nilai-nilai dan sistem kepercayaan seseorang
yangmana akan terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi.
9|Page
10
4. Agama yang dianut, keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki olehseseorang dapat
menetukan arti pentingnya kebutuhan spiritual.
a. Support Keagamaan
Support keagamaan merupakan dukungan yang diberikan oleh orang-orang terdekat klien
maupun petugas kesehatan agar klien tidak merasa sendiri dalam menghadapi
penyakitnya. Klien dianjurkan untuk lebihberserah diri kepada Tuhan dan menerima
ketentuan yang ada dengan melakukan usaha-usaha untuk mencapai kesembuhan.
Beberapa klien yangmemerlukan support keagamaan diantaranya:
1. Pasien Kesepian
Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akanmembutuhkan
bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada kekuatan selain kekuatan
Tuhan, tidak ada yang menyertainya selainTuhan.
Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan pasien kacau, yang dapat membuat
pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya, dan ketenangan yang paling besar adalah
bersama Tuhan.
10 | P a g e
11
2. Sumber dukungan
Pada saat mengalami stress, individu akan mencari dukungan darikeyakinan agamanya.
Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakit yang dialami,
khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama dengan
hasil yang belumpasti. Sembahyang atau berdoa, membaca kitab suci, dan praktik
keagamaan lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan spiritual yangjuga merupakan
suatu perlindungan terhadap tubuh.
individu cenderung dapat menahan stress baik fisik maupun psikis yang luar biasa karena
mepmpunyai keyakinan yang kuat. Keluarga klien akanmengikuti semua proses
penyembuhan yang memerlukan upaya ekstra,karena keyakinan bahwa semua upaya
tersebut akan berhasil.
Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan
dengan alat reproduksi. (Stevens: 1999). Sedangkan menurut WHO dalam Mardiana (2012)
seksualitas adalah suatu aspek inti manusia sepanjang kehidupannya dan meliputi seks,
identitas dan peran gender, orientasi seksual, erotisme, kenikmatan, kemesraan dan
reproduksi. Seksualitas adalah komponen identitas personal individu yang tidak terpisahkan
dan berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan individu. Seksualitas tidak sama
11 | P a g e
12
dengan seks. Seksualitas ialah interaksi faktor-faktor biologis, psikologi personal, dan
lingkungan. Fungsi biologis mengacu pada kemampuan individu untuk memberi dan
menerima kenikmatan dan untuk bereproduksi. Identitas dan konsep diri seksual psikologis
mengacu pada pemahaman dalam diri individu tentang seksualitas seperti citra diri,
identifikasi sebagai pria atau wanita, dan pembelajaran peran-peran maskulin atau feminin.
Nilai atau aturan sosio budaya membantu dalam membentuk individu berhubungan dengan
dunia dan bagaimana mereka memilih berhubungan seksual dengan orang lain. (Bobak:
2004)
2 aspek seksualitas:
1. Seksualitas dalam arti sempit Dalam arti sempit seks berarti kelamin. Yang termasuk
dalam kelamin adalah sebagai berikut:
a. Alat kelamin itu sendiri
b. Kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya alat
kelamin
c. Anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan laki-laki dan
perempuan d. Hubungan
2. kelamin
Seksualitas dalam arti luas Segala hal yang terjadi akibat dari adanya perbedaan jenis
kelamin antara lain:
a) Perbedaan tingkah laku: lembut, kasar, genit, dll
b) Perbedaan atribut: pakaian, nama, dll
c) Perbedaan peran.
I. Kesehatan seksualitas
J. Respon seksualitas
12 | P a g e
13
Siklus respon seksual normal terdiri dari empat tahap yang terjadi berturut-turut. “Normal”
pada umumnya mengacu pada panjang siklus masing-masing fase, dan hasil bercinta yang
memuaskan. Empat tahapan siklus respon seksual :
1. Fase kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari beberapa menit
sampai beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase kegembiraan meliputi:
2. Fase plateau adalah fase yang meluas ke ambang orgasme. Beberapa perubahan yang
terjadi dalam fase ini meliputi:
e. Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah
K. Fungsi seksualitas
1. Kesuburan
Pada beberapa kebudayaan, seorang wanita muda mungkin merasakan adanya keinginan
yang kuat untuk membuktikan kesuburannya bahkan walaupun ia sebenarnya belum
menginginkan anak pada tahap kehidupannya saat itu. Ini adalah macam masyarakat yang
secara tradisional wanita hanya dianggap layak dinikahi apabila ia sanggup membuktikan
kesuburannya.
13 | P a g e
14
3. Mempererat ikatan dan meningkatkan keintiman pasangan Dalam suatu pertalian seksual
yang ekslusif, pasangan melakukan secara bersama-sama hal-hal yang tidak ingin mereka
lakukan dengan orang lain. Ini adalah esensi dari keintiman seksual. Efektivitas seks dalam
memperkuat keintiman tersebut berakar dari risiko psikologis yang terlibat; secara khusus,
resiko ditolak, ditertawakan, mendapati bahwa dirinya tidak menarik, atau kehilangan kendali
dapat memadamkan gairah pasangan.
Sepanjang hidup kita, terutama pada saat-saat identitas gender terancam karena sebab lain
(mis., saat menghadapi perasaan tidak diperlukan atau efek penuaan), kita mungkin
menggunakan seksualitas untuk tujuan ini.
Merasa secara seksual bagi orang lain, atau berhasil dalam upaya seksual, secara umum dapat
meningkatkan harga diri.
menentukan bentuk pertalian seksual yang dilakukan, dan apakah proses menimbulkan
efek positif pada harga diri pasangan. Sementara dapat terus menjadi faktor dalam suatu
hubungan yang sudh berjalan, hal ini juga merupakan aspek yang penting dan menarik
7. Mengungkapkan permusuhan
Aspek penting dalam masalah “dominasi” pada interaksi seksual pria-wanita adalah
14 | P a g e
15
pemakaian seksualitas untuk mengungkapkan permusuhan. Hal ini paling relevan dalam
masalah perkosaan dan penyerangan seksual. Banyak kasus penyerangan atau pemaksaan
seksual dapat dipandang sebagai perluasan dari dominasi atau kekuasaan, biasanya oleh
pria terhadap wanita. Juga terdapat keadaan-keadaan dengan penyerangan seksual dapat
dipahami sebagai suatu ungkapan kemarahan, baik terhadap wanita itu sendiriatau terhadap
Menurunnya gairah yang biasanya terjadi setelah orgasme dapat digunakan sebagai cara
9. Pengambilan resiko
Interaksi seksual menimbulkan berbagai risiko, berkisar dari yang relatif ringan, misalnya
ketahuan, sampai serius misalnya hamil atau infeksi menular seksual. Adanya resiko
tersebut menjadi semakin bermakna dan mengganggu dengan terjadinya epidemi HIV dan
AIDS. Bagi sebagian besar orang, kesadaran adanya resiko akan memadamkan respon
seksual sehingga mereka mudah menghindari resiko tersebut. Namun, bagi beberapa
individu, gairah yang berkaitan dengan persepsi resiko malah meningkatkan respons
seksual. Untuk individu yang seperti ini, resiko seksual menjadi salah satu bentuk
Prostitusi adalah bentuk yang jelas dari aktivitas seksual untuk memperoleh keuntungan
dan hal ini sering merupakan akibat dari kemiskinan. Pernikahan, sampai masa ini masih
sering dilandasi oleh keinginan untuk memperoleh satu bentuk perlindungan dan bukan
15 | P a g e
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa dan juga sebagai makhluk
sosial,hendaknya kita perlu mengetahui tentang diri kita sendiri, siapa diri kita, bagaimana
dirikita, apa harapan diri kita untuk masa depan, dan lain sebagainnya. Tentu kita
harusmengenal diri kita, dengan mengenal diri kita maka kita akan memahami
bagaimanakarakter diri kita, konsep diri kita, dan penyesuaian diri kita. Sehingga kita sebgaai
makhluk sosial tidak merasa minder, resah, takut, dan lain-lain untuk menjalani kehidupan.
Perawat berupaya untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari
kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan
spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan klien mempunyai keyakinan spiritual
atau keagamaan yang berbeda. Peran agama dalam keperawatan sangat berpengaruh.
Agama dijadikanpedoman yang digunakan perawat dalam melakukan suatu tindakan
terhadap klien oleh karena itu, pemahamaan tentang peranan agama sangat penting dan
pendasar dalam memberikan asuhan keperawatan dimana nilai spiritual pasien selalu menjadi
pertimbangan dan dihormati.
16 | P a g e
17
DAFTAR PUSTAKA
https://idoc.pub/documents/makalah-konsep-seksualitas-qn85j92zm2n1
17 | P a g e